Anda di halaman 1dari 7

Sebuah Analisis Kista Dentigerous yang Berkembang di Sekitar Molar Tiga Mandibula melalui

Radiografi Panoramik

Abstrak:
Kista dentigerous merupakan salah satu kista odontogenik dengan prevalensi terbanyak dan
dikaitkan dengan mahkota dari gigi yang tidak tumbuh, terutama pada molar tiga mandibula. Pada
penelitian ini, karakteristik dari kista dentigerous yang berkembang di sekitar molar tiga mandibula
pada radiografi panoramik diteliti. Foto panoramik dari 257 kasus kista dentigerous yang
berhubungan dengan molar tiga mandibular dianalisis. Usia rata-rata pasien adalah 45.9 + 13.3
tahun. Ukuran dari kista tidak berhubungan secara signifikan terhadap usia pasien. Tipe unilokuler
(89.1%) dan tipe sisi mahkota (68.5%) signifikan. Hubungan dengan molar tiga mandibula memiliki
frekuensi yang tinggi pada kelas III (64.6%) dan posisi B (48.3%) dalam klasifikasi Pell dan Gregory
dan pada posisi horizontal (36.3%). Kista dentigerous diperkirakan berasal dan tumbuh di sekitar
molar tiga yang impaksi dengan dalam. Kista dentigerous yang berhubungan dengan molar tiga
cenderung memiliki inklinasi mesial. Kista dentigerous tidak tampak berkembang hanya pada saat
pembentukan mahkota selesai, tetapi dapat muncul secara acak pada berbagai periode.
Kata kunci: Kista dentigerous, molar tiga mandibula, radiografi panoramik

1. Pendahuluan
Tulang rahang memiliki prevalensi yang tinggi terhadap kista dalam tubuh manusia akibat dari
jumlah sisa-sisa epitel yang melimpah. Oleh karena itu, dokter gigi sering menemukan lesi kistik di
tulang rahang. Kebanyakan kista rahang dilapisi dengan epitel yang berasal dari epitel odontogenik.
Ini disebut sebagai kista odontogenik. Mereka dikelompokkan menjadi dua kelompok,
perkembangan atau inflamasi [1]. Kista dentigerous adalah kista odontogenik kedua yang paling
umum dan kista odontogenik perkembangan yang paling umum. Tinjauan sistematis sebelumnya
mengenai kista odntogenik menunjukkan bahwa dari 18.297 kista odontogenik, 9982 (54,6%) adalah
kasus kista radikular, dan 3772 (20,6%) adalah kasus kista dentigerous [2].
Kista dentigerous biasanya asimptomatik dan ditemukan secara tidak sengaja sebagai
radiolusensi pada radiografi panoramik yang diambil untuk perawatan gigi umum atau dari
penelitian alasan keterlambatan erupsi gigi. Oleh karena itu, radiografi panoramik adalah indikasi
pertama dari kista dentigerous dalam banyak kasus. Penting bagi dokter gigi untuk memahami
karakteristik kista dentigerous yang diperoleh dari radiografi panoramik. Kista ini dikaitkan dengan
mahkota gigi permanen yang impaksi, tertanam, atau tidak erupsi. Gigi yang paling sering terlibat
adalah gigi molar tiga mandibula [3,4]
Dalam penelitian ini, kami memeriksa karakteristik dari 257 kista dentigerous yang berkembang
di sekitar molar tiga mandibula pada radiografi panoramik. Bentuk, posisi dan ukuran daerah
radiolusen yang menunjukkan daerah kista disurvei. Telah diketahui bahwa secara radiografis, kista
dentigerous biasanya menunjukkan radiolusen unilokular dengan margin kortikulat dan area
radiolusennya mengelilingi mahkota gigi yang impaksi [1]. Tipe ini bukan satu-satunya, ada tipe lain.
Frekuensi pasti dari tipe-tipe itu diperiksa karena tidak ada informasi tentang frekuensinya dalam
laporan sebelumnya. Pendekatan evaluasi baru mengenai ukuran kista diperkenalkan untuk
mengurangi perbedaan individu. Hubungan antara ukuran kista dan usia pasien juga dianalisis. Selain
itu, posisi dan angulasi dari molar tiga mandibula terkait, yang hampir tidak dilaporkan sampai
sekarang, juga diteliti.
2. Bahan dan Metode
2.1 Subyek
Penelitian ini melibatkan 257 pasien berturut-turut yang menjalani enukleasi kista dentigerous
dan ekstraksi molar tiga mandibula terkait di rumah sakit gigi Tokyo Medical and Dental University
antara 2009 dan 2013. Diagnosis semua kista dentigerous diberikan secara patologis.
Semua prosedur yang dilakukan dalam studi yang melibatkan partisipan manusia sesuai dengan
standar etika dari institusi dan / atau komite penelitian nasional dan dengan deklarasi Helsinki 1964
beserta amandemennya atau standar etika yang sebanding. Penelitian ini disetujui oleh Institutional
Review Board dari Fakultas Kedokteran Gigi, Tokyo Medical and Dental University (No.1247).

