Competitive Research
● Tujuan akhir competitor research adalah mengetahui strategi SEO kompetitor.
● Hasil/outcome dari competitor research:
○ daftar siapa saja kompetitor kita,
○ keywords yang mendatangkan traffic ke website kompetitor,
○ strategi konten kompetitor,
○ backlinks yang kompetitor dapatkan.
● Proses yang perlu dilewati dalam competitor research:
○ masukkan target keywords ke search engine;
○ perhatikan top 3 sampai 5 dari setiap keyword itu;
○ buka satu persatu, lihat apa saja yang kompetitor tawarkan di websitenya:
seperti apa title-nya, deskripsinya, URL-nya, konten, fitur khusus, penawaran
spesial, dan sebagainya;
○ buka Uber Suggest, masukkan url kompetitor tersebut. Menu-menu di Uber
Suggest menunjukkan berbagai hal yang dari kompetitor:
■ "Keywords" - untuk melihat keywords yang masuk ke website mereka.
Dari sini, kita bisa mendapatkan ide apa keywords yang bisa
ditambahkan lagi ke daftar target keywords kita,
■ "Top Pages" - untuk melihat pages yang paling banyak mendapatkan
traffic,
■ "Backlinks" - untuk melihat dari mana aja backlinks mereka.
3. On-Page Optimization
● Terdapat dua bagian yang perlu dilakukan dalam on-page optimization: content dan
technical.
Creating EAT-able, High Quality and Unique Content
● Content on-page optimization artinya membuat page website kita paling bagus di
mata search engine. Kriteria bagus berdasarkan search engine evaluator guideline
Google, bisa disingkat dengan EAT, yaitu:
○ Expert: untuk topik/target keyword yang kita incar, page kita berisi konten
yang komprehensif, detail, dan mudah dimengerti;
○ Authoritative: untuk topik/target keyword yang kita incar, website kita punya
otoritas untuk membahas topik itu, misalnya website kesehatan yang ditulis
oleh dokter;
○ Trusted: website kita bisa dipercaya, misalnya dengan menggunakan template
yang profesional, menggunakan HTTPS, ada Customer Service 24 jam, dan
sebagainya.
● Cara membuat rancangan konten yang EAT-able:
○ Identifikasi 3-5 kompetitor teratas untuk keyword yang kita incar;
○ Buka masing-masing website tersebut satu per satu, lalu lihat seperti apa
isinya: outline/sub-topik kontennya, fitur-fitur website, servis/penawarannya,
dan sebagainya;
○ Bandingkan konten website-website kompetitor. Misalnya kompetitor x
memiliki konten A-B-C-D (di mana A, B, C, dst. adalah sub-topik atau fitur atau
servis yang dimiliki kompetitor), kompetitor y memiliki konten A-B-C-E, dan
kompetitor z memiliki konten A-B-D-E;
○ Dari sini setidaknya kita bisa melihat bahwa konten A-B-C-D-E adalah syarat
minimal konten yang kita miliki. Namun, kita harus kreatif dalam membuat
rencana konten, misalnya dengan merancang konten A-B-C-D-E-F-G-H-I agar
lebih lengkap dan menyeluruh.
○ Internal linking. Memberi tahu search engine bahwa ada halaman lain di
website kita, mengurangi bounce rate. Gunakan target keywords halaman
tujuan sebagai anchor text.
○ Heading structure. Perlu ada heading 1, heading 2, heading 3, dan seterusnya.
○ Mobile friendly. 70-80% user mengakses website dari handphone. Mobile first
indexing.
○ Fast loading. User & search engine suka website yang cepat. Ada website untuk
mengetes loading speed & kasih saran improvement seeprti pagespeed insight.
4. Off-Page Optimization
● Tidak semua link sama di mata search engine. Ada backlink yang bisa meningkatkan
ranking website kita atau malah membuat website kita hilang.
● Ada beberapa konsep penting tentang link:
○ Link dari website populer lebih bernilai dari website antah berantah;
○ Link dari domain baru lebih bernilai dari link dari page baru dari domain yang
sebelumnya ada;
○ Link yang membawa traffic user (artinya ada user yang mengklik, bukan cuma
sekedar link dari website yang tidak ada pengunjungnya) itu lebih bernilai;
○ Link yang ada di body content (tempat user baca konten) lebih bernilai
dibanding link di footer atau sidebar (karena jarang diklik);
○ Link yang mudah didapat, biasanya lebih tidak bernilai. Misalnya 1,000 link
menggunakan software SEO itu jauh lebih sedikit nilainya dibanding 1 link dari
Detik.com.
● Black hat SEO: diharamkan search engine, backlink-nya ditujukan untuk mengakali
search engine, bukan untuk membantu users.
● White hat SEO: Link-nya didapatkan tidak dengan membeli/memberi uang/senilai
monetary value langsung ke website lain.
● Gray hat SEO: tidak jelas black atau white-nya. Tidak benar-benar mengakal-akali
seperti black hat, tapi juga tidak benar-benar tanpa uang seperti white hat. Banyak
praktisi SEO masih menggunakan cara-cara ini, karena impact-nya juga terbukti.
● Beberapa strategi white hat SEO yang paling umum:
○ Social media akun kita sendiri. Buat profile di berbagai social media (Twitter,
Instagram, pinterest, LinkedIn, dsb), berikan link di profile-nya, dan secara
rutin share konten website kita di sana;
○ Blog commenting di komunitas yang relevan dengan konten website kita;
○ Guest posting. Menyumbang tulisan ke blog lainnya;
○ Website user generated content: kompasiana, indonesiana, medium;
○ Online forum/groups/QA sites, sesuai niche website kita;
○ Menjadi expert, lewat wawancara. Becoming face of your business;
○ Public Relation (PR) dan publikasi positif lainnya;
○ Membuat resource content yang bisa jadi referensi;
○ Dari stakeholders/partner bisnis kita sendiri.
5. Measurement & Analysis
● Ada 3 metrics yang harus dipantau:
○ Ranking. setidaknya ranking kita harus ada trek naik dari waktu ke waktu;
○ Traffic. Jumlah pengunjung yang masuk harus meningkat dari waktu ke waktu;
○ Conversion (kalau website kita ada transaksinya) juga harus meningkat;
● Cara memantau metrics tersebut:
○ Ranking: menggunakan tools "keyword ranking tracker". Tools itu yg akan
secara otomatis mengecek ke search engine berapa ranking keyword kita;
○ Traffic: apalah arti sebuah ranking kalau nggak ada orang beneran yang akses
website kita. Ada 2 cara track traffic kita: Google Analytics (menu Acquisition -
Channel Overview - Organic Search) dan Google Search Console (menu
Performance);
○ Conversion: paling umum lewat Google Analytics yang sudah diaktifkan goal
tracking-nya.