Gender Kelompok 6
Gender Kelompok 6
“GENDER”
Disusun oleh:
Dosen Pengampu:
FADIL MAISEPTIAN, S.sos.I., M.Pd
Bismillahirrahmanirrahim
Tulisan ini jauh dari kata sempurna, kritik dan saran penulis harapkan
yang dapat disampaikan secara langsung ataupun tidak langsung. Semoga
makalah ini menjadi tambahan pengetahuan dan bermanfaat bagi siapa yang
membacanya.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..........................................................................1
B. BATASAN MASALAH.......................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................2
A. PENGERTIAN GENDER....................................................................2
A. KESIMPULAN.....................................................................................10
B. SARAN.................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Istilah Gender digunakan untuk menjelaskan perbedaan peran perempuan
dan laki-laki yang bersifat bawaan sebagai ciptaan Tuhan. Gender adalah
pembedaan peran, kedudukan, tanggung jawab, dan pembagian kerja antara laki-
laki dan perempuan yang ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan sifat perempuan
dan laki-laki yang dianggap pantas menurut norma, adat istiadat, kepercayaan atau
kebiasaan masyarakat.
Gender tidak sama dengan kodrat. Kodrat adalah sesuatu yang ditetapkan
oleh Tuhan Yang Maha Esa, sehingga manusia tidak mampu untuk merubah atau
menolak. Sementara itu, kodrat bersifat universal, misalnya melahirkan,
menstruasi dan menyusui adalah kodrat bagi perempuan, sementara mempunyai
sperma adalah kodrat bagi laki-laki.
Ketidakadilan gender merupakan kondisi tidak adil akibat dari sistem dan
struktur sosial, sehingga perempuan maupun laki-laki menjadi korban dari pada
sistem tersebut. Laki-laki dan perempuan berbeda hanya karena kodrat antara laki-
laki dan perempuan berbeda. Keadilan gender akan dapat terjadi jika tercipta
suatu kondisi di mana porsi dan siklus sosial perempuan dan laki-laki setara,
serasi, seimbang dan harmonis.
B. BATASAN MASALAH
1. Pengertian gender.
2. Gender sebagai aspek krusial identitas.
3. Perbedaan jenis kelamin secara biologis.
4. Identitas gender dan streotip.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN GENDER
Kata gender dalam bahasa Indonesia diserap dari bahasa Inggris yang
secara harfiah “gender” berarti jenis kelamin (John M.Echols dan Hasan Sadily,
Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia, cet XII, 1983), h. 265).
Mengacu pada pendapat Mansour Faqih, Gender adalah suatu sifat yang
melekat pada laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial
maupun kultural. Misalnya bahwa perempuan itu lemah lembut, cantik,
emosional, dan sebagainya. Sementara laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan,
perkasa, dan tidak boleh menangis. Ciri dan sifat itu sendiri merupakan sifat-sifat
yang dapat dipertukarkan. Perubahan ciri dan sifat tersebut dapat terjadi dari
waktu ke waktu dan dari tempat ketempat yang lain, juga perubahan tersebut bisa
terjadi dari kelas ke kelas masyarakat yang berbeda. Semua hal yang dapat
dipertukarkan antara sifat perempuan dan laki-laki yang bisa bisa berubah, baik
itu waktu maupun kelas (Mansour Faqih, Analisis Gender dan Transformasi
Sosial (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 8-9)
Istilah gender menurut Oakley (1972) berarti perbedaan atau jenis kelamin
yang bukan biologis dan bukan kodrat Tuhan. Sedangkan menurut Caplan (1987)
menegaskan bahwa gender merupakan perbedaan perilaku antara laki-laki dan
perempuan selain dari struktur biologis, sebagian besar justru terbentuk melalui
proses sosial dan kultural. Gender dalam ilmu sosial diartikan sebagai pola relasi
lelaki dan perempuan yang didasarkan pada ciri sosial masing-masing (Zainuddin,
2006: 1).
Dari pengertian gender menurut para ahli di atas dapat diambil kesimpulan
bahwa gender adalah seperangkat sikap, peran, tanggung jawab, fungsi, hak, dan
perilaku yang melekat pada diri laki-laki dan perempuan akibat bentukan budaya
atau lingkungan masyarakat tempat manusia itu tumbuh dan dibesarkan. Artinya
perbedaan sifat, sikap dan perilaku yang dianggap khas perempuan atau khas laki-
laki atau yang lebih populer dengan istilah feminitas dan maskulinitas, terutama
merupakan hasil belajar seseorang melalui suatu proses sosialisasi yang panjang
di lingkungan masyarakat, tempat ia tumbuh dan dibesarkan
Istilah jenis kelamin dan gender sering kali digunakan bergantian, tetapi
kita akan mengadopsi istilah dari banyak bidang yang membedakan keduanya.
Jenis kelamin (sex) didefinisikan sebagai istilah biologis berdasarkan perbedaan
anatomi dan fisik antara laki-laki dan perempuan. Gender merujuk pada segala
sesuatu yang berhubungan dengan jenis kelamin individu, termasuk peran,
tingkah laku, kecenderungan dan atribut lain yang mendefiniskan arti menjadi
seorang laki-laki atau perempuan dalam kebudayaan yang ada. Asal perbedaan
gender sering kali diperdebatkan, tetapi kita sepakat menyatakan bahwa berbagai
atribut gender yang seluruhnya berdasarkan pada apa yang diajarkan (seperti
rambut panjang dengan feminitas).
