Anda di halaman 1dari 20

Karakteristik Khusus Pemahaman Keagamaan Tasawuf atau Tarekat di Kawasan

Islam Afrika Utara

A. Karakteristik Wilayah

Karakteristik Afrika Utara secara etno linguistic termasuk pada kategori


dunia Arab sekalipun watak dasarnya adalah Barbar, karena wilayah ini hamper
selama berabad-abadter-Arabisasi secara formal baik oleh pemerintahan Khalifah
Al-Mansyur,Abbasiyah, maupun dinasti Fathimiah, termasuk juga dinasti-dinasti
kecil lainnya yang memiliki afiliasi karakter Arab.1
Bagi masyarakat Afrika Utara secara umum bahasa Arab tetap menjadi
Bahasa pengantar resmi dihampir seluruh wilyah Afrika Utara dan menjadi basis
ciri cultural mereka. Wilayah Afrika Utara ini, meliputi Libia, Aljazair, Tunisia
dan Maroko. Secara umum karakteristik wilayah Afrika Utara ini, yakni: pertama,
Aljazair. Populasi pendudukny aberjumlah sekitar 12. 300. 000 jiwa, luas wilayah
919. 325 mil (2. 331. 123KM), posisi tanahnya berada pada ketinggian 167 kaki
(51 M) dibawah permukaan laut sampai pada 91. 150 kaki (3. 002 M), bahasa
yang digunakan adalah Arab, Perancis, dan Barbar.2

B. Pengertian Tarekat
kata tarekat berasal dari bahas Arab at-thariq yang berarti
jalan yang ditempuh dengan jalan kaki. Dari pengertian ini
kemudian kata tersebut digunakan dalam konotasi makna cara
seseorang melakukan suatu pekerjaan, baik terpuji maupun
tercela. Tarekat adalah “jalan” yang ditempuh para sufi dan dapat digambarkan

Ajid Tohir,Studi Kawasan Dunia Islam,(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2009), hlm.


284

Ajid Tohir, Studi Kawasan Dunia Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2009), hlm.
299

1
sebagai jalan yang berpangkal dari syariat, sebab jalan utama disebut syar,
sedangkan anak jalan disebut thariq. Kata turunan ini menunjukkan bahwa
menurut anggapan para sufi, pendidikan mistik merupakan cabang dari jalan
utama yang terdiri dari hukum Ilahi, tempat berpijak bagi setiap muslim.
Menurut istilah tasawuf, tarekat ialah erjalanan khusus bagi para
sufi yang menempuh jalan menuju allah swt. Perjalan yang
mengikuti jalur yang ada melalui tahap dan seluk beluknya.3
Kata thariqah menarik perhatian kaum sufi dan mereka menjadikannya
sebagai istilah khusus yang mempunyai arti tertentu. Menurut L. Massingnon,
sebagaimana dikutip oleh Aboe Bakar Atjeh, thariqah di kalangan sufi memiliki
dua pergertian. Pertama, pendidikan akhlak dan jiwa bagi mereka yang berminat
menempuh gidup sufi. Kedua, thariqah berarti suatu gerakan yang lengkap untuk
memberikan latihan-latihan rohani dan jasmani dalam segolongan orang islam
menurut ajaran dan keyakinan tertentu. Aboe Bakar Atjeh menjelaskan bahwa
pengertian thariqoh pertama diatas masih kurang, pengertian seperti ini mungkin
masih digunakan untuk memperdalam syariat sampai hakikatnya melalui tingkat-
tingkat pendidikan tertentu, maqamat dan ahwal. Pengertian kedua, tarekat sudah
menjelma menjadi suatu kekeluargaan yang didirikan menurut aturan dan
perjanjian tertentu.
meskipun banyak tarekat tarekat yang berbeda, tujuan dari
berbagai tarekat itu tetap sama yaitu suatu tujuan moral yang
mulia. Tidak terdapat perbedaan prinsip antara satu tarekat
dengan tarekat yang lainya. Perbedaan yang terletak pada
tarekat yaitu terletak pada jenis wirid dan dzikir serta tatacara
pelaksanaanya.4

C. Tarekat Syadziliyah
3

Al-taftazani,al-thariqah al-akbariyyah, dalam al-kitab al-tidzkari li bin arabi, h.308.


4

Taufiq al-thawil, al-tasawwuf fi mishr iban al-ashgr al-uthmani, maktabah al-jamisi,


kairo : 1947, h. 80.

2
Syadziliyah adalah nama tarekat yang termasuk ke dalam tarekat mu’tabarah.
Tarekat ini didirikan oleh al-Hasan Ali al-Syadzilli. Tarekat Syadzili dikenal
sebagai tarekat yang sederhana dalam ajarannya, tidak berbelit-belit, persyaratan
pengalaman tarekat syadziliyah tidaklah berat-berat, kepada setiap murid, kecuali
meninggalkan maksiat-maksiat, sebagai lazimnya terdapat tradisi tarekat, mereka
diwajibkan memelihara kewajiban ibadat-ibadat sunnah sekuatnya, termasuk
dalam hal itu adalah dzikir kepada Tuhan. Sekurang-kurangnya seribu kali dalam
sehari semalam.5
Tarekat Syadziliyah tidak dapat dilepaskan hubungannya dengan pendirinya,
yakni Abu al-Hasan al-Syadzilli. Selanjutnya nama tarekat ini dinisbahkan pada
namanya Syadziliyah yang mempunyai ciri khusus yang berbeda-beda dengan
tarekat lain. 6
Secara lengkap nama pendirinya adalah Ali bin Abdullah bin Abdul Jabbar
Abu al-Hasan al-Syadzili. Silsilah keturunannya mempunyai hubungan dengan
orang-orang keturunan Hasan bin Ali bin Abi Thalib, dan dengan demikian berarti
juga keturunan Siti Fatimah anak perempuan dari Nabi Muhammad Saw. Al-
Syadzili sendiri pernah menuliskan silsilah keturunannya sebagai berikut: Ali bin
Abdullah bin Abdul Jabbar bin Yusuf bin Ward bin Bathal bin Ahmad bin
Muhammad bin Isa bin Muhammad bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib.7
Dia dilahirkan di Ghumara, dekat Ceuta saat ini, di utara Maroko pada tahun
573 H.8 Pendidikannya dimulai dari kedua orang tuanya, dan kemudian
5

IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 1984), hlm.
902.
6

Sri Mulyati, dkk.,Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia,


(Jakarta Prenada Media, 2004), hal. 37
7

Abu Bakar Atjeh, Pengantar Ilmu Tarekat, (Solo: Ramadani, Cetakan Kedua, 1984), hal.
275. Lihat juga IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta: Djambatan,
1984), hlm. 902.
8

“Tarekat Syadziliyah”, http://www.sufi.news.com. Adapun mengenai kelahiran Syadzili


sebenarnya masih belum ada kesepakatan beberapa penulis berbeda pendapat, antara lain sebagai
berikut: Siradi al-Din Abu Hafst menyebutkan tahun kelahirannya pada 591 H / 1069 M. Ibnu
Sabbagh menyebut tahun kelahirannya pada 583 H / 1187 M. dan J. Spenter Triming Ham

3
dilanjutkan kependidikan lebih lanjut, yang mana di antara guru kerohaniannya
adalah ulama besar, Abdus Salam Ibn Masyiqy (w. 628 H / 1228 M), yang juga
dikenal sebagai “Quthab dari Quthub para Wali”, seperti halnya Syeikh Abd. Al-
Qadir al-Jilani (w. 561 H / 1166 M).
Di masa-masa selanjutnya, atas saran gurunya, Abdus Salam. Ia meninggalkan
Maroko untuk ber-uzlah dalam sebuah gua di dekat desa Syadzila di Tunisia
Afrika tempat ia mendapatkan nisbah-nya. Dari tempat uzlah-nya, ia secara
berkala keluar untuk berceramah, mengajar dan berdiskusi dengan para ulama dan
para sufi. Ceramah dan pengajarannya mendapat sambutan yang sangat luar biasa
dari masyarakat setempat. Tak terkecuali, banyak dari kalangan ulama dan tokoh
sufi yang berdatangan untuk berdiskusi dengannya. Dari kalangan tokoh sufi yang
aktif datang mendengarkan ceramah dan berdiskusi dengannya, sekaligus menjadi
murid-muridnya tercatat misalnya: Syaikh Abul Hasan Ali Ibnu Maklif Asyadzili,
Abu Abdillah as-Shabuni, Abu Muhammad Abdul Aziz al-Patuni, Abu Abdillah
al-Bijjoj. Demikianlah, ketenaran nama Abul Hasan sebagai seorang ulama sufi
menyebar luas dan dengan cepat memperoleh pengikut yang banyak.
Ketenaran Abul Hasan mengundang dan memancing iri dan kemarahan kaum
ulama fiqih di Tunisia. Kemudian mereka memfitnahnya di hadapan Sultan Abu
Zakariyya al-Hafsi. Ia dan para pengikutnya mengalami penganiayaan yang sangat
pedih. Setelah situasi dari kondisi tidak memungkinkan lagi baginya untuk tetap
tinggal di Tunisia, pada tahun 642 H, Ia memutuskan untuk mengungsi di Mesir
diikuti oleh beberapa gelintir pengikutnya, dan menetap di Iskandariyah.9
Di Mesir, sebagaimana halnya di Tunisia, majelis-majelis pengajiannya
dihadiri oleh bukan saja kalangan masyarakat awam dan pecinta ilmu. Tetapi juga
oleh para ulama-ulama besar dan terkemuka seperti sultanul ulama: Izzudin ibn
Abdus Salam, Taqiuddin ibn Daqiqil, Ibn Yasin (murid terkemuka Ibn ‘Arabi) dan
lain-lain.10

mencatat tahun kelahirannya al-Syadzili pada 593 H / 1196 M. lihat Sri Mulyati, dkk., op.cit., hlm.
58
9

Ibid.
10

4
Meskipun semakin populer dan masyhur di kalangan masyarakat dan ulama di
Mesir, ia melakukan korespondensi dengan sekelompok kecil muridnya di Tunisia
yang dengan setia tetap menghidupkan namanya di sana. Beberapa surat
korespondensinya yang berhasil ditemukan menampakkan bahwa ia adalah Syaikh
yang manusiawi, pemuka haji, yang dedikasi personilnya tidak melemahkan
kepeduliannya atas kesejahteraan pengikut-pengikutnya.
Pada akhirnya Abdul Hasan asy-Syadzili dan ajaran-ajarannya, yang
mengambil Mesir sebagai pusat penyebarannya ini, menjadi sufisme yang besar
dan terbentuk dalam suatu tarekat yang dikenal dengan tarekat syadziliyah.
Tarekat ini mewakili tradisi tasawuf maghrib dan terkenal dengan hizib-hizibnya.11
Sepeninggalannya, ia digantikan oleh Syaikh Abul Abbas al-Mursi sebagai
pemimpin tarekatnya. Yang juga dipegangnya sampai ia meninggal dunia di
Iskandariyah tahun 686 H. Ia digantikan salah seorang muridnya, asal Mesir, Ibnu
Athaillah as-Sukandari (al-Iskandari).12

