Disusun Oleh :
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya kami sekelompok, boleh menyelesaikan tugas makalah tentang
“Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu”. Adapun maksud dari pembuatan
makalah ini sebagai perkuliahan mata kuliah “Keperawatan Gawat Darurat”.
Terima kasih juga di sampaikan kepada teman-teman yang telah terlibat dalam
pembuatan makalah ini, yang sudah meluangkan waktu dalam pembuatan makalah ini.
Dalam penulisannya kami sudah berusaha agar apa yang kami tulis dapat dimengerti
oleh pembaca. Semoga dengan makalah ini juga dapat menambah wawasan atau
pengetahuan kita baik sebagai penulis maupun pembaca.
Namun sebagai manusia biasa kami menyadari masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini, kami mengharapkan kritik maupun saran yang sifatnya
membangun dari para pembaca agar dapat tercipta suatu kesempurnaan dalam
memenuhi kebutuhan kita sebagai mahasiswa.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR1
DAFTAR ISI2
BAB I PENDAHULUAN 3
A. Latar Belakang3
B. Rumusan Masalah4
C. Tujuan Penulisan4
BAB II PEMBAHASAN5
A. Pengertian SPGDT5
B. Jenis-Jenis SPGDT5
C. Pengembangan SPGDT 6
D. Organisasi Penanggulangan Bencana 7
E. Alur Penanggulan Bencana 8
F. Alur penanganan korban bencana di lapangan 9
G. Alur penanganan korban bencana di Rumah Sakit 10
A. Kesimpulan 11
B. Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia menjadi negara yang paling rawan terhadap bencana di dunia
berdasar data yang dikeluarkan oleh badan perserikatan bangsa-bangsa untuk
2
strategi internasional pengurangan risiko bencana (un-isdr). Tingginya posisi
indonesia ini dihitung dari jumlah manusia yang terancam risiko kehilangan
nyawa bila bencana alam terjadi. Indonesia menduduki peringkat tertinggi untuk
ancaman bahaya tsunami, tanah longsor, gunung berapi. Dan menduduki
peringkat tiga untuk ancaman gempa serta enam untuk banjir.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) selama januari 2013
mencatat ada 119 kejadian bencana yang terjadi di indonesia. BNPB juga
mencatat akibatnya ada sekitar 126 orang meninggal akibat kejadian tersebut.
Kejadian bencana belum semua dilaporkan ke bnpb. Dari 119 kejadian bencana
menyebabkan 126 orang meninggal, 113.747 orang menderita dan mengungsi,
940 rumah rusak berat, 2.717 rumah rusak sedang, 10.945 rumah rusak ringan.
Untuk mengatasi bencana tersebut, bnpb telah melakukan penanggulangan
bencana baik kesiapsiagaan maupun penanganan tanggap darurat. Untuk siaga
darurat dan tanggap darurat banjir dan longsor sejak akhir desember 2012 hingga
sekarang, bnpb telah mendistribusikan dana siap pakai sekitar rp 180 milyar ke
berbagai daerah di indonesia yang terkena bencana.
Namun, penerapan manajemen bencana di indonesia masih terkendala
berbagai masalah, antara lain kurangnya data dan informasi kebencanaan, baik di
tingkat masyarakat umum maupun di tingkat pengambil kebijakan. Keterbatasan
data dan informasi spasial kebencanaan merupakan salah satu permasalahan
yang menyebabkan manajemen bencana di indonesia berjalan kurang optimal.
Pengambilan keputusan ketika terjadi bencana sulit dilakukankarena data yang
beredar memiliki banyak versi dan sulit divalidasi kebenarannya.
Dari uraian diatas, terlihat bahwa masih terdapat kelemahan dalam sistem
manajemen bencana di indonesia sehingga perlu diperbaiki dan ditingkatkan
untuk menghindari atau meminimalisasi dampak bencana yang terjadi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat di peroleh berbagai macam
pembahasan atau masalah yang akan di bahas dalam penulisan makalah ini.
