INDONESIA
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 5
1.KIKI DEVI RENATA (18)
Silsilah Raja Raja Kerajaan Aceh Darussalam
2. Benteng Indrapatra
Peninggalan Kerajaan Aceh yang selanjutnya adalah Benteng Indrapatra.
Benteng ini merupakan benteng pertahanan yang sudah mulai dibangun sejak masa
kekuasaan kerajaan Lamuri, kerajaan Hindu tertua di Aceh, tepatnya sejak abad ke
7 Masehi. Benteng yang kini terletak di Desa Ladong, Kecamatan Masjid Raya,
Kabupaten Aceh Besar ini pada masanya memiliki peranan penting dalam
melindungi rakyat Aceh dari serangan meriam yang diluncurkan kapal perang
Portugis.
Sekarang, kita hanya dapat menemukan 2 benteng yang masih kokoh berdiri.
Benteng tersebut berukuran 70 meter x 70 meter dengan tinggi 4 meter dan tebal
sekitar 2 meter. Selain menjadi peninggalan bersejarah, benteng Indrapatra kini juga
dikenal sebagai objek wisata unggulan dari Kabupaten Aceh Besar. Gaya arsitekrur
dan keunikan konstruksinya yang hanya terbuat dari susunan batu gunung ini
membuat banyak orang penasaran dan tertarik untuk mengunjunginya.
3. Gunongan
Gunongan adalah peninggalan kerajaan Aceh yang berupa sebuah taman,
lengkap dengan bangunan keratonnya. Berdasarkan sejarahnya, taman ini
merupakan bukti cinta Sultan Aceh pada permaisurinya yang sangat cantik.
Permaisuri yang tak diketahui namanya ini merupakan putri raja Kerajaan Pahang
yang ditawan karena kerajaannya kalah perang. Sang Sultan jatuh cinta dan
mempersuntingnya, permaisuri tersebut meminta dibuatkan sebuah taman yang
sama persis dengan istana kerajaannya, untuk mengobati rasa rindunya pada
kerajaannya yang terdahulu. Gunongan saat ini terletak tak jauh dari Masjid Raya
Baiturrahman. Tepatnya berada di Desa Sukaramai, Kecamatan Baiturrahman, Kota
Banda Aceh.
6. Uang Emas
Kerajaan Aceh Aceh berada di jalur perdagangan dan pelayaran yang sangat
strategis. Berbagai komoditas yang berasal dari penjuru Asia berkumpul di sana
pada masa itu. Hal ini membuat kerajaan Aceh tertarik untuk membuat mata
uangnya sendiri. Uang logam yang terbuat dari 70% emas murni kemudian dicetak
lengkap dengan nama-nama raja yang memerintah Aceh. Koin ini masih sering
ditemukan dan menjadi harta karun yang sangat diburu oleh sebagian orang. Koin
ini juga bisa dianggap sebagai salah satu peninggalan Kerajaan Aceh yang sempat
berjaya pada masanya.
G. Peran Kerajaan Islam Dalam Proses Islamisasi
Kondisi Pendidikan pada Kerajaan Islam
1. Pendidikan Islam pada Kerajaan Samudra Pasai dan Aceh Darussalam
Menurut Mahmud Yunus, bahwa pada setiap kerajaan Islam tersebut terdapat
masa-masa kemajuan pendidikan Islam. Pada zaman Kerajaan Islam Samudra
Pasai dan Kerajaan Islam Aceh Darussalam sebagaimana telah disebutkan di atas,
terdapat kemajuan dalam bidang pendidikan Islam. Sejak mulai masuk Islam ke
tanah Aceh (tahun 1290 M), pendidikan dan pengajaran Islam mulai lahir dan
tumbuh dengan amat suburnya, terutama setelah berdirinya kerajaan Islam di Aceh.
Pada waktu itu banyaklah ulama di Pasai yang membangun pesantren, seperti
Teungku di Geureundong, Teungku Cot Mamplam, dan lain-lain. Berkat bantuan
pemerintah Islam dan masyarakat, maka pesantren, surau, dan langgar tersebar dari
kota-kota sampai ke dusun-dusun.
Selanjutnya pada zaman Iskandar Muda Mahkota Alam Sultan Aceh pada
awal abad ke-17, tanah Aceh menjadi serambi Makkah, yakni sebagai pusat
pendidikan keagamaan yang ditangani berbagai bangsa dari setiap pelosok,
sebagaimana yang terjadi di Mekkah. Keadaan ini semakin tampak meningkat,
ketika Malaka ditaklukkan Portugis (tahun 1511 M), terdapat sejumlah ulama dan
mubaligh Islam yang meninggalkan Malaka, pindah ke Aceh. Di sana mereka
mendirikan pesantren untuk menyiarakan agama Islam dan mendidik calon.
Kegiatan pendidikan Islam di Aceh ini mengalami zaman keemasan pada
zaman Iskandar Muda, sehingga menjadi masyhur kemana-mana, karena banyak
alim ulama dan ahli sastra Islam Indonesia. Diantara yang sangat masyhur adalah
Syekh Nurrudin Arraniri, Syekh Ahmad Khatib Langin, Syekh Syamsuddun al-
Sumatrani, Syekh Hamzah Fansuri, Syekh Abdur Rauf, dan Syekh Burhanuddin
yang kemudian menjadi ulama besar di Minangkabau.
Salah satu usaha Syekh Abdur Rauf yang besar ialah menerjemahkan Tafsir
Al-Qur’an ke dalam bahasa Melayu dan ditulis dengan huruf Arab Melayu, yang
dapat kita baca sampai sekarang. Tafsir Al-Qur’annya itu bernama Tarjuman al-
Mustafis bi al-Jawi yang diterjemahkan dengan bahasa Jawa, yang diambil
setengah maknanya dari Tafsir Ak-Baidlawi, Syekh Abdur Rauf bin Syekh Ali Al-
Fanshur al-Jawi yang dicatat tahun 1302 H, dan 1342 H.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kerajaan Aceh
merupakan kerajaan bercorak Islam yang letaknya sangat strategis di jalur
pelayaran dan perdagangan internasional. Aceh juga memiliki daerah kekuasaan
yang sangat luas, sehingga Kerajaan ini sangan maju terutama di bidang
perekonomiannya. Perkembangannya sangat pesat terlebih saat pemerintahan
Sultan Iskandar Muda. Dibawah kepemimpinannya, kerajaan Aceh tumbuh menjadi
kerajaan yang besar dan berkuasa atas perdagangan Islam. Bahkan telah menjadi
Bandar transito yang dapat menghubungkan seluruh pedagang dunia barat.
B. Saran
Makalah yang ditulis adalah makalah yang jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan saran dari pembaca demi kemajuan dari makalah
tersebut.