Anda di halaman 1dari 159

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY. “W” DENGAN


CA REKTOSIGMOID DI RUANG CENDANA 3 IRNA 1
RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

Disusun oleh :
Faiz Hudi Azhari
2720162951

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO


YOGYAKARTA
2019
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY.”W” DENGAN
CA REKTOSIGMOID DI RUANG CENDANA 3 IRNA I
RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA
Laporan kasus ini diajukan guna melengkapi syarat untuk menyelesaikan
Program Pendidikan Diploma III Keperawatan
Akademi Keperawatan Notokusumo
Yogyakarta

Disusun oleh:

Faiz Hudi Azhari

2720162951

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO

YOGYAKARTA

2019

LAPORAN KASUS

i
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY.”W” DENGAN
CA REKTOSIGMOID DI RUANG CENDANA 3 IRNA I

RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

Disusun oleh :

Faiz Hudi Azhari

2720162951

Telah Memenuhi Persyaratan dan

Disetujui pada tanggal

Pembimbing

(Taukhit, S.Kep., Ns., M.Kep)

HALAMAN PENGESAHAN

ii
Asuhan keperawatan pada pasien Ny. W dengan CA Rektosigmoid di ruang

Cendana 3 IRNA 1 RSUP Dr. Sardjito Yoyakarta ini telah dipertahankan di depan

Dewan Penguji, guna memenuhi syarat kelulusan Akademi Keperawatan

Notokusumo Yogyakarta, pada :

Hari : .................................................... ...............................................

Tanggal : ...................................................................................................

Tempat : ...................................................................................................

Dewan Penguji Tanda Tangan

1. Taukhit, S.Kep., Ns., M.Kep ....................

2. Septiana Fathonah, S.Kep., Ns., M.Kep ....................

3. Samsi Hartono, S.Kep.,Ns ....................

Mengetahui

Direktur Akademi Keperawatan Yayasan Notokusumo

Yogyakarta

Giri Susilo Adi, S.Kep.,Ns.,M.Kep

MOTTO

iii
Semua impian kita bisa terwujud, Jika kita memiliki keberanian
untuk mengejarnya.

( Walt Disney )

Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak


menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat
mereka menyerah

( Thomas Alva Edson )

Belajar dari kemarin, hidup untuk hari ini, berharap untuk hari
esok. Yang terpenting adalah jangan sampai berhenti bertanya.

(Cristophen Reeve )

Jangan pernah berhenti untuk mencoba dan jangan mencoba


berhenti sebelum berhasil.

( Penulis)

KATA PENGANTAR

iv
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, serta memberi kemudahan dalam segala

hal, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang berjudul

“Laporan Kasus Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. ”W” Dengan CA

Rektosigmoid di Ruang Cendana 3 Irna I RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta”, sesuai

waktu yang telah ditetapkan. Sholawat serta salam tidak lupa penulis haturkan

kepada Junjungan Nabi Besar Muhammad SAW.

Laporan ini disusun dan diajukan guna melengkapi salah satu syarat

untuk menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan di Akademi

Keperawatan Notokumo Yogyakarta. Penulis menyadari, dalam penyiapan dan

pelaksanaan praktik sampai penyelesaian ini, tidak akan terlaksana tanpa ada

bantuan, bimbingan, dorongan maupun fasilitas yang penulis terima dari berbagai

pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan

dan ucapan terima kasih kepada:

1. Dr. dr. Darwito, Sp.B(K)Onk selaku Direktur Utama RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta yang telah memberikan izin penulis untuk mengikuti Ujian
Praktik Karya Tulis Ilmiah yang dilaksanakan di RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta.
2. Giri Susilo Adi, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Direktur Akademi
Keperawatan Notokusumo yang telah memberikan izin untuk memperoleh
ilmu di Akademi Keperawatan Notokusumo Yogyakarta sehingga dapat
menyelesaikan program pendidikan ini dengan lancar.
3. Taukhit, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Dosen Pembimbing dan Penguji
Akademik yang telah dengan sabar memberikan bimbingan, arahan, dan
motivasi bagi penulis.

v
4. Septiana Fathonah, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Dosen Penguji Akademik
yang telah berkenan memberikan masukan, saran dan kritik yang bersifat
membangun.
5. Samsi Hartono, S.Kep.,Ns. selaku Penguji Lahan yang telah memberikan
kemudahan, masukan, saran, motivasi dalam ujian praktik.
6. Seluruh staff medis, non medis, khususnya perawat di ruang Cendana 3
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang telah memberikan bantuan
kemudahan dalam Karya Tulis Ilmiah.
7. Staff Akademi Keperawatan Notokusumo Yogyakarta yang telah
memberikan kemudahan dalam layanan administrasi Karya Tulis Ilmiah
dan perpustakaan.
8. Kedua orang tua penulis (Bapak Sukisna dan Ibu Siti Hidayati), kakak
(Faza Fahmidinawan) beserta seluruh keluarga tercinta yang selalu
memberikan kasih sayang, semangat, motivasi, kritik, saran, serta do’a
yang tulus.
9. Silvia Ardy Setyoningtyas selaku teman dekat yang selalu membantu
terselesaikannya karya tulis ilmiah ini dan selalu mendukung saya dalam
menyelesaikan karya tulis ilmiah.
10. Tim sukses yang selalu membantu penulis (Linda Anjani, Risa Aulia
Ranu, dan Ilham Hanif Fahrurozi) dan Tim Sukses Kelas 3C yang saya
sayangi.
11. Serta semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu yang telah
membantu penulisan dalam menyelesaikan penulisan laporan ini.

Penulis menyadari, bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu segala saran dan kritik yang membangun selalu penulis
harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat

vi
bagi semua pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya untuk meningkatkan
wawasan dan pengetahuan.

Yogyakarta, Mei 2019

Penulis

Faiz Hudi Azhari

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL................................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................................iii
MOTTO..................................................................................................................................iv

vii
KATA PENGANTAR.............................................................................................................v
DAFTAR ISI........................................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................................x
DAFTAR TABEL...................................................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................................xii
BAB I KONSEP DASAR MEDIK..........................................................................................1
A. Pengertian........................................................................................................................1
B. Proses Terjadinya Masalah...............................................................................................2
1. Faktor Presipitasi (Faktor Pencetus) dan Faktor Predisposisi (Faktor Pendukung)
2
2. Patofisiologi 3
3. Manifestasi Klinis 5
4. Klasifikasi 5
5. Pemeriksaan Penunjang 6
6. Penatalaksanaan 7
7. Diagnosa Keperawatan 9
8. Fokus Intervensi. 10
BAB II ASUHAN KEPERAWATAN...................................................................................14
A. Pengkajian......................................................................................................................14
B. Data Demografi..............................................................................................................14
C. Riwayat Kesehatan.........................................................................................................15
D. Pengkajian Keperawatan................................................................................................16
C. Pengelompokan Data.....................................................................................................23
D. Analisa Data...................................................................................................................24
E. Diagnosa Prioritas Keperawatan....................................................................................25
F. Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi Keperawatan....................................................26

BAB III PEMBAHASAN......................................................................................................61


A. Proses Keperawatan.......................................................................................................61
1. Pengkajian 62
2. Diagnosa Keperawatan 66
3. Perencanaan 74
4. Pelaksanaan 85
5. Evaluasi 87

viii
B. Dokumentasi Keperawatan............................................................................................91
BAB IV PENUTUP...............................................................................................................95
A. Kesimpulan....................................................................................................................95
B. Saran..............................................................................................................................99
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................100
LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 CA Rektosigmoid..............................................................................................2
Gambar 2 Pathway CA Rektosigmoid...............................................................................4

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Klasifikasi CA Rektosigmoid........................................................................5


Tabel 1.2 Perencanaan Intervensi Keperawatan dengan Diagnosa Nyeri Akut............10
Tabel 1.3 Perencanaan Intervensi Keperawatan dengan Diagnosa Ketidakseimbangan
Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh.........................................................11
Tabel 1.4 Prencanaan Intervensi Keperawatan dengan Diagnosa Berduka..................12
Tabel 1.5 Perencanaan Intervensi Keperawatan dengan Diagnosa Disfungsi Seksual. 13
Tabel 2.1 Kemampuan Perawatan Diri........................................................................20
Tabel 2.2 Pemeriksaan Laboratorium tanggal 29 April 2019.......................................20
Tabel 2.3 Terapi Pemberian Obat................................................................................21

x
Tabel 2.4 Pengelompokkan Data.................................................................................23
Tabel 2.5 Analisa Data................................................................................................24
Tabel 2.6 Perencanaan Intervensi Keperawatan dengan Diagnosa Nyeri Akut
Berhubungan dengan Agen Cedera Fisik.....................................................26
Tabel 2.7 Catatan Perkembangan Diagnosa Nyeri Akut Berhubungan dengan Agen
Cedera Fisik hari ke-2..................................................................................29
Tabel 2.8 Catatan Perkembangan Diagnosa Nyeri Akut Berhubungan dengan Agen
Cedera Fisik hari ke-3..................................................................................32
Tabel 2.9 Perencanaan Intervensi Keperawatan Diagnosa Ketidakseimbangan Nutrisi
Kurang dari Kebutuhan Tubuh Berhubungan dengan Ketidakmampuan
Mengabsorpsi Makanan...............................................................................34
Tabel 2.10 Catatan Perkembangan Diagnosa Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari
Kebutuhan Tubuh Berhubungan dengan Ketidakmampuan Mengabsorpsi
Makanan......................................................................................................37
Tabel 2.11 Catatan Perkembangan Diagnosa Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari
Kebutuhan Tubuh Berhubungan dengan Ketidakmampuan Mengabsopsi
Makanan hari ke-3.......................................................................................39
Tabel 2.12 Perencanaan Intervensi Keperawatan dengan Diagnosa Kekurangan Volume
Cairan Berhubungan dengan Kehilangan Cairan Aktif................................41
Tabel 2.13 Catatan Perkembangan Diagnosa Kekurangan Volume Cairan Berhubungan
dengan Kehilangan Cairan Aktif hari ke-2...................................................50
Tabel 2.14 Catatan Perkembangan Diagnosa Kekurangan Volume Cairan Berhubungan
dengan Kehilangan Cairan Aktif hari ke-3...................................................53
Tabel 2.15 Perencanaan Intervensi Keperawatan dengan Diagnosa Risiko Infeksi
ditandai dengan Prosedur Invasif.................................................................55
Tabel 2.16 Catatan Perkembangan Diagnosa Risiko Infeksi ditandai dengan Prosedur
Invasif hari ke-2...........................................................................................57
Tabel 2.17 Catatan Perkembangan Diagnosa Risiko Infeksi ditandai dengan Prosedur
Invasif hari ke-3...........................................................................................59

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pengkajian Keperawatan Medikal Bedah


Lampiran 2. Satuan Acara Penyuluhan
Lampiran 3. Lembar Balik
Lampiran 4. Power Point

xi
BAB I

KONSEP DASAR MEDIK

A. Pengertian

CA Rektosigmoid adalah penyakit dengan keganasan pada saluran

perncernaan terbanyak. Jenis keganasan yang terbanyak adalah

adenokarsinoma. Lokasi tersering di rektum, sigmoid, kolon acenden dan

kolon decenden (Tanto Chris, dkk. 2014). CA Rektosigmoid menyebabkan

penyebaran liar dan pertumbuhan sel-sel didalam tubuh. Penyebab sel CA

Rektosigmoid berasal dari mutasi genom berubah dari satu atau lebih gen atau

mutasi dari segmen besar dari untai DNA yang mengadung banyak gen atau

kehilangan segmen kromosom besar. CA Rektosigmoid bukanlah penyakit

tunggal dengan satu penyebab, melainkan merupakan grup penyakit berbeda

dengan penyebab yang berbeda, manifestasi, dan perawatannya (Padila, 2013).

CA Rektosigmoid merupakan salah satu jenis kanker yang terjadi pada

jaringan kolon atau usus besar dan rectum. CA Rektosigmoid menyerang

colon sigmoid sampai rectum. Lebih dari 95% CA Rektosigmoid adalah

adenokarsinoma (Tim Cancer Help 2010). CA Rektosigmoid ini dimulai pada

sel-sel yang melapisi bagian dalam usus besar dan rectum. CA Rektosigmoid

adalah keganasan yang berasal dari jaringan usus besar, terdiri dari kolon

(bagian terpanjang dari usus besar) dan atau rektum (bagian kecil terakhir dari

usus besar sebelum anus) (Kemenkes RI, 2016).

1
2

Gambar 1 CA Rektosigmoid

Sumber: Handayana,2017
Dari pengertian beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa CA

Rektosigmoid adalah salah satu jenis kanker yang terjadi pada jaringan kolon

sampai dengan rektum. Kasus ini berkembang secara perlahan selama

bertahun-tahun, dengan gaya hidup yang tidak sehat akan memperparah kasus

ini.

B. Proses Terjadinya Masalah


3

1. Faktor Presipitasi (Faktor Pencetus) dan Faktor Predisposisi (Faktor

Pendukung)

a. Faktor Presipitasi (Faktor Pencetus)

Menurut Titong (2015), Faktor-faktor perkembangan CA

Rektosigmoid adalah predisposisi genetik, risiko yang didapat dan

faktor-faktor lingkungan. Faktor-faktor ini saling berinteraksi sehingga

menyebabkan tahapan progesi dari mukosa kolon normal menjadi polip

adenomatous kemudian menjadi kanker yang invasif. Neoplasma sering

berkembang pada individu yang mengalami mutasi genetik baik yang

didapat maupun yang diturunkan selanjutnya akan dipicu oleh faktor

lingkungan, diet atau faktor lainnya. Adanya riwayat CA Rektosigmoid

atau polip dalam keluarga, pertambahan usia, penyakit kolon

inflamatori (Inflamatory Based Disease) kesemuanya berkaitan dengan

peningkatan risiko kanker kolorektal.

b. Fakor Predisposisi (Faktor Pendukung)

Menurut Titong (2015), Faktor risiko lain yang juga berperan

dalam membuat penyakit semakin parah adalah sebagai berikut :

1) Gaya hidup tidak sehat

2) Diet tinggi lemak dan rendah serat

3) Kekurangan mikronutrien spesifik

4) Merokok tembakau berperan dalam pembentukan adenoma dan

karsinoma kolon

2. Patofisiologi
4

Menurut Haryono (2012), CA Rektosigmoid terutama (95%)

adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel usus). Dimulai sebagai polip

jinak tetapi dapat mejadi ganas dan menyusup serta merusak jaringan

normal serta meluas ke dalam struktur sekitarnya. Sel kanker dapat

terlepas dari tumor primer dan menyebar ke bagian tubuh yang lain.

Pertumbuhan kanker menghasilkan efek sekunder, meliputi penyumbatan

lumen usus dengan obstruksi dan ulserasi pada dinding usus serta

perdarahan. Penetrasi kanker dapat menyebabkan perforasi dan abses,

serta timbulnya metastase pada jaringan lain. Prognosis relatif baik bila

lesi terbatas pada mukosa dan submukosa pada saat reseksi dilakukan, dan

jauh lebih jelek bila telah terjadi metastase ke kelenjar limfe.


Polip usus jinak
Pathway menurut Haryono,2012

Ganas

Adenokarsinoma

Pertumbuhan kanker

Penyumbatan lumen Ulserassi pada dinding


dengan obstruksi usus serta perdarahan

Perforasi dan abses


pada usus

Pembedahan Kemoterapi
MK : Nyeri
Laparatomi/kolektomi
akut
MK: Berduka MK : Disfungsi
Seksual
Diit terpogram

MK : Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
5

Gambar 2 Pathway CA Rektosigmoid

3. Manifestasi Klinis

Menurut Haryono (2012), gejala dan tanda umumnya muncul

apabila CA Rektosigmoid sudah pada stadium lanjut dan tidak kuratif

lagi, pada stadium awal jarang atau sedikit sekali memberikan gejala

ataupun tanda dan hanya sedikit yang didapatkan pada stadium awal. Hal

inilah yang menekankan perlunya penapisan masalah pada populasi yang

asimptomatik untuk deteksi dini dan pencegahan CA Rektosigmoid.

Manifestasi klinis CA Rektosigmoid seringkali bergantung pada ukuran

dan lokasi tumor, neoplasma distal (colon decenden sampai rectum) tanda

dan gejalanya adalah sebagai berikut :

1) Perubahan pada feses

2) Perdarahan pada rektal

3) Anemia

4. Klasifikasi

Menurut Tim Cancer Helps (2010), ada lima tahapan

perkembangan CA Rektosigmoid yang umum disebut stadium 0, I, II, III,

IV. Berikut adalah penjelasan masing-masing stadium :

Tabel 1.1 Klasifikasi CA Rektosigmoid


6

Stadium Keterangan
Merupakan tahap ditemukannya sel-sel kanker hanya pada
0 lapisan terdalam kolon atau rectum

Merupakan tahapan dimana sel-sel kanker telah tumbuh ke


dinding dalam kolon atau rectum tetapi belum menembus
I
keluar

Stadium Keterangan
Merupakan tahapan kanker yang mungkin telah menyerang
II jaringan di sekitarnya tetapi belum menyebar ke kelenjar getah
bening
Merupakan tahapan kanker yang telah menyebar ke kelenjar
III getah bening disekitarnya tetapi belum menyebar ke bagian
tubuh lainnya
Merupakan tahapan kanker yang telah menyebar ke bagian
IV
tubuh yang lain misalnya hati atau paru-paru

5. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Kemenkes RI (2016), pemeriksaan penunjang untuk klien

dengan CA Rektosigmoid adalah sebagai berikut :

a. Endoskopi

Endoskopi merupakan prosedur diagnostik utama dan dapat

dilakukan dengan sigmoidoskopi (>35% tumor terletak di

rektosigmoid) atau dengan kolonoskopi total.

b. Enema barium dengan kontras ganda

Pemeriksaan enema barium yang dipilih adalah dengan kontras

ganda.

c. CT Colonography (Pneumocolon CT)

Modalitas CT yang dapat melakukan CT kolonografi dengan baik

adalah modalitas CT scan yang memiliki kemampuan rekonstruksi

multiplanar dan 3D volume rendering. Kolonoskopi virtual juga

memerlukan software khusus.