D. Tarekat Tijaniyah
Asal usul Tarekat Tijani, Tijaniyah berasal dari nama sebuah suku asli di‘ Ayn
Madi yang terletak di Algeria Selatan. Penyandang suku al-Tijani tersebut adalah
ibunya Abu al-Abbas Ahmad. Beliau adalah seorang wanita yang berketurunan
kulit hitam, yang bernama Sayyid‘ Aisyah binti Abdullah al-Sanusi al-Tijani.
Sementara ayahnya yaitu Muhammad bin Mukhtar adalahseorang ‘alim dan
merupakan keturunan ke- 22 dari Nabi Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Secara geneologis Syekh Ahmad al-Tijani memiliki nasab sampai kepada
Rasulullah saw. Silsilah lengkapnya adalah Abu al-Abbas Ahmad Ibn Muhammad
Ibn Mukhtar Ibn Ahmab Ibn Muhammad Ibn Salam Ibn Abi al-Id Ibn Salim Ibn
Ahmad al-`Alawi Ibn Ali Ibn Abdullah Ibn Abbas Ibn Abd Jabbar Ibn Idris Ibn
Ishak Ibn Zainal Abidin Ibn Ahmad Ibn Muhammad al-Nafs al-Zakiyyah Ibn

Sri Mulyati, dkk., op.cit., hlm. 62.


11

IAIN Syarif Hidayatullah, op.cit., hlm. 905.


12

Abu Bakr Atjeh, op.cit., hlm. 277.

5
Abdullah al- Kamil Ibn Hasan al-Musana Ibn Hasan al-Sibti Ibn Ali Ibn Abi
Thalib, dari Sayyidah Fatimah al-Zahra putri Rasuluullah saw.13
Ketika Ahmad Tijani melaksanakan khalwatnya, ia bermimpi bertemu
Rasulullah dan mengajarinya beberapa wirid, istigfar dan salawat. Serta langsung
memberi izin kepadanya untuk mendirikan tarekatnya sendiri dan
menyebarkannya kepada masyarakat.14
Pesatnya penyebaran Tarekat Tijaniyah berawal dari kepindahan Ahmad Al-
Tijani dari Abi Samgun ke Fes (Maroko), tempat dia menetap sampai akhir
hayatnya. Dari Fes inilah Tarekat Tijaniyah menyebar ke negara-negara seperti
Aljazair, Tunisia, Mauritania, Sudan, dan Sinegal. Di wilayah-wilayah ini Ahmad
Al-Tijani bisanya menunjuk muqaddam tarekat untuk membimbing pengikut-
pengikutnya dan terus menyebarluaskannya15. Pada masa-masa berikutnya
terutama pada abad ke 19 tarekat ini tersebar luas hampir ke seluruh wilayah
Maghrib dan Afrika Barat. Bahkan di wilayah-wilayah ini Tarekat Tijaniyah
menjadi gerakan sosial politik yang menentukan kesinambungan kedaulatan dan
mewarnai kehidupan sosial politik negara-negara di kawasan tersebut.
Di Mesir dan Sudan tarekat tersebut bahkan sudah berkembang pada masa
Ahmad Al-Tijani masih hidup. Salah seorang guru yang terkenal dalam
menyebarkan Tarekat Tijaniyah di Timur Tengah pada pertengahan abad ke 19
ialah seorang Tunisia yang bernama Sidi Al-Bashir bin Sidi Muhammad yang
berhasil menarik pengikut dan mendirikan zawiyah di Yaman. Sedang yang paling
aktif pada awal abad ke 20 ialah seorang Aljazair yang bernama Muhammad bin
Abd Al-Malik Al-Alami (w. 1934) yang berperan penting dalam menjadikan
tarekat tersebut terkenal di Sudan, Syiria, Palestina, dan Hijaz.16

13

Ikhyan Badruzzaman,Tarekat Tijaniyah Di Indonesia, (Garut: Zawiyah Tarekat


Tijaniyah,2007). hlm. 3
14

Laily Mansur. Ajaran dan Teladan Para Sufi,(Jakarta : Srigunting, 1999) hlm. 286
15