2.2 Gambar
Semua radiografi panoramik digital diambil menggunakan instrumen Super Veraviewepocs
(Morita Corp, Kyoto, Jepang) yang dioperasikan pada 79–80 kVp dan 9–10 mA dengan plat fosfor
fotostimulasi (ST-IV; Fuji Film Medical Co., Ltd., Tokyo, Jepang). Pelat diproses dengan sistem FCR
7000 (Fuji Film Medical Co., Ltd., Tokyo, Jepang), dan gambar disimpan dalam format DICOM.
Peralatan ini memberikan gambar panoramik dengan perbesaran yang seragam dalam dimensi
vertikal dan horizontal.

2.3 Lokasi, Bentuk dan Posisi dari Kista


Gambaran klinis berdasarkan area radiolusen pada radiografi panoramik termasuk lokasi, tipe
okular, dan posisi kista. Tipe lokular dibagi menjadi tipe unilokular (Gambar 1a) dan tipe multilokular
(Gambar 1b). Posisi kista dibagi menjadi tipe sisi mahkota (kista mengelilingi mahkota molar tiga
yang terkait) (Gambar 1a) dan tipe keseluruhan gigi (kista mengelilingi mahkota dan akar molar tiga
terkait) (Gambar 1c)

Gambar 1 Kista Dentigerous (a) unilokular dan tipe sisi mahkota; (b) tipe multilokular; (c) tipe
keseluruhan gigi

2.4 Ukuran Kista Dentigerous


Ukuran kista dentigerous atau area radiolusen pada radiografi panoramik diperiksa. Kami
memperkenalkan ukuran relatif kista untuk lebar maksimum mahkota gigi. Ukuran kista dievaluasi
sebagai berikut untuk mengurangi perbedaan individual.
Ukuran relatif kista dentigerous = panjang sumbu utama dari area radiolusen / lebar maksimum
untuk mahkota gigi molar tiga terkait.
2.5 Posisi dan Angulasi dari Molar Tiga Terkait
Posisi molar tiga diklasifikasikan oleh klasifikasi Pell dan Gregory [5] dan dijelaskan sebagai
berikut [6]:
(Hubungan gigi dengan ramus mandibula dan molar dua)
Kelas I: Jumlah ruang cukup untuk mengakomodasi diameter mesiodistal dari mahkota molar
tiga.
Kelas II: Ruang antara ramus dan sisi distal molar kedua kurang dari diameter mesiodistal molar
tiga.
Kelas III: Semua atau sebagian besar molar tiga terletak di dalam ramus.

(Kedalaman relatif dari molar tiga di tulang)


Posisi A: Bagian tertinggi dari gigi sejajar dengan atau di atas garis oklusal.
Posisi B: Bagian tertinggi dari gigi berada di bawah bidang oklusal tetapi di atas garis servikal
molar dua.
Posisi C: Bagian tertinggi dari gigi berada di bawah garis servikal gigi molar dua dalam relasi
terhadap sumbu panjang molar dua yang impaksi.

(Angulasi)
Angulasi molar tiga ditentukan dengan metode Quek et al. [7]. Sejumlah kasus dengan "111°
hingga -80°," dalam laporan sebelumnya diklasifikasikan sebagai inversi dalam penelitian ini. Dalam
survei posisi dan angulasi molar tiga terkait, kasus-kasus (n = 17) di mana molar dua yang berdekatan
hilang dikeluarkan.