7

6. Penatalaksanaan

Menurut Kemenkes RI (2016), tatalaksana CA Rektosigmoid

adalah sebagai berikut:

a. Tatalaksana Bedah

1) Eksisi Lokal (Polipektomi Sederhana)

Eksisi lokal dilakukan baik untuk polip kolon maupun polip

rektum. Polipektomi endoskopik harus dilakukan apabila struktur

morfologik polip memungkinkan. Kontraindikasi relatif

polipektomi kolonoskopik antara lain adalah pasien yang mendapat

terapi antikoagulan, memiliki kecenderungan perdarahan (bleeding

diathesis), kolitis akut, dan secara klinis terdapat bukti yang

mengarah pada keganasan invasif, seperti ulserasi sentral, lesi

keras dan terfiksasi, nekrosis, atau lesi tidak dapat dinaikkan

dengan injeksi submukosal.

2) Eksisi Transanal

Eksisi transanal dilakukan pada CA Rektosigmoid. Syarat untuk

melakukan eksisi transanal adalah:

a) <30% dari lingkar rectum

b) Ukuran <3 cm

c) Margin bersih (>3 mm)

d) Dapat digerakkan (mobile), tidak terfiksasi


8

e) Terletak < 8 cm dari linea dentate

f) T1 saja

g) Polip yang diangkat secara endoskopik dengan patologi

kanker atau tidak dapat ditentukan

h) Tidak ada invasi limfovaskular atau PNI Diferensiasi baik atau

sedang

3) Transanal Endoscopic Microsurgery (TEM)

Jika lesi dapat diidentifikasi secara adekuat di rektum, dapat

dilakukan transanal endoscopic microsurgery (TEM). Prosedur

TEM memudahkan eksisi tumor rektum yang berukuran kecil

melalui anus. Kedua tindakan (eksisi transanal dan TEM)

melibatkan eksisi full thickness yang dilakukan tegak lurus

melewati dinding usus dan kedalam lemak perirekta.

4) Kolektomi dan reseksi KGB regional en-Bloc

Teknik ini diindikasikan untuk CA Rektosigmoid yang masih

dapat

direseksi (resecTabel) dan tidak ada metastasis jauh.

5) Bedah laparoskopik pada kanker kolorektal

Kolektomi laparasokopik merupakan salah satu pilihan

penatalaksanaan bedah untuk CA Rektosigmoid.


9

b. Tatalaksana Sistemik

1) Kemoterapi

Kemoterapi pada CA Rektosigmoid dapat dilakukan sebagai terapi

ajuvan, neoaduvan atau paliatif.

2) Regimen terapi

Saat ini, regimen standar kemoterapi baik ajuvan maupun paliatif

yang dianjurkan adalah FOLFOX 6 atau modifikasinya

(mFOLFOX6).

7. Diagnosa Keperawatan

Menurut Lemone (2016), diagnosa keperawatan prioritas untuk

pasien CA Rektosigmoid mencakup:

a. Nyeri akut

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

c. Berduka antisipatori

d. Disfungsi seksual
8. Fokus Intervensi Menurut Lemone (2016).
Rencana keperawatan pada kasus CA Rektosigmoid menurut Lemone (2016), adalah:

Tabel 1.2 Perencanaan Intervensi Keperawatan dengan Diagnosa Nyeri Akut


DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut Setelah dilakukan 1. Minta pasien untuk menilai 1. Nyeri merupakan pengalaman
tindakan keperawatan nyeri dengan subjektif dan untuk tindakan
selama 3x24 jam menggunakan skala nyeri pengobatan selanjutnya
diharapkan nyeri 0-10 2. Untuk mengetahui efek setelah
berkurang dengan 2. Pantau aktivitas analgesik pemberian obat
kriteria hasil : 3. Nyeri yang tidak terkontrol bisa
1. Melaporkan nyeri
30 menit seteelah mengindikasi infeksi
yang terkontrol ke pemberian 4. Pereda nyeri yang dekuat
derajad yang lebih 3. Kaji insisi terkait inflamasi mengurangi ketegangan otot
ringan atau bengkak 5. Tindakan ini memperbaiki efek
2. Menggunakan 4. Berikan analgesik pereda analgetik dengan menurunkan
tindakan nyeri ketegangan otot
pencegahan untuk 5. Bantu dengan tindakan
pengurangan nyeri kenyamanan seperti posisi
3. Tekanan darah tubuh
dalam batas
normal

Tabel 1.3 Perencanaan Intervensi Keperawatan dengan Diagnosa Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh

10
DIAGNOSA
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
Setelah dilakukan tindakan 1. Pasien membutuhkan
2. Ketidakseimbangan keperawatan selama 3x24 1. Kaji status nutrisi (A, B, lebih banyak
nutrisi : kurang dari jam C, D)
diharapkan penatalaksanaan nutrisi
kebutuhan tubuh 2. Kaji kesiapan memulai
Ketidakseimbangan nutrisi kembali untuk memulai
untuk mendukung
: kurang dari kebutuhan penyembuhan
kembali asupan oral
tubuh dapat teratasi dengan 2. Memastikan bahwa
setelah pembedahan
kriteria hasil : peristaltik telah kembali
3. Pantai asupan makanan
bekerja setelah memulai
1. Mengurangi risiko dan cairan
kembali asupan awal
defisiensi nutrisi atau 4. Pertahankan jalur
3. Membantu
kekurangan nutrisi intravena sesuai instruksi
mengidentifikasi
2. Asupan nutrisi yang keadekuatan asupan
adekuat nutrusi
3. Nafsu makan meningkat 4. Mendukung
penyembuhan ketika
asupan makanan
terganggu selama >2
sampai 3 hari

Tabel 1.4 Prencanaan Intervensi Keperawatan dengan Diagnosa Berduka

11
DIAGNOSA
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
Setelah dilakukan tindakan 1. Bangun hubungan saling 1. Tindakan ini akan
3. Berduka antisipatori keperawatan selama 3x24 percaya antarapasien meningkatkan efektivitas
jam diharapkan nyeri dan keluarga perawat dalam membantu
berkurang dengan kriteria 2. Berikan motivasi kepada pasien dan keluarga
hasil : pasien dan keluarga melewati proses berduka
1. Pasien perlu untuk mengungkapkan 2. Supaya keluarga tetap
menyesuaikan diri ketakutan mendukung anggota
tentang kehilangan keluarga yang sakit
anggota tubuh
2. Pasien mampu
meningkatkan
pemulihan fisik dan
koping

Tabel 1.5 Perencanaan Intervensi Keperawatan dengan Diagnosa Disfungsi Seksual

12
DIAGNOSA
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
3. Disfungsi seksual Setelah dilakukan tindakan 1. Beri kesempatan bagi 1. Agar pasien bisa
keperawatan selama 3x24 pasien untuk mengungkapkan
jam diharapkan hypertermi mengungkapkan perasaannya
dapat teratasi dengan kriteria perasaan tentang 2. Menjaga agar tetap bersih
hasil : penyakitnya dan terhindar dari bau untuk
1. Pasien mampu menerima 2. Berikan perawatan
membangkitkan rasa
perubahan citra tubuh kolostomi secara
konsisten percaya diri pasiem
2. Pasien dapat
meningkatkan harga diri 3. Motivasi untuk 3. Agar pasien mengetahui
3. Pasien tidak mengalami meningkatkan tentang tentang masalah seksual
kekhawatiran kehawatiran seksual 4. Memberikan pengertian
4. Yakinkan kembali jikia aktivitasa seksual bisa
pasien dan keluarga dilakukan setelah
dampak penyakit yang penyembuhan
dialami

13
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Nama Mahasiswa : Faiz Hudi Azhari

Tempat Praktik : Ruang Cendana 3 IRNA 1 RSUP Dr.

Sardjito Yogyakarta

Sumber Data : rekam medik, perawat atau tenaga

kesehatan lain, pasien, keluarga

Waktu Praktik : 02 Mei – 04 Mei 2019

Metode Pengumpulan Data : studi dokumentasi, observasi, wawancara,

pemeriksaan fisik

B. Data Demografi

1. Identitas Pasien

Nama : Ny. W

Usia : 53 tahun

Jenis kelamin : perempuan

Agama : Islam

Pendidikan : SLTA

Alamat : Tambakrejo RT02/RW08 Purworejo

Pekerjaan : wiraswasta

Suku : Jawa

Diagnosa medik : CA Rektosigmoid

14
15

Tanggal masuk : 24 April 2019

Tanggal pengkajian : 02 Mei 2019

Sumber Data : keluarga, tim medis, buku rekam medis

Metode Data : wawancara, observasi, studi dokumentasi,

dan pemeriksaan fisik

2. Penganggung Jawab

Nama : Ny. S

Usia : 42 tahun

Jenis kelamin : perempuan

Pekerjaan : ibu rumah tangga

Hubungan dengan klien : teman dekat

C. Riwayat Kesehatan

1. Faktor presipitasi

Pasien mengatakan mempunyai riwayat sakit kanker dari kakeknya.

2. Faktor predisposisi

Gaya hidup yang tidak sehat, sering memakan makanan siap saji (junk

food)

3. Alasan masuk RS

Pasien mengatakan sebelum dibawa ke Rumah Sakit Purworejo, pasien

mengeluhkan bagian perut sakit, mengeluh BAB sulit dan berdarah

saat BAB kurang lebih 50 cc. Setelah dari Rumah Sakit Purworejo

pasien dirujuk ke RSUP Dr Sardjito dengan diagnosa medis CA

Rektosigmoid.
16

4. Keluhan Utama

Pasien mengatakan nyeri di bagian perut

P : Post Op Laparatomy

Q : Seperti disayat-sayat

R : Bagian abdomen

S : Skala 6

T : Terus-Menerus

D. Pengkajian Keperawatan

1. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : lemah

Kesadaran : Compos mentis

GCS : E 4 V 5 M 6 = 15

2. Tanda-Tanda Vital

TD : 100/75 mmHg

RR : 22x/menit

N : 80x/menit

S : 36,6°C

3. Status Gizi

BB : 59 kg

TB : 160 kg
17

LILA : 26 cm

LK : 53 cm

LPT : 16 cm

IMT : BB(kg) = 59kg = 59kg = 23 (normal)

TB (m)² (1,6)² 2,56

Keterangan :

IMT <18,5 : Underweight

IMT 18,50-24,99 : Normal

IMT 25,00-29,99 : Overhight

IMT >30 : Obesitas

Intake Makanan

SMRS: 3x sehari nasi, lauk, sayur porsi sedang

MRS : Selama post operasi pasien mengatakan belum makan

Diit makanan post operasi : pasien dipuasakan 3 hari

Intake Minuman

SMRS : Air putih, kurang lebih 1 liter

MRS : Hari kamis tanggal 02 Mei 2019

Pasien mengatakan minum air putih 6 sendok

Diit minuman post operasi : air putih dan susu

4. Pemeriksaan Fisik

Integumen : kulit tubuh pucat

a. Kepala

Mata : konjungtiva tidak anemi


18

Hidung : bersih tidak ada kotoran

Gigi : tidak ada karies gigi

Telinga : simetris tidak ada keluhan

Ekstremitas :

Ektermitas atas : terpasang infus Aminofluid 28 tetes/menit

ditangan kanan sejak tanggal 29 April 2019

Ekstermitas bawah: kaki kanan dan kiri mampu bergerak normal

Kekuatan otot 5 5

5 5

Abdomen

I : Tampak balutan perban bekas operasi kurang lebih 25cm, balutan

tampak bersih dan rapi, terpasang drain sejak tanggal 29 April

2019. Kondisi drain tampak produk darah 150cc

A : Bising usus 8x/menit

P : Suara tympani

P : Nyeri tekan

b. Pola Eliminasi

BAB SMRS : Setiap hari 2-3x kontuinitas keras

BAB MRS : Pasien mengatakan selama di Rumah Sakit belum

BAB

BAK SMRS : Setiap hari 5-6x warna jernih


19

BAK MRS : Pasien terpasang selang kateter

Urin : tanggal 02 Mei 2019

06.00-22.00 : 1000ml

22.00-06.00 : 500ml

06.00-07.00 : 50ml

Drain : 150ml

IWL = 15xBB/24jam

=15x59kg

=885/24jam

BC = Input – (Output+IWL)

= 1954 – (1700 + 885)

= 1954 – 2585

= - 631

Keterangan : Input Aminofluid 500ml

KA-EN MG3 500ml

Ciprofloxacin 300ml

Aminofluid 300ml

Metronidazole 300ml

Obat injeksi 24 ml

Air putih 30 ml

Output Urine 06.00-22.00 1000ml

22.00-06.00 500ml

06.00-07.00 50 ml

Drain 150 ml
20

Tabel 2.6 Kemampuan Perawatan Diri


Kemampuan Perawatan 0 1 2 3 4
Diri
Makan / minum 2
Mandi 2
Toileting 2
Berpakaian 2
Mobilitas ditempat tidur 2
Berpindah 2
Keterangan : 0 =mandiri, 1= dibantu dengan alat, 2= dibantu dengan
orang lain, 3= dibantu orang lain dan alat, 4= tergantung total

5. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium

Tabel 2.7 Pemeriksaan Laboratorium tanggal 29 April 2019


Nama Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
HEMATOLOGI
Leukosit 12.77 10ˆ3/ul 4.50-11.50
MCH 25.4 Pg 26.0-32.0
MPV 10.5 Fl 7.2-10-4
P-LCR 28.8 % 15.0-25.0
Netrofil % 89.1 % 50.0-70.0
Limfosit% 5.4 % 18.0-42,0
Esinofil % 0.0 % 1.0-3.0
Basofil % 0.1 % 0.0-02
Netrofil # 11.38 10 ˆ3/ul 2.30-8.60
FAAL HATI
Albumin 2.95 g/dl 3.40-5.00
ELEKTROLIT
Natrium 141 Mmol/L 136-145
Klorida 104 Mmol/L 98-107
b. Pemeriksaan CT Scan

Hasil CT Scan Tanggal : 12 April 2019

Kesan :

1. Carcinoma Rektosigmoid dengan limfadenopati preascal dan

parailicia sinistra
21

2. Tak tampak kelainan pada hepar, lien, VF, pankreas, ren dextra

et sinistra, VU, maupun uterus, tak tampak metastasis pada

organ-organ tersebut

3. Tak tampak skeletal metasis pada tulang yang teruisualisasi

c. Terapi Obat yang diberikan

Tabel 2.8 Terapi Pemberian Obat


Nama obat Dosis Indikasi Kontra indikasi Efek samping

Ranitidin 50mg/IV/ 1. menurunkan asam 1. ibu hamil, gangguan 1. muntah, sakit kepala
8jam lambung ginjal 2. sakit perut, sulit
2. pendarahan dan alergi menelan
obat 3. urin keruh

Ketorolac 30mg/IV/ 1. mengurangi rasa nyeri 1. wanita hamil dan orang 1. rasa padeh
8jam melahirkan 2. panas
3. gatal-gatal
4. bengkkak

Codein 10mg/Ora 1. meredakan gejala 1. alergi obat 1. demam


l/12jam batuk 2. gangguan saluran 2. meriang
(k/p) 2. mengobati kondisi pernapasan 3. sulit tidur
diare akut 3. penyakit ginjal 4. kejang-kejang
4. penyakit hati 5. pingsan

Ciprofloxacin 200mg/IV 1. obat antibiotik 1. bagi wanita hamil dan 1. Mual dan muntah
/12jam (mengatasi infeksi menyusui 2. Sakit kepala
akibat bakteri) 2. penyakit gangguan 3. Rasa nyeri
ginjal, jantung 4. Alergi pada obat

Nama Obat Dosis Indikasi Kontra indikasi Efek Samping


Metronidazole 500mg/IV 1. Pencegahan infeksi 1. Ibu hamil 1. Warna urin menjadi
/8jam setelah operasi 2. Bagi anak-anak gelap
2. Infeksi luka ulkus 3. Gangguan ginjal 2. Anoreksia
3. Peradangan gigi dan 4. Gangguan syaraf 3. Mual
gusi 4. Pusing
5. Sakit perut
6. Sakit kepala
Asam 250mg/5 1. Asam taneksamat 2. Dengan penyakit 1. Sakit kepala.
Traneksamat ml/IV/8ja mencegah terjadinya saliran kemih
m perdarahan 3. Pada penyakit 2. Nyeri otot dan
pengumpala darah sendi.
22

4. Alergi obat 3. Hidung tersumbat.


4. Nyeri perut.
5. Nyeri punggung.
6. Mual dan muntah.
7. Diare
8. Lemas.
9. Anemia.
10. Migrain.
11. Pusing.
Infus 28 Tetes 1. Aminofluid 1. Koma 1. Dada terasa tertekan,
Aminofluid per merupakan cairan 2. Ibu hamil dan menyusi Peningkatan detak
menit/IV penyuplai nutrisi 3. Keracunan asam jantung
kedalam tubuh 2. Pembengkakan
pengguna yang pada kepala, paru-
kesulitan untuk paru, serta ujung-
menelan ataupun  ujung jari akibat
mengunyah makanan. timbunan cairan
3. Kelebihan kadar
Kalium dalam darah
KA-EN MG3 28 Tetes 1. Memelihara dan 1. Hiperkalemia 1. Alkalosis
per menyalurkan
keseimbang air dan 2. Oliguria 2. Edema otak, paru,
menit/IV dan perifer
elektrolit pada keadaan 3. Luka bakar berat dan
dimana asupan azotemia 3. Intoksikasi air dan
makanan tidak cukup hiperkalemia
atau tidak dapat 4. Kelebihan Natrium
diberikan secara per 4. Tromboflebitis
oral (melalui mulut) 5. Sindroma malabsorpsi
glukosa-galaktosa
6. Cedera hati yang berat