Abun-Nasr, J.M. The Tijaniyya; A Sufi Order in the Modem World, (London: Oxford


University Press, 1965). Hlm. 20-23
16

6
Perkembangan Tarekat Tijaniyah di Afrika Utara
Proses kesejarahan sufi Abad Pertengahan mungkin tidak banyak
memunculkan peran politik sufi. Tapi, pada abad-abad berikutnya, sufi seringkali
muncul sebagai gerakan politik, terutama pada akhir Abad 19 dan awal Abad 20,
ketika umat Islam berada dalam cengkeraman imperialisme.
Imperialisme yang mencekik umat muslim pada abad-abad itu menyebabkan
para darwis dengan berbagai afialiasi tarekat turun gunung. Mereka berjuang keras
membebaskan negeri-negeri muslim dari penjajahan besar-besaran yang
dilancarkan Eropa. Tarekat-tarekat sufi yang seringkali turun gunung misalnya,
Qadiriyah, Tijaniyah, Naqsyabandiyah, Rifa'iyah dan Sanusiyah. Gerakan para
sufi ini banyak mempunyai jasa dalam perjuangan politik negara-negara Islam di
Afrika Utara (di bawah kolonialisme Eropa).
Di Afrika Utara, gerakan politik sufi melawan kolonialisme banyak dimotori
oleh tarekat Qadiriyah, Tijaniyah, dan Mahdiyah Sudan. Persaudaraan sufi
(tarekat) ini menerapkan ikatan transnasional. Mereka punya jaringan luas yang
tak terikat oleh batas-batas wilayah. Para penjajah di Aljazair sampai memandang
gerakan-gerakan mereka sebagai konspirasi pan-Islam yang amat membahayakan.
Memang, ordo sufi pada masa kolonialisme merupakan wadah paling potensial
bagi aksi politik lintas-wilayah untuk membendung penjajahan.
Di Sudan, semua anggota tarekat Tijaniyah secara resmi berafialiasi dengan
Front Nasional Islam. Pilihan ini, bukan semata-semata kebijakan Tijaniyah lokal,
tapi instruksi dari pusat ordo mereka di Senegal.Meski demikian, pergulatan
politik yang dimainkan oleh para sufi pasca kolonialisme tidak sepenuhnya punya
tendensi kekuasaan. Politik yang dimainkan mereka lebih sering dipandang
sebagai politik oposisional terhadap pemerintah yang berkuasa.
Fenomena sufi di awal Abad 19 dan akhir Abad 20 memang banyak diwarnai oleh
gerakan politik. Dan itu terjadi serentak, sehingga banyak yang memandang

Abun-Nasr, J.M. The Tijaniyya; A Sufi Order in the Modem World, (London: Oxford


University Press, 1965). Hlm. 157-161

7
bahwa gerakan politik mereka tidak sekedar bentuk reaksi yang mencuat
kemudian hilang. Kelompok sufi terutama di Afrika Utara.17

E. Tarekat Samaniyah

Tarekat Sammaniyah merupakan salah satu cabang dari


Tarekat Syadziliyah yang didirikan oleh Abu Hasan Ali Asy-Syazili
(wafat 1258) di Mesir. Pendiri Tarekat Sammaniyah adalah
Muhammad bin Abdul Karim As-Samani Al-Hasani Al-Madani
(1718-1775 M).
Tarekat ini berhasil membentuk jaringan yang sangat luas dan
mempunyai pengaruh besar di kawasan utara Afrika, yaitu dari
Maroko sampai ke Mesir. Bahkan, memperoleh pengikut di Suriah
dan Arabia.

Aliran tarekat ini lebih banyak menjauhkan diri dari


pemerintahan dan penguasa serta lebih banyak memihak kepada
penduduk setempat, di mana tarekat ini berkembang luas.

Salah satu negara Afrika yang banyak memiliki pengikut


Tarekat Sammaniyah adalah Sudan. Tarekat ini masuk ke Sudan
atas jasa Syekh Ahmad At-Tayyib bin Basir yang sebelumnya
belajar di Makkah sekitar tahun 1800.

17

Khazanah, Ketika Sufi Berpolitik, http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-


islam/hikmah/09/02/25/33715-ketika-sufi-berpolitik, diakses pada tanggal 26 November 2016
pukul 14.00

8
Pemimpin Tarekat Sammaniyah di Sudan yang terkenal ialah
Syekh Muhammad Ahmad bin Abdullah (1843-1885) yang pernah
memproklamasikan dirinya sebagai Imam Mahdi (pemimpin yang
ditunggu-tunggu kedatangannya oleh masyarakat). Ia adalah
seorang pemimpin dan anggota Tarekat Sammaniyah yang
sangat saleh dan kehadirannya dinanti-nantikan oleh masyarakat
Sudan.

Syekh Muhammad Ahmad menghendaki adanya perbaikan-


perbaikan terhadap praktik-praktik keagamaan sesuai dengan
agama Islam yang benar. Ia memberikan berbagai perintah
tentang bermacam-macam aspek keagamaan, seperti
pengasingan (pingitan) terhadap kaum wanita dan pembagian
tanah kepada rakyat, dan berusaha memodifikasi berbagai
praktik keagamaan masyarakat Sudan yang pada waktu itu
dilakukan sebagai tradisi. Ini semua bertujuan untuk
menyesuaikan tradisi mereka dengan ajaran-ajaran syariat.

Syekh Muhammad Ahmad juga menentang pemakaian jimat,


penggunaan tembakau dan alkohol, ratapan wanita pada
upacara pemakaman jenazah, penggunaan musik dalam prosesi
keagamaan, dan ziarah ke kuburan orang-orang suci (wali).
Dalam rangka meniru hijrah Nabi Muhammad SAW, ia dan
para pengikutnya mengasingkan diri di Pegunungan Kardofan,
lalu menyebut diri mereka sebagai Anshar (penolong) Nabi SAW.
Lebih jauh, kelompok ini berhasil membentuk pemerintahan
revolusioner dengan organisasi militer yang sangat rapi dan
mempunyai sumber keuangan yang teratur serta administrasi
yang baik.

Amalan Sammaniyah

9
Ciri-ciri Tarekat Sammaniyah adalah berzikir La Ilaha Illa Allah
dengan suara yang keras oleh para pengikutnya.
Dalam mewiridkan bacaan zikir, para murid Tarekat
Sammaniyah biasa melakukannya secara bersama-sama pada
malam Jumat di masjid-masjid atau mushala sampai tengah
malam.
Selain itu, ibadah yang diamalkan oleh Syekh Muhammad bin
Abdul Karim As-Samani adalah shalat sunah Asyraq (setelah
Subuh) dua rakaat, shalat sunah Dhuha sebanyak 12 rakaat,
memperbanyak riyadhah (melatih diri lahir batin untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT), dan menjauhkan diri dari
kesenangan duniawi.
Berikut adalah beberapa ajarannya yang terkenal. Pertama,
memperbanyak shalat dan zikir. Kedua, bersikap lemah lembut
kepada fakir miskin. Ketiga, tidak mencintai dunia. Keempat,
menukarkan akal basyariyah (kemanusiaan) dengan akal
rabbaniyah (ketuhanan). Kelima, menauhidkan Allah SWT, baik
dalam zat, sifat, maupun af'al-Nya.