2.7 Statistik
Uji eksak Fisher digunakan untuk analisis statistik. p-value yang kurang dari 0.05 dianggap
signifikan. Hasil ditunjukkan dalam bentuk rerata + standar deviasi (SD)

3. Hasil
3.1 Subyek
Penelitian ini melibatkan 167 laki-laki (65%) dan 90 perempuan (35%), dengan perbanding
1.86:1 laki-laki/perempuan. Umur dan gender didistribusikan seperti pada Gambar 2. Walaupun
frekuensi yang tinggi dari kista dentigerous ditemukan pada pasien usia 30-an, usia rata-rata dari
pasien kami pada kunjungan pertama ialah 46 + 13.4 tahun, dengan rentang 19 hingga 89 tahun
(Gambar 2)

Gambar 2 Distribusi usia dan gender dari 257 pasien dengan kista dentigerous yang berkembang di sekitar molar
tiga mandibula
3.2 Lokasi, Bentuk dan Posisi Kista
Tidak terdapat perbedaan bilateral pada mandibula (kiri, 52.1%; kanan, 47.9%). Bentuk
unilokular (89.1%) pada tipe lokular dan tipe sisi mahkota (68.5%) pada posisi kista signifikan (p-
value < 0.05))
Tabel 1 Tampakan klinis kista dentigerous pada radiografi panoramik
Tampakan Klinis Frekuensi Persentase

Lokasi

Kiri 134 52.1%

Kanan 123 47.9%

Tipe Lokular

Unilokular 229 89.1%*

Multilokular 28 10.9%

Posisi Kista

Sisi Mahkota 176 68.5%*

Keseluruhan Gigi 81 31.5%

*p-value < 0.05

3.3 Ukuran Kista Dentigerous


Kami memperkenalkan sebuah metode pengukuran baru ukuran relatif kista untuk lebar
maksimum mahkota gigi (Gambar 3a). Panjang rata-rata dari sumbu utama area radiolusen dan lebar
mahkota adalah 22.80 mm dan 14.35 mm. Distribusi ukuran relatif kista berdasarkan kelompok usia
ditunjukkan pada Gambar 3b. Rata-rata ukuran relatif kista pada setiap kelompok usia berkisar 1
sampai 2. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada ukuran relatif setiap kelompok usia.

Gambar 3 (a) Evaluasi ukuran kista dentigerous pada radiografi panoramik. Ukuran kista = Panjang sumbu utama dari area
radiolusen (X) / Lebar maksimum mahkota gigi molar tiga terkait (Y). (b) Distribusi ukuran kista dentigerous

3.4 Posisi dan Angulasi Molar Tiga Mandibula Terkait


Selanjutnya, kami memeriksa posisi molar tiga mandibula terkait dengan kista dentigerous,
dengan menggunakan klasifikasi Pell dan Gregory (Tabel 2). Dalam klasifikasi horizontal, yang
didasarkan pada jumlah gigi yang ditutupi oleh batas anterior ramus, Kelas III (64,6%) merupakan
frekuensi tertinggi. Dalam klasifikasi vertikal, Posisi B (48,3%) merupakan frekuensi tertinggi, diikuti
oleh posisi A. Angulasi molar tiga terkait ditentukan oleh sudut yang terbentuk antara sumbu
longitudinal berpotongan dari molar dua dan tiga (Tabel 3). Posisi horizontal menunjukkan frekuensi
tertinggi (36,3%), diikuti oleh inversi (32,5%) dan mesioangular (25,4%). Sudut tipe inversi adalah
+100◦ ~ +140◦ dalam kebanyakan kasus.
Tabel 2 Klasifikasi Pell dan Gregory terhadap molar tiga mandibula terkait

Posisi/Kelas I II III Total

A 14 (5.8%) 17 (7.1%) 46 (19.2%) 77 (32.1%)

B 9 (3.8%) 34 (14.2%) 73 (30.4%) 116 (48.3%)

C 7 (2.9%) 4 (1.7%) 36 (15.0%) 47 (19.6%)

Total 30 (12.5%) 55 (22.9%) 155 (64.6%) 240 (100.0%)

Kelas I, II, III: Klasifikasi horizontal (hubugan gigi terhadap ramus mandibula dan molar dua);
Posisi A, B, C: Klasifikasi vertikal (Kedalaman relatif olar tiga di dalam tulang)

