Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh:
ADINDA ALISABELLA
1601470003
JURUSAN KEPERAWATAN
MARET 2020
LAPORAN PENDAHULUAN
FRAKTUR FEMUR
1. DEFINISI
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik yang
bersifat total maupun sebagian. Fraktur Femur atau patah tulang paha adalah
rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang disaebabkan oleh trauma
langsung, kelelahan otot, dan kondisi tertentu, seperti degenerasi tulang atau
osteoporosis. (Arif Muttaqin, 2008). Fraktur femur adalah diskontinuitas atau
hilangnya struktur dari tulang femur (Mansjoer, 2000). Sedangkan menurut
Sjamsuhidajat (2004) fraktur femur adalah fraktur pada tulang femur yang
disebabkan oleh benturan atau trauma langsung maupun tidak langsung. Fraktur
femur juga didefinisikan sebagai hilangnya kontinuitas tulang paha, kondisi
fraktur femur secara klinis bisa berupa fraktur femur terbuka yang disertai adanya
kerusakan jaringan lunak (otot, kulit, jaringan saraf dan pembuluh darah) dan
fraktur femur tertutup yang dapat disebabkan oleh trauma langsung pada paha
(Helmi, 2012).
Dari beberapa penjelasan tentang fraktur femur di atas, dapat disimpulkan
bahwa fraktur femur merupakan suatu keadaan dimana terjadi kehilangan
kontinuitas tulang femur yang dapat disebabkan oleh trauma langsung maupun
trauma tidak langsung dengan adanya kerusakan jaringan lunak.
2. ETIOLOGI
Lewis (2000) berpendapat bahwa tulang bersifat relatif rapuh namun
mempunyai cukup kekuatan dan gaya pegas untuk menahan tekanan. Fraktur
dapat diakibatkan oleh beberapa hal yaitu:
1. Fraktur akibat peristiwa trauma
Sebagisan fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba berlebihan
yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, perubahan pemuntiran atau
penarikan. Bila tekanan kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat
yang terkena dan jaringan lunak juga pasti akan ikut rusak. Pemukulan
biasanya menyebabkan fraktur lunak juga pasti akan ikut rusak. Pemukulan
biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya.
Penghancuran kemungkinan akan menyebabkan fraktur komunitif disertai
kerusakan jaringan lunak yang luas.
Trauma Dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Trauma langsung, yaitu benturan pada tulang. Biasanya penderita terjatuh
dengan posisi miring dimana daerah trokhanter mayor langsung terbentur
dengan benda keras (jalanan).
2. Trauma tak langsung, yaitu titik tumpuan benturan dan fraktur berjauhan,
misalnya jatuh terpeleset di kamar mandi pada orangtua
2. Fraktur akibat peristiwa kelelahan atau tekanan
Retak dapat terjadi pada tulang seperti halnya pada logam dan benda lain
akibat tekanan berulang-ulang. Keadaan ini paling sering dikemukakan pada
tibia, fibula atau matatarsal terutama pada atlet, penari atau calon tentara yang
berjalan baris-berbaris dalam jarak jauh.
3. Fraktur patologis
Fraktur yang diakibatkan oleh trauma minimal atau tanpa trauma berupa
yang disebabkan oleh suatu proses. yaitu : Osteoporosis Imperfekta,
Osteoporosis, Penyakit metabolic.
3. TANDA DAN GEJALA
Adapun tanda dan gejala dari fraktur, sebagai berikut :
1. Nyeri
Nyeri terus-menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan kompensasi
tubuh untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
2. Hilangnya fungsi dan deformitas
Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tidak dapat digunakan dan cenderung
bergerak secara tidak alamiah.
3. Pemendekan ekstremitas
Terjadinya pemendekan tulang yang sebenarnya karena konstraksi otot yang
melengket di atas dan bawah tempat fraktur.
4. Krepitus
Saat bagian tibia dan fibula diperiksa, teraba adanya derik tulang dinamakan
krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainya.
5. Pembengkakan lokal dan Perubahan warna
Terjadi sebagai akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda
ini baru terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera.
4. KLASIFIKASI
1. Fraktur tertutup (closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar. Fraktur tidak menyebabkan robeknya kulit, integritas kulit
dan jaringan masih utuh.