7. Aritmia jantung
RL 20 Tetes 1. menggantikan cairan 1. ibu menyusui 1. Ruam kulit
per eletkrolit yang hilang 2. wanita hamil
dalam tubuh 3. hipersensitif 2. Pembengkakan
menit/IV
4. alergi pada obat mata
3. Batuk
4. Demam
5. Sakit kepala
C. Pengelompokan Data
Tabel 2.9 Pengelompokan Data
Data Subjektif Data Objektif
23

1. Pasien mengatakan puasa 3 hari 1. Membran mukosa tampak pucat dan


terprogram (Aminofluid, KA-EN MG3 kering
500ml IV) 2. Nilai Albumin : 2,95 g/dl
2. Pasien mengtakan tenggorokannya 3. Pasien post operasi
kering 4. Tampak mukosa pasien kering
3. Pasien mengtakan nyeri 5. Urin tampak berwarna kuning keruh
P: post op laparatomy Jumlah urin H-1 : 1550ml
Q: seperti disayat-sayat Jumlah drain H-1: 150ml
R: bagian abdomen IWL = 15xBB/24jam
S: sakal 6 15x59 = 885/24jam
T: terus-menerus BC = Input – (output+IWL)
= 1954 – (1700 + 885)
= 1954 – 2585
= - 631
Input Aminofluid 500ml
KA-EN MG3 500ml
Ciprofloxacin 300ml
Aminofluid 300ml
Metronidazole 300ml
Obat injeksi 24 ml
Air putih 30 ml
Output Urine 06.00-22.00 1000ml
22.00-06.00 500ml
06.00-07.00 50 ml
Drain 150 ml

6. Pasien tampak meringis kesakitan


7. Pasien tampak menahan nyeri
8. Pasien tampak lemas
9. Pasien terpasang IV Line dibagian
kanan
10. Pasien terpasang DC sejak tanggal 29
April 2019
11. Terdapat bekas sayatan operasi
dibagian abdomen kurang lebih 25cm

D. Analisa Data
Tabel 2.10 Analisa Data
ETIOLOGI/FAKTOR
DATA MASALAH
RESIKO
24

DS: Agen cedera fisik Nyeri akut


1. Pasien mengatkan nyeri
P: post op laparatomy
Q: seperti disayat-sayat
R: bagian abdomen
S: skala 6
T: terus-menerus
DO:
1. Pasien tampak meringis kesakitan
2. Pasien tampak menahan nyeri
3. Pasien tampak lemas
DS: Ketidakmampuan Ketidakseimban
1. Pasien mengatakan puasa 3 hari terprogram mengabsorpsi nutrien gan nutrisi :
(Aminofluid, KA-EN MG3 500ml IV) kurang dari
DO: kebutuhan tubuh
1. Membran mukosa tampak pucat dan kering
2. Nilai Albumin : 2,95 g/dl
3. Pasien post operasi
DS: Kehilangan cairan aktif Kekurangan
1. Pasien mengtakan tenggorokan nya kering volume cairan
DO:
1. Tampak mukosa pasien kering
2. Urin tampak berwarna kuning keruh
Jumlah urin H-1 : 1550ml
Jumlah drain H-1: 150ml
IWL = 15xBB/24jam
15x59 = 885/24jam
BC = Input – (output+IWL)
= 1954 – (1700 + 885)
= 1954 – 2585
= - 631
Input Aminofluid 500ml
KA-EN MG3 500ml
Ciprofloxacin 300ml
Aminofluid 300ml
Metronidazole 300ml
Obat injeksi 24 ml
Air putih 30 ml
Output Urine 06.00-22.00 1000ml
22.00-06.00 500ml
06.00-07.00 50 ml
Drain 150 ml
DATA ETIOLOGI/FAKTOR MASALAH
RESIKO
DS: -
DO: Prosedure invasif Resiko infeksi
1. Pasien terpasang IV Line dibagian kanan
2. Pasien terpasang DC sejak tanggal 29
April 2019
3. Terdapat bekas sayatan operasi dibagian
25

abdomen kurang lebih 25cm

E. Diagnosa Prioritas Keperawatan


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif
4. Risiko infeksi ditandai dengan faktor risiko prosedur invansif
F. Intervensi, Implementasi, Dan Evaluasi Keperawatan
Tabel 2.11 Perencanaan Intervensi Keperawatan dengan Diagnosa Nyeri Akut Berhubungan dengan Agen Cedera Fisik
No Diagnosa Perencanaan Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Nyeri akut Setalah dilakukan Manajemen nyeri (1400) 1. Mengetahui Kamis, 02 Mei 2019 Kamis, 02 Mei 2019
berhubungan dengan tindakan selama 3x24 1. Kaji nyeri secara nyeri yang Pukul : 08.00 WIB Pukul: 08.15 WIB
agen cedera fisik jam diharapkan masalah komprehensif dirasakan 1. Memberikan obat S:
DS: Nyeri akut dapat 2. Berikan pasien posisi pasien Ketorolac 30mg/ IV O: Pasien telah diberikan obat
1. Pasien mengatkan diminimalkan dengan nyaman 2. Supaya pasien keterolac 30mg Iv
nyeri kriteria hasil: 3. Anjurkan pasien nyaman dan
P: post op Kontrol nyeri (1605) relaksasi nafas dalam tenang
(Faiz Hudi)
laparatomy 1. Pasien mengatakan 4. Kolaborasi pemberian 3. Supaya (Faiz Hudi)
Q: seperti disayat- nyerinya berkurang obat analgesik mengurangi
sayat 2. Pasien mampu (Ketorolac nyeri yang
Pukul : 08.20 WIB Pukul : 08.40 WIB
mengontrol nyeri 30mg/IV/8jam) dirasakan
R: bagian 2. Mengkaji nyeri secara S: Pasien mengatakan nyeri
Tingkat nyeri (2102) 4. Membantu
abdomen komprehensif P : Post op laparatomy
3. Eskpresi wajah meringankan
S: skala 6 Q : Seperti disayat-sayat
pasien rileks nyeri pada
R : Bagian abdomen
T: terus-menerus pasien
S : Sakal 6
DO: (Faiz Hudi)
T : Terus-menerus
1. Pasien tampak O: Pasien tampak menahan
meringis sakit
kesakitan
2. Pasien tampak
menahan nyeri
(Faiz Hudi)

26
No Diagnosa Perencanaan Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
Kamis, 02 Mei 2019 Kamis, 02 Mei 2019
Pukul : 08.00 WIB Pukul: 08.15 WIB
3. Menganjurkan pasien S: Pasien mengatakan kalau
untuk relaksasi nafas terasa nyeri pasien selalu
dalam tarik nafas dalam
O: Pasien tampak menerapkan
relaksasi nafas dalam
(Faiz Hudi)

(Faiz Hudi)

27
No Diagnosa / Soap Implementasi Evaluasi
Kamis 02 Mei 2019
Pukul : 14.00 WIB
S: Pasien mengatakan nyeri
P : Post op laparatomy
Q : Seperti disayat-sayat
R : Bagian abdomen
S : Sakal 6
T : Terus-menerus
Pasien mengatakan kalau terasa nyeri pasien
selalu tarik nafas dalam
O: Pasien telah diberikan obat keterolak 30mg/iv
Pasien tampak menahan sakit
Pasien tampak menerapkan relaksasi nafas dalam
A : Masalah nyeri akut belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
1. Kaji nyeri dan beri posisi nyaman
2. Edukasi tentang manajemen non farmakologi
(murotal)
3. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
analgetik Ketorolac 30mg/ IV

(Faiz Hudi)

28
CATATAN PERKEMBANGAN
HARI KE 2
Tabel 2.12 Catatan Perkembangan Diagnosa Nyeri Akut Berhubungan dengan Agen Cedera Fisik hari ke-2
No Diagnosa / Soap Implementasi Evaluasi
1 Jumat 03 Mei 2019 Jumat 03 Mei 2019 Jumat 03 Mei 2019
Pukul : 07.00 WIB Pukul : 08.00 WIB Pukul : 08.15 WIB A
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera 1. Memberikan terapi obat Ketorolac 30mg/ S:
fisik IV O: Terapi obat Ketorolac 30mg/iv sudah diberikan

S: Pasien mengatakan nyerinya berkurang


setelah dikasih obat
P : post op laparatomy
(Faiz Hudi) (Faiz Hudi)
Q: seperti disayat-sayat
Pukul : 09.00 WIB
R: bagaian abdomen
Pukul : 08.30 WIB S: Pasien mengatakan nyerinya berkurang setelah
S: Skala 5
2. Mengkaji nyeri dan memberi posisi diberikan obat
T : terus-Menerus
nyaman P: Post Op laparatomy
Q: sepeti disayat-sayat
O: Pasien tampak koopeatif
R: Bagian Abdomen
S: Skala 4
A:Masalah nyeri akut teratasi sebagian (Faiz Hudi)
T: Saat batuk
O: Pasien tampak tenang dan tidak merasa nyeri
P:Lanjutkan Intervensi
1. Kaji nyeri dan berikan posisi nyaman
2. Edukasi tentang manajemen non
farmakologi (murotal)
3. Kolaborasi dengan dokter Ketorolac (Faiz Hudi)
30mg/ IV

29
CATATAN PERKEMBANGAN
No Diagnosa / Soap Implementasi Evaluasi
Pukul : 09.10 WIB Pukul : 09.30 WIB
3. Mengedukasi tentang manajemen non S : Paseien mengatakan setelah mendengarka
farmakologi dengan Murotal kurang murotal ayat kursi pasien merasakan rileks,
lebih 50 detik tenang, dan nyerinya berkurang
O :Pasien tampak tenang dan rileks

(Faiz Hudi) (Faiz Hudi)

CATATAN PERKEMBANGAN
No Diagnosa / Soap Implementasi Evaluasi

30
Jumat 03 Mei 2019
Pukul : 14.00 WIB

S: Pasien mengatakan nyerinya berkurang setelah diberikan


obat
P: Post Op laparatomy
Q: sepeti disayat-sayat
R: Bagian Abdomen
S: Skala 4
T: Saat batuk
Paseien mengatakan setelah mendengarka murotal ayat
kursi pasien merasakan rileks, tenang, dan nyerinya
berkurang

O: Terapi obat Ketorolac 30m/iv sudah diberikan


Pasien tampak tenang dan tidak merasa nyeri
Pasien tampak tenang dan rileks

A : Masalah nyeri akut teratasi sebagian


P: Lanjutkan intervensi
1. Kaji nyeri secara komprehensif
2. Beri posisi nyaman
3. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik
Ketorolac 30mg/ IV

(Faiz Hudi)

CATATAN PERKEMBANGAN
HARI KE 3

31
Tabel 2.13 Catatan Perkembangan Diagnosa Nyeri Akut Berhubungan dengan Agen Cedera Fisik hari ke-3
No Diagnosa / Soap Implementasi Evaluasi
1 Sabtu 04 Mei 2019 Sabtu 04 Mei 2019 Sabtu 04 Mei 2019
Pukul : 07.00 WIB Pukul : 08.00 WIB Pukul : 08.15 WIB A
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera 1. Memberikan terapi obat Ketorolac 30mg/iv S:
fisik O: Terapi obat Ketorolac 30mg/iv sudah diberikan

S: Pasien mengatakan masih nyeri tapi lebih


(Faiz Hudi)
mendingan dari pada kemaren
P : post op laparatomy
(Faiz Hudi)
Q: seperti disayat-sayat
Pukul : 08.30 WIB Pukul : 09.00 WIB
R: bagaian abdomen
2. Mengkaji nyeri dan memberi posisi S: Pasien mengatakan nyerinya berkurang setelah
S: Skala 4
nyaman diberikan obat
T : terus-Menerus
P: Post Op laparatomy
Q: sepeti disayat-sayat
O: Pasien tampak koopeatif
R: Bagian Abdomen
(Faiz Hudi)
S: Skala 3
A:Masalah nyeri akut teratasi sebagian
T: Saat batuk
O: Pasien tampak lebih tenang
P:Lanjutkan Intervensi
1. Kaji nyeri dan berikan posisi nyaman
2. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian analgetik Ketorolac 30mg/ IV
(Faiz Hudi)

CATATAN PERKEMBANGAN
No Diagnosa / Soap Implementasi Evaluasi

32
Sabtu 04 Mei 2019
Pukul : 14.00 WIB

S: Pasien mengatakan nyerinya berkurang setelah


diberikan obat
P: Post Op laparatomy
Q: sepeti disayat-sayat
R: Bagian Abdomen
S: Skala 3
T: Saat batuk

O: Terapi obat Ketorolac 30mg/iv sudah diberikan


Pasien tampak tenang

A : Masalah nyeri akut teratasi


P: Hentikan intervensi

(Faiz Hudi)

NURSING CARE PLAN

33
Tabel 2.14 Perencanaan Intervensi Keperawatan Diagnosa Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh Berhubungan
dengan Ketidakmampuan Mengabsorpsi Makanan
No Diagnosa Perencanaan Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
2. Ketidakseimbangan Setalah dilakukan Monitor cairan 1. Mengetahui Kamis, 02 Mei 2019 Kamis, 02 Mei 2019
nutrisi : kurang tindakan selama 3x24 (0601) perkembangan Pukul : 08.00 WIB Pukul: 08.20 WIB
daikebutuhan tubuh jam diharapkan masalah 1. Identifikasi pasien Memberikan nutrisi S:
berhubungan Ketidakseimbangan adanya 2. Mengetahui parenteral sesuai O: Nutrisi parenteral Aminofluid 500ml
dengan nutrisi : kurang peningkatan perkembangan program (Aminofluid 28 tetes/menit telah dimasukkan
ketidakmampuan daikebutuhan tubuh dan penurunan selanjutnya pasien 28tetes/menit)
mengabsorpsi dapat diminimalkan bising usus 3. Supaya keluarga
nutrien dengan kriteria hasil: 2. Lakukan dan pasien tau diit
DS: Tingkat pengukuran apa yang
1. Pasien ketidaknyamanan ABCD dianjurkan
mengatakan (2109) 3. Edukasi pasien 4. Suapaya nutrisi di
(Faiz Hudi)
puasa 3 hari 1. Tidak ada tanda- mengikuti diit dalam tubuh
(Faiz Hudi)
terprogram tanda mual dan sesuai prosedur pasien tercukupi
Pukul : 09.50 WIB
(Aminofluid, muntah Manajemen 5. Membantu
Pukul: 09.00 WIB S:
KA-EN MG3 2. Nafsu makan cairan (4120) menyembuhkan
1. Memonitor O: A : BB : 59kg
500ml IV) pasien normal luka post op
4. Kelola nutrisi kesadaran pasien TB :160cm
DO: Satatus cairan :
parenteral LLA:26cm
1. Membran asupan makanan dan sesuai program LK:53cm
mukosa tampak cairan (1008) 5. Kolaborasi LPT:16cm
pucat dan kering
dengan ahli gizi B : Albumin : 2,95 g/dl
2. Nilai Albumin : (Faiz Hudi)
C : KU : lemah
2,95 g/dl
TD: 100/75
Diagnosa Perencanaan
No Tujuan Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi
Keperawatan
3. Asupan cairan IV mmHg

34
adekuat N: 80x/menit
4. Asupan nutrisi S:36,6˚C
parenteral adekuat RR: 22x/menit
D : intake :
Air putih 3 sendok

(Faiz Hudi)
Kamis, 02 Mei 2019
Pukul: 09.00 WIB
S:
O: nutrisi parenteral Aminofluid 500ml
28tetes/menit telah dimasukkan
A : BB : 59kg
TB :160cm
LLA:26cm
LK:53cm
LPT:16cm
B : Albumin : 2,95 g/dl
C : KU : lemah
TD: 100/75 mmHg
N: 80x/menit
S:36,6˚C
RR: 22x/menit
D : intake :
Air putih 3 sendok
Diagnosa Perencanaan
No Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional

35
A :Masalah ketidakseimbangan nutrisi :
kurang dari kebutuhan tubuh belum
teratasi
P:Lanjutkan intervensi
1. Kelola pemberian nutrisi
parenteral
2. Identifikasiankan peningkatan dan
penurunan bising usus
3. Kolaborasi dengan ahli gizi
pemberian protein (susu)

(Faiz Hudi)

36
CATATAN PERKEMBANGAN
Tabel 2.15 Catatan Perkembangan Diagnosa Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh Berhubungan dengan
Ketidakmampuan Mengabsopsi Makanan hari ke-2
No Diagnosa / Soap Implementasi Evaluasi
2 Jumat 03 Mei 2019 Jumat 03 Mei 2019 Jumat 03 Mei 2019
Pukul : 07.00 WIB Pukul : 08.00 WIB Pukul : 08.15 WIB A
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari 1. Mengelola dengan ahli gizi untuk S:Pasien mengatakan belum diminum susunya
kebutuhan berhubungan dengan ketidak memberikan protein (susu) O:Pasien tampak tenang
mampuan mengabsopsi nutrien

