DOSEN PENGAMPUH :
RINA YULVIANA, M. KES
DISUSUN OLEH :
NENNI ASURA (17011101)
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas limpahan
rahmat serta karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul Faktor-Faktor Dalam Tahap Penerimaan Stock Dan Persiapan Pada
Proses Produksi Makanan Yang Mempengaruhi Mutu Makanan tepat pada
waktu yang ditentukan. Makalah ini bertujuan untuk membina dan
mengembangkan potensi mahasiswa dibidang akademik, yang mengacu pada tri
darma perguruan tinggi yaitu pendidikan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengawasan
Mutu Makanan. Selama penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat
bantuan berupa arahan atau bimbingan.
Untuk itu, ucapan terima kasih tak lupa kami sampaikan kepada semua
pihak terutama:
1. Ibu Rina Yulviana, M. Kes selaku Dosen Pengampuh Mata Kuliah
Pengawasan Mutu Makanan STIkes Hang Tuah, Pekanbaru.
2. Rekan mahasiswa dan semua pihak yang terlibat didalamnya.
Yang dalam hal ini telah memberi sumbangsih dalam bentuk materi
maupun pemikiran sehingga dalam penyusunan makalah ini berjalan dengan
lancar. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi
para pembaca dan penyusunan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG....................................................................................... 1
B. TUJUAN PENULISAN.................................................................................... 2
C. MANFAAT PENULISAN................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................ 3
A. KESIMPULAN...................................................................................................
.................................................................................................................................
12
B. SARAN...............................................................................................................
.................................................................................................................................
13
ii
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada mulanya mutu produk ditentukan oleh produsen. Pada perkembangan
selanjutnya, mutu produk ditentukan oleh pembeli, dan produsen mengetahuinya
bahwa produk itu bermutu tinggi yang memang dapat dijual, karena produk
tersebut dibutuhkan oleh pembeli dan bukan menjual produk yang dapat
diproduksi. Sebagai seorang ahli gizi , Saudara hendaknya memahami hal
tersebut. Selain itu dalam menghadapi era globalisasi sekarang ini, setiap
perusahaan/organisasi harus mampu menghasilkan produk dengan mutu yang
baik, harga lebih murah dan pelayanan yang lebih baik pula dibandingkan dengan
pesaingpesaingnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan perbaikan mutu
semua aspek yang berkaitan produk tersebut yaitu: bahan mentah, karyawan yang
terlatih, promosi yang efektif dan pelayanan memuaskan bagi pembeli, sehingga
pembeli akan menjadi pelanggan yang setia. Untuk keberhasilan pengembangan
mutu di atas, diperlukan juga elemen pendukung seperti: kepemimpinan,
pendidikan dan pelatihan, struktur pendukung, komunikasi, ganjaran dan
pengakuan, serta pengukuran.
Pangan yang aman, dan bermutu harus tersedia bagi semua lapisan
masyarakat Indonesia. Pangan yang aman dan bermutu selama ini dihasilkan dari
dapur rumah tangga maupun dari industri pangan. Industri pangan di Indonesia
akhir-akhir ini berkembang pesat dan terdapat dalam skala usaha yang beragam.
Saat ini sebagian besar industri pangan adalah industry pangan berskala rumah
tangga.
(Panduan Pengolahan Pangan yang Baik bagi Industri Rumah Tangga.)
Mutu pangan merupakan seperangkat sifat atau faktor pada produk pangan yang
membedakan tingkat pemuas/aseptabilitas produk itu bagi pembeli/konsumen.
Mutu pangan bersifat multi dimensi dan mempunyai banyak aspek. Aspek-aspek
mutu pangan tersebut antara lain adalah aspek gizi (kalori, protein, lemak,
1
mineral, vitamin, dan lain-lain); aspek selera (indrawi, enak, menarik, segar);
aspek bisnis (standar mutu, kriteria mutu); serta aspek kesehatan (jasmani dan
rohani). Kepuasan konsumen berkaitan dengan mutu.