2. Fraktur terbuka (open/compound), bila terdapat hubungan antara fragemen
tulang dengan dunia luar karena adanya perlukan di kulit, fraktur terbuka
dibagi menjadi tiga derajat, yaitu :
a. Derajat I
1) Luka kurang dari 1 cm.
2) Kerusakan jaringan lunak sedikit tidak ada tanda luka remuk.
3) Fraktur sederhana, tranversal, obliq atau kumulatif ringan.
4) Kontaminasi ringan.
b. Derajat II
1) Laserasi lebih dari 1 cm.
2) Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, avulse.
3) Fraktur komuniti sedang.
c. Derajat III
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit, otot,
dan neurovaskuler serta kontaminasi derajat tinggi.
3. Fraktur complete
Patah pada seluruh garis tengah tulang, luas dan melintang, biasanya
mengalami pergerseran (bergeser dari posisi normal).
4. Fraktur incomplete
Patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang.
5. Jenis khusus fraktur
a. Bentuk garis patah
1) Garis patah melintang.
2) Garis patah obliq, dimana fraktur membentuk sudut dengan garis
tengah tulang.
3) Garis patah spiral, fraktur memuntir seputar batang tulang.
b. Jumlah garis patah
1) Fraktur komunitif garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.
2) Fraktur segmental garis patah lebih dari satu tetapi saling
berhubungan.
3) Fraktur multiple garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang yang
berlainan.
6. Fraktur kompresi, fraktur akibat adanya kompresi, biasanya pada tulang
belakang
7. Fraktur avulse, tertariknya fragmen tulang oleh ligament atau tendo pada
perlekatannya
8. Fraktur greenstick, fraktur dimana salah satu sisi tulang patang sedang sisi
lainnya membengkok
9. Fraktur depresi, fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam (sering
terjadi pada tulang tengkorak dan wajah)
10. Fraktur patologik, fraktu yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista
tulang, paget, metastasis tulang, tumor)
11. Fraktur Epivisial, fraktur melalui epifisis
12. Fraktur impaksi, fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang
lainnya
13. Bergeser-tidak bergeser
Fraktur tidak bergeser garis patah komplit tetapi kedua fragmen tidak
bergeser.
Fraktur bergeser, terjadi pergeseran fragmen-fragmen fraktur yang juga
disebut di lokasi fragmen (Smeltzer, 2001:2357).
5. PATHWAY
6. PATOFISIOLOGI
Menurut Black dan Matassarin (1993) serta Patrick dan Woods (1989).
Ketika patah tulang, akan terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah, sumsum
tulang dan jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut adalah terjadi perdarahan,
kerusakan tulang dan jaringan sekitarnya. Keadaan ini menimbulkan hematom
pada kanal medulla antara tepi tulang di bawah periostinum dengan jaringan
tulang yang mengatasi fraktur. Terjadinya respon inflamasi akibat sirkulasi
jaringan nekrotik adalah ditandai dengan vasodilatasi dari plasma dan leukosit.
Ketika terjadi kerusakan tulang, tubuh mulai melakukan proses penyembuhan
untuk memperbaiki cidera, tahap ini menunjukkan tahap awal penyembuhan
tulang. Hematom yang terbentuk bisa menyebabkan peningkatan tekanan dalam
sumsum tulang yang kemudian merangsang pembebasan lemak dan gumpalan
lemak tersebut masuk ke dalam pembuluh darah yang mensuplai organ-organ
yang lain. Hematom menyebabkan dilatasi kapiler di otot, sehingga meningkatkan
tekanan kapiler, kemudian menstimulasi histamine pada otot yang iskhemik dan
menyebabkan protein plasma hilang dan masuk ke interstitial. Hal ini
menyebabkan terjadinya edema. Edema yang terbentuk akan menekan ujung
syaraf, yang bila berlangsung lama bisa menyebabkan syndrome compartement.
(Musliha, 2010)
7. KOMPLIKASI
1. Perdarahan, dapat menimbulkan kolaps kardiovaskuler. Hal ini dapat dikoreksi
dengan transfusi darah yang memadai.
2. Infeksi, terutama jika luka terkontaminasi dan debridemen tidak memadai.
3. Non-union, lazim terjadi pada fraktur pertengahan batang femur, trauma
kecepatan tinggi dan fraktur dengan interposisi jaringan lunak di antara
fragmen. Fraktur yang tidak menyatu memerlukan bone grafting dan fiksasi
interna.
