Abstrak
Perkembangan teknologi telekomunikasi saat ini berkembang ke arah teknologi BWA (Broadband
Wireless Access) dan dituntut agar dapat memenuhi komunikasi dengan laju data yang tinggi,
kapasitas yang besar, dan mobilitas yang tinggi. LTE (Long Term Evolution) merupakan teknologi
telekomunikasi seluler yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Salah satu
permasalahan yang terjadi pada LTE adalah pada kebutuhan laju data yang tinggi namun dengan
bandwidth transmisi yang terbatas. Selain itu terdapat masalah yang disebabkan kondisi kanal
multipath fading yang dapat menyebabkan menurunnya laju data dan meningkatkan Bit Error
Rate (BER).
Permasalah tersebut dapat diatasi dengan penggunaan teknik MIMO (Multiple Input Multiple
Output) yang dapat meningkatkan throughput serta memiliki kinerja dan kehandalan yang baik.
Di samping teknik MIMO, teknik modulasi adaptif diharapkan dapat menjaga kualitas layanan
sesuai dengan kondisi kanal propagasi yang berubah-ubah untuk dapat mencapai suatu nilai BER
tertentu.
Pada tugas akhir ini disimulasikan penggunaan SC-FDMA pada uplink LTE dengan teknik
Adaptive MIMO Switch (AMS) dikombinasikan dengan teknik modulasi adaptif agar dapat
meningkatkan performansi uplink LTE. Mode MIMO encoder yang dipakai adalah MIMO Space
Time Block Code (STBC) dan MIMO Spatial Multiplexing (SM). Simulasi dilakukan dengan
kondisi user yang berbeda yaitu pada kecepatan 0, 3, 30, dan 120 km/jam. Untuk memperoleh
target BER sebesar 10-3, hasil simulasi menunjukan penggunaan turbo code dengan code rate
memberikan kinerja yang baik pada sistem LTE uplink SC-FDMA dengan energi yang diperlukan
sebesar 8 dB untuk QPSK dan 16.8 dB untuk 16QAM. Penambahan teknik MIMO STBC pada
sistem memberikan performansi BER yang lebih baik dalam kanal rayleigh dan selective fading,
sedangkan pada MIMO SM tidak dapat mengatasi keadaan kanal yang buruk dan membutuhkan
energi yang besar untuk mencapai target BER yang lebih tinggi. Penggunaan modulasi adaptif
dan MIMO adaptif pada sistem berdasarkan batas threshold memberikan keuntungan dua tipe
MIMO dan modulasi yang berbeda sesuai dengan kondisi kanal saat itu, sehingga dapat
meningkatkan kapasitas dan menjaga kualitas layanan pada sistem LTE uplink SC-FDMA.
Kata Kunci : LTE, Adaptive Modulation, MIMO (Multiple Input Multiple Output), Adaptive MIMO
Switch (AMS), Space Time Block Code (STBC), Spatial Multiplexing (SM), SC-FDMA
Abstract
The development of telecommunication technology is currently evolving toward BWA (Broadband
Wireless Access) technology and is required in order to fulfill communications with high data
rate, large capacity, and high mobility. LTE (Long Term Evolution) is a mobile
telecommunications technology which is developed to meet those needs. A problem in LTE is the
need for high data rate while the transmission bandwidth is limited. In addition there is also a
problem caused by multipath fading channel conditions that can reduce data rate and increase
the Bit Error Rate (BER).
Those problems can be overcome by using MIMO (Multiple Input Multiple Output) techniques,
which can increase the throughput and has good performance and reliability. Besides MIMO
techniques, adaptive modulation technique is expected to maintain the quality of service in
accordance with the fluctuative conditions of the propagation channel to be able to achieve a
certain BER value.
This research simulate the using of SC-FDMA in the uplink LTE with Adaptive MIMO Switch
(AMS) techniques combined with adaptive modulation techniques in order to improve the
performance of the LTE uplink. MIMO encoder mode used is MIMO Space Time Block Code
(STBC) and MIMO Spatial Multiplexing (SM). Simulations performed with a different user
conditions, namely at a speed of 0, 3, 30, and 120 km/h. To achieve the BER target of 10-3, the
results of simulations show that the use of turbo code with code rate 1/3 gives good performance
on the LTE uplink SC-FDMA system with the required energy is 8 dB for QPSK and to 16.8 dB for
16QAM. The addition of STBC MIMO techniques in the system gives a better BER performance in
Rayleigh channel and selective fading, while MIMO SM cannot overcome the poor channel
condition and requires higher energy to achieve the BER target. The use of adaptive modulation
and adaptive MIMO in the systems based on threshold margin provides the advantage of two types
of MIMO and different modulation according to the current channel conditions in order to
increase capacity and maintain the quality of service in LTE uplink SC- FDMA system.