Syekh Samman, sang pendiri Sammaniyah


Kemunculan Tarekat Sammaniyah bermula dari kegiatan sang
tokoh pendirinya, yaitu Syekh Muhammad bin Abdul Karim As-
Samani Al-Hasani Al-Madani Al-Qadiri Al-Quraisyi. Ia adalah
seorang fakih, ahli hadis, dan sejarawan pada masanya.
Dilahirkan di Kota Madinah pada tahun 1132 Hijriyah atau
bertepatan dengan tahun 1718 Masehi. Keluarganya berasal dari
suku Quraisy.

Semula, ia belajar Tarekat Khalwatiyyah di Damaskus. Lama-


kelamaan, ia mulai membuka pengajian yang berisi teknik zikir,
wirid, dan ajaran tasawuf lainnya. Ia menyusun cara pendekatan

10
diri dengan Allah SWT yang akhirnya disebut sebagai Tarekat
Sammaniyah. Sehingga, ada yang mengatakan bahwa Tarekat
Sammaniyah adalah cabang dari Khalwatiyyah.
Demi memperoleh ilmu pengetahuan, ia rela menghabiskan
usianya dengan melakukan berbagai perjalanan. Beberapa negeri
yang pernah ia singgahi untuk menimba ilmu di antaranya adalah
Iran, Syam, Hijaz, dan Transoxiana (wilayah Asia Tengah saat ini).
Karyanya yang paling terkenal adalah kitab Al-Insab. Ia juga
mengarang buku-buku lain, seperti Mu'jamul Mashayekh, Tazyilul
Tarikh Baghdad, dan Tarikh Marv.
Syekh Muhammad Samman dikenal sebagai tokoh tarekat
yang memiliki banyak karamah. Baik kitab Manaqib Syekh al-
Waliy Al-Syahir Muhammad Saman maupun Hikayat Syekh
Muhammad Saman, keduanya mengungkapkan sosok Syekh
Samman.
Sebagaimana guru-guru besar tasawuf, Syekh Muhammad
Samman terkenal akan kesalehan, kezuhudan, dan
kekeramatannya. Konon, ia memiliki karamah yang sangat luar
biasa.
''Ketika kaki diikat sewaktu di penjara, aku melihat Syekh
Muhammad Samman berdiri di depanku dan marah. Ketika
kupandang wajahnya, tersungkurlah aku dan pingsan. Setelah
siuman, kulihat rantai yang melilitku telah terputus,'' kata
Abdullah Al-Basri. Padahal, kata seorang muridnya, Syekh
Samman berada di kediamannya sendiri.
Adapun perihal awal kegiatan Syekh Muhammad Samman
dalam tarekat dan hakikat, menurut Kitab Manaqib, diperolehnya
sejak bertemu dengan Syekh Abdul Qadir Jailani.
Suatu ketika, Syekh Muhammad Samman berkhalwat
(menyendiri) di suatu tempat dengan memakai pakaian yang
indah-indah. Pada waktu itu, datang Syekh Abdul Qadir Jailani

11
yang membawakan pakaian jubah putih. ''Ini pakaian yang cocok
untukmu.''
Syekh Jailani kemudian memerintahkan Syekh Muhammad
Samman agar melepas pakaiannya dan mengenakan jubah putih
yang dibawanya. Konon, Syekh Muhammad Samman menutup-
nutupi ilmunya sampai datanglah perintah dari Rasulullah SAW
untuk menyebarkannya kepada penduduk Kota Madinah.
Wallahua’lam.
Tarekat Sammaniyah mengajarkan zikir dan wirid untuk
mendekatkan diri kepada Allah kepada murid-muridnya. Wirid
dan zikir itu biasanya diamalkan seusai melaksanakan shalat lima
waktu dan dengan cara duduk bersila.
Seiring dengan perkembangannya, zikir dan wirid
Sammaniyah terus berkembang. Di Sudan dan Nigeria (Afrika
Utara), zikir dan wirid Sammaniyah ini dilaksanakan dengan cara
berdiri sambil memuji kebesaran Allah SWT. Tak hanya wirid
seusai shalat lima waktu, zikir dan wirid Sammaniyah biasanya
dilaksanakan pada peringatan hari besar Islam, seperti maulid
Nabi SAW, Isra Mikraj, dan sebagainya.

F. Tarekat Sanusiyah

Berawal dari imperium Turki Ottoman yang mulai melemah yang disebabkan
kemunduran ekonomi di dunia Islam dan kemerosotan pada bidang budaya karena
para pembesar Turki mulai mendewakan gaya hidup hedonis. Hal ini mengundang
keprihatinan sebagian tokoh-tokoh muslim, di antaranya Jamaluddin Al-Afghani
dan Muhammad Abduh. Mereka mengajak umat Islam untuk merekonstruksi
Islam, antara lain dengan menata kembali perekonomian, pengetahuan dan
keilmuwan.Di sisi lain dari wilayah Turki Ottoman, lahirlah sebuah gerakan—

12
yang disebut gerakan Sanusiyah—yang di pelopori oleh Muhammad Ali As-
Sanusi.18