4. Malunion, disebabkan oleh abduktor dan aduktor yang bekerja tanpa aksi
antagonis pada fragmen atas untuk abduktor dan fragmen distal untuk aduktor.
Deformitas varus diakibatkan oleh kombinasi gaya ini.
5. Trauma arteri dan saraf jarang, tetapi mungkin terjadi
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan rongent: Menentukan lokasi atau luasnya fraktur atau trauma.
2. Scan tulang, tomogram, scan CT/MRI: Memperlihatkan fraktur dan juga dapat
digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
3. Hitung Darah Lengkap: Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau
menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma
multipel). Peningkatan jumlah SDP adalah respon stress normal setelah
trauma.
4. Arteriogram: dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.
5. Kreatinin: Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.
9. PENATALAKASANAAN
1. Inspeksi bagian tubuh yang fraktur
a. Inspeksi adanya laserasi, bengkak dan deformitas
b. Observasi angulasi, pemendekan dan rotasi
c. Palpasi nadi distal untuk fraktur dan pulsasi semua perifer
d. Kaji suhu dingin, pemucatan, penurunan sensasi atau tidak adanya pulsasi;
hal tersebut menandakan cedera pada saraf atau suplai darah terganggu.
e. Tangani bagian tubuh dengan lembut dan sesedikit mungkin gerakan yang
kemungkinan dapat menyebabkan gerakan pada tulang yang fraktur
2. Berikan bebat sebelum klien dipindahkan; bebat dapat mengurangi nyeri,
memperbaiki sirkulasi, mencegah cedera lebih lanjut, dan mencegah fraktur
tertutup menjadi fraktur terbuka.
a. Imobilisasi sendi diatas dan dibawah daerah fraktur. Tempatkan satu tangan
distal terhadap fraktur dan berikan satu penarikan ketika menempatkan
tangan lain diatas fraktur untuk menyokong.
b. Pembebatan diberikan meluas sampai sendi dekat fraktur.
c. Periksa status vaskuler ekstremitas setelah pembebatan; periksa warna, suhu,
nadi dan pemucatan kuku.
d. Kaji untuk adanya deficit neurologi yang disebabkan oleh fraktur.
e. Berikan balutan steril pada fraktur terbuka.
3. Kaji adanya keluhan nyeri atau tekanan pada area yang mengalami cedera.
4. Pindahkan klien secara hati-hati dan lembut, untuk meminimalisasi gerakan
yang dapat menyebabkan gerakan pada patahan tulang.
5. Lakukan penanganan pada trauma yang spesifik
Trauma Femur
Femur biasanya patah pada sepertiga tengah, walaupun pada orang tua selalu
dipikirkan patah pangkal tulang paha (collum femoris). Fraktur ini dapat
menjadi fraktur terbuka dan kalau hal ini terjadi harus ditangani sebagai fraktur
terbuka. Banyak otot disekeliling femur dan perdarahan massif dapat terjadi
pada paha. Fraktur femur bilateral dapat menyebabkan kehilangan sampai dari
50% volume sirkulasi darah. (Paula Kristanty, 2009)
10. KONSEP ASKEP KEGAWATDARURATAN
1. Pengkajian primer
a. Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret
akibat kelemahan reflek batuk.
b. Breathing
Kelemahan menelan/batuk/melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan
yang sulit dan/atau tak teratur, suara napas terdengar rochi/aspirasi.
c. Circulation
TD dapat normal atau meningkat, hipotensi terjadi pada tahap lanjut,
takikardia, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan
membrane mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut.
d. Dissability
Dapat terjadi penurunan GCS
e. Exposure
Dapat terjadi krepitasi, luka robek pada open fraktur.