S: pasien mengatakan hari ini dianjurkan


minum 3 gelas susu
(Faiz Hudi) (Faiz Hudi)
O: membran mukosa pasien tampak pucat
Pukul : 08.30 WIB Pukul : 09.00 WIB
A:Masalah Ketidakseimbangan nutrisi :
2. Mengelola pemberian nutrisi parenteral S:
kurang dari kebutuhan belum teratasi
(KA-EN MG3 500ml 28TPM) O: Nutrisi parenteral KA-EN MG3 500ml
P:Lanjutkan Intervensi
28tetes/menit sudah diberikan
1. Kelola nutrisi parenteral sesuai
program
2. Identifikasi adanya peningkatan dan (Faiz Hudi)
penurunan bising usus (Faiz Hudi)
3. Kolaborasi dengan ahli gizi Pukul : 09.15 WIB
3. Mengidentifikasi peningkatan dan Pukul : 09.30 WIB
penurunan bising usus S:
O : Bising usus pasien 8x/menit

(Faiz Hudi) (Faiz Hudi)

CATATAN PERKEMBANGAN

37
No Diagnosa / Soap Implementasi Evaluasi
Jumat 03 Mei 2019
Pukul : 14.00 WIB
S:Pasien mengatakan belum diminum susunya
O: Pasien tampak tenang
Nutrisi parenteral KA-EN MG3 500ml
28tetes/menit sudah diberikan
Bising usus pasien 8x/menit

A : Masalah Ketidakseimbangan nutrisi : kurang


dari kebutuhan belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Kolaborasi dengan dokter untuk terapi
KA-EN MG3, Aminofluid
2. Identifikasi peningkatan dan penurunan
bising usus

(Faiz Hudi)

CATATAN PERKEMBANGAN

38
Tabel 2.16 Catatan Perkembangan Diagnosa Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh Berhubungan dengan
Ketidakmampuan Mengabsopsi Makanan hari ke-3
No Diagnosa / Soap Implementasi Evaluasi
3 Sabtu 04 Mei 2019 Sabtu 04 Mei 2019 Sabtu 04 Mei 2019
Pukul : 07.00 WIB Pukul : 08.00 WIB Pukul : 08.15 WIB
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari 1. Mengelola dengan ahli gizi untuk S:Pasien mengatakan kemaren sudah minum
kebutuhan berhubungan dengan ketidak memberikan protein (susu) susu 600ml
mampuan mengabsopsi nutrien O:Pasien tampak tenang

S: Pasien mengatakan mual setelah


diberikan obat ciprofloxacin
O: Pasien tampak menahan mual
(Faiz Hudi) (Faiz Hudi)
A:Masalah Ketidakseimbangan nutrisi :
Pukul : 08.30 WIB Pukul : 09.00 WIB
kurang dari kebutuhan belum teratasi
2. Mengelola pemberian nutrisi parenteral S:
P:Lanjutkan Intervensi
(KA-EN MG3 500ml 28TPM) O: Nutrisi parenteral KA-EN MG3 500ml
1. Kolaborasi dengan dokter untuk
28tetes/menit sudah diberikan
terapi KA-EN MG3, Aminofluid
2. Identifikasi peningkatan dan
penurunan bising usus (Faiz Hudi)
3. Kolaborasi dengan ahli gizi (Faiz Hudi)
Pukul : 09.15 WIB Pukul : 09.30 WIB
3. Mengidentifikasi peningkatan dan S:
penurunan bising usus O : Bising usus pasien 12x/menit

(Faiz Hudi) (Faiz Hudi)

39
CATATAN PERKEMBANGAN
No Diagnosa / Soap Implementasi Evaluasi
Sabtu 04 Mei 2019
Pukul : 14.00 WIB
S:Pasien mengatakan kemaren sudah minum
susu 600ml
O: Pasien tampak tenang
Nutrisi parenteral KA-EN MG3 500ml
28tetes/menit sudah diberikan
Bising usus pasien 12x/menit
A : Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari
kebutuhan teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
1. Kolaborasi dengan dokter untuk terapi
KA-EN MG3, Aminofluid
2. Identifikasi peningkatan dan penurunan
bising usus
3. Kolaborasi dengan ahli gizi pemberian
diit tinggi kalori tinggi protein

(Faiz Hudi)

NURSING CARE PLAN


Tabel 2.17 Perencanaan Intervensi Keperawatan dengan Diagnosa Kekurangan Volume Cairan Berhubungan dengan Kehilangan
Cairan Aktif
No Diagnosa Keperawatan Perencanaan Implementasi Evaluasi

40
Tujuan Intervensi Rasional
3. Kekurangan Volume Setalah dilakukan Monitor cairan (4130) 1. Mengetahui Kamis, 02 Mei 2019 Kamis, 02 Mei 2019
Cairan berhubungan tindakan selama 3x24 1. Monitor membran perkembangan Pukul : 07.00 WIB Pukul: 07.15 WIB
dengan kehilangan cairan jam diharapkan mukosa, turgor kulit, pasien 1. Memonitor urine dan S:
aktif masalah Kekurangan respon haus 2. Mengetahui drain O: urine : 1550ml warna
DS: volume cairan dapat 2. Monitor urine dan output pada kuning pekat
1. Pasien mengtakan diminimalkan dengan drain pasien Drain 150ml
tenggorokan nya kering kriteria hasil: Manajemen cairan 3. Supaya pasien BC : IWL = 15xBB/24jam
Keseimbangan (4120) lebih mudah 15x59= 885/24jam
DO: cairan (0601) 3. Tingkatkan asupan untuk minum
1. Tampak mukosa pasien 1. Turgor kulit oral misalnya 4. Supaya pasien BC=Input – (output+IWL)
(Faiz Hudi)
kering normal memberikan sedotan dan keluarga
2. Membran mukosa mengerti =1954–(1700+ 885)
2. Urin tampak berwarna untuk minum = 1954 – 2585
pasien lembab 4. Edukasi pasien dan pembatasan
kuning keruh 3. Tidak ada tabda- cairan yang = - 631
Jumlah urin H-1 : keluarga mengenai
tanda kehausan pembatasan cairan diberikan
1550ml 5. Kolaborasi dengan 5. Menambah
Jumlah drain H-1: dokter pemberian cairan pasien
150ml terapi terprogram dapat terpenuhi
IWL = 15xBB/24jam (Faiz Hudi)
15x59
= 885/24jam

41
No Diagnosa Keperawatan Perencanaan Implementasi Evaluasi
Tujuan Intervensi Rasional
BC = Input –(output+IWL) Pukul : 07.30 WIB Pukul : 07.45 WIB
= 1954 – (1700 + 885) 2. Memonitor membran mukosa, S: pasien mengatakan
= 1954 – 2585 turgor kulit, respon haus tenggorokannya kering
= - 631 O: membran mukosa tampak
kering

(Faiz Hudi)
(Faiz Hudi)

Pukul: 09.00 WIB


3. Mengelola pemberian nutrisi Kamis, 02 Mei 2019
parenteral seuai program Pukul: 07.15 WIB
(Aminofluid 28tetes/menit) S:
O: obat terapi terprogram
sudah dimasukan
Aminofluid 500ml
28tetes/menit

(Faiz Hudi)
(Faiz Hudi)

CATATAN PERKEMBANGAN

48
No Diagnosa / Soap Implementasi Evaluasi
Kamis 02 Mei 2019
Pukul : 14.00 WIB
S: pasien mengatakan tenggorokannya kering
O: Urine : 1550ml warna kuning pekat
Drain 150ml
Membran mukosa tampak kering
Obat terapi terprogram sudah dimasukan Aminofluid
500ml 28TPM
IWL = 15xBB/24jam
15x59 = 885/24jam
BC = Input – (output+IWL)
= 1954 – (1700 + 885)
= 1954 – 2585
= - 631
A : Masalah Kekurangan volume cairan belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Monitor urine dan drain
2. Monitor membran mukpsa pasien
3. Tingkatkan asupan oral misalnya dengan
memberikan sedotan untuk minum
4. Kolaborasi dengan dokter teapi terprogram (KA-
EN MG3, Aminofluid)

(Faiz Hudi)

CATATAN PERKEMBANGAN
Tabel 2.18 Catatan Perkembangan Diagnosa Kekurangan Volume Cairan Berhubungan dengan Kehilangan Cairan Aktif hari ke-2

49
No Diagnosa / Soap Implementasi Evaluasi
Jumat 03 Mei 2019 Jumat 03 Mei 2019 Jumat 03 Mei 2019
Pukul : 07.00 WIB Pukul : 07.00 WIB Pukul : 07.15 WIB A
Kekurangan volume cairan berhubungan 1. Memonitor urin dan drain S: Pasien mengatakan masih kering
dengan kehilangan cairan aktif 2. Memonitor membran mukosa tenggorokannya
O: Urine : 2400ml warna kuning pekat
S: Pasien mengatakan sudah minum 6 Mukosa pasien tampak kering
sendok air putih IWL = 15xBB/24jam
Pasien mengatakan dokter menganjurkan 15x59 = 885/24jam
hari ini minum susu 600ml BC = Input – (output+IWL)
(Faiz Hudi)
= 2724 – (2400+ 885)
O: Pasien tampak tenang = 2724 – 2400
Mukosa tampak kering
A:Masalah Kekurangan volume cairan = - 561
belum teratasi (Faiz Hudi)
Pukul : 08.30 WIB Pukul : 09.00 WIB
P:Lanjutkan Intervensi
3. Mengelola pemberian obat terapi S:
1. Monitor urine dan drain
terprogram KA-EN MG3 500ml O: Terapi terprogram KA-EN MG3 500ml
2. Monitor membran mukosa pasien
28tetes/menit 28tetes/menit sudah diberikan
3. Tingkatkan asupan oral misalnya
sedotan untuk minum
4. Kolaborasi dengan dokter terapi
terprogram
(Faiz Hudi)
(Faiz Hudi)

Catatan perkembangan
No Diagnosa / Soap Implementasi Evaluasi
Pukul : 09.15 WIB Pukul : 09.30 WIB

50
4. Meningkatkan asupan oral dengan S : Pasien mengatakan mau menggunakan
sedotan sedotan
O : Pasien tampak mau minum dengan sedotan

(Faiz Hudi) (Faiz Hudi)

CATATAN PERKEMBANGAN
No Diagnosa / Soap Implementasi Evaluasi

51
Jumat 03 Mei 2019
Pukul : 14.00 WIB
S: Pasien mengatakan masih kering tenggorokannya
Pasien mengatakan mau mencoba dengan sedotan
O: Urine : 2400ml warna kuning pekat
Mukosa pasien tampak kering
Pasien mengatakan mau mencoba dengan sedotan
Terapi terprogram KA-EN MG3 500ml 28tetes/menit
sudah diberikan
Pasien tampak minung dengan sedotan
IWL = 15xBB/24jam
15x59 = 885/24jam
BC = Input – (output+IWL)
= 2724 – (2400+ 885)
= 2724 – 2400
= - 561
A : Masalah Kekurangan volume cairan belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Monitor urine dan drain
2. Monitor membran mukosa pasien
3. Kolaborasi dengan dokter teapi terprogram

(Faiz Hudi)

CATATAN PERKEMBANGAN

52
Tabel 2.19 Catatan Perkembangan Diagnosa Kekurangan Volume Cairan Berhubungan dengan Kehilangan Cairan Aktif hari ke-3
No Diagnosa / Soap Implementasi Evaluasi
1 Sabtu 04 Mei 2019 Sabtu 04 Mei 2019 Sabtu 04 Mei 2019
Pukul : 07.00 WIB Pukul : 07.00 WIB Pukul : 07.15 WIB A
Kekurangan volume cairan berhubungan 1. Memonitor urin dan drain S: pasien mengatakan sudha tidak merasakan
dengan kehilangan cairan aktif 2. Memonitor membran mukosa tenggorokannya kering
S: Pasien mengatakan kemaren minum susu O: Urine : 800ml warna kuning bening
600ml Drain 10 warna merah
O: membran mukosa tampak lembab Mukosa pasien tampak lembab
(Faiz Hudi)
A:Masalah Kekurangan volume cairan IWL = 15xBB/24jam
belum teratasi 15x59 = 885/24jam
P:Lanjutkan Intervensi BC = Input – (output+IWL)
1. Monitor urine dan drain = 1824 – (810+ 885)
2. Monitor membran mukosa pasien = 1824 – 1695
3. Kolaborasi dengan dokter terapi = + 129
terprogram (KA-EN MG3, (Faiz Hudi)
Aminofluid) Pukul : 09.00 WIB
Pukul : 08.30 WIB
S:
3. Mengelola pemberian obat terapi
O: Terapi terprogram KA-EN MG3 500ml
terprogram KA-EN MG3 500 ml 28TPM
28tetes/menit sudah diberikan

(Faiz Hudi)
(Faiz Hudi)

CATATAN PERKEMBANGAN
No Diagnosa / Soap Implementasi Evaluasi

53
Sabtu 04 Mei 2019
Pukul : 14.00 WIB
S: Pasien mengatakan sudah tidak merasakan
tenggorokannya kering
O: Urine : 800ml warna kuning bening
Drain 10 warna merah
Mukosa pasien tampak lembab
Terapi terprogram KA-EN MG3 500ml
28TPM sudah diberikan
IWL = 15xBB/24jam
15x59 = 885/24jam
BC = Input – (output+IWL)
= 1824 – (810+ 885)
= 1824 – 1695
= + 129
A : Masalah Kekurangan volume cairan teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Monitor urine dan drain
2. Monitor membran mukosa pasien
3. Kolaborasi dengan dokter terapi
terprogram (KA-EN MG3, Aminofluid)

(Faiz Hudi)

NURSING CARE PLAN


Tabel 2.20 Perencanaan Intervensi Keperawatan dengan Diagnosa Risiko Infeksi ditandai dengan Prosedur Invasif

54
No Diagnosa Perencanaan Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
4. Resiko infeksi Setalah dilakukan Perlindungan 1. Mengetahui Kamis, 02 Mei 2019 Kamis, 02 Mei 2019
ditandai dengan tindakan selama 3x24 infeksi (6550) adanya tanda- Pukul : 08.00 WIB Pukul: 08.15 WIB
faktor resiko jam diharapkan masalah 1. Monitor tanda- tanda infeksi 1. Mengelola pemberian obat S:
prosedure invansif Resiko infeksi dapat tanda infeksi 2. Supaya tidak metrodinasole 500mg/IV O: Pasien telah diberikan
DS: - diminimalkan dengan 2. Berikan terjadi infeksi obat Metronidazole
DO: kriteria hasil: perawatan area 3. Supaya 500mg/IV
1. Pasien terpasang Keparahan infeksi tusukan infus keluarga dan
(Faiz Hudi)
IV Line dibagian (0703) 3. Edukasi pasien pasien tau cara (Faiz Hudi)
kanan 1. Tidak ada tanda-tanda tentang cuci menanggulangi
Pukul : 08.20 WIB
2. Pasien terpasang infeksi (KDRTF) tangan infeksi Pukul : 08.40 WIB
2. Monior adanya tanda-tanda
DC sejak tanggal 2. Pasien paham cara Kontrol infeksi 4. Membantu S:
infeksi
29 April 2019 mengatasi/mengendal (6540) mencegah O: tidak tampak tanda-
3. Terdapat bekas ikan infesi terjadinya tanda infeksi
sayatan operasi 3. Leukosit dalam batas 4. Kolaborasi infeksi
dibagian normal (4500-10.000 denga dokter (Faiz Hudi)
abdomen kurang sel/mm) pemberian obat Pukul : 09.00 WIB
antibiotik (Faiz Hudi)
lebih 25cm 3. Memberikan perawatan infus
(Metronidazole Pukul : 09.15 WIB
4. Angka leukosit
500mg/IV) S: pasien mengatakan
12.77 10^3/ul
perban masih bersih
(4.50-11.50)
O: tampak rapi dan bersih
5. Pasien post
operasi (Faiz Hudi)
laparatomi
(Faiz Hudi)

CATATAN PERKEMBANGAN
No Diagnosa / Soap Implementasi Evaluasi

55
Kamis 02 Mei 2019
Pukul : 14.00 WIB

S: Pasien mengatakan perban masih bersih

O : Pasien telah diberikan obat Metronidazole


500mg/IV Tidak tampak tanda-tanda infeksi
Tampak rapi dan bersih

A: Masalah resiko infeksi belum teratasi

P: Lanjutkan intervensi
1. Monitor tanda-tanda infeksi
2. Edukasi pasien dan keluarga tentang cuci
tangan
3. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
antibiotik

(Faiz Hudi)

CATATAN PERKEMBANGAN

56
Tabel 2.21 Catatan Perkembangan Diagnosa Risiko Infeksi ditandai dengan Prosedur Invasif hari ke-2

No Diagnosa / Soap Implementasi Evaluasi


1 Jumat 03 Mei 2019 Jumat 03 Mei 2019 Jumat 03 Mei 2019
Pukul : 07.00 WIB Pukul : 08.00 WIB Pukul : 08.15 WIB A
Resiko infeksi ditandai dengan faktor resiko 1. Memberikan obat Metronidazole 500mg/IV S:
prosedure invasif O: Terapi obat obat Metronidazole 500mg/IV
sudah diberikan
S:

O: Balutan infus dan post op tampak rapi dan (Faiz Hudi)


bersih
(Faiz Hudi)
Pukul : 08.30 WIB Pukul : 09.00 WIB
A: Masalah resiko infeksi belum teratasi 2. Mengedukasi pasien dan keluarga tentang S: Pasien dan keluarga paham tentang cuci tangan
cuci tangan O: Pasien dan keluarga kooperatif
P:Lanjutkan Intervensi
1. Monitor tanda-tanda infeksi
2. Edukasi pasien dan keluarga tentang
cuci tangan (Faiz Hudi)
3. Kolaborasi dengan dokter untuk (Faiz Hudi)
pemberian antibiotik Pukul : 09.15 WIB Pukul : 09.30 WIB
3. Monitor tanda-tanda infeksi dan mengganti S:
IV line ditangan kiri O: Balutan post op tampak rapi dan bersih
IV line sudah terpasang ditangan kiri