Keywords : LTE, Adaptive Modulation, MIMO (Multiple Input Multiple Output), Adaptive MIMO
Switch (AMS), Space Time Block Code (STBC), Spatial Multiplexing (SM), SC-FDMA
BAB I
PENDAHULUAN
karakteristik PAPR pada MIMO SC-FDMA telah menunjukan bahwa penggunaan MIMO
SM dengan zero forcing (ZF) pre-equalization dapat meningkatkan kapasitas dari sistem
MIMO SC-FDMA. STBC dengan transmit diversity bertujuan untuk meningkatkan kinerja
sistem dengan memperbaiki SNR dan memperoleh performansi BER yang baik. Dalam
[14], sebuah penelitian dari karakteristik PAPR dan performansi BER pada MIMO SC-
FDMA. Menunjukan bahwa, PAPR dan performansi BER dipengaruhi oleh pemilihan
subcarrier mapping dan skema MIMO yang digunakan. Modulasi yang akan digunakan
dalam teknik modulasi adaptif adalah QPSK dan 16QAM. Kinerja dari sistem akan
dianalisis dengan membandingkan Eb/No terhadap BER. Sistem ini akan disimulasikan
dengan pergerakan user dengan berbagai kecepatan yang berbeda (0, 3, 30, dan 120
km/jam) dan diberikan kanal yang terdistribusi Rayleigh dan AWGN.
3. Simulasi
Penelitian ini akan dilakukan dalam bentuk simulasi program dengan menggunakan
software MATLAB R2009a untuk merepresentasikan kinerja LTE arah uplink
dengan menggunakan teknik MIMO adaptif dan teknik modulasi adaptif dengan
melihat parameter Eb/No terhadap threshold yang diinginkan. Parameter yang akan
diamati adalah Eb/No dan BER sesuai dengan kondisi kecepatan user dan jumlah
user. Kemudian ditampilkan dalam bentuk grafik Eb/No terhadap BER sesuai
dengan parameter yang telah disebutkan.
4. Analisis
Analisis dilakukan setelah proses perancangan dan simulasi dilakukan. Analisis
dilakukan untuk melihat kinerja sistem yang telah dibuat.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari penelitian tentang analisis kinerja penggunaan teknik modulasi adaptif dan
MIMO adaptif pada LTE arah uplink dengan berbagai kecepatan user diperoleh beberapa
kesimpulan umum sebagai berikut :
1. Teknik pengkodean turbo code pada sistem SC-FDMA memberikan performansi yang
lebih baik jika dibandingkan dengan sistem SC-FDMA yang tidak menggunakan
pengkodean kanal turbo code.
2. Faktor M-array modulasi berpengaruh terhadap kinerja sistem, kombinasi turbo code
dengan modulasi QPSK (Marray=4) memiliki performansi (kualitas) yang lebih baik
dibandingkan dengan modulasi 16QAM (Marray=16). Pada penggunaannya QPSK
digunakan saat kondisi kanal/link radio buruk sehingga SNR yang diterima kecil,
sedangkan modulasi 16QAM digunakan saat kondisi kanal/link radio yang baik untuk
memperoleh layanan dengan laju tinggi dan kapasitas yang besar.
3. Code rate merupakan faktor yang berpengaruh pada kinerja pengkodean kanal turbo
code pada sistem SC-FDMA. Semakin kecil nilai code rate maka akan terjadi
peningkatan kinerja pada sistem SC-FDMA. Hal ini dikarenakan semakin banyak bit
redundant, sehingga perbaikan atau Forward Error Correction terhadap sistem lebih
baik dan dapat menghasilkan BER yang lebih kecil.
4. Sistem SC-FDMA dengan menggunakan MIMO STBC dapat memberikan
performansi BER yang baik pada Eb/No yang rendah. Untuk kodisi user diam, BER
sebesar 10-3 dapat diperoleh dengan Eb/No sebesar 3.9145 dB untuk QPSK dan
14.6538 dB untuk 16QAM. Sedangkan untuk user bergerak dengan kecepatan 3, 30,
dan 120 km/jam membutuhkan energi yang lebih besar dalam mencapai target BER
10-3. Sistem dengan MIMO STBC handal untuk mengatasi peningkatan BER dalam
kanal multipath fading dengan teknik diversitas.
5. Sistem SC-FDMA dengan MIMO spatial multiplexing tidak menunjukan hasil yang
bagus terutama pada kondisi kecepatan user yang meningkat (3 dan 120 km/jam).
Pada kecepatan 120 km/jam untuk mencapai target BER sebesar 10 -3 membutuhkan
energi yang cukup besar dan grafik BER vs Eb/No cenderung mendatar, serta tidak
sanggup untuk memperoleh target BER yang lebih baik. Dari pernyataan diatas terlihat
bahwa sistem dengan MIMO spatial multiplexing tidak stabil untuk mengatasi
keadaan kanal yang buruk dan membutuhkan energi yang besar untuk mencapai
performansi BER yang lebih baik. Namun, sistem dengan MIMO spatial multiplexing
dapat memberi keuntungan dari segi kapasitas, laju pengiriman data, dan efisiensi
spektral.