2. Pengkajian sekunder
a. Aktivitas/istirahat
1) Kehilangan fungsi pada bagian yang terkena
2) Keterbatasan mobilitas
b. Sirkulasi
1) Hipertensi (kadang terlihat sebgai respon nyeri/ansietas)
2) Hipotensi (respon terhadap kehilangan darah)
3) Tachikardia
4) Penurunan nadi pada bagian distal yang cedera
5) Capillary refill melambat
6) Pucat pada bagian yang terkena
7) Masa hematoma pada sisi cedera
c. Neurosensori
1) Kesemutan
2) Deformitas, krepitasi, pemendekan
3) Kelemahan
d. Kenyamanan
1) Nyeri tiba-tiba saat cedera
2) Spasme/kram otot
e. Keamanan
1) Laserasi kulit
2) Perdarahan
3) Perubahan warna
4) Pembengkakan lokal
(Musliha, 2010)
A. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan diskontinuitas tulang
2. Gangguan rasa nyaman; nyeri berhubungan dengan adanya robekan jaringan
pada area fraktur
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan fraktur dan nyeri
4. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan fraktur terbuka, bedah
perbaikan
B. Rencana Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan diskontinuitas tulang
Tujuan : gangguan perfusi jaringan dapat berkurang setelah dilakukan tindakan
keperawatan
Kriteria hasil :
a. Meningkatkan perfusi jaringan
b. Tingkat kesadaran composmentis
Intervensi :
a. Kaji tanda-tanda vital tiap 2 jam
b. Observasi dan periska bagian yang terlukan atau cedera
c. Kaji kapilari refill tiap 2 jam
d. Kaji adanya tanda-tanda gangguan perfusi jaringan; keringat dingin pada
ekstremitas bawah, kulit sianosis, baal
e. Amati dan catat pulsasi pembuluh darah dan sensasi (NVD) sebelum dan
sesudah manipulasi dan pemasangan splinting.
f. Luruskan persendian dengan hati-hati dan seluruh splint harus terpasang
dengan baik.
2. Gangguan rasa nyaman; nyeri berhubungan dengan adanya robekan jaringan
pada area fraktur
Tujuan : nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria hasil :
a. Klien menyatakan nyeri berkurang
b. Rampak rileks, mampu berpartisipasi dalam aktivitas/tidur/istirahat dengan
tepat
c. Tekanan darah normal
d. Tidak ada peningkatan nadi
Intervensi :
a. Kaji rasa nyeri pada area di sektiar fraktur
b. Atur posisi klien sesuai kondisi, untuk fraktur ekstremitas bawah sebaiknya
posisi kaki lebih tinggi dari badan
c. Ajarkan relaksasi untuk mengurangi nyeri
d. Kaji tanda-tanda vital tiap 2 jam
e. Berikan terapi analgetik untuk mengurangi nyeri
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan fraktur dan nyeri
Tujuan : kerusakan mobilitas fisik dapat berkurang setelah dilakukan tindakan
keperawatan
Kriteria hasil :
a. Meningkatkan mobilitas pada tingakt paling tinggi yang mungkin
b. Mempertahankan posisi fungsional
c. Meningkatkan kekuatan/fungsi yang sakit
d. Menunjukkan teknik mampu melakukan aktivitas
Intervensi :
a. Pertahankan tirah baring dalam posisi yang diprogramkan
b. Tinggikan ekstremitas yang sakit
c. Instruksikan klien/bantu dalam latihan rentang gerak pada ekstremitas yang
sakit dan tak sakit
d. Beri penyangga pada ekstremitas yang sakit di atas dan di bawah fraktur
ketika bergerak
e. Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas
f. Berikan dorongan ada pasien untuk melakukan AKS dalam lingkup
keterbatasan dan beri bantuan sesuai kebutuhan. Awasi tekanan darah, nadi
dengan melakukan aktivitas
g. Ubah posisi secara periodic
h. Kolaborasi fisioterapi/okuasi terapi
4. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan fraktur terbuka, bedah
perbaikan
Tujuan : kerusakan integritas jaringan dapat diatasi setelah tindakan perawatan
Kriteria hasil :
a. Penyembuhan luka sesuai waktu
b. Tidak ada laserasi, integritas kulit baik
Intervensi :
a. Kaji ulang integritas luka dan observasi terhadap tanda infeksi atau drainage
b. Monitor suhu tubuh