Sanusiyah adalah gerakan dakwah Islamiyah islahiyah tajdidiyah


(memperbaiki dan memperbarui) di atas dasar al-Qur`an dan sunnah yang muncul
di Libya dan selanjutnya menyebar ke utara Afrika, Sudan, Somalia, Afrika
Selatan, sebagian negara Arab dan sebagian negara Islam lainnya. Dakwah
Sanusiyah berdiri di Libya pada abad tiga belas hijriyah atau abad sembilan belas
masehi setelah pendirinya merasakan kelemahan kaum muslimin dan
keterbelakangan mereka dari sisi agama, sosial dan politik, maka dia mendirikan
gerakan tajdid dengan dasar al-Qur`an dan sunnah.19 Sanusiyah adalah tarekat
(Ordo Keagamaan) yang lahir bersamaan dengan berbagai tarekat yang diajarkan
di Afrika Utara, seperti Tarekat Tijaniyah, Tarekat Mirghaniyah, tarekat
Syaziliyah, dan beberapa tarekat lainnya yang merupakan tarekat modern yang
dikenal dalam dunia Islam.20
Muhammad bin Ali as-Sanusi, beliau bisa dikatakan sebagai bapak pembaharu
di Afrika Utara mengingat gerakan paling berpengaruh dan memiliki masa yang
besar di afrika utara adalah toriqot as-Sanusiyah yang dirintisnya. lahir pada bulan
dan tanggal yang sama dengan nabi Muhammad SAW tepatnya tanggal 12
Robi’ul Awwal 1202 H/22 Desember 1787 M di sebuah tempat yang bernama al-
Wasitah, di Mustaghanim, Algeria. Persamaan dengan nabi tidak hanya terbatas
pada tanggal dan bulan saja akan tetapi yatim piatunya ia juga menjadi kesamaan
tersendiri ia dengan nabi Muhammad SAW.21
18

https://putrizedzed.wordpress.com/2011/11/19/gerakan-sanusiyah/. Diakses tanggal19


November 2011.
19

http://sufi-store.blogspot.co.id/2013/12/tarekat-sanusiyah.html. Diakses oleh Santri TQN


tanggal 3 Desember 2013
20

http://www.mafaza-online.com/2013/08/tarekat-sanusiyah-inspirator-perang.html.
Diakses oleh Juftazani tanggal 27 Agustus 2013
21

13
Pemahaman ketasawufan yang dianut oleh as-Sanusi ialah bercorak Ghozali,
teologinya menganut Ibnu Taimiyah, dan madhab Fikihnya menganut Imam
Maliki namun kemazhaban malikinya ini sempat dipertanyakan karena banyak
pandangan fikih yang dijalaninya berbeda dengan jiwa ajaran mazhab Maliki
bahkan syakh al-Hanis22 berniat membunuhnya. Tidak hanya itu Syaikh
Mushthofa al-Bulaki yang merupakan mufti di Mesir menentang keras
ajarannya.23
Dia mulai melirik mekah yang dinilainya merupakan tempat yang strategis
dalam menyebarkan ide-idenya mengingat mekah ialah tempat berkumpulnya
ulama’ dari berbagai belahan dinia. Sepakterjangnya di mekah bukan tanpa
kendala, dia kurang bisa mengembangkan gerakanya dengan mendirikan zawiyat24
karena mendapat pertentangan koalisi ulama’ disana.25
Semangat dan kecerdasanya perlu diacungi karena besarnya pengaruhnya dalam
mewarnai corak keislaman di hampir seluruh wilayah afrika utara sampai orang-
orang menjulukinya as-sanusi al-kabir. dia terus menganjurkan pengikutnya untuk
selalu bergerak mencari tempat yang strategis dan langsung mendirikan zawiyat
ketika menemukanya. Dia juga membenci sifat kemalasan sehingga zawiyat-
zawiyat yang didirikanya tidak pernah sepi dari berbagai aktifitas, baik yang
bernuansa keagamaan maupun yang bersifat peningkatan ekonomi dengan adanya

http://prupangjati.blogspot.co.id/2013/05/thoriqoh-sanusiyah-di-libya-gerakan_6.html.
Diakses oleh Muhamamd Barir tanggal 6 Mei 2013
22

Seorang malikiyah yang menjadi ulama’ di al-azhar kairo mesir


23

http://prupangjati.blogspot.co.id/2013/05/thoriqoh-sanusiyah-di-libya-gerakan_6.html.
Diakses oleh Muhamamd Barir tanggal 6 Mei 2013
24

Tempat kegiatan yang menjadi pusat pendidikan, dakwah, markas, dan


juga tempat yang menjadi pusat pengaturan pergerakan. Gerakan toriqot as-
Sanusiyah memiliki beberapa zawiyat yang didalamnya terdapat pabrik-pabrik
guna memebuhi kebutuhan perekonomian gerakanya. Di tempat itu juga
terdapat mesjid yang menjadi sarana dakwah dan universitas yang di damping
pesabtren sebagai tempat pengkaderan.
25

http://prupangjati.blogspot.co.id/2013/05/thoriqoh-sanusiyah-di-libya-gerakan_6.html.
Diakses oleh Muhamamd Barir tanggal 6 Mei 2013