Istilah sex (dalam kamus bahasa Indonesia juga berarti “jenis kelamin”)
lebih banyak berkonsentrasi kepada aspek biologi seseorang, meliputi perbedaan
komposisi kimia dan hormon dalam tubuh, anatomi fisik, reproduksi, dan
karakteristik biologis lainnya. Sedangkan gender lebih banyak berkonsentrasi
kepada aspek sosial, budaya, psikologis, dan aspek-aspek non biologis lainnya.
Jenis Kelamin adalah perbedaan bentuk, sifat, dan fungsi biologi laki-laki
Pemikiran tentang bagaimana memperlakukan jenis kelamin tertentu namun
belum tentu sesuai dengan yang sesungguhnya. Misalnya: perempuan lemah, laki-
laki kuat dan perempuan yang menentukan perbedaan peran mereka dalam
menyelenggarakan upaya meneruskan garis keturunan. Perbedaan ini terjadi
karena mereka memiliki alat-alat untuk meneruskan keturunan yang berbeda,
yang disebut alat reproduksi.
6) ciptaan Tuhan
b. Gender
1) dapat berubah
2) dapat dipertukarkan
3) bergantung waktu
6) buatan manusia
Setiap orang memiliki identitas gender yaitu bagian kunci dari konsep diri
dalam label sebagai “laki-laki” atau “perempuan”. Pada sebagian besar orang,
jenis kelamin biologis dan identitas gender berkorespondensi walaupun
proporsinya kecil dalam populasi, identitas gender mereka berbeda dari jenis
kelamin mereka.
Hal pertama yang ditanyakan orang dewasa tentang seorang bayi (bayi
mereka atau bayi orang lain) adalah apakah bayinya laki-laki atau perempuan.
Pengumuman akan kelahiran seorang bayi dimulai dengan informasi tersebut, lalu
dipilihnya nama yang berbau laki-laki atau perempuan, baju merah muda atau biru
dibeli, kamar bayi didekorasi baik dengan gaya feminim atau maskulin, mainan
dan pakaian yang sesuai dengan gender pun dibeli. Angier menyatakan,
“Masyarakat masih berasumsi bahwa anak laki-laki akan tetap kekanak-kanakan,
sementara perempuan tidak.”
Walaupun penekanan yang luas terhadap definisi gender, bayi dan anak-
anak lain pada umumnya tidak menyadari baik jenis kelamin atau gender mereka
sampai mereka berusia dua tahun. Berbagai alasan muncul, dua tahun adalah usia
pada ubagmumnya anak blajar untuk menyatakan dirinya adalah perempuan atau
laki-laki, seringkali tanpa pengertian yang benar terhadap kata itu sendiri. Secara
bertahap, identitas gender diperoleh pada saat anak mengembangkan kesadaran
diri (a sense of self) yang mencakup kelaki-lakian atau keperempuanan. Antara
usia empat dan tujuh tahun, anak mulai memahami pentingnya konsistensi gender,
bahwa mereka menerima prinsip gender sebagai atribut dasar dari tiap orang.
Walaupun telah lama diyakini bahwa perbedaan paling nyata antara laki-
laki dan perempuan adalah faktor biologis, sebagai penelitian menunjukkan secara
meyakinkan bahwa berbagai karakteristik tipikal maskulin dan feminim ternyata
dipelajari. Teori skema gender menyatakan bahwa anak-anak memiliki kesiapan
umum untuk mengorganisasian informasi tentang self atas dasar definisi budaya
pada atribut laki-laki dan perempuan yang sesuai. Informasi tersebut diaplikasikan
pada self, juga seperti pada hal lainnya. Dengan bertambah dewasanya anak, tipe
jenis kelamin (sex typing) terjadi ketika mereka memahami stereotip “tepat” yang
berhubungan dengan kelaki-lakian dan keperempuanan dalam budaya mereka. Hal
penting dari apa yang dipelajari anak tentang gender ialah berdasarkan observasi
terhadap orang tua mereka dan mencoba seperti mereka. Secara umum, anak
diberi reward untuk melakukan tingkah laku yang pantas dan sesuai dengan
gendernya dan dilarang ketika tingkah laku mereka tidak sesuai dengan
gendernya.
a. Identitas Gender
b. Konsistensi Gender
Ini merupakan konsep yang menyatakan bahwa gender adalah atribut dasar
dan menetap pada setiap individu. Ketetapan konsistensi gender biasanya
berkembang antara usia 4 – 7 tahun.
Misalnya: 1) anak anak belajar karakteristik gender yang pantas dan tidak pantas
dilakukan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
2. Gender sebagai aspek krusial identitas merujuk pada segala sesuatu yang
berhubungan dengan jenis kelamin individu, termasuk peran, tingkah laku,
kecenderungan dan atribut lain yang mendefiniskan arti menjadi seorang laki-laki
atau perempuan dalam kebudayaan yang ada.
B. SARAN