Tabel 3 Angulasi molar tiga mandibula terkait

4. Pembahasan
Pasien dengan kista dentigerous memiliki usia rata-rata 46,0 ± 13,4 tahun dalam penelitian ini,
meskipun frekuensi tertinggi kista dentigerous didapatkan pada pasien berusia 30-an. Alasannya
adalah karena frekuensi pasien berusia 40-an atau lebih tua relatif lebih tinggi dibandingkan dengan
mereka yang berusia 20-an atau lebih muda. Ada dua tipe laporan sebelumnya tentang distribusi
usia kista dentigerous.
Satu menunjukkan usia rata-rata pasien yang berusia 30-an [3,4], yang lain menunjukkan pasien
yang berusia 40-an [8-10]. Sulit untuk memahami perbedaan dalam distribusi usia ini. Ekstraksi gigi
yang impaksi, terutama impaksi molar tiga pada pasien yang relatif muda, mungkin terlibat [4].
Mengenai distribusi gender, laporan sebelumnya termasuk penelitian ini menunjukkan sedikit
kecenderungan laki-laki [3,4,10], dan kecenderungan laki-laki yang jelas ditunjukkan dalam laporan
lain [8,9,11].
Lokasi, tipe lokular, dan posisi kista dentigerous dalam penelitian ini sama dengan yang ada
sudah pada umumnya. Tipe unilokular (89,1%) dan posisi sisi mahkota (68,5%) diperoleh signifikan.
Namun, frekuensi tipe multilokular (10,9%) dan posisi keseluruhan gigi (31,5%), terutama posisi
seluruh gigi, lebih tinggi dari harapan kami, meskipun tidak dapat dibandingkan dengan data lain
karena kurangnya penelitian sebelumnya. Beberapa kista dentigerous yang besar memiliki gambaran
multilokular pada radiografi panoramik, diduga disebabkan oleh persistensi trabekula tulang dalam
radiolusensi, dan tidak ada kista dentigerous multilokular yang sebenarnya [1]. Faktanya, kista
dentigerous sebagian besar dan secara patologis merupakan unilokular. Namun, kista dentigerous
yang memberikan kesan multilokular perlu dibedakan secara klinis dari tumor atau kista
odontogenik seperti ameloblastoma atau keratocyst odontogenik.
Pendekatan evaluasi baru untuk ukuran kista dentigerous diperkenalkan untuk mengurangi
perbedaan individu dalam penelitian ini. Dalam pendekatan baru ini, distorsi gambar dalam
radiografi panoramik tidak dipertimbangkan. Oleh karena itu, ada beberapa perbedaan yang
disebabkan oleh distorsi gambar di antara masing-masing pengukuran meskipun semua radiografi
panoramik digital diambil menggunakan peralatan yang sama dalam kondisi pemotretan yang sama
[12]. Kista dentigerous berasal dari berkurangnya epitel enamel antara folikel dan mahkota gigi dan
berkembang setelah mahkota gigi telah terbentuk sepenuhnya [10]. Kami, oleh karena itu, berpikir
bahwa ukuran kista dentigerous menjadi lebih besar dengan bertambahnya usia pada awalnya.
Namun sebenarnya, tidak ada korelasi yang signifikan antara ukuran dan usia. Dalam hubungan ini,
hasil yang sama dengan kami dilaporkan dalam dua makalah sebelumnya, meskipun metode
pengukuran mereka berbeda dengan yang kami gunakan dalam penelitian ini [11,13]. Sejauh
pengetahuan kami, tidak ada laporan yang menunjukkan korelasi signifikan antara ukuran kista
dentigerous dan usia pasien. Kista dentigerous tampaknya tidak berkembang secara bertahap
setelah pembentukan mahkota selesai, tetapi timbul pada berbagai periode secara acak. Ukuran
yang diukur dalam penelitian ini adalah dua dimensi dari area radiolusen pada radiografi panoramik,
dan tidak ada informasi tentang ukuran buccolingual. Hubungan antara ukuran tiga dimensi atau
buccolingual dan usia tidak pasti. Kista dentigerous mampu mencapai ukuran yang signifikan,
kadang-kadang dengan ekspansi tulang kortikal tanpa rasa sakit di daerah yang terlibat, tetapi