14
pabrik-pabrik sebagai sarana pendukungnya. Dia meninggal dunia di jagbub pada
tahun 1859 sebagai pendiri pertama tarekat as-Sanusiyah.Misi gerakan tarekat ini
adalah memurnikan kembali ajaran Islam ke doktrin yang murni dan mendirikan
negara Islam yang berdaulat serta bebas dari tangan penjajah.
Sayyid al-mahdi, beliau adalah putera yang paling besar as-sanusi al-kabir. Ia
lahir di Baidak pada tahun 1844, ia memperoleh pendidikan pertamanya di mekah.
Selain belajar ilmu pengetahuan ia juga belajar tehnik berkuda dan tak ketinggalan
panahan pun ia pelajari. Karna berada di lingkungan kegiatan toriqot ia pun
terasah kemampuan birokrasi dan kebijaksanaanya. Pada usia tiga belas tahun ia
sudah bekerja membantu pergerakan toriqot dengan mengirim da’I dan menerima
utusan dan ia juga turut menjadi tenaga pengajar.
Sayyid al-Mahdi menggantikan ayahnya saat ia belum genap berusia
enambelas tahun suatu usia yang terbilang sangat muda untuk diberi suatu amanat
besar. Ia memimpin toriqot as-Sanusiyah mulai tahun 1859. Ditanganya gerakan
toriqot as-Sanusiyah berkembang pesat, banyak zawiyah berdiri memenuhi afrika
utara.26
1. Gerakan Keagamaan
Corak keberagamaan as-Sanusiyah tentunya banyak diilhami dari pemikiran
Muhammad bin Ali as-Sanusi yang terkonstruksi dari pengalamnya dalam
menimba ilmu dan pengalamanya dalam mengikuti tarekat-tarekat terdahulu.
Banyak sudah tarekat yang ia pernah pelajari diantaranya ialah Qodariyah,
Syadziliyah, Jazuliyah, Darqowiyah, Nasiriyah, dan lain sebagainya. Dari
berbagai pengalaman mengikuti tarekat, ilmu yang ia dapat kemudian ia
kembangkan kedalam tarekatnya dan pemikiranya tertuang dalam kitab yang
menjadi pegangan tarekat ini yakni salsabil dan bugyatul maqoshid.
Tarekat yang dibawa as-Sanusiyah cenderung merupakan tarekat yang
mengkombinasikan unsur ajaran ulama klasik dan ulama’ modern mengingat
dalam tarekat ini banyak ditemui dzikir-dzikir yang dibaca sesuai dengan bilangan
yang telah ditentukan yang menggambarkan adanya jiwa mistisime dan dalam
26

http://prupangjati.blogspot.co.id/2013/05/thoriqoh-sanusiyah-di-libya-gerakan_6.html.
Diakses oleh Muhamamd Barir tanggal 6 Mei 2013

15
gerakan ini juga ditumbuhkan metode berfikir secara rasional yang
menggambarkan adanya jiwa modernisme.
Pengikut-pengikutnya terbagi menjadi tiga tingkatan yang Pertama, pengikut
yang dibimbing oleh seorang syaikh. Kedua, pengikut yang memiliki mursyid tapi
sudah diberi kebebasan menentukan arah pemikiranya. Ketiga, orang yang
memiliki kedalaman ilmu sehingga dapat menentukan jalanya sendiri. Mengingat
as-Sanusiyah juga memiliki masyarakat, gerakan ini juga menganggap mereka
sebagai pengikut tapi belum menjadi ikhwan. Mereka adalah orang yang
mendukung gerakan, baik membantu dengan tenaga maupun dengan meteri.
Pemikiran yang juga membuat gerakan ini berbeda dengan yang lainya ialah
bahwa as-Sanusiyah mengkombinasikan tiga unsur yang sebenarnya silit untuk
disatukan. Yakni madzhab Fikih yang dianut mengikuti Imam Maliki, Tasawuf
yang dianut mengikuti al-Ghozali, dan Theologinya mengikuti Ibnu Taimiyah.
Argumen as-Sanusiyah mengenai Ijtihat juga dipandang bertentangan oleh
ulama yang hidup pada masa itu. dimana ulama Sunni pada tuju abad lalu telah
mengetuk palu keputusan bahwa pintu ijtihad telah ditutup, namun as-Sanusiyah
dalam doktrin gerakanya menyatakan bahwa selama seseorang memiliki alat dan
telah memenuhi syarat maka pintu ijtihad terbuka baginya.27
Perkembangan gerakan as-Sanusiyah melalui zawiyat-zawiyat alami, ridwan
marbud (penjaga atau pengurus masjid), gerakan sanusiyah terus berkelana atau
berdakwa untuk masyarakat yang telah lalai terhadap ajaran Islam,tidak dinamis,
dan fatalis atau orang yang menyerah saja pada nasib. Selain berdakwah untuk
masyarakat islam, tariqat sanusiyah juga aktif berdakwah kepada beberapa suku
afrika yang masih menyembah berhala, misalnya suku baele di negri Ennedi atau
di sebelah Borku yang masih menyembah batu dan suku Tedas Ditu atau Tibesti
atau di Gurun Sahara di sebelah Fezzan. Tariqat ini juga berhasil mengislamkan
Masy di negri Galla. Setelah menjalani aktifitas selama puluhan tahun dan sukses,
tarikat sanusiyah menjadi suatu gerakan penting dalam islam, gerakan ini memilki
rumah-rumah peribadatan yang tersebar, mulai dari mesir sampai jauh ke
27

http://prupangjati.blogspot.co.id/2013/05/thoriqoh-sanusiyah-di-libya-gerakan_6.html.
Diakses oleh Muhamamd Barir tanggal 6 Mei 2013