(Faiz Hudi)
(Faiz Hudi)

CATATAN PERKEMBANGAN
No Diagnosa / Soap Implementasi Evaluasi

57
Jumat 03 Mei 2019
Pukul : 14.00 WIB

S: Pasien dan keluarga paham tentang cuci tangan

O : Terapi obat obat Metronidazole 500mg/IV sudah


diberikan
Pasien dan keluarga kooperatif
Balutan post op tampak rapi dan bersih
IV line sudah terpasang ditangan kiri

A: Masalah resiko infeksi teratasi sebagian

P: Lanjutkan intervensi
1. Monitor tanda-tanda infeksi
2. Rapikan tempat tidur
3. Kolaborasi dengan dokter pemberian
antibiotik

(Faiz Hudi)

CATATAN PERKEMBANGAN

58
Tabel 2.22 Catatan Perkembangan Diagnosa Risiko Infeksi ditandai dengan Prosedur Invasif hari ke-3

No Diagnosa / Soap Implementasi Evaluasi


1 Sabtu 04 Mei 2019 Sabtu 04 Mei 2019 Sabtu 04 Mei 2019
Pukul : 07.00 WIB Pukul : 08.00 WIB Pukul : 08.30 WIB A
Resiko infeksi ditangdai dengan prosedure 1. Memonitor adanya tanda-tanda infeksi S: Pasien mengatakan area tusukan infus sekarang
infasif 2. Merapikan tempat tidur pasien tidak sakit
S : Pasien mangatakan infusnya kemaren O: Balutan infus tampak bersih dan rapi
sudah diaganti Tempat tidur tampak pasien rapi dan bersih
O : Balutan infus dan post op tampak rapi dan
bersih
A: Masalah resiko infeksi teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi (Faiz Hudi) (Faiz Hudi)
1. Monitor adanya infeksi
2. Rapikan tempat tidur

CATATAN PERKEMBANGAN

59
No Diagnosa / Soap Implementasi Evaluasi
Sabtu 04 Mei 2019
Pukul : 14.00 WIB

S: Pasien mengatakan area tusukan infus sekarang


tidak sakit
O : Balutan infus tampak bersih dan rapi
Tempat tidur tampak pasien rapi dan bersih
A: Masalah resiko infeksi teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi

(Faiz Hudi)

60
BAB III

PEMBAHASAN

Setelah dilakukan asuhan keperawatan melalui pendekatan proses

keperawatan selama 3 hari, mulai tanggal 02-04 Mei 2019, didapatkan hasil

pengkajian sampai dengan pendokumentasian.

Pada pembahasan kasus ini, penulis mengacu pada proses keperawatan

mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi keperawatan sekaligus pendokumentasiannya dengan melihat adanya

kesenjangan antara kasus yang nyata dengan teori dan hambatan-hambatan dalam

pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien Ny.“W” dengan diagnosa CA

Rektosigmoid di Ruang Cendana 3 IRNA 1 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

Pembahasan ini meliputi :

A. Proses keperawatan

Proses keperawatan adalah metode pengorganisasian yang sistematis

dalam melakukan asuhan keperawatan pada individu kelompok dan

masyarakat yang berfokus pada identifikasi dan pemecahan masalah dari

respon pasien terhadap penyakit. Proses keperawatan digunakan untuk

61
62

membantu perawat untuk melakukan praktek keperawatan secara sistematis

dalam memecahkan masalah keperawatan. Dengan meggunakan metode ini,

perawat dapat mendemostrasikan tanggung gugat dan tanggung jawab pada

klien, sehingga kualitas praktik keperawatan dapat meningkat.

Proses keperawatan memberikan kerangka yang dibutuhkan dalam

asuhan keperawatan kepada klien, keluarga, serta komunitas dan merupakan

metode yang efisien dalam membuat keputusan klinis serta pemecah masalah,

baik masalah aktual maupun potensial dalam mempertahankan kesehatan

(Tarwoto & Wartonah. 2015).

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap pertama dalam proses

keperawatan. Tahap ini sangat penting dan menentukan dalam tahap-

tahap selanjutnya. Data yang komprehensif dan valid akan menentukan

penetapan diagnosis keperawatan dengan tepat dan benar, serta

selanjutnya akan berpengaruh dalam perencanaan keperawatan. Tujuan

dari pengkajian didapatkannya data yang komprehensif yang mencakup

data biopsiko dan spiritual.


63

a. Data yang ada pada kasus dan ada pada teori

1) Perubahan Feces

Menurut Padila (2012), tanda-tanda CA Rektosigmoid

yaitu terjadi perubahan disekitar tempat yang terinfeksi.

Perubahan feces seperti terjadimya konstipasi atau perubahan

pola defekasi adalah beberapa tanda gejala dari CA

Rektosigmoid.

Pada kasus ini klien mengalami CA Rektosigmoid, dimana

didapatkan data pasien saat dikaji mengatakan mengeluh bagian

sebelah kiri bawah nyeri dan mengeluh BAB sulit dan tidak

rutin. Pasien mengatakan BAB setiap 2 hari 1x dengan

konsistensi keras.

Dari pengertian ahli diatas menyebutkan bahwa perubahan

feses terjadi karena adanya infeksi disaluran cerna, maka dari itu

pada pasien Ny. W mengeluh perubahan feses menjadi keras

karena adanya infeksi di saluran cerna.


64

2) Perdarahan pada Rectal

Menurut Haryono (2012), tanda-tanda CA Rektosigmoid

tergantung letak tumor. Darah kotor biasanya tidak ditemukan

tumor pada sebelah kanan CA Rektosigmoid, tetapi biasanya

(tidak banyak) tumor disebelah kiri kolon dan rektum. Jadi pada

intinya banyak atau sedikitnya perdarahan yang terjadi pada

kasus ini tergantung di mana tempat massa.

Pada kasus ini pasien mengatakan jika BAB selalu

mengeluarkan darah. Darah yang dikeluarkan cukup banyak

kurang lebih 50 cc. Dan saat mengeluarkannya juga terasa nyeri

di daerah rektum.

Pada kasus pasien Ny. W mengeluhkan saat BAB

mengeluarkan darah, Menurut pengertian diatas perdarahan

terjadi karena adanya banyak atau tidak massa yang ada di kolon

sehingga menyebabkan perdarahan saat BAB.


65

b. Data yang ada pada teori tetapi tidak ada pada kasus

1) Anemia

Anemia menurut Tjokroprawiro (2015), merupakan

keadaan di mana masa eriktrosit atau masa hemoglobin yang

beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen

bagi jaringan tubuh. Secara laboratoris, anemia dijabarkan

sebagai penurunan kadar hemoglobin serta hitung eritrosit dan

hemotokrit di bawah normal. Anemia akibat penyakit kronik

adalah anemia yang menyertai penyakit infeksi, inflamasi atau

keganasan yang menetap lebih dari 1-2 bulan. Adapun ciri-ciri

anemia yaitu kulit pucat, denyut jantung tidak teratur, lemas.

Menurut Honestdoc (2018), Seseorang bisa mengalami

anemia pada pasca operasi, karena pada saat pembedahan atau

operasi besar manusia akan mengalami banyak kehilangan

darah. Jadi bisa terjadi anemia pasca operasi. Umumnya dokter

akan memberikan obat-obatan atau supplemen dan vitamin

yang mengandung zat besi dan sel darah merah sehingga dapat

mengganti darah yang keluar saat operasi.


66

Pada kasus ini didapatkan pengkajian bahwa pasien tidak

mengalami penurunan hemoglobin atau disebut anemia. Dari

hasil laboratorium tanggal 29 April 2019 didapatkan hasil

hemoglobin 12,0 g/dl (12,0-15,0 g/dl).

Dari pengertian menurut ahli anemia adalah keadaan

diamana penurunan kadar hemoglobin atau sel darah merah

sehingga menyebabkan kulit pucat, denyut jatung tidak teratur,

lemas. Pada kasus Ny. W tidak terdapat ciri-ciri diatas dan

pemeriksaan laboratorium nilai hemoglobin 12,0 g/dl (normal).

c. Data yang tidak ada pada teori ada kasus

Pada pasien Ny. W tidak ada data yang tidak ada pada teori

tetapi ada pada kasus.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas mengenai

status kesehatan atau masalah aktual atau resiko dalam rangka

mengidentifikasi dan menentukan intervensi keperawatan untuk

mengurangi, menghilangkan, atau mencegah masalah klien yang ada


67

pada tanggung jawab. Diagnosa keperawatan merupakan pernyataan

klinis tentang respon individu, keluarga, dan masyarakat terhdap masalah

kesehatan baik aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan bersifat

holistik yang menyangkut semua aspek manusia yang meliputi masalah

fisik, psikososial, sosiokultural, perkembangan, dan spiritual (Tarwoto &

Wartonah. 2015).

Berdasar hasil analisa data yang ada pada kasus didapatkan

beberapa diagnose, diagnosa keperawatan diagnosa yang jelas, singkat

dan pasti tentang masalah pasien serta pengembangannya yang dapat

dipecahkan atau diubah melalui tindakan keperawatan.

Berdasarkan data yang sudah saya kaji pada kasus CA

Rektosigmoid, penulis menegakan diagnosa berdasarkan Tori kebutuhan

manusia menurut Hierarki Maslow, yaitu sebagai berikut :

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik

Diagnosa ini menjadi prioritas pertama berdasarkan tingkat

kegawatan yang mengancam jiwa dan tingkat kebutuhan dasar

manusia. Diagnosa ini termasuk diagnosa aktual, yaitu masalah yang

dialami pasien yaitu masalah nyata sesuai dengan data klinis. Pasien
68

post operasi hari ke-3 mengalami nyeri dengan skala 6 ditunjukkan

dengan raut muka pasien terlihat meringis menahan nyeri.

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien.

Diagnosa ini menjadi diagnosa yang kedua berdasarkan tingkat

kegawatan yang mengancam jiwa dan tingkat kebutuhan dasar

manusia. Dikarenakan dengan pasien puasa 3 hari, dari hasil

laboratorium tanggal 29 April 2019 didapatkan hasil albumin 2.95

g/dl (3.40-5.00 g/dl) dan mukosa bibir pasien tampak pucat/kering.

c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan

aktif

Diagnosa ini menjadi diagnosa yang ketiga dengan data yang

didapatkan pada pasien yaitu pasien mengatakan tenggorokannya

kering merasa haus dan warna urine pasien tampak kuning keruh

ditandai dengan hasil output pasien tanggal 02 Mei 2019 urine

berjumlah 1550 ml dan output drain berjumlah 150 ml.


69

d. Risiko infeksi ditandai dengan faktor resiko prosedur invasif

Diagnosa ini menjadi diagnosa yang keempat dengan hasil data

pasien terpasang selang cateter sejak tanggal 29 April 2019, terdapat

balutan luka bekas operasi dibagian abdomen kurang lebih 25 cm,

terpasang drain sejak tanggal 29 April 2019 dan dari hasil

laboratorium didapatkan hasil leukosit 12,77 g/dl (4,50-11,50 g/dl).

1) Diagnosa keperawatan yang ada dalam teori dan ada di

kasus

a) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik

Menurut Herdman (2015), pengalaman sensori dan emosional

tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan

aktual atau potensial, atau yang digambarkan sebagai

kerusakan (International Asociation For The Study of Pain);

awitan yang tiba-tiba atau lambat dengan intensitas ringan

hingga berat, dengan berakhirnya dapat diantisipasi atau

diprediksi, dan dengan durasi kurang dari 3 bulan.

Menurut The International Association for the Study of Pain

(IASP, 2002), nyeri didefinisikan sebagai suatu pengalaman


70

sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang

berhubungan dengan adanya atau potensi rusaknya jaringan

atau keadaan yang menggambarkan kerusakan jaringan

tersebut. Nyeri merupakan suatu gabungan dari komponen

obyektif (aspek fisiologi sensorik nyeri) dan komponen

subyektif (aspek emosional dan psikologi). Nyeri pasca

operasi merupakan salah satu penyebab tersering nyeri akut

yang disebabkan oleh prosedur pembedahan atau keadaan

patologis penyakit pasien. Manajemen nyeri pasca operasi

yang kurang adekuat disebabkan oleh beberapa faktor :

sensasi dan pengalaman nyeri yang berbeda pada tiap

individu, tidak dilakukan evaluasi nyeri, kurangnya

dokumentasi dan penelusuran sistematis, kurangnya interaksi

antara pasien dengan tenaga medis dan perilaku negatif

terhadap penggunaan analgetik

Diagnosa ini muncul disebabkan adanya :

(1) Pasien mengatakan nyeri skala 6 di bagian abdomen

karena post operasi


71

(2) Luka bekas operasi dibagian abdomen kurang lebih 25

cm

(3) Pasien tampak meringis kesakitan

(4) Pasien tampak menahan nyeri secara terus-menerus

Dari beberapa pengertian ahli di atas diagnosa nyeri akut

ditegakkan karena nyeri adalah suatu respon fisiologis tubuh

saat ada jaringan yang rusak. Pada proses pembedahan atau

operasi pastinya melakukan perlukaan atau insisi. Nyeri post

operasi ini sangat menganggu kenyamanan. Jadi penulis

menegakkan nyeri pada diagnosa prioritas yang pertama.

b) Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

Menurut Herdman (2018), asupan nutrisi tidak cukup

memenuhi kebutuhan metabolik.

Menurut Harahap (2004), setelah proses pembedahan klien

akan puasa hingga fungsi saluran pencernaan kembali normal

setelah anastesi berkurang. Cairan dan elektrolit pengganti

diberikan sepanjang memungkinkan TPN total parenteral

nutrisi. Nutrisi adekuat penting untuk penyembuhan sesudah


72

pembedahan. Bila tumor tahap lanjut, metabolisme klien

dapat meningkat dan selera makan berkurang.

Diagnosa ini muncul disebabkan :

(1) Pasien mengatakan puasa 3 hari

(2) Membran mukosa pasien tampak kering dan pucat

(3) Hasil laboratorium nilai albumin 2.95 g/dl pasien pada

tanggal 29 April 2019

Setelah dibahas oleh beberapa ahli diatas diagnosa

keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh ditegakkan, karena sebelum dilakukannya

operasi pasien dipuasakan dan setelah proses operasi pun

pasien kembali dipuasakan karena dan bertahap untuk bisa

makan dan inum secara normal. Dari hasil laboratorium pun

menunjukkan nutrisi pasien kurang dengan nilai albumin 2.95

g/dl. Operasi laparatomi ini dilakukan didalam sistem

pencernaan jadi diitnya pun bertahap dan karena asupannya

terbatas harus didukurng dengan cairan parental yang

adekuat.
73

2) Diagnosa keperawatan yang ada pada teori tetapi tidak ada

pada ada pada kasus

a) Berduka

Menurut Lemone (2016), ketika reseksi usus dilakukan

untuk CA Rektosigmoid pasien perlu menyesuaikan diri

terhadap kehilangan bagian tubuh yang besar serta terhadap

diagnosis CA Rektosigmoid. Bahkan ketika prognosis

pemulihannya pun, banyak orang menerima CA

Rektosigmoid sebagai penyakit yang berakibat fatal.

Mendukung pasien dan keluarga selama fase awal berduka

dapat meningkatkan pemulihan fisik dan koping psikologis

serta adaptasi terhadap kejadian.

Dari pengertian diatas diagnosa berduka tidak ditegakkan

karena pasien saat dikaji sudah menerima kondisinya

sekarang setelah operasi laparatomi dan sudah menerima juga

tentang penyakit kankernya, serta mengatakan mau merubah

gaya hidup dan mendekatkan diri kepada Tuhan.


74

b) Disfungsi seksual

Menurut Herdman (2018), suatu kondisi ketika individu

mengalami suatu perubahaan fungsi seksual selama fase

respons seksual berupa hasrat, terangsang, dan atau orgasme,

yang dipandang tidak memuaskan, tidak bermakna, atau tidak

adekuat.

Menurut Lemone (2016), faktor fisik yang dapat

menyebabkan disfungsi seksual mencakup gangguan saraf

dan pembuluh darah yang menyuplai genital, terapi radiasi,

kemoterapi, dan medikasi lain yang diresepkan setelah

pembedahan. Pasien akan mengalami kekhawatiran tentang

penolakan dalam melakukan aktivitas seksual dan kurangnya

percaya diri.

Dari pengertian di atas diagnosa disfungsi seksual tidak

diangkat karena pasien mengatakan dia sudah janda jadi dia

tidak mempermasalahkan tentang fungsi seksualitas atau

aktivitas seksualitas sehar-hari.


75

3) Diagnosa keperawatan yang tidak ada pada teori tetapi ada

pada kasus

a) Risiko Infeksi

Menurut Herdman (2018), rentan mengalami invasi dan

multiplikasi organisme patogenik yang dapat mengganggu

kesehatan.

Menurut Jannah (2016), Setengah dari para klien yang

dirawat di rumah sakit akan mendapatkan terapi intravena,

menjadikan populasi besar yang beresiko infeksi baik lokal

ataupun sistemik melalui aliran darah. Salah satu infeksi

nosokomial adalah infeksi luka infus atau phlebitis. Phlebitis

merupakan daerah bengkak, kemerahan, panas, dan nyeri

pada kulit sekitar tempat kateter intravaskular dipasang (kulit

bagian luar). Jika phlebitis disertai dengan tanda-tanda

infeksi lain seperti demam dan pus (keluarnya nanah) yang

keluar dari tempat tusukan, ini digolongkan sebagai infeksi

klinis bagian.
76

Diagnosa ini muncul disebabkan :

(1) Terpasang Kateter urine sejak tanggal 29 April 2019.