Proses diartikan sebagai suatu cara, metode dan teknik bagaimana
sesungguhnya sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan dan dana) yang ada
diubah untuk memperoleh suatu hasil. Produksi adalah kegiatan untuk
menciptakan atau menambah kegunaan barang atau jasa (Assauri, 1995).
Proses juga diartikan sebagai cara, metode ataupun teknik bagaimana
produksi itu dilaksanakan. Produksi adalah kegiatan untuk menciptakan danan
menambah kegunaan (Utility) suatu barang dan jasa. Menurut Ahyari (2002)
proses produksi adalah suatu cara, metode ataupun teknik menambah keguanaan
suatu barang dan jasa dengan menggunakan faktor produksi yang ada.
B. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai proses
pembelajaran mahasiswa dalam memahami factor-faktor dalam tahap penerimaan
stock bahan pada proses produksi makanan yang mempengaruhi mutu makanan
dan faktor-faktor dalam tahap persiapan pada proses produksi makanan yang
mempengaruhi mutu makanan.
C. MANFAAT PENULISAN
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah diharapkan mahasiswa
dapat memahami factor-faktor dalam tahap penerimaan stock bahan pada proses
produksi makanan yang mempengaruhi mutu makanan dan faktor-faktor dalam
tahap persiapan pada proses produksi makanan yang mempengaruhi mutu
makanan., serta mahasiswa mampu memahami penegrtian mutu pangan,
pengertian proses produksi, tahap penerimaan dan stock bahan pada proses
produksi makanan, tahap persiapan proses produksi makanan, jenis-jenis proses
produksi, dan pengendalian produk yang tidak sesuai.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Terkait dengan istilah dan ungkapan yang umum digunakan dalam
pengaturan pangan, sering ditemukan kata-kata yang menimbulkan kerancuan
dalam pemahaman dan penggunaannya, seperti pada kata regulasi, legislasi, dan
peraturan. Istilah regulasi menurut Forsythe dan Hayes (1998) dijabarkan sebagai
berikut: “Regulation are mandatory and legally binding in their entirety on all
Member States; no alteration of national law is required for their implementation”.
Sedangkan, kata regulasi dalam KBBI (1990) tertulis sebagai kata benda yang
berarti pengaturan. Legislasi dijelaskan sebagai suatu proses untuk menyusun
suatu regulasi oleh badan Negara atau suatu komisi khusus. Legislasi dalam KBBI
(1990) diartikan sebagai pembuatan undang-undang. Dalam keseharian
penggunaan istilah regulasi dan legislasi sering kali tercampur aduk sehingga
perlu dicermati.
4
Proses produksi merupakan proses utama dalam industri makanan
dibanding dengan proses lain. Sebelum menjadi produk yang layak, maka sudah
pasti melalui beberapa tahapan proses diberbagai area. Dalam setiap tahapan
proses produksi harus dipastikan bahwa produk makanan tersebut dikontrol
dengan baik dan kualitas yang sesuai dengan standar yang ada dibagian terkait.
Proses produksi makanan dan minuman meliputi pemilihan bahan baku,
proses pengolahan makanan dan minuman, pengujian kualitas makanan dan
minuman, pengemasan hingga proses distribusi makanan dan minuman. Setiap
proses yang berlangsung harus dikontrol agar produk akhir yang dihasilkan aman
dan layak untuk dikonsumsi oleh konsumen.
Cara Produksi Makanan yang Baik (CPMB) adalah suatu pedoman yang
menjelaskan tentang cara memproduksi makanan agar bermutu, aman, dan layak
untuk dikonsumsi. Di dalam CPMB dijelaskan mengenai persyaratan yang harus
dipenuhi tentang penanganan bahan pangan diseluruh mata rantai pengolahan dari
mulai bahan baku sampai produk akhir. Melalui CPMB, industri pangan dapat
menghasilkan produk makanan yang bermutu, layak dikonsumsi dan aman bagi
kesehatan.