3
Adapun berbagai macam pembahasan dalam makalah ini dapat di temukan
berbagai titik permasalahan yang membentuk suatu pertanyaan sebagai berikut :
1. Apa yang di maksud dengan SPGDT?
2. Apa saja jenis-jenis SPGDT?
3. Apa yang di maksud dengan manajemen bencana?
4. Bagaimana Pengembangan SPGDT?
5. Bagaimana Organisasi Penanggulangan Bencana?
6. Bagaimana Alur Penanganan Bencana?
7. Bagaimana Alur penanganan korban bencana di lapangan?
8. Bagaimana Alur penanganan korban bencana di Rumah Sakit?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui:
1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan SPGDT
2. Untuk mengetahui jenis-jenis SPGDT
3. Untuk mengetahui manajemen bencana
4. Untuk mengetahui pengembangan bencana
5. Untuk mengetahui organisasi penanggulangan bencana
6. Untuk mengetahui alur penanganan bencana
7. Untuk mengetahui alur penanganan korban bencana di lapangan
8. Untuk mengetahui alur penanganan korban di Rumah Sakit
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian SPGDT
SPGDT (Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu) merupakan
sistem yang didesign berdasarkan system kesehatan nasional untuk member
pertolongan yang cepat, tepat, cermat pada penderita gawat darurat untuk
mencegah kematian dan kecacatan.
SPGDT terdiri dari beberapa unsure pelayanan yaitu pelayanan pra-
Rumah Sakit, pelayanan di Rumah Sakit dan antar Rumah Sakit. Pelayanan
tersebut berpedoman pada respon cepat yang menekankan time saving is life
and limb saving, yang melibatkan pelayanan oleh masyarakat awam umum dan
khusus, petuga smedis, pelayanan ambulans gawat darurat dan system
komunikasi.
B. Jenis-jenis SPGDT
SPGDT dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
1. SPGDT-S (Sehari-Hari)
SPGDT-S adalah rangkaian upaya pelayanan gawat darurat yang saling
terkait yang dilaksanakan ditingkat Pra-Rumah Sakit, di Rumah Sakit, antar
Rumah Sakit dan terjalin dalam suatu sistem yang bertujuan agar
korban/pasien tetap hidup. Meliputi berbagai rangkaian kegiatan sebagai
berikut :
a. Pra-Rumah Sakit
Diketahui adanya penderita gawat darurat oleh masyarakat
Penderita gawat darurat itu dilaporkan keorganisasi pelayanan penderita
gawat darurat untuk mendapatkan pertolongan medic. Pertolongan di
tempat kejadian oleh anggota masyarakat awam atau awam khusus
(satpam, pramuka, polisi, dan lain-lain). Pengangkutan penderita gawat
darurat untuk pertolongan lanjutan dari tempat kejadian kerumah sakit
(sistim pelayanan ambulan)
5
b. Dalam Rumah Sakit
Pertolongan di unit gawat darurat rumah sakit Pertolongan di
kamar bedah (jika diperlukan) Pertolongan di ICU/ICCU
c. Antar Rumah Sakit
Rujukan kerumah sakit lain (jika diperlukan) Organisasi dan
komunikasi
2. SPGDT-B (Bencana)
SPGDT-B adalah kerjasama antar unit pelayanan Pra-Rumah Sakit dan
Rumah Sakit dalam bentuk pelayananan gawat darurat terpadu sebagai
khususnya pada terjadinya korban massal yang memerlukan peningkatan
(eskalasi) kegiatan pelayanan sehari-hari dan bertujuan umum untuk
menyelamatkan korban sebanyak banyaknya.
a. Tujuan Khusus :
1) Mencegah kematian dan cacat, hingga dapat hidup dan berfungsi
kembali dalam masyarakat sebagaimana mestinya.
2) Merujuk melalui system rujukan untuk memperoleh penanganan
yang lebih memadai.
3) Menanggulangi korban bencana.
b. Prinsip mencegah kematian dan kecacatan :
1) Kecepatan menemukan penderita.
2) Kecepatan meminta pertolongan.
c. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan :
1) Ditempat kejadian.
2) Dalam perjalanan ke puskesmas atau rumah-sakit.
3) Pertolongan dipuskesmas atau rumah-sakit.