6. Penggunaan modulasi adaptif dam MIMO adaptif pada sistem berdasarkan batas
threshold dapat memberikan keuntungan dua tipe MIMO dan modulasi yang berbeda
sesuai dengan kondisi link radio saat itu. Modulasi adaptif dan MIMO adaptif
memungkinkan adanya efisiensi spektrum dan kekebalan transmisi pada kondisi kanal
yang bervariasi terhadap waktu.
7. Untuk memperoleh kapasitas yang maksimum pada sistem dapat diterapkan skema
adaptif namun dengan resiko daya yang dibutuhkan lebih besar, sementara untuk
memperoleh daya yang rendah pada sistem dapat diterapkan skema non-adaptif
dengan kualitas (BER) yang sama dengan pengimlementasian skema adaptif.
5.2 Saran
1. Pada penelitian selanjutnya dapat ditinjau kinerja dari performansi sistem dengan
jumlah user lebih dari satu.
2. Pada penelitian selanjutnya dapat dapat dianalisis perancangan antena dan link budget.
3. Pada penelitian selanjutnya dapat ditambahkan teknik MIMO SFBC pada sistem SC-
FDMA untuk teknologi LTE arah uplink.
4. Pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan penambahan dekoder MIMO
spatial multiplexing seperti MMSE atau maximum likelihood.
5. Pada penelitian selanjutnya dapat ditambahkan precoding pada sistem MIMO SC-
FDMA untuk teknologi LTE arah uplink.
DAFTAR PUSTAKA
[1] 3GPP. 2011. “Technical Specification Group Radio Access Networks UMTS-LTE
3500 MHz Work Item Technical Report”. 3GPP, Technical Specification TR
37.801 V0.10.0 Jan 2011, Release 10.
[2] Budiman, Gelar. 2011. “Pelatihan Matlab Advanced, Technology 4G”. Bandung:
Modul Pelatihan Matlab di Institut Teknologi Telkom.
[3] Delango, Berta. 2010. “Performance Evaluation of Simple Space-Time Block
Coding on MIMO Communication System”. Degree Project Linnaeus
University.
[4] Efendi, Rustam. 2007. “Limited Feedback Precoding dan MIMO Spatial
Multiplexing Untuk Aplikasi 802.16e”. Bandung: Tesis Institut Teknologi
Telkom.
[5] Fahmi, Ade. 2011. “Analisis Pengaruh Adaptive Coded Modulation Terhadap
Performansi Sistem Broadband Wireless MC-CDMA”. Bandung: Tugas
Akhir Institut Teknologi Telkom.
[6] G. Myung, Hyung. 2008. “Technical Overview of 3GPP Long Term Evolution
(LTE)”. http://hgmyung.googlepages.com/3gppLTE.pdf. [2 Oktober 2011].
[7] HUAWEI Technologies CO., LTD. “LTE Basic Knowledge”. [online]. Tersedia :
http://www.huawei.com. [2 Oktober 2011].
[8] IXIA Worldwide Headquarters. “Single Carrier FDMA in LTE”. [online]. Tersedia
: http://www.ixiacom.com. [2 Oktober 2011].
[9] Noune, Mohamed dan Nix Andrew. 2009. “Frequency-Domain Transmit
Processing for MIMO SC-FDMA in Wideband Propagation Channels”.
Centre for Communications Research, University of Bristol.
[10] Nuzulia, Grifina. 2010. “Teknologi Antena MIMO Pada Long Term Evolution
(LTE)”. Makalah seminar kerja praktek Universitas Diponegoro.
[11] Rian, Alfadin. 2011. “Analisis Kinerja SC-FDM Pada LTE Arah Uplink Dengan
Menggunakan Adaptive MIMO”. Bandung: Tugas Akhir Institut Teknologi
Telkom.
[12] Rumney Moray. 2008. “3GPP LTE: Introducing Single-Carrier FDMA”. U.S.A
Agilent Technoligies
51
[13] Seethaler, Dominik, dkk. 2005. “Detection Techniques for MIMO Spatial
Multiplexing Systems”. Vienna University of technology. Wien, Austria.
[14] Svensson, Tommy, dkk. 2009. “Block Interleaved Frequency Division Multiple
Access for Power Efficiency, Robustness, Flexibility, and Scalability”.
Department of signals and system, Chalmers Uneversity of Technology.
Goteborg, Sweden.
[15] Zyren, Jim. 2007. “Overview of the 3GPP Long Term Evolution Physical Layer”.
Freescale Semiconductor, 3GPP Evolution.
52