Adapun prasyarat utama dalam menentukan mutu pangan yang baik
adalah keamanan pangannya. Prasyarat pangan yang lain seperti nilai gizi, mutu
fisik dan mutu organoleptik baru dipertimbangkan kemudian setelah aspek
keamanan pangan yang baik telah dipenuhi. Dengan kata lain bahwa suatu jenis
produk pangan dinyatakan tidak aman, maka aspek nilai gizi dan mutu secara fisik
dan organoleptik tidak bermakna.
5
produk pangan yang bermutu dan aman dikonsumsi, bahan mentah harus dipilih
terlebih dahulu.
Dalam memilih bahan baku perlu memperhatikan hal-hal berikut:
1. Pilih bahan pangan mentah yang tidak menunjukkan tanda-tanda kerusakan
atau kebusukan.
2. Bahan pangan mentah yang sudah rusak atau busuk beresiko untuk
mengandung bahaya bagi kesehatan manusia.
3. Bahan pangan mentah dapat menjadi rusak atau busuk karena beberapa
penyebab, tetapi yang paling utama adalah kerusakan atau kebusukan karena
mikroba.
Beberapa indikator dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa suatu
pangan tidak aman. Tanda-tanda yang mudah ditemukan antara lain berbau busuk
atau tengik, terdapat kotoran berupa kerikil, potongan kayu atau kaca atau
terdapat belatung. Namun, masih ada bahan-bahan lain yang tidak kasat mata
yang dapat menyebabkan pangan berbahaya bagi kesehatan, yaitu
mikroorganisme misalnya virus atau bakteri serta racun yang dihasilkannya, yang
mungkin terdapat pada sayuran, susu, kacang tanah, daging, ikan dan lain-lain.
Kelompok mikroorganisme yang menyebabkan bahaya tersebut biasa disebut
patogen.
6
1. Pilihlah bahan makanan yang segar dengan kwalitas yang bagus.
2. Untuk sayuran dan buah pilihlah yang bermutu dilihat dari warna, ukuran dan
tekstur.
3. Simpan buah dan sayur pada almari pendingin ( kecuali pisang hijau,
kentang, dan jamur) untuk menghambat enzym yang bisa membuat buah dan
sayuran kehilangan zat gizi. Enzym sangat aktif pada suhu yang hangat.
4. Jangan menyimpan bahan makanan terlalu lama karena menyebabakan
kehilangan zat gizi. Simpan makanan kaleng pada suhu rendah.
5. Ketika menyimpan makanan tutup rapat untuk menurunkan kontak langsung
dengan udara.
6. Cuci sayuran secara cepat dan jangan merendam sayur dalam air.
7. Saat memasak kentang atau syuran jangan kupas kulitnya karena sebagian zat
gizi akan hilang ketika pengupasan dan pemotongan sayuran. Pada umumnya
sebelum memasak adalah cara pengolahan yang bagus untuk
mempertahankan zat gizi. Metoda ini cepat dan menggunakan sedikit air atau
bahkan tidak menggunakan air sama sekali, pada waktu perebusan sayuran
dengan menggunakan air yang banyak dan waktu yang lama akan banyak
menghilangkan kandungan zat gizinya.
8. Suhu penggorengan bisa merusak vitamin pada sayuran.
9. Jangan pernah menggunakan baking soda untuk memperbaiki rupa sayuran
karena membuat zat gizi pada sayuran hilang.
10. Gunakan kaldu sayuran dan daging untuk pembuatan sop.
11. Persiapan makanan dengan serba tertutup sampai penyajian.
12. Jangan memakai gelas tanpa corak karena cahaya bisa merusak ribovlafin
yang terkandung didalamnya. Faktor yang bisa merusak vitamin dan sering
merusak warna, aroma dan tekstur makanan.
13. Kupas kulit pada buah-buahan seminim mungkin karena jika seluruh kulit
dikupas banyak vitamin dan mineral yang hilang bersama kulit buah, karena
vitamin dan mineral banyak tersimpan dibawah kulit buah-buahan.