16
pedalaman Maroko dan daerah-daerah oase di gurun Sahara dan Sudan. Pengikut
baru juga datang dari Afrika utara tarikat sanusiyah menyebar atau masuk ke
Senegal Gambia, dan Somalia Melaki Sudan. Pengaruh tarikat Sanusiyah juga
terdapat di Mekah,Madinah, Iran,Irak dan bahkan sampai ke Indonesia dan
Malaysia.28
Sepanjang perkembangan dan perluasannya, gerakan sanusiyah tetap
memegang teguh ajaran asli dari Sanusi al-kabir. Gerakan AS-sanusiyah mencapai
puncaknya pada kepemimpinan Said Al-mahdi 1858-1902, baik dari sgi jumlah
Zaiwiyyah maupun pengaruhnya. Jagbub tetap menjadi pusat gerakan, hingga
Kufrah di jadikan ibu kota bagi gerakan sanusiyah. Corak Pemikiran AS-Sanusi:29
a. Sanusiyah merupakan gerakan dakwah Islam, islah dan tajdid.
b. Secara umumnya mereka berpegang dengan al-Quran dan al-Sunnah
dengan pengaruh tasawuf.
c. Ia muncul di Libya pada kurun ke-13 H.
d. Tersebar luas hingga ke Selatan Afrika, Sudan, Somalia dan sebahagian
negara Arab.
e. Gerakan ini terpengaruh dengan al-Imam Ahmad bin Hanbal, Syeikhul
Islam Ibnu Taimiyah, Abu Hamid al-Ghazali.
f. Gerakan ini juga terpengaruh dengan tasauf yang bersih dari syirik dan
khurafat seperti bertawassul dengan orang mati dan orang soleh.
g. Pengasas gerakan ini adalah Muhammad bin Ali as-Sanusi yang
bermazhab Maliki, namun beliau akan menyalahi mazhab berkenaan jika
di sana ada kebenaran bersama mazhab lain.
h. Dalam berdakwah kepada Allah, gerakan ini menggunakan cara lembut
dan berhikmah.

28

http://www.kompasiana.com/santrimbeling/tarekat-sanusiyyah-di-libya-politik-islam-dan-
esoterisme-islam_54fffc078133112019fa6f35. Diakses tanggal 26 Juni 2015
29

http://www.kompasiana.com/santrimbeling/tarekat-sanusiyyah-di-libya-politik-islam-dan-
esoterisme-islam_54fffc078133112019fa6f35. Diakses tanggal 26 Juni 2015

17
i. Mereka menekankan dalam kerja-kerja tangan dan sentiasa berjihad Fi
Sabilillah menentang penjajah, Salibi dan sebagainya.

18
Kesimpulan

Sebelum Islam masuk di Afrika Utara, daerah itu berada di bawah kekaisaran
Romawi, dan kehidupan social masyarakat Afrika Utara lebih merupakan
masyarakat Barbar yang bersifat kesukuan, nomad dan partiarkhi.
Setelah kedatangan Islam, orang-orang barbar banyak yang diakomodasikan
dalam pemerintah. Tidak hanya itu, Islam juga telah meninggalkan peradaban
yang sangat tinggai, dan Islam dikatakan sebagai pembebas pada daerah taklukan
Islam tersebut.
Afrika di sub-sahara adalah wilayah yang sangat luas, yaitu mencakup seluruh
wilayah Afrika minus Afrika Utara: Maroko, Algeria/Aljazair, Tunisia, Libya,
dan Mesir. Berkembangnya Islam di negara-negara yang berada di Afrika Utara
tidak terlepas dari peran sufi-sufi yang melahirkan gerakan-gerakan tarekat yang
dapat menguatkan ajaran Islam yang dapat berkembang hingga saat ini di Afrika
Utara. Beberapa gerakan-gerakan tarekat yang berpengaruh di kawasan Afrika
Utara yaitu Tarekat Syadziliyah, Tarekat Tijaniyah, Tarekat Samaniyah, dan
Tarekat Sanusiyah.

19
DAFTAR PUSTAKA

Abun-Nasr, J.M. 1965. The Tijaniyya; A Sufi Order in the Modem World, (London:
Oxford University Press.
Atjeh, Abu Bakar. 1984.Pengantar Ilmu Tarekat, Solo: Ramadani.
Badruzzaman, Ikhyan. 2007. Tarekat Tijaniyah di Indonesia. Garut: Zawiyah Tarekat
Tijaniyah.
IAIN Syarif Hidayatullah. 1984. Ensiklopedi Islam Indonesia. Jakarta: Djambatan.
Mulyati, Sri. dkk. 2004.Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di
Indonesia. Jakarta: Prenada Media.
Mansur, Laily. 1999. Ajaran dan Teladan Para Sufi,Jakarta : Srigunting.

Sumber Internet:
Khazanah, Ketika Sufi Berpolitik, http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-
islam/hikmah/09/02/25/33715-ketika-sufi-berpolitik, diakses pada tanggal 26
November 2016 pukul 14.00
https://putrizedzed.wordpress.com/2011/11/19/gerakan-sanusiyah/. Diakses tanggal19
November 2011.
http://sufi-store.blogspot.co.id/2013/12/tarekat-sanusiyah.html. Diakses oleh Santri
TQN tanggal 3 Desember 2013
http://www.mafaza-online.com/2013/08/tarekat-sanusiyah-inspirator-perang.html.
Diakses oleh Juftazani tanggal 27 Agustus 2013
http://prupangjati.blogspot.co.id/2013/05/thoriqoh-sanusiyah-di-libya-
gerakan_6.html. Diakses oleh Muhamamd Barir tanggal 6 Mei 2013
http://www.kompasiana.com/santrimbeling/tarekat-sanusiyyah-di-libya-politik-islam-
dan-esoterisme-islam_54fffc078133112019fa6f35. Diakses tanggal 26 Juni
2015

20

Anda mungkin juga menyukai