C. Pengembangan SPGDT
Pengembangan SPGDT-S dan SPGDT-B memerlukan beberapa hal yang
terlibat, diantaranya yaitu:
1. Semua jajaran kesehatan
6
a. Departemen kesehatan
b. Direktur RS
c. Puskesmas
d. Dinas kesehatan
e. Kepala IGD
f. Dokter, perawat, petugas kesehatan
g. Dan unit kesehatan lain (PMI)
2. Jajaran non kesehatan
a. Pemerintah daerah tingkat I dan II
b. POLRI
c. Satuan laksana penanggulangan bencana
d. Pemadam kebakaran
e. Penyandang dana (Askes, JasaRaharja, Jamsostek)
f. Dan komponen-komponen masyarakat lain
3. Koordinasi
a. Kesehatan - non kesehatan
b. Antar ksehatan – ABRI, POLRI, swasta, pemerintah
c. Intra kesehatan – puskesmas – rumah sakit
D. Organisasi Penanggulangan Bencana
Berikut ini merupakan organisasi penanggulangan bencana:
1. Tingkat Nasional Badan Koordinasi Penanggulangan Bencana
2. Tingkat Propinsi Satuan Koordinasi Penanggulangan Bencana
3. Tingkat Kabupaten Satuan Laksana Penanggulangan Bencana
4. Satgas Kesehatan
5. Satgas Pekerjaan Umum
6. Satgas Keamanan dan ketertiban Masyarakat
7. Satgas Sosial
Penanggulangan bencana memerlukan manajemen pada tahapannya, yaitu:
1. Tahap Persiapan (Preparedness)
7
a. Pengembangan SPGDT
b. Pengembangan SDM
c. Pengembangan Sub system Komunikasi
d. Pengembangan Sub system Transportasi
e. Latihan Gabungan
f. Kerja sama lintassector
2. Tahap Akut (Acute response)
a. Rescue – triage
b. Acute medical response
c. Emergency relief
d. Emergency rehabilitation
E. Alur Penanggulangan Bencana
Berikut ini merupakan alur pelayanan medis di lapangan pada penanggulangan
bencana:
Bencana geologi
Kerusakan insfatuktur
Siap siaga
penanggulangan
Mitigasi
8
Dalam hal ini rumah sakit harus sanggup member pelayanan secara
cepat, tepat, cermat, nyaman, dan terjangkau untuk mencegah kematian dan
kecacatan. Berikut ini label triage dan keterangan tindakan yang harus
dilakukan:
1. Merah Segera Ditanggulangi terlebih dahulu
a. Mengancam Jiwa
b. Cacat
2. Kuning Boleh Ditangguhkan
a. Keadaan tidak mengancam Jiwa
b. Segera ditangani bila yang mengancam Jiwa sudah teratasi
3. Hijau Boleh ditunda&Rawat Jalan
Tidak Membahayakan Jiwa
4. Hitam Boleh Diabaikan&Ditinggalkan
a. Diurus paling akhir
b. Sudah tidak ada tanda-tanda vital
c. Usaha-usaha pertolongan amat sangat kecil keberhasilannya
F. Alur Penanganan Korban Bencana Di Lapangan
G. Lakukan evakuasi
yang selamat
Lapor kepala
Pimpinan Unit daerah setempat
Merah
Ruang operasi
Triase
Kuning
Area kuning
Hijau
Area hijau
Area Penampungan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
10
Di beberapa daerah di Indonesia merupakan daerah yang rawan bencana.
Dengan banyaknya bencana, kesiagaan dan pelaksanaan tanggap bencana harus
dilakukan dengan baik. Karena dampak yang ditimbulkan bencana tidaklah
sederhana, maka penanganan korban bencana harus dilakukan dengan
terkoordinasi dengan baik sehingga korban yang mengalami berbagai sakit baik
fisik, sosial, dan emosional dapat ditangani dengan baik dan manusiawi.
Perawat sebagai kaum yang telah dibekali dasar-dasar kejiwaan
kebencanaan dapat melakukan berbagai tindakan tanggap bencana. Seharusnya
modal itu dimanfaatkan oleh mahasiswa keperawatan agar secara aktif turut
melakukan tindakan tanggap bencana.
B. Saran
Perawat adalah tenaga kesehatan yang sangat berkompeten untuk
melakukan pelayanan kesehatan di daerah yang sedang mengalami bencana, oleh
karena itu diharapkan bagi mahasiswa keperawatan maupun perawat yang sudah
berpengalaman dalam praktik pelayanan kesehatan maupun untuk berperan
dalam penanggulangan bencana yang ada di sekitar kita. Karena ilmu yang
didapat dibangku perkuliahan sangat relevan dengan yang terjadi di masyarakat,
yaitu fenomena masalah kesehatan yang biasanya muncul di tempat yang sedang
terjadi bencana.
11
DAFTAR PUSTAKA
12