14. Mengukus cara pengolahan yang bagus untuk memperhatikan zat gizi.
Metode ini cepat dan menggunakan sedikit air atau bahkan tidak
7
menggunakan air sama sekali, pada perebusan sayuran dengan menggunakan
air banyak dan waktu yang lama akan banyak menghilangkan kandungan zat
gizinya.
8
6. Preparing adalah bagian yang berpengaruh langsung dengan kualitas
makanan, karena ketepatan pengolahan bahan makanan akan menentukan
pada hasil.
7. Portioning. Tahap akhir pada proses produksi sebelum produk disajikan
kepada konsumen. Tahap ini adalah tahap utama dalam sistem pengendalian
biaya.
9
yang memiliki karakteristik yaitu output direncanakan dalam jumlah besar, variasi
atau jenis produk yang dihasilkan rendah dan produk bersifat standar.
2. Proses produksi terputus-putus.
Produk diproses dalam kumpulan produk bukan atas dasar aliran terus-
menerus dalam proses produk ini. Perusahaan yang menggunakan tipe ini
biasanya terdapat sekumpulan atau lebih komponen yang akan diproses atau
menunggu untuk diproses, sehingga lebih banyak memerlukan persediaan barang
dalam proses.
3. Proses produksi campuran.
Proses produksi ini merupakan penggabungan dari proses produksi terus-
menerus dan terputus-putus. Penggabungan ini digunakan berdasarkan kenyataan
bahwa setiap perusahaan berusaha untuk memanfaatkan kapasitas secara penuh.
10
dengan mengeluarkan biaya tertentu, dalam hal ini perlu diperhatikan biaya yang
dikeluarkan lebih untuk memperbaiki rendah dari nilai jual setelah produk
tersebut diperbaiki”.
Menurut Hansen/Mowen (2005), “Biaya mutu adalah biaya–biaya yang
timbul karena mungkin telah terdapat produk yang buruk kualitasnya”. Menurut
Firdaus Ahmad Dunia & Wasilah (2009), “Biaya mutu adalah biaya yang
berkaitan dengan penciptaan, pengidentifikasian, perbaikan, dan pencegahan
produk cacat”. Dengan demikian adanya produk cacat maka perusahaan perlu
mengeluarkan biaya pengawasan mutu produk, sehingga dapat menghasilkan
produk yang baik tanpa cacat.
2. Nol cacat (Zero defects)
Sebuah filosofi kualitas didasarkan pada gagasan bahwa tingkat kualitas
yang sempurna, sebagai tanpa cacat, dapat dicapai dan harus menjadi tujuan
perusahaan. Ini menekankan pemeriksaan dari semua faktor yang menyebabkan
masalah kualitas versus sistem yang dibangun dalam tingkat kualitas rata-rata atau
diterima. Cacat nol (zero defect) berarti semua produk yang diproduksi sesuai
dengan spesifikasinya”.
Gerakan “zero defects” memiliki asumsi bahwa pandangan tentang cacat
tidak semua orang sama. Oleh sebab itu cacat harus didefinisikan, diurutkan
(diklasifikasikan) dari yang ringan sampai yang berat. Selanjutnya harus
ditentukan strategi pengawasan untuk menghindarkan terjadinya cacat dan
ditentukan langkahlangkah untuk perbaikan terhadap cacat ringan. Intinya
merupakan gerakan menuju kesempurnaan.
Untuk menentukan keputusan cacat yang boleh dimaklumi dilakukan
perhitungan statistik dengan selang (0-1000) atau permil (%0), tidak lagi
menggunakan selang (0 -100) atau persen (%).
11
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan ISO/DIS 8402-1992, mutu didefinsilkan sebagai karakteristik
menyeluruh dari suatu wujud apakah itu produk, kegiatan, proses, organisasi atau
manusia, yang menunjukkan kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan yang
telah ditentukan (Fardiaz, 1997).
Pangan secara umum dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang
dapat dikonsumsi oleh manusia. Proses produksi merupakan proses utama dalam
industri makanan dibanding dengan proses lain. Sebelum menjadi produk yang
layak, maka sudah pasti melalui beberapa tahapan proses diberbagai area.