ukuran yang besar yang menyebabkan fraktur patologis jarang terjadi [14]. Sifat kista dentigerous ini
berbeda dari ameloblastoma atau keratocyst odontogenik [11,15,16]
Posisi molar tiga terkait dengan kista dentigerous diperiksa dengan klasifikasi Pell dan Gregory .
Tidak ada makalah sebelumnya yang meneliti posisi molar tiga terkait dengan kista dentigerous
dengan menggunakan klasifikasi ini, sejauh yang kami tahu. Dalam klasifikasi horizontal, kelas III
adalah frekuensi tertinggi, diikuti oleh kelas II dan I. Dengan kata lain, gigi molar tiga yang
sepenuhnya ditutupi oleh tulang memiliki frekuensi tertinggi, dan frekuensi meningkat dengan
jumlah gigi yang ditutupi oleh ramus mandibula. Kista dentigerous berasal dari sisa-sisa epitel
enamel dan tumbuh dengan tekanan internal yang dihasilkan oleh cairan yang ditarik ke ruang
antara sisa epitel enamel dan mahkota gigi [1,17]. Dengan pertimbangan itu, mudah untuk dipahami
bahwa kista dentigerous tumbuh dengan mudah di sekitar gigi yang mahkotanya sepenuhnya
dikelilingi oleh tulang karena tekanan internal oleh cairan muncul lebih mudah dan naik di jaringan
keras lebih daripada di jaringan lunak. Inilah sebabnya mengapa jumlah gigi yang dicakup oleh ramus
mandibula berhubungan dengan frekuensi kista dentigerous.
Dalam klasifikasi vertikal, Kelas B (48,3%) memiliki frekuensi tertinggi, diikuti oleh Kelas A
(32,1%) dan Kelas C (19,6%). Sebelumnya kami memeriksa posisi molar tiga mandibula dari 1906
kasus ekstraksi yang tidak memiliki kista dentigerous atau kasus patologis lainnya. Hasil ini
menunjukkan bahwa Kelas A (85,1%) memiliki frekuensi tertinggi, diikuti oleh Kelas B (12,9%) dan
Kelas C (1,9%) (data tidak ditampilkan). Ketika kita memikirkan dua contoh data ini bersama-sama,
kista dentigerous diperkirakan berasal dan tumbuh secara umum di sekitar molar tiga yang impaksi.
Angulasi molar tiga yang terkait ditentukan oleh sudut yang terbentuk antara sumbu
longitudinal yang berpotongan dari molar dua dan tiga. Belum ada laporan sebelumnya tentang
angulasi ini dengan posisi molar tiga terkait. Posisi horizontal memiliki frekuensi tertinggi (36,3%),
diikuti oleh inversi (32,5%) dan posisi mesioangular (25,4%). Hasil ini menunjukkan dengan jelas
bahwa molar tiga yang berhubungan dengan kista dentigerous cenderung memiliki inklinasi mesial.
Dalam laporan awal, yang mengusulkan klasifikasi sudut molar tiga mandibula yang digunakan dalam
penelitian ini, posisi mesio-angular (59,5%) adalah yang paling umum, diikuti oleh horizontal (17,6%),
disto-angular (9,8%), dan posisi vertikal (9,5%) [7]. Posisi horisontal dan mesio-angular menempati
peringkat yang lebih tinggi pada kedua hasil, meskipun urutannya terbalik. Perbedaan terbesar
antara kedua hasil tersebut adalah frekuensi inversi, yang berada pada peringkat kedua (30,5%)
dalam penelitian ini tetapi rendah (0,6%) dalam pemeriksaan molar tiga mandibula yang tidak
memiliki kista dentigerous. Ada kemungkinan bahwa posisi inversi dari molar tiga mandibula yang
berhubungan dengan kista dentigerous adalah konsekuensi dari pembesaran kista.

5. Kesimpulan
Para pasien dengan kista dentigerous memiliki usia rata-rata 46,0 ± 13,4 tahun dalam penelitian
ini, meskipun frekuensi tertinggi kista dentigerous didapatkan pada pasien berusia 30-an. Gambaran
panoramik kista dentigerous yang berkembang di sekitar molar tiga mandibula menunjukkan
beberapa diagnostik; (1) daerah radiolusen unilokular mengelilingi mahkota molar tiga terkait; (2)
ukuran kista tidak berhubungan dengan usia pasien; (3) molar tiga mandibula dalam posisi impaksi
yang dalam dan memiliki inklinasi ke mesial

Anda mungkin juga menyukai