Anda di halaman 1dari 5

RANGKUMAN PERATURAN DAERAH NO 7 TAHUN 2010 – BANGUNAN GEDUNG

Nama: Bronsen Wijaya

Tujuan: Pengajuan Izin Pelaku Teknis Bangunan

Peraturan Daerah No 7 Tahun 2010 (Perda 07 – 2010) dibuat untuk melaksanakan ketentuan
ketentuan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 (UU 28 – 2002) yang
ditetapkan dengan tujuan terselenggaranya bangunan gedung secara tertib sesuai fungsinya dalam
mendukung terwujudnya tujuan pembangunan nasional.

Para rangkuman ini akan disadur hal hal yang terkait dengan konstruksi secara langsung dan
merupakan tambahan informasi dari rangkuman UU 28 – 2002 dan PP 36 – 2005.

Lingkup Perda 07 – 2010 meliputi ketentuan fungsi dan klasifikasi bangunan gedung, persyaratan
teknis bangunan gedung, penyelengaraan bangunan gedung, Tim Ahli Bangunan Gedung, penyedia
jasa konstruksi, retribusi, peran serta masyarakat, pembinaan dan sanksi. Rangkuman akan dibatasi
pada pasal pasal terkait konstruksi baik pada perencanaan, pengawasan dan pengkajian teknis serta
hal hal bersifat tambahan terhadap rangkuman UU 28 – 2002 dan PP 36 – 2005.

Penyelenggaraan bangunan gedung dikendalikan melalui:

1. IMB
2. Sertifikat Laik Fungsi
3. Bukti kepemilikan bangunan gedung dan
4. Persetujuan rencana teknis bongkar bangunan gedung.

Persyaratan Keandalan Bangunan Gedung terutama meliputi keselamatan, kesehatan, kenyamanan


dan kemudahan. Untuk keselamatan terutama dengan memperhatikan hal hal sebagai berikut:

1. Kemampuan mendukung beban muatan dimana gedung harus dapat memikul semua
pembebanan rencana beserta kombinasinya dengan mempertimbangkan juga fungsi
bangunan, lokasi, keawetan struktur dan kemungkinan pelaksanaan konstruksinya. Lokasi
termasuk pertimbangan penentuan zona gempat.
2. Pasal 56 ayat 4 terutama mengharuskan struktur bangunan gedung harus direncanakan
secara daktail dan ketentuan lebih lanjut mengikuti pedoman dan standar teknis yang
berlaku.
3. Perihal perlindungan terhadap bahaya kebakaran secara teknis diberikan pada PERMEN PU
26 2008 sebagai masukan serta untuk proteksi sambaran petir menjadi masukan pada saat
perencanaan.

Persyaratan Kesehatan terutama bangunan gedung dengan ketinggian lebih dari 4 lantai harus
menyediakan cerobong (shaft) untuk penempatan jaringan sehingga dalam desain dan kajian teknis
perlu diperhatikan potensi perubahan kekakuan lantai.

Persyaratan Kenyamanan serta Kemudahan terutama memperhatikan tingkat getaran sehingga


dalam perencanaan diperlukan kajian terhadap periode natural dan potensi beban dinamis yang
berpotensi memberikan ketidaknyamanan bagi pengguna bangunan. Pertimbangan hubungan antar
ruangan juga diperlukan pada saat merencanakan elemen vertikal bangunan yang mengharuskan
bukaan pada dinding beton misalnya.

Persyaratan Bangunan Hijau diterapkan secara bertahap dengan Keputusan Gurbernur, dan dipenuhi
untuk bangunan gedung baru dan bangunan gedung eksisting. Untuk bangunan gedung baru
sekurang-kurangnya meliputi pemanfaatan energi listrik, pemanfaatan dan koservasi air, kualitas
udara dan kenyamanan termal, pengelolaan lahan dan pelaksanaan konstruksi. Untuk bangunan
eksisting, sekurang kurangnya meliputi pemanfaatan energi listrik, pemanfaatan dan koservasi air,
kualitas udara dan kenyamanan termal, manajemen operasional/pemeliharaan. Sertifikat laik fungsi
atas bangunan gedung yang telah memenuhi persyaratan diterbitkan berdasarkan hasil penilaian
terhadap pemeliharaan dan pengelolaan bangunan oleh tenaga ahli pemelihara bangunan yang
memiliki IPTB.