Proses produksi makanan dan minuman meliputi pemilihan bahan baku,
proses pengolahan makanan dan minuman, pengujian kualitas makanan dan
minuman, pengemasan hingga proses distribusi makanan dan minuman. Setiap
proses yang berlangsung harus dikontrol agar produk akhir yang dihasilkan aman
dan layak untuk dikonsumsi oleh konsumen.
Pada proses produksi yang perlu diperhatikan untuk menjaga keamanan
makanan adalah proses persiapan, pada proses persiapan merupakan tahap awal
atau titik awal dari proses untuk mendapatkan makanan jadi. Untuk itu pada tahap
ini perlu sekali dilakukan pengamanan bahan makanan. Pengamanan makanan
meliputi pengamanan untuk mempertahankan zat gizi pada makanan dan
pengamanan makanan terhadap bahaya patogen
Berdasarkan buku Introduction to Professional Food Service berikut
tahapan-tahapan mengenai persiapan proses produksi yaitu : Ordering dapat
disebut juga purchasing, Receiving, Storage, Measuring, Handling, Preparing,
dan Portioning.
Tahap penerimaan dan stock bahan pada proses produksi makanan, Bahan
pangan mentah dapat memjadi rusak atau busuk karena beberapa penyebab, tetapi
yang paling utama adalah kerusakan atau kebusukan karena mikroba. Mutu dan
12
keamanan suatu produk pangan sangat tergantung pada mutu dan keamanan bahan
mentahnya. Oleh karena itu untuk dapat menghasilkan produk pangan yang
bermutu dan aman dikonsumsi, bahan mentah harus dipilih terlebih dahulu.
Proses produksi dilihat dari arus atau flow bahan mentah sampai menjadi
produk akhir, terbagi menjadi dua yaitu proses produksi terus-menerus
(Continous processes) dan proses produksi terputus-putus (Intermettent
processes).
Penentuan tipe produksi didasarkan pada faktor-faktor seperti: (1) volume
atau jumlah produk yang akan dihasilkan, (2) kualitas produk yang diisyaratkan,
(3) peralatan yang tersedia untuk melaksanakan proses. Berdasarkan
pertimbangan cermat mengenai faktor-faktor tersebut ditetapkan tipe proses
produksi yang paling cocok untuk setiap situasi produksi. Macam tipe proses
produksi dari berbagai industri dapat dibedakan sebagai berikut (Yamit, 2002):
Proses produksi terus-menerus, Proses produksi terputus-putus, dan Proses
produksi campuran.
B. SARAN
Pada saat pembuatan makalah, penulis menyadari bahwa banyak sekali
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Dengan sebuah pedoman yang bisa
dipertanggungjawabkan dari banyaknya sumber, penulis akan memperbaiki
makalah tersebut. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik serta saran
mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.
13
14
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita (2004). Penuntun Diet di Instalasi gizi perjan RS Dr. Cipto
mangunkusumo dan ASDI. Jakarta : Gramedia
Assauri, Sofjan. Manajemen produksi dan Operasi. Edisi Revisi. Jakarta:
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2008.
Bartono & Ruffino, E.M. Dasar-dasar Food Product. Yogyakarta: ANDI, 2006.
Fahmi, Irham. Manajemen Produksi dan Operasi. Bandung: Alfabeta, Cv, 2004.
Halami, Sri (2007). Skripsi : Hubungan Kebersihan Penjamah Dan Peralatan
Pengolahan dengan Kandungan Bakteri Pada Makanan Hasil Olahan Jasa
Boga Bojanasari Di Sanan Kulon Kab . Blitar. Kediri : STIKes SMH
Ilmu, D., Pangan, T., & Pertanian, F. T. (2015). Pengantar Teknologi Pertanian
Mutu Pangan ( Food Quality ). 1–17.
Mutu, K., Kadarisman, I. D., & Muhandri, T. (n.d.). Definisi dan Konsep Mutu. 1–
39.