(2) Terpasang infus di tangan kanan Amonifluid 28tpm

(3) Terpasang selang drain dengan keluaran produk 150cc

sejak tanggal 29 April 2019.

(4) Terdapat perban sepanjang 25cm dibagian abdomen

(5) Leukosit 12,77 g/dL (4,50-11,50)

b) Kekurangan volume cairan

Menurut Herdman (2015), penurunan cairan intravaskuler,

intertital, dan atau intraseluler ini mengacu pada dehidrasi,

kehilangan cairan saja tanpa ada perubahan kadar natrium.

Menurut Tamsuri (2009), kekurangan volume cairan atau

dehidrasi dapat terjadi saat pembedahan karena banyak

mengeluarkan darah. Akibat yang ditimbulkan dari

kekurangan volume cairan yaitu dehidrasi, hiponatremia,

hipokalemia, selain itu dapat menyebabkan kelelahan, dan

menurunkan daya konsentrasi. Kekurangan volume cairan

tubuh dapat ditandai dengan penurunan tekanan darah,

penurunan tekanan nadi, penurunan turgor kulit, penurunan


77

pengisian vena, membran mukosa kering, haus, kulit kering,

kelemahan, peningkatan konsentrasi urin. Untuk

meningkatkan dan mempertahankan kebutuhan cairan tubuh

dibutuhkan terapi cairan, seseorang yang akan atau sedang

menjalani masa pembedahan memerlukan tambahan

pemberian cairan untuk menangani asupan cairan, mengganti

kehilangan darah, kehilangan cairan rongga tiga. 4 Prinsip

yang harus terpenuhi untuk melakukan terapi cairan yaitu

memenuhi kebutuhan normal per hari, pantau kekurangan

atau kehilangan cairan.

Diagnosa ini muncul disebabkan :

(1) Pasien mengatakan tenggorokan kering dan merasakan

haus terus-menerus

(2) Membran mukosa pasien tampak kering

(3) Urine ouput klien selama dirumah sakit pada tanggal 02

Mei 2019 yaitu 1550cc dan jumlah drain 150cc.

Dari beberapa penjelasan ahli di atas, penulis

menegakkan diagnosa kekurangan volume cairan tubuh.


78

Karena kondisi pasien pada saat pengkajian masih dalam

diit post operasi yaitu puasa. Serta ditandai dengan

membran mukosa pasien yang kering dan pucat dan

merasakan sangat haus. Setelah operasi bisa saja

mengalami kehilangan cairan karna proses pembedahan.

Maka dari itu, pemberian pengganti cairan tubuh yang

adekuat sangat dibutuhkan untuk proses penyembuhan

pasien.

3. Perencanaan

Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk

mencegah, mengurangi, mengatasi masalah-masalah yang telah

diidentifikasi dalam diagnosa keperawatan. Desain perencanaan

menggambarkan sejauh mana perawat mampu menetapkan cara

menyelesaikan masalah dengan efektif dan efisien (Rohman dan Saiful,

2010).

Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa

keperawatan yang muncul, penentuan masalah disesuaikan dengan


79

prioritas masalah yang harus diatasi terlebih dahulu, paling mendesak,

paling mengancam, serta disesuaikan dengan kebutuhan dasar Maslow

dan masalah yang mengancam jiwa pasien diprioritaskan terlebih

dahulu. Penentuan prioritas dilakukan karena tidak semua masalah

dapat diatasi dalam waktu yang bersamaan. Perencanaan pada masing-

masing diagnosa untuk tujuan disesuaikan dengan teori yang ada, dan

lebih banyak melihat dari kondisi pasien, keadaan tempat/ruangan dan

sumber daya dari tim kesehatan. Dalam penetapan tujuan dan kriteria

evaluasi mengacu pada rumus SMART yaitu, specific (spesifik),

measurable (dapat diukur), achievable (dapat dicapai), realistis

(kenyataan) dn time limited (batas waktu) (Rohman dan Saiful, 2010).

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik

Dengan harapan setelah dilakukannya asuhan keperawatan ada

beberapa kriteria untuk pencapaian hasil dan rencana tindakan

adalah sebagai berikut :

1) Tujuan
80

Penulis menetapkan waktu untuk melihat hasil yang telah

dilakukan yaitu memberikan asuhan keperawatan selama 3x24

jam diharapkan masalah nyeri akut teratasi dengan kriteria hasil

sebagai berikut :

(a) Skala nyeri bisa berkurang dari skala 6 menjadi skala 3

(b) Pasien mampu mengontrol nyeri dengan teknik non

farmakologi

(c) Ekspresi pasien rileks dan nyaman

2) Rencana intervensi

Pada dasarnya rencana sudah diterapkan sesuai dengan

intervensi dari kriteria hasil yang diterapkan penulis. Adapun

intervensi yang penulis susun adalah :

(a) Perencanaan yang ada pada teori dan ada pada kasus

yaitu sebagai berikut :

(1) Kaji nyeri secara komprehensif

Hal ini dilakukan untuk mengetahui nyeri yang

dirasakan pasien serta mengetahui pengobatan

selanjutnya.

(2) Berikan pasien posisi yang nyaman


81

Dengan posisi yang nyaman dapat membantu pasien

meredakan rasa nyeri

(3) Ajarkan pasien untuk relaksasi nafas dalam

Teknik relaksasi salah satu terapi non farmakologi

untuk memutuskan hubungan antara nyeri, tegang otot,

rangsang otonom yang berlebih, dan ansietas. Teknik

relaksasi sederhana dapat berlangsung singkat dan

mudah diterapkan, seperti menarik nafas dalam.

(4) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat

analgetik

Hal ini dilakukan untuk mengurangi nyeri kepada

pasien secara farmakologi. Dengan pemberiaan obat

ketorolac 30mg/IV adapun fungsi dari obat ketorolac

yaitu untuk meredakan nyeri yang diderita pasien.

(b) Perencanaan yang ada pada teori dan tidak ada pada

kasus yaitu sebagai berikut :

Tidak ada
82

(c) Perencanaan yang tidak ada pada teori tepi ada pada

kasus yaitu sebagai berikut :

Tidak ada

b. Ketidakseimbagan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien

Dengan harapan setelah dilakukannya asuhan keperawatan ada

beberapa kriteria untuk pencapaian hasil dan rencana tindakan

adalah sebagai berikut :

1) Tujuan

Penulis menetapkan waktu untuk melihat hasil yang telah

dilakukan yaitu memberikan asuhan keperawatan selama 3x24

jam diharapkan masalah ketidakseimbangan nutrisi teratasi

dengan kriteria sebagai berikut:

Tingkat ketidaknyamanan (2109)

(a) Tidak ada tanda-tanda mual dan muntah

(b) Nafsu makan pasien normal

Satatus cairan : asupan makanan dan cairan (1008)

(c) Asupan cairan IV adekuat

(d) Asupan nutrisi parenteral adekuat


83

2) Rencana tindakan

Pada dasarnya rencana sudah diterapkan sesuai dengan

intervensi dari kriteria hasil yang diterapkan penulis. Adapun

intervensi yang penulis susun adalah :

(a) Perencanaan yang ada pada teori dan ada pada kasus

yaitu sebagai berikut :

(1) Identifikasi adanya peningkatan dan penurunan bising

usus

Hal ini dilakukan untuk mengetahui perkembangan

usus pasien dan memastikan bahwa peristaltik telah

kembali bekerja setelah memulai kembali asupan awal.

(2) Kelola nutrisi parental sesuai program

Hal ini dilakukan agar nutrisi pasien dapat terpenuhi.

Dan mendukung penyembuhan ketika asupan makanan

terganggu selama >2 sampai 3 hari.

(3) Edukasi pasien mengikuti diit sesuai program

Hal ini dilakukan agar pasien taat dengan apa yang

telah dijadwalkan untuk asupan nutrisi


84

(4) Lakukan pengukuran status nutrisi antopometri,

biokimia, klinis dan diit

Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pasien

mengalami kekurangan nutrisi dan sejauh mana psien

membutuhkan lebih banyak penatalaksanaan nutrisi

untuk mendukung penyembuhan.

(b) Perencanaan yang ada dalam teori dan tidak ada dalam

kasus yaitu sebagai berikut :

(1) Pantau asupan makanan dan cairan

Hal ini membantu mengidentifikasi keadekuatan

asupan nutrisi.

(c) Perencanaan yang tidak ada dalam teori tapi ada dalam

kasus yaitu sebagai berikut :

Tidak ada

c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan

aktif

Dengan harapan setelah dilakukannya asuhan keperawatan ada

beberapa kriteria untuk pencapaian hasil dan rencana tindakan

adalah sebagai berikut :


85

1) Tujuan

Penulis menetapkan waktu untuk melihat hasil yang telah

dilakukan yaitu memberikan asuhan keperawatan selama 3x24

jam diharapkan masalah kekurangan volume cairan teratasi

dengan kriteria sebagai berikut :

(a) Turgor kulit normal

(b) Mukosa lembab

(c) Tidak ada tanda-tanda kehausan

2) Rencana tindakan

Pada dasarnya rencana sudah diterapkan sesuai dengan

intervensi dari kriteria hasil yang diterapkan penulis. Intervensi

dipilih disesuaikan dengan keadaan dan kondisi pasien.

Intervensi risiko infeksi ini tidak ada dalam teori Lemone

(2016), sehingga penulius mengambil intervensi yang disusun

menggunakan NIC (Nursing Intervension Clasification) menurut

Bulechek, Gloira M, dkk (2016), adalah sebagai berikut:

(a) Monitor membran mukosa, turgor kulit dan respon haus


86

Hal ini dilakukan untuk mengetahui cairan yang ada di

dalam tubuh pasien.

(b) Monitor urine dan drain

Hal ini dilakukan agar mengetahui produk output pasien.

(c) Tingkatkan asupan oral (memberikan sedotan untuk

minum)

Hal ini dilakukan untuk memodifikasi cara minum pasien

dengan teknik pemberian sarana untuk minum.

(d) Edukasi pasien dan keluarga mengenai pembatasan cairan

Hal ini dilakukan untuk menjaga keseimbangan cairan di

dalam tubuh pasien.

(e) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi

terpogram

Hal ini dilakukan untuk memberikan asupan cairan melalui

intravena yang langsung masuk ke dalam pembuluh darah.

d. Risiko infeksi ditandai dengan faktor resiko prosedur invasif

Dengan harapan setelah dilakukannya asuhan keperawatan ada

beberapa kriteria untuk pencapaian hasil dan rencana tindakan

adalah sebagai berikut :


87

1) Tujuan

Penulis menetapkan waktu untuk melihat hasil yang telah

dilakukan yaitu memberikan asuhan keperawatan selama 3x24

jam, diharapkan masalah risiko infeksi teratasi dengan kriteria

sebagai berikut :

(a) Tidak ada tanda-tanda infeksi (kalor, dolor, rubor, tumor)

(b) Pasien paham cara pencegahan infeksi

(c) Leukosit dalam batas normal (4500-11000)

2) Rencana tindakan

Pada dasarnya rencana sudah diterapkan sesuai dengan

intervensi dari kriteria hasil yang diterapkan penulis. Intervensi

dipilih disesuaikan dengan keadaan dan kondisi pasien.

Intervensi risiko infeksi ini tidak ada dalam teori Lemone

(2016), sehingga penulis mengambil intervensi yang disusun

menggunakan NIC (Nursing Intervension Clasification) menurut

Bulechek, Gloira M, dkk (2016), adalah sebagai berikut :

(a) Monitor adanya tanda-tanda infeksi


88

Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada tanda-tanda

infeksi seperti kemerahan, bengkak, nyeri, edema, gatal atau

sampai adanya pus menandakan gejala infeksi.

(b) Berikan perawatan tusukan infus

Hal ini dilakukan supaya mengurangi faktor terjadinya

infeksi melalui area tusukan infus.

(c) Edukasi pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala

infeksi

Hal ini dilakukan agar keluarga dan pasien juga mengetahui

mengenai tanda gejala infeksi

(d) Ganti verben dan bersihkan lingkungan pasien

Hal ini dilakukan untuk mengurangi terjadinya infeksi

melalui lingkungan pasien

(e) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotik

Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi

didalam tubuh dengan teknik farmakologi

4. Pelaksanaan
89

Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam

rencana perawat. Tindakan keperawatan mancakup tindakan mandiri

(independen) dan tindakan kolaborasi.

Tindakan mandiri (independen) adalah aktivitas perawat yang

didasarkan pada kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukan

merupakan perunjuk atau perintah dari petugas kesehatan lain. Tindakan

kolaborasi adalah tindakan yang didasarkan hasil keputusan bersama,

seperti dokter dan petugas kesehatan lain (Tarwoto & Wartonah, 2015).

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik

1) Intervensi yang telah dilakukan

(a) Kaji nyeri secara komprehensif

(b) Berikan pasien posisi nyaman

(c) Edukasi tentang manajemen non farmakologi (relaksasi

nafas dalam)

(d) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat analgesik

2) Intervensi yang belum dilakukan

Tidak ada

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien


90

1) Intervensi yang telah dilakukan

(a) Kelola pemberian nutrisi parental

(b) Identifikasi adanya peningkatan dan penurunan bising usus

(c) Lakukan pengukuran A,B,C,D atau mengkaji status nutrisi

(d) Edukasi pasien untuk mengikuti diit sesuai program

2) Intervensi yang belum dilakukan

Tidak ada

c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan

aktif

1) Intervensi yang telah dilakukan

(a) Memonitor urine dan drain

(b) Monitor pemberian mukosa, tugor kulit, respon haus

(c) Kolaboraai dengan dokter untuk pemberian terapi

terpogram

(d) Tingkatkan asupan oral

2) Intervensi yang belum dilakukan

Tidak ada

d. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif

1) Intervensi yang telah dilakukan

(a) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat antibiotik


91

(b) Monitor tanda gejala infeksi

(c) Berikan perawatan tusukan infus

(d) Edukasi tanda gejala infeksi

(e) Menjaga lingkungan pasien tetap bersih

2) Intervensi yang tidak dilakukan

Tidak Ada

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan untuk

dapat menentukan keberhasilan dalam asuhan keperawatan. Evaluasi

pada dasarnya adalah membandingkan status keadaan kesehatan pasien

dengan tujuan atau kriteria hasil. Tujuan dari evaluasi adalah :

a. Mengevaluasi status kesehatan pasien

b. Menentukan perkembangan tujuan perawatan

c. Menentukan efektivitas dari rencana keperawatan yang telah

ditetapkan

d. Sebagai dasar menentukan diagnosis keperawatan sudah tercapai

atau tidak atau adanya perubahan diagnosis.


92

Evaluasi perkembangaan kesehatan pasien dapat dilihat dari hasil

tindakan keperawatan. Tujuannya adalah mengetahui sejauh mana tujuan

perawatan dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan

keperawatan yang diberikan (Tarwoto & Wartonah. 2015).

a. Adapun diagnosa dengan kriteria pencapaian hasil sebagian

adalah sebagai berikut :

1) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

memiliki kriteria hasil sebagai berikut :

Tingkat ketidaknyamanan (2109)

(a) Tidak ada tanda-tanda mual dan muntah

(b) Nafsu makan pasien normal

Satatus cairan : asupan makanan dan cairan (1008)

(c) Asupan cairan IV adekuat

(d) Asupan nutrisi parenteral adekuat

Kriteria hasil yang telah teratasi sebagian adalah sebagai

berikut:

(a) Tidak ada tanda-tanda mual muntah

(b) Asupan nutrisi parenteral adekuat


93

(c) Asupan cairan iv adekuat

Evaluasi hasil teratasi sebagian karena dar ibeberapa kriteria

yang telah dipilih sudah teratasi. Masih ada 1 kriteria belum

teratasi karena pasien masih mengeluhkan mual.

2) Risiko infeksi ditandai dengan prosedur invasif memiliki kriteria

sebagai berikut :

Keparahan infeksi (1703)

(a) Tidak ada tanda-tanda inveksi (kalor, dolor, rubor, tumor)

(b) Pasien paham mengenai cara pencegan infeksi

(c) Leukosit dalam batas normal (4500-11000)

Kriteria hasil yang telah teratasi sesuai tujuan dan tabel

intervensi adalah :

(a) Monitor tanda gejala infeksi

(b) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat antibiotik

(Metrodinasole/iv/12jam)

(c) Edukasi tanda gejala infeksi

Untuk diagnosa risiko infeksi, setelah pemberian asuhan

keperawatan selama 3x24 jam risiko infeksi klien belum teratasi

karena pada kriteria hasil ditentukan leukosit dalam batas


94

normal. Tetapi setelah 3 hari mengelola pasien belum ada hasil

laboratorium terbaru untuk angka leukosit.

b. Adapun diagnosa dengan kriteria pencapaian hasilnya teratasi

adalah sebagai berikut :

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik

(a) Skala nyeri berkurang dari skala 6 menjadi skala 3

(b) Pasien mampu mengontrol nyeri

(c) Ekspresi pasien rileks atau nyaman

Dalam waktu 3x24jam penulis memberi asuhan keperawatan,

dan kriteria hasil yang ditentukan klien tercapai semua. Pasien

mampu mengontrol nyerinya dengan teknik relaksasi nafas

dalam, ekspresi pasien rileks dan nyaman setrlah diberikan

asuhan keperawatan, dan skala pasien berkurang dari skala

sedang ke skala ringan.

2) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan

cairan aktif

(a) Tugor kulit normal


95

(b) Mukosa lembab

(c) Tidak ada tan-tanda kehausan

Dalam waktu 3x24 jam penulis memberi asuhan keparaawtan

pada psien adn kriteria hasil yang ditentukan juga tercapai

seluruhnya. Turgor kulit pasien normal, mukosa pasien lembab

dan tidak ada tanda-tanda kehausan.

B. Dokumentasi Keperawatan

Menurut Setiadi (2012), dokumentasi keperawatan adalah informasi

tentang status perkembangan kondisi pasien serta semua kegiatan asuhan

keperawatan yang dilakukan oleh perawat.

Menurut Setiadi (2012), mengatakan tujuan dokumentasi keperawatan yaitu :

1. Sebagai sarana komunikasi :

Dokumentasi yang dikomunikasikan secara akurat dan lengkap yang

digunakan untuk membantu koordinasi asuhan keperawatan yang

diberikan oleh tim kesehatan untuuk mencegah tumpang tindih,

mengurangi kesalahan dan meningkatkan ketelitian dalam memberikan

asuhan keperawatan.

2. Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat :


96

Upaya untuk melindungi pasien terhadap kualitas pelayanan keperawatan

yang diterima dan perlindungan terhadap keamanan perawat dalam

melaksanakan tugasnya maka perawat harus mencatat segala tindakan

yang dilakukan terhadap pasien.

3. Sebagai informasi statistik :

Data statistik dari dokumentasi keperawatan dapat membantu

merencanakan kebutuhan di masa mendatang

4. Sebagai sarana pendidikan :

Dokumentasi asuhan keperawatan yang dilaksanakan secara baik dan

benar akan membantu para siswa keperawatan dalam proses belajar

mengajar untuk mendapatkan pengetahuan caik teori maupun praktik

5. Sebagai data sumber penelitian :

Informasi yang ditulis dalam dokumentasi dapat digunakan sebagai

sumber data penelitian.

6. Sebagai jaminan kualitas pelayanan kesehatan :

Dokumentasi yang dilaksanakan dengan baik dan benar, diharapkan

asuhan keperawatan yang berkualitas dapat tercapai jaminan kualitas dari

program pengembangan pelayanan kesehatan.

7. Sebagai sumber data perencanaan asuhan keperawatan berkelanjutan :


97

Dokumentasi ini akan didapatkan data yang aktual dan konsisten

mencakup seluruh kegiatan keperawatn yang dilakukan melalui tahapan

kegiatan proses keperawatan

Pendokumentasian yang dilakukan penulis mengikuti setiap tahap-tahap

dalam proses keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi keperawatan

1. Pengkajian

Pada tahap pengkajian penulis sudah mengkaji berdasarkan bio, psiko,

sosial dan spiritual dengan menggunakan metode pengkajian yaitu :

wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, studi dokumentasi yang akan

muncul data-data senjang, setelah itu penulis mengelompokkan data

menjadi data subjektif dan objektif yang akan dianalisa untuk

mendapatkan masalah keperawatan berdasarkan data senjang, masalah,

data penyebab sehingga muncul keperawatan.

2. Diagnosa keperawatan
98

Pada tahap ini penulis menetapkan diagnosa sesuai prioritas berdasarkan

masalah yang segera ditangani, sesuai dengan kebutuhan pasien setelah

melakukan analisa data

3. Perencanaan keperawatan

Pada tahap ini penulis menulis tujuan yang disusun berdasarkan SMART

(Spesific, Measurable, Achievable, Realistic, Time Limited) dan

intervensi keperawatan berdasarkan aspek ONEC (Observation, Nursing

Treatment, Education, Colaboration) sesuai dengan masalah yang ada

pada pasien.

4. Pelaksanaan keperawatan

Pada tahap ini penulis sudah melakukan tindakan sesuai apa yang telah

direncanakan dengan tujuan tindakan untuk memenuhi kebutuhan pasien

secara optimal.

5. Evaluasi keperawatan

Pada tahap ini penulis dapat mengetahui pemenuhan kebutuhan pasien

secara optimal dan dapat mengukur hasil proses keperawatan yang telah

dilakukan.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perbaikan mutu asuhan keperawatan sangat dibutuhkan untuk

meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan

oleh Rumah Sakit. Setelah melakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam

dengan diagnosa CA Rektosigmoid di Ruang Cendana 3 IRNA 1 RSUP Dr.

Sardjito Yogyakarta pada tanggal 02-04 Mei 2019, penulis mendapatkan

berbagai hal mengenai proses keperawatan yang biasa digunakan sebagai

acuan untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan.

1. Pengkajian keperawatan

Dalam pengkajian penulis mendapatkan data tentang pola

perubahan feces dan perdarahan pada rectal sebelum dilakukannya

operasi. Sedangkan setelah pasien operasi yang dirasakan Ny.”W”

mengatakan nyeri. Nyeri yang dirasakan Ny.”W” sangat mengganggu

kenyamanan dirinya, nyeri yang dirasakan berada di perut post operasi,

99
100

nyeri seperti disayat-sayat, skala nyeri yang dirasakan yaitu skala 6 (nyeri

sedang) dan nyeri terus menerus.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus kelolaan dan

sesuai dengan urutan prioritas masalah ada 4 antara lain sebagai berikut :

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik

b. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien

c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan

aktif

d. Resiko infeksi ditandai dengan prosedure invansif

3. Perencanaan keperawatan

Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan prioritas tingkat

kebutuhan dasar Maslow yang meliputi kebutuhan fisik, biologis, rasa

aman dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan aktualisasi diri.

Dalam perencanaan ini penulis membuat sesuai dengan diagnosa yang

sudah ada dan berpacu pada data yang didapatkan saat pengkajian. tujuan

yang akan dicapai penulis menggunakan metode SMART (Spesific,

Measurable, Achivable, Realistic, Time Limited) dan untuk


101

pelaksanaannya mencakup ONEC (Observation, Nursing treatment,

Education, Colaboration).

4. Pelaksanaan keperawatan

Dalam tahap pelaksanaan/implementasi keperawatan, penulis

melaksanakan sesuai dengan intervensi yang telah disusun. Semua

intervensi yang telah disusun sudah dilaksanakan untuk pemberian

asuhan keperawatan kepada pasien.

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir untuk mengukur keberhasilan

atau tidaknya rencana asuhan keperawatan yang telah di susun dan

dilakukan tindakan selama 3x24 jam. Dari 4 diagnosa yang ditegakkan

oleh penulis ada 2 yang sudah teratasi yaitu diagnosa nyeri akut

berhubungan dengan agen cedera fisik dan kekurangan volume cairan

berhubungan dengan kehilangan cairan aktif. Ditandai sengan skala

nyeri pasien sudah turun, pasien mampu mengontrol nyeri dan tidak ada

tanda-tanda kekurangan volume cairan. Pasien mengatakan sudah tidak

haus yang berlebihan dan warna urine sudah berrwarna bening normal.

Sedangkan 2 diagnosa yang teratasi sebagian yaitu Ketidakseimbangan


102

nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien dan resiko infeksi ditandai

dengan prosedure invansif. Ditandai dengan kondisi pasien masih mual

dan nilai albumin masih di bawah normal

6. Dokumentasi

Dalam melakukan asuhan keperawatan pada Ny. W dengan

diagnosa CA Rektosigmoid penulis diwajibkan menuliskan secara

lengkap mulai dari hari, tanggal, jam, dan paraf nama terang.

Pendokumentasian digunakan untuk mengetahui status kesehatan pasien

dan supaya bisa dipertanggungjawabkan.

B. Saran

Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Ny. W dengan CA

Rektosigmoid pada tanggal 02-04 Mei 2019, penulis menemukan hal-hal

yang dapat dijadikan masukan dalam meningkatkan mutu asuhan

keperawatan. Berdasarkan hasil proses keperawatan yang diperoleh, maka

disarankan beberapa hal sebagai berikut :


103

1. Untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dalam memberikan

asuhan keperawatan kepada pasien yaitu dapat menambah ilmu

mengenai dunia keperawatan yang terbaru agar dapat mengikuti

perkembangan zaman.

2. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien, khususnya

dengan CA Rektosigmoid fokus pengkajian meliputi perubahan

feces dan perdarahan pada rectal. Karena CA Rektosigmoid ini

muncul pada stadium lanjut, pada stadium awal gejala yang timbul

hanya sedikit. Saat pasien CA Rektosigmoid mengalami nyeri, kaji

nyeri secara komperhensif, berikan posisi nyaman pada pasien,

ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, dan berikan obat analgesik

sesuai resep dokter. Sementara itu, pada kondisi luka jahitan monitor

tanda-tanda infeksi (kemerahan, bengkak, nyeri, edema, gatal atau

sampai adanya pus menandakan gejala infeksi), kemudian bersihkan

area luka untuk mengurangi infeksi, dan berikan obat antibiotic

sesuai dengan resep dokter.

3. Penderita CA Rektosigmoid membutuhkan dukungan psikologis

mengingat penyakit kanker bukanlah penyakit yang mudah sembuh


104

begitu saja, tetapi akan tumbuh terus menerus di dalam tubuh, dan

jika tidak diobati akan terus berkembang virusnya. Dukungan

psikologis itu akan meningkatkan semangat klien untuk sembuh.

Dengan cara memberikan edukasi kepada keluarga supaya selalu

mendukung anggota keluarga yang sakit serta selalu merawatnya

(mengingatkan pasien serta mengantarkan pasien untuk rutin

melakukan pengobatan sesuai dengan jadwal yang sudah diberikan

dokter). Karena tidak semua orang bisa menerima kondisi saat

penyakit kanker menyerang dirinya. Itu butuh dukungan dari

berbagai pihak apalagi keluarga yang selalu ada di dekat klien.


DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria M, dkk. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC).


Indonesia : Elsevier Global Rights

Handaya, AY. 2017. Deteksi Dini & Atasi 31 Penyakit Bedah Saluran Cerna
(Digestif). Yogyakarta : Rapha Publising

Harahap, I, A. 2004. Perawatan Pasien Dengan Kolostomi Pada Penderita


Cancer Colorectal. Universitas Sumatera Utara. Fakultas Kedokteran
Program : Studi Ilmu Keperawatan

Hariyono, Rudi. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan.


Yogyakarta : Gosyen Publising

Herdman T. Heather. 2018. NANDA Iternational Nursing Diagnoses : Definitions


and Classification 2018-2020. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Herdman, T. H. & Kamitsuru, S. 2018. Diagnosis Keperawatan Definisi &


Klasifikasi 2018-2020 Edisi 10 (Nursing Diagnoses: Definitions and
Clasification). Jakarta : EGC Indonesia: CV. Mocomedia

Honestdoc. 2018. Anemia : Penyebab, Gejala, dan Pengobatan. Diakses pada


tanggal 23 Mei 2019 dengan alamat website
https://www.honestdocs.id/penyakit-anemia

Kemenkes RI. 2016. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal

Moorhead, Sue, dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC). Indonesia :


Elsevier Global Rights

Nurrofiq, Moh. 2012. Pengertian Hipertermi dan Diagnosanya. Diakses pada


tanggal 13 Mei 2019 jam 22.10 WIB dengan alamat website

105
106

http://www.diwarta.com/2012/06/24/pengertian-hipertermi-dan-
diagnosanya.html

Padila, 2012. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha Medika

Padila, 2013. Asuhan Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika

Pieter, Herri Z. 2011. Pengantar Psikopatologi Untuk Keperawatan. Jakarta :


Prenada Media Group

Rohman, Nikmatur & Saiful Walid. 2010. Proses Keperawatan : Teori dan
Aplikasi. Yogyakarta : AR-RUZZ MEDIA

Setiadi. 2011. Konsep Dan Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan.


Yogyakarta : Graha Ilmu

Sugihartno, Titong. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 2: Fakultas
kedokteran Universitas Airlangga. Surabaya : Airlangga University Press

Tamsuri, A. 2008. Klien Gangguan Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit Seri


Asuhan Keperawatan. Jakarta : ECG

Tanto, Chris. dkk. 2014. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ke-4. Jakarta : Media
Aesculapius

Tarwoto & Wartonah. 2015. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Tim Cancer Help. 2010 Stop Kanker. Jakarta : Agro Media Pustaka

Tjokroprawiro, Askandar. 2015. Buku Ajar Penyakit Dalam. Jakarta : Airlangga


University Press

Willy, Jhin. 2018. Pengertian Konstipasi. Diakses pada tanggal 13 Mei 2019 jam
20.00 WIB dengan alamat website https://www.alodokter.com/konstipasi
LAMPIRAN 1
PENGKAJIAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Nama : Faiz Hudi Azhari

Hari : Kamis

Tanggal : 02 Mei 2019

Jam : 07.30 WIB

Tempat : Bangsal Cendana 3 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

Metode pengkajian : wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, studi

dokumentasi, studi pustaka

Sumber data : pasien, keluarga pasien, tenaga kesehatan,

rekam medis.

1. Data dasar

a. Identitas pasien

Nama : Ny. W

Umur : 53 tahun

Jenis kelamin : perempuan

Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa

Pendidikan : SLTA

Alamat : Tambakrejo RT02/RW08 Purworejo

Pekerjaan : Wiraswasta

No. Rekam Medis : 01.88.39.XX

Diagnosa Medis : Ca Rektosigmoid

Tanggal Masuk : 24 April 2019

Tanggal pengkajian : 02 Mei 2019

b. Penanggung jawab

Nama : Ny. S

Umur : 42 Tahun

Jenis Kelamin : perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan : ibu rumah tangga

Hubungan : teman dekat

c. Riwayat kesehatan

1) Faktor presipitasi
Pasien mengatakan mempunyai riwayat sakit kanker dari

kakeknya.

2) Faktor predisposisi

Gaya hidup yang tidak sehat, sering memakan makanan siap saji

(junk food).

3) Riwayat penyakit

a) Riwayat penyakit sekarang

Ca Rektosigmoid

b) Riwayat penyakit dahulu

Pasien mengatakan pernah mengalami operasi kisat pada

tahun 2007.

2. Data fokus

a. Riwayat Kesehatan

1) Alasan masuk Rumah Sakit :

Pasien mengatakan sebelum dibawa ke Rumah Sakit Purworejo,

pasien mengeluhkan bagian perut sakit, mengeluh BAB sulit dan

berdarah saat BAB kurang lebih 50 cc. Setelah dari Rumah Sakit

Purworejo pasien dirujuk ke RSUP Dr Sardjito dengan diagnosa

medis Ca Rektosigmoid.

2) Keluhan utama :

Pasien mengatakan nyeri dibagian perut


P : Post Op Laparatomy

Q : Seperti disayat-sayat

R : Bagian abdomen

S : Skala 6

T : Terus-Menerus

3) Riwayat Penyakit Sekarang

Ca Rektosigmoid

4) Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien mengatakan pernah mengalami operasi kisat pada tahun 2007.

b. Genogram
Keterangan:

: Laki-laki

: Perempuan

: Laki-laki meninggal

: Pasien

c. Pengkajian Keperawatan

1) Persepsi dan pemeliharaan kesehatan

Pasien mengatakan mengetahui tentang penyakit yang dialaminya

sekarang

Untuk pemeliharaan kesehatan pasien mengatakan harus minum obat

yang diberikan.
2) Pola nutrisi

Program diit post operasi : pasien dipuasakan 3 hari

3) Intake makanan:

a) Sebelum masuk rumah sakit

3xsehari nasi, lauk, sayur porsi sedang

b) Selama dirumah sakit

Selama post operasi pasien mengatakan belum makan

4) Intake cairan:

a) Sebelum masuk rumah sakit

Air putih, kurang lebih 1 liter

b) Selama dirumah sakit

Hari kamis tanggal 02 Mei 2019

Pasien mengatakan minum air putih 6 sendok

Diit minuman post operasi : air putih dan susu

5) Pola eliminasi

a) Buang Air besar (BAB)

SMRS : Setiap hari 2-3x kontuinitas keras

MRS : Pasien mengatakan selama di Rumah Sakit belum

BAB
b) Buang Air Kecil (BAK)

SMRS : Setiap hari 5-6x warna jernih

MRS : Pasien terpasang selang kateter

Urin : tanggal 02 Mei 2019

06.00-22.00 : 1000ml

22.00-06.00 : 500ml

06.00-07.00 : 50ml

Drain : 150ml

IWL = 15xBB/24jam

=15x59kg

=885/24jam

BC = Input – (Outout+IWL)

= 1954 – (1700 + 885)

= 1954 – 2585

= - 631

Keterangan : Input Aminofluid 500ml

KA-EN MG3 500ml

Ciprofloxacin 300ml

Aminofluid 300ml

Metronidazole 300ml
Obat injeksi 24 ml

Air putih 30 ml

Output Urine 06.00-22.00 1000ml

22.00-06.00 500ml

06.00-07.00 50 ml

Drain 150 ml

6) Pola aktivitas dan latihan

Kemampuan Perawatan 0 1 2 3 4
Diri
Makan / minum 2
Mandi 2
Toileting 2
Berpakaian 2
Mobilitas ditempat tidur 2
Berpindah 2
Keterangan : 0 =mandiri, 1= dibantu dengan alat, 2= dibantu dengan

orang lain, 3= dibantu orang lain dan alat, 4= tergantung total

7) Pola tidur dan istirahat

a) Sebelum masuk rumah sakit

Pasien tidur malam ± 7 jam tanpa ada gangguan


b) Selama dirumah sakit

Pasien tidur ± 5-6 jam. Kadang terbangun untuk sholat tahajud

8) Pola perceptual

a) Penglihatan

Pasien melihat tanpa menggunakan kacamata

Penglihatan pasien masih berfungsi normal

b) Pendengaran

Pasien mendengar tanpa menggunakan alat bantu pendengaran

Pendengaran pasien masih berfungsi dengan normal

c) Pengecap

Pasien masih mampu membedakan rasa manis, asam, asin, dan

pahit

Pasien tidak mengalami gangguan pada indera pengecap.

d) Peciuman

Pasien masih mampu membedakan bau yang harum dan yang

tidak sedap

Pasien tidak mengalami gangguan pada indera penciuman

e) Sensasi

Pasien masih mampu merasakan sensasi dari rangsangan nyeri

yang diberikan
Pasien masih mampu membedakan sensasi benda tajam dan

tumpul

9) Pola Persepsi Diri

Pasien mengatakan tidak merasa cemas dan takut dengan kondisi

sakitnya karena pasien sudah mendapat perawatan dirumah sakit dan

sudah menerima kondisi sekarang ini.