Pembangunan bangunan gedung diselenggarakan melalui tahapan perencanaan teknis, pelaksanaan


konstruksi dan pengawasan konstruksi yang dilaksanakan harus berdasarkan SNI dan standar teknis
yang berlaku mengkuti kaidah pembangunan yang berlaku, terukur, fungsional, prosedural.
Perencanaan teknis bidang struktur dan konstruksi sekurang-kurangnya terdiri dari:

1. Ketentuan bahan
2. Pembebanan
3. Penyelidikan tanah
4. Struktur atas
5. Struktur bawah

Penyedia jasa perencanaan konstruksi diharuskan memiliki IPTB dari Kepala Dinas dalam hal
bertugas menyusun dan membuat perencanaan teknis dan mempertanggungjawabkan hasil
perencanaannya. Lingkup Perencanaan Teknis bangunan gedung meliputi:

1. Penyusunan konsep perencanaan


2. Prarencana
3. Pengembangan Rencana
4. Rencana Detail
5. Pembuatan Dokumen pelaksanaan konstruksi
6. Pemberian penjelasan dan evaluasi pengadaan jasa pelaksanaan
7. Pengawasan berkala pelaksanaan konstruksi bangunan gedung, dan
8. Penyusunan petunjuk pemanfaatan bangunan gedung.

Yang dilaksanakan berdasarkan kerangka acuan dan dokumen ikatan kerja. Dokument rencana
teknis bangunan gedung berupa (dengan pandangan dari sisi Perencanaan, Pengawasan dan Kajian
Teknis Konstruksi):

1. Rencana teknis arsitektur (input)


2. Rencana teknis struktur dan konstruksi (hasil)
3. Rencana teknis mekanikal dan elektrikal (input)
4. Rencana teknis pertamanan (input)
5. Gambar rencana tata ruang dalam (input dan koordinasi)
6. Gambar detail pelaksanaan (hasil)
7. Rencana Kerja dan syarat-syarat administratif (koordinasi)
8. Syarat umum dan syarat teknis (input, koordinasi dan hasil)
9. Rencana anggaran biaya pembangunan (koordinasi) dan
10. Laporan perencanaan (hasil).

Yang akan diperiksa, dinilai, disetujui dan disahkan untuk memperoleh IMB dengan
mempertimbangkan aspek lokasi, fungsi dan klasifikasi dari TABG.
Pelaksanaan konstruksi dimulai setelah pemilih bangunan gedung memperoleh IMB dengan
berdasarkan dokumen rencana teknis yang telah disetujui oleh Dinas. Kegiatan pelaksanaan
konstruksi meliputi:

1. Pemeriksaan document pelaksanaan (meliputi pemeriksaan kelengkapan, kebenaran dan


keterlaksanaan konstruksi dari dokumen pelaksanaan berdasarkan IMB yang diberikan)
2. Persiapan lapangan (meliputi penyusunan program pelaksanaan, mobilisasi sumber daya,
penyiapan fisik)
3. Kegiatan konstruksi (meliputi pelaksanaan pekerjaan konstruksi fisik di lapangan, pembuatan
laporan kemajuan pekerjaan, penyusunan gambar kerja pelaksanaan, gambar as built
drawing, kegiatan masa pemeliharaan konstruksi).
4. Pemeriksaan akhir pekerjaan konstruksi (meliputi pemeriksaan hasil akhir terhadap
kesesuaian dengan dokumen yang disetujui oleh Dinas)
5. Penyerahan hasil akhir pekerjaan (meliputi kelengkapan dokumen pelaksanaan konstruksi,
gambar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan yang dilaksanakan, pedoman pengoperasian,
dokumen penyerahan hasil pekerjaan)

Dengan semua pelaksanaan menerapkan prinsip-prinsip K3. Sebelum kegiatan pelaksanaan


konstruksi bangunan, papan nama proyek harus terpasang dan pemilik wajib memasang pagar
halaman pengaman proyek dengan tidak melampau Garis Sempadan Jalan).

Pengawasan konstruksi meliputi pengawasan biaya, mutu, dan waktu pembangunan bangunan
gedung serta kesesuaian terhadap izin pada tahap pelaksanaan. Pemeriksaan kelaikan fungsi
bangunan gedung meliputi pemeriksaan kesesuaian fungsi, persyaratan tata bangunan dan
persyaratan keandalan. Pengawas konstruksi harus memiliki IPTB dari Kepala Dinas dan tidak perlu
untuk bangunan hingga 2 lantai. Pelaksana dan pengawas konstruksi bangunan gedung bertanggung
jawab atas:

1. Kesesuaian antara pelaksanaan pembangunan bangunan gedung dengan IMB


2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
3. Kebersihan dan Ketertiban Lingkungan
4. Dampak pelaksanaan pembangunan terhadap lingkungan.

Sertifikat Laik Fungsi (SLF) adalah persyaratan untuk dapat dilakukannya pemanfaatan bangunan
gedung yang telah selesai dibangun dan memenuhi persyaratan keandalan sesuai dengan izin yang
diberikan. Pemeriksaan termasuk kesesuaian fungsi, persyaratan tata bangunan, keselamatan,
kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan.