c. Lakukan perawatan kulit dengan sering pada patah tulang yang menonjol
d. Lakukan alih posisi dengan sering, pertahankan kesejajaran tubuh
e. Pertahankan sprei tempat tidur tetap kering dan bebas kerutan
f. Massage kulit sekitar akhir gips dengan alkohol
g. Gunakan tempat tidur busa atau kasur udara sesuai indikasi
h. Kolaborasi pemberian antibiotic
(Musliha, 2010 dan Paula Krisanty, 2009)
DAFTAR PUSTAKA
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 80 thn__
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat / No. Telp: Pasuruan_________________________________
Pekerjaan : Tidak Bekerja___
Agama : Islam___________________
2. Keluhan utama:
__Nyeri_Pada Kaki Sebelah Kiri_____________________________
6. Alergi obat
_ Pasien tidak ada alergi obat
c) Circulation (sirkulasi)
Nadi : 76x/menit_____________
Sianosis : Tidak ada sianosis__________
CRT : CRT > 2 detik_________________________________
Perdarahan : perdarahan pada lutut sebelah kiri
Keluhan lain : tidak ada keluhan_________________________________
⎕ Hipotensi ⎕ Takikardia ⎕ Takipnea ⎕ Hipotermia ⎕ Ekstremitas
dingin
⎕ Pucat ⎕ Penurunan capillary refill ⎕ Penurunan produksi urin
⎕ Dll TD= 135/75 mmHg
e) Exposure
Deformitas : fraktur femur kiri___________________
Contusio : tidak ada contusio
Abrasi : abrasi pada tangan kiri_
Penetrasi : tidak ada penetrasi_____
Laserasi : luka sobek pada lutut sebelah kiri_______
Edema : edema pada kaki kiri (femur)______________________
Keluhan lain : tidak ada keluhan_______________________________
f) Data fokus
Kepala:
Tidak ada jejas, tidak ada hematom, tidak ada raccoon eyes. Telinga:
tidak ada battle sign, tidak ada perdarahan di telinga. Hidung: tidak ada
perdarahan di hidung.
Leher:
Tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada deviasi trakea.
Thoraks:
Inspeksi = Pergerakan dinding dada simetris, Palpasi = tidak ada
krepitasi, Perkusi = suara sonor, Auskultasi = suara nafas vesikuler
Abdomen:
Inspeksi = memar (-), Palpasi = distensi abdomen (-), Perkusi =
tymphany, Auskultasi= Bising usus (+)
Pelvic:
Tidak ada nyeri tekan pada pelvic
B. ASSESSMENT (MASALAH)
1. Kerusakan Intergritas kulit
2. Nyeri Akut
4. Pemeriksaan Penunjang
a) Laboratorium
Leukosit = 7, 32
Neutrophil = 76,2
Limfosit = 16,1
Eritrosit = 3,130
HB = 9,16
Hematocrit = 31,9
b) Radiologi
Foto Femur dan foto pelvis
D. EVALUASI
a) Airway
Tidak ada sumbatan jalan nafas, tidak ada suara nafas tambahan
b) Breathing
Terpasang o2 NRBM 10 lpm, RR = 20x/menit, pola nafas teratur
c) Circulation
Terpasang infus RL 20 tpm, TD : 130/80mmHg N : 80x/menit, CRT:
>2 detik, luka tertutup kassa steril, kaki kiri terpasang bidai melalui 2
sendi.
d) Disability
GCS: E=4 V=5 M=6, pupil isokor, kesadaran composmentis, suhu :
36,5 ℃
e) Exposure
Terdapat fraktur pada kaki kiri, luka sobek pada lutut kiri
(ADINDA ALISABELLA)
A. Analisa data
Korteks serebri
Nyeri Akut
B. Daftar diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas masalah
1. Kerusakan Intergritas Kulit berhubungan dengan luka sobek pada lutut kiri
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury
C. Intervensi
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan (NOC) (NIC)
1. Kerusakan setelah dilakukan 1. Observasi pada luka
intergritas kulit tindakan keperawatan 2. Lakukan perawatan luka
berhubungan selama 8 jam diharapkan dengan prinsip steril
dengan luka sobek kerusakan intergritas kulit 3. Pasang bidai pada lokasi
pada lutut kiri dapat teratasi dengan fraktue melalui 2 sendi
kriteria hasil: 4. Kolaborasi pemberian
1. Tidak ada luka/lesi antibiotik
pada kulit
2. Menunjukkan
terjadinya proses
penyembuhan luka
I: - pertahankan posisi
bidai
- ganti kassa jika ada
perdarahan merembes
E: Luka teratasi
I: injeksi ketorolax
30mg
E: Nyeri teratasi
sebagian