10) Pola Seksual dan Reproduksi

Pasien tidak ada keluhan yang mengganggu masalah seksual

Status pasien janda

Pasien mengatakan sudah tidak menstruasi lagi.

11) Pola Peran-Hubungan

Hubungan pasien dengan keluarga dan orang lain terjalin dengan

baik. Pasien tidak memiliki hambatan dalam berkomunikasi dengan

orang lain disekitarnya.

12) Pola Manajemen Koping-Stres

Perubahan yang dialami hanya selama sakit ia tidak bekerja, dan

pasien memiliki motivasi untuk cepat sembuh agar bisa menjalani

aktivitas seperti biasanya.

13) Sistem Nilai dan Keyakinan

Pasien mengatakan beragama islam, pasien selalu menjalankan

ibadah sholat 5 waktu dan selalu sholat tahajut.


d. Pemeriksaan fisik :

1) Status Kesehatan Umum

a) Keadaan/penampilan umum : Lemah

b) Kesadaran :

Kesadaran pasien Composmentis

E4M5V6 = 15

Keterangan :

Skor (14-15) : Composmentis

Skor (12-13) : Apatis

Skor (11-10) : Delirium

Skor (9-7) : Somnolen

Skor (6-4) : Stupor

Skor (3) : Coma

2) Tanda-tanda vital

Tekanan Darah : 100/75 mmHg

Nadi : 80x/menit

Suhu : 36,6°C

Respirasi : 22x/menit
3) Status gizi

a) Berat Badan : 59 kg

b) Tinggi Badan : 160 cm

c) Lingkar Lengan : 26 cm

d) Lingkar pergelangan Tangan : 16 cm

e) IMT : BB (kg)/TB (m)²

IMT : 59 (kg) ₌ 59

(1,6 x 1,6) (m) 2,56

: 23 kg/m² (Normal)

Keterangan :

IMT <18,5 : Underweight

IMT 18,50-24,99 : Normal

IMT 25,00-29,99 : Overweight

IMT >30 : Obesitas

4) Pengkajian ABCD

a) Antropometri :

TB : 160cm

LLA : 26cm

LK : 53cm
LPT : 16cm

BB : 59kg

Menghitung BB dengan cara Estimasi Berat

Badan :

LLA : 26cm

Estimasi Berat Badan : LILA × (TB-100)

26,3

26 × (160-100)

26,3

26 × 60

26,3

= 59,3

b) Biokimia

Nilai albumin : 2.95 g/dl (3.40-5.00)

Hemoglobin : 12.0 g/dl (12.0-15.40)

c) Clinical

KU : lemah

Kardiovaskuler

TD :100/75 mmHg

N : 80x/menit

S : 36,6˚C
RR : 22x/menit

Rambut : Bersih tidak ada pedikulosis, warna rambut hitam

Bibir : Mukosa bibir pasien tampak kering/pucat

Gigi : Bersih, tidak ada karies

Mata : Konjungtiva tidak anemi

d) Diet

Pasien puasa 3 hari

Diit : pasien dianjurkan tinggi protein

Minuman : Pasien dianjurkan minum air putih dan susu

5) Pemeriksaan fisik Chepalo Caudal

a) Integumen : kulit tampak kering

b) Kepala

(1) Rambut

Pasien berambut hitam, bersih tidak ada ketombe, tidak

ada pedikulosis

(2) Wajah

Simetris tidak ada lesi, mikosa bibir tampak kering

(3) Mata

Konjungtiva tidak anemis, pupil isokor, reflek cahaya

positif, sklera putih


Pasien mengatakan tidak mengalami gangguan

penglihatan

Pasien tampak tidak menggunakan alat bantu melihat

(kacamata)

(4) Hidung

Terlihat bersih, tidak ada sekresi, tidak terlihat

pergerakan cuping hidung, konka edema tidak tampak

(5) Mulut

Mukosa bibir pucat/kering, tonsil tidak membengkak

(6) Gigi

Gigi terlihat bersih berwarna putih, tidak tampak

adanya gigi palsu dan tidak ada karies

(7) Telinga

Telinga bersih, pasien tidak menggunakan alat bantu

pendengaran

(8) Leher

Tidak ditemukan pembesaran kelenja limfe, dan

kelenjar tyroid
c) Dada

(1) Jantung

Inspeksi : Tidak ada reteraksi dinding dada, nafas

normal

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

Perkusi : Suara Pekak

Auskultasi : Suara jantung normal lup dup, tidak ada

suara tambahan

(2) Dada

Inspeksi : Bentuk dada normal, tidak ada reteraksi

dinding dada

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

Perkusi : suara sonor

Auskultasi : Suara Vesikuler tidak terdapat suara

tambahan

(3) Paru-paru :

Inspeksi : Simetris, Respirasi 22x/menit

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

Perkusi : Sonor pada hemithorax dextra, redup

pada hemithorax sinistra


Auskultasi : Vesikuler

(4) Abdomen :

Inspeksi :Terdapat bekas operasi laparatomy kurang

lebih 25 cm

Auskultasi : Peristaltik usus 8x/menit

Perkusi : Tympani

Palpasi : Ada nyeri tekan

(5) Ekstermitas

Terpasang infus Aminofulid 28 Tpm di tangan bagian

kanan, sejak tanggal 29 April 2019.

Ekstermitas atas dan bawah lengkap tidak ada luka/lesi

Kekuatan otot : 5 5

5 5

(6) Anus

Tidak ada penonjolan ambeien pada anus pasien

(7) Genetalia

Pasien mengatakan sudah tidak menstruasi

3. Pemeriksaan Penunjang (tanggal 29 April 2019)

Nama pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan


HEMATOLOGI
Leukosit 12.77 10ˆ3/ul 4.50-11.50
Hemoglobin 12.0 9/dl 12.0-15.0
Hematokrit 35.7 % 35.0-94.0
MCV 77.8 Fl 80.0-94.0
MCH 25.4 Pg 26.0-32.0
MCHC 33.6 9/dl 32,0-36,0
Trombosit 191 10ˆ3/ul 150-450
RDW-SD 38.8 Fl 35.0-45.0
RDW-CV 12.9 % 11.5-14.5
PDW 12.4 Fl 9.3-16.0
MPV 10.5 Fl 7.2-10-4
P-LCR 28.8 % 15.0-25.0
NRBC# 0.0 10 ˆ3/ul 0.0-0.0
Netrofil % 89.1 % 50.0-70.0
Limfosit% 5.4 % 18.0-42,0
Monosit % 5.4 % 2.0-11.0
Esinofil % 0.0 % 1.0-3.0
Basofil % 0.1 % 0.0-02
IG (imatur granulocyte) 0.05 10 ˆ3/ul 0.000-1.00
NRBC % 0.00 % 0.00-0.10
Netrofil # 11.38 10 ˆ3/ul 2.30-8.60
Limfpsit # 0.69 10 ˆ3/ul 1.62-5.37
Monosit # 0.69 10 ˆ3/ul 0.30-0.80
Eosinofil # 0.00 10 ˆ3/ul 0.00-0.20
Basofil # 0.01 10 ˆ3/ul 0.00-0.10
IG (imatur Granulocyle) 0,40 g/dl -
FAAL HATI
Albumin 2.95 g/dl 3.40-5.00
ELEKTROLIT
Natrium 141 Mmol/L 136-145
Kalium 3.24 Mmol/L 3.50-5.10
Klorida 104 Mmol/L 98-107
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hasil CT Scan
Tanggal : 12 April 2019

Kesan :

4. Carcinoma rectosigmoid dengan limfadenopati preascal dan parailicia

sinistra

5. Tak tampak kelainan pada hepar, lien, VF, pancreas, ren dextra et

sinistra, VU, maupun uterus, tak tampak metastasis pada organ-organ

tersebut

6. Tak tampak skeletal metasis pada tulang yang teruisualisas

4. Terapi pengobatan

Nama obat Dosis Indikasi Kontraindikasi Efek samping

Ranitidin 50mg/IV/8jam 1. menurunkan asam 1. ibu hamil, gangguan 1. muntah, sakit


lambung ginjal kepala
2. pendarahan dan 2. sakit perut, sulit
alergi obat menelan
3. urin keruh

Ketorolac 30mg/IV/8jam 1. mengurangi rasa 1. wanita hamil dan 1. rasa padeh


nyeri orang melahirkan 2. panas
3. gatal-gatal
4. bengkkak

Codein 10mg/Oral/12jam 1. meredakan gejala 1. alergi obat 1. demam


(k/p) batuk 2. gangguan saluran 2. meriang
2. mengobati kondisi pernapasan 3. sulit tidur
diare akut 3. penyakit ginjal 4. kejang-kejang
4. penyakit hati 5. pingsan

Ciprofloxacin 400mg/IV/12jam 1. obat antibiotik 1. bagi wanita hamil 1. Mual dan muntah
(mengatasi infeksi dan menyusui 2. Sakit kepala
akibat bakteri) 2. penyakit gangguan 3. Rasa nyeri
ginjal, jantung 4. Alergi pada obat

Metrodinasole 500mg/IV/8jam 1. Pencegahan infeksi 1. Ibu hamil 1. Warna urin


setelah operasi 2. Bagi anak-anak menjadi gelap
2. Infeksi luka ulkus 3. Gangguan ginjal 2. Anoreksia
3. Peradangan gigi dan 4. Gangguan syaraf 3. Mual
gusi 4. Pusing
5. Sakit perut
6. Sakit kepala
Asam 500mg/8jam 1. Asam taneksamat 1. Dengan penyakit 1. Sakit kepala.
Traneksamat mencegah terjadinya saliran kemih 2. Nyeri otot dan
perdarahan 2. Pada penyakit sendi.
pengumpala darah 3. Hidung
3. Alergi obat tersumbat.
4. Nyeri perut.
5. Nyeri punggung.
6. Mual dan
muntah.
7. Anemia.
8. Migrain.
Nama Obat Dosis Indikasi Kontra indikasi Efek samping

Infus 28tetes/menit/IV 2. Aminofluid 1. Koma 1. Penyebab Alergi


Aminofluid merupakan cairan 2. Ibu hamil dan Kulit atau iritasi
penyuplai nutrisi menyusi kulit
kedalam tubuh 3. Keracunan asam 2. Dada terasa
pengguna yang tertekan,
kesulitan untuk Peningkatan detak
menelan ataupun  jantung
mengunyah makanan. 3. Pembengkakan
pada kepala, paru-
paru, serta ujung-
ujung jari akibat
timbunan cairan
4. Kelebihan kadar
Kalium dalam
darah
KA-EN MG3 28etes/menit/IV 1. Memelihara dan 1. Hiperkalemia 1. Alkalosis
menyalurkan 2. Oliguria 2. Edema otak, paru,
keseimbang air dan 3. Penyakit Addison dan perifer
elektrolit pada 4. Luka bakar berat dan 3. Intoksikasi air dan
keadaan dimana azotemia hiperkalemia
asupan makanan tidak 5. Kelebihan Natrium 4. Tromboflebitis
cukup atau tidak 6. Sindroma
dapat diberikan secara malabsorpsi glukosa-  
per oral (melalui galaktosa
mulut) 7. Cedera hati yang
berat
8. Aritmia jantung
RL 20tetes/menit/IV 1. mengg 1. ibu menyusui 1. Ruam kulit
antikan cairan 2. wanita hamil 2. Pembengkakan
eletkrolit yang hilang 3. hipersensitif mata
dalam tubuh 4. alergi pada obat 3. Batuk
4. Pilek
5. Demam
6. Sakit kepala

LAMPIRAN 2

SATUAN ACARA PENYULUHAN MANAJEMEN NYERI NON

FARMAKOLOGI DENGAN TERAPI MENDENGARKAN MUROTAL DI

RUANG CENDANA 3 IRNA I RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA


Disusun Oleh:

Faiz Hudi Azhari

2720162951

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO

YOGYAKARTA

2019

SATUAN ACARA PENYULUHAN

MANAJEMEN NYERI NON FARMAKOLOGI DENGAN TERAPI

MENDENGARKAN MUROTAL

Pokok Bahasan : Manajemen Nyeri Non Farmakologi Dengan Terapi

Mendengarkan Murotal

Waktu : 20 Menit

Hari/Tanggal : Jum’at 03 Mei 2019

Sasaran : Pasien dan Keluarga

Tempat : Ruang Cendana 3 IRNA I RSUP. Dr. Sardjito

Penyuluh : Faiz Hudi Azhari


A. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah mendapat penyuluhan diharapkan perawat dan pasien serta

keluarganya dapat mengetahui tentang cara mengatasi nyeri tanpa

menggunakan obat.

2. Tujuan Khusus :

a. Menyebutkan pengertian nyeri dengan baik danbenar.

b. Menjelaskan macam – macam nyeri.

c. Menjelaskan tanda dan gejala nyeri.

d. Mendemonstrasikan cara mengatasi nyeri dengan baik dan benar.

B. Kegiatan Penyuluhan

Waktu Kegiatan Penyuluh Klien


5 menit Pembukaan a. Mengucapkan a. Menjawab
salam salam
b. Memperkenalkan b. Menerima
diri dengan baik
c. Menjelaskan c. Menyimak
tujuan dengan baik
10 menit Kegiatan Inti a. Menjelaskan a. Menyimak
matericara dengan baik
memanajemen b. Mengajukan
nyeri. beberapa
b. Memberikan pertanyaan
kesempatan untuk c. Menyimak
bertanya dengan baik
c. Menjawab d. Keluarga atau
pertanyaan yang pasien dapat
diajukan menjawab
d. Menanyakan pertanyaan
kembali hal-hal
yang sudah
dijelaskan
mengenai cara
memanajemen
nyeri

5 menit Penutup dan a. Mengucapkan a. Mampu


Evaluasi salam menjawab
b. Menutup pertemuan pertanyaan
dengan yang diajukan
menyimpulkan b. Menjawab
materi yang telah salam
dibahas

C. Materi

1. Pengertian

Menurut (Hidayat dan Uliyah, 2012) secara umum nyeri sebagai

suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat terjadinya rangsangan

fisik maupun dari serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh

reaksi fisik, fisiologis maupun emosional.


Nyeri adalah perasaan yang tidak menyenangkan, bersifat

subjektif, karena perasaan nyeri setiap orang berbeda-beda dan hanya

seseorang tersebut yang dapat menjelaskan rasa nyeri yang dialami

(Hidayat dan Uliyah, 2016).

2. Macam – macam nyeri

a. Nyeri akut (<3 bulan)

Nyeri akut merupakan nyeri yang terjadi secara tiba – tiba dan

umumnya berkaitan dengan cedera yang spesifik dan berlangsung

dari beberapa menit hingga 3 bulan.

b. Nyeri kronik

Nyeri kronik merupakan nyeri yang terjadi dengan konstan atau

menetap sepanjang waktu/sepanjang periode waktu yang dirasakan

selama 3 bulan lebih.

3. Tanda dan gejala nyeri

Menurut (Suciati 2014) berikut ini adalah tanda dan gejala nyeri:

a. Berkeringat

b. Tekanan darah meningkat

c. Pucat

d. Peningkatan tegangan otot

e. Cemas

4. Cara manajemen nyeri dengan nafas dalam

a. Ciptakan lingkungan yang tenang

b. Usahakan tetap rileks dan tenang

c. Menarik nafas dari hidung dan mengisi paru–paru dengan udara

d. Perlahan dihembuskan melalui mulut, sambil merasakan


ekstremitas atas dan ektresmitas bawah

e. Usahakan mata terpejam

f. Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah yang nyeri

g. Anjurkan untuk mengurangi prosedur hingga nyeri terasa

berkurang

h. Ulangi hingga 15 detik, dandiselingi dengan istirahat setiap 5 kali

(Hidayat dan Uliyah 2016).

5. Cara lain untuk mengatasi nyeri

a. Membayangkan hal – hal yang indah

b. Membaca buku sesuai dengan keinginan

c. Mendengarkan musik, radio, dan murotal ayat suci Al-Quran

d. Menonton acara televisi

e. Mengobrol dengan orang lain dengan hal yang positif (Hidayat dan

Uliyah 2016).

6. Pelaksanaan Terapi Murottal

a. Mencuci tangan

b. Menghubungkan earphone dengan MP3/Tabelt berisikan murottal

c. Pasien berbaring diatas tempat tidur

d. Letakkan earphone di telinga kiri dan kanan

e. Dengarkan murottal hingga selesai

D. Metode :

1. Ceramah

2. Diskusi
3. Tanya Jawab

4. Demonstrasi

E. Media
1. Lembar Balik
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. Aziz Alimul dan Musrifatul Uliyah. 2012. Buku Ajar Kebutuhan

Dasar Manusia. Surabaya. Health Books Publishing

Hidayat, A. Aziz Alimul dan Musrifatul Uliyah. 2016. Buku Ajar Ilmu

Keperawatan Dasar. Jakarta: Salemba Medika

Suciati, Dewi Kartika. 2014. Ilmu Keperawatan Dasar. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar
LAMPIRAN 3
LAMPIRAN 4

Anda mungkin juga menyukai