Tim Ahli Bangunan Gedung (TABG) terdiri dari unsuk asosiasi profesi, perguruan tinggi, masyarakat
ahli dan pemerintah daerah terkait yang terdiri dari bidang arsitektur, kontruksi/struktur termasuk
geoteknik dan bidang mekanikal dan elektrikal. Tugas pokok TABG adalah memberikan nasihat,
pendapat dan pertimbangan professional pada proses persetujuan rencana teknis geduns dan
penyusunan maupun penyempurnaan peraturan, pedoman dan standar teknis bangunan gedung.
Tugas isidentil TABG antara lain memberikan nasihat, pendapat dan pertimbangan profesiaonal
dalam penetapan jarak bebas untuk bangunan gedung fasilitas umum dibawah permukaan tanah,
rencana teknis perawatan bangunan gedung tertentu dan rencana teknis pembongkaran.

Penyedia Jasa Konstruksi yang diatur meliputi Perencana, Pengawasan Pelaksanaan, Pengkaji Teknis,
Pelaksana dan Pemelihara dengan pekerja diharuskan memiliki sertifikat keahlian. Perencana,
pengawas, pemelihara dan pengkaji teknis bangunan gedung sekurang-kurangnya terdiri dari:
1. Arsitektur,
2. Konstruksi
3. Geoteknik
4. Listrik Arus Kuat
5. Listrik Arus Lemah
6. Tata Udara Gedung
7. Transportasi dalam gedung
8. Sanitasi, drainase dan pemipaan.

Kewajiban Penyedia Jasa Konstruksi termasuk mematuhi ketentuan perundang-undangan di bidang


penyelenggaraan bangunan gedung, mematuhi ketentuan pedoman dan standar teknis, melaporkan
seluruh penggunaan IPTB kepada Kepala Dinas secara periodic dan mematuhi kode etik profesi.
Dalam pelaksanaannya, pelaku teknis dilarang:

1. Memindahtangankan IPTB kepada pihak lain


2. Menyampaikan data, informasi dan laporan pekerjaan yang tidak benar
3. Melakukan pekerjaan perencanaan yang tidak benar
4. Memberi kesempatan kepada orang lain melakukan penyimpangan dalam pengawasannya
5. Melakukan pekerjaan pengkajian teknis yang tidak memenuhi pedoman
6. Melakukan pekerjaan penyelenggaraan bangunan gedung yang tidak memenuhi ketentuan
perundang-undangan.

Retribusi IMB terdiri dari IMB pembangunan baru, rehabilitasi, peletarian serta administrasi
perizinan bangunan meliputi pemecahan IMB, duplikat IMB, pemuktahiran data dan perubahgan
non teknis lainnya. Harga satuan retribusi dinyatakan berdasarkan satuan luas lantai bangunan
gedung (m2).

Pelayanan yang diberikan dalam penyelenggaraan bangunan gedung meliputi Pelayanan IMB, SLF,
persetujuan rencana teknis bongkar, Kepemilikan Bangunan Gedung dan IPTB. IMB diberikan dengan
melengkapi persyaratan:

1. Tanda Bukti status kepemilikan


2. Izin pemanfaatan tanah dari pemilik tanah
3. Identitas pemilik bangunan gedung
4. Rencana teknis bangunan gedung
5. Hasil AMDAL

SLF diberikan dengan melengkapi persyaratan:

1. KTP, NPWP
2. IMB
3. Surat Bukti Kepemilikan Tanah
4. Laporan hasil pemeliharaan atau laporan pengkajian teknis bangunan gedung
5. As built drawing
6. Persyaratan lainnya diatur oleh ketentuan lain.

SLF berlaku 20 tahun untuk bangunan rumah tinggal hingga 2 lantai, tidak terbatas untuk bangunan
rumah tinggal sederhana dan 5 tahun untuk bangunan lainnya.

IPTB diberikan dengan persyaratan Identitas pemohon, Kartu tanda anggota asosiasi profesi,
sertifikat keahlian, rekomendasi dari asosiasi profesi dan NPWP. IPTB berlaku 3 tahun dan dapat
diperpanjang kembali dengan diajukan 3 bulan sebelum habis masa berlakunya.
Sanksi administratif bagi pelanggaran disesuaikan dengan berat dan ringannya pelanggaran dapat
berupa:

1. Peringatan tertulis
2. Pembatasan kegiatan pembangunan
3. Penghentian sementara atau tetap pekerjaan pelaksanaan dan/atau pemanfaatan bangunan
gedung
4. Pembekuan atau pencabutan IMB
5. Pembekuan atau pencabutan SLF
6. Pembekuan, penurunan golongan atau pencabutan IPTB
7. Pembekuan atau pencabutan rencana teknis bongkar
8. Pengenaan denda atau
9. Perintah pembongkaran bangunan gedung.

Ketentuan Perda No. 7 – 2010 menganulir Perda No. 7 – 1991 sejak dinyatakan berlaku tanggal 3
November 2010.

Anda mungkin juga menyukai