Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH SOSIOLOGI

“GENDER”

Disusun oleh:

BAYUNG SIREGAR 1806002015056


MOHD. ARIF PANDRI 1806002015049
HILMAN HANIF RAHMAN 1806002015055

Dosen Pengampu:
FADIL MAISEPTIAN, S.sos.I., M.Pd

BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT
2019/2020
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan


karunia dan rahmat-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan makalah ini dengan judul “Gender”.

Penulis menyadari bahwa makalah ini dapat diselesaikan berkat dukungan


dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis berterima kasih kepada
semua pihak yang berkontribusi serta dukungan dalam penulisan makalah ini.

Tulisan ini jauh dari kata sempurna, kritik dan saran penulis harapkan
yang dapat disampaikan secara langsung ataupun tidak langsung. Semoga
makalah ini menjadi tambahan pengetahuan dan bermanfaat bagi siapa yang
membacanya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1

A. LATAR BELAKANG..........................................................................1

B. BATASAN MASALAH.......................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................2

A. PENGERTIAN GENDER....................................................................2

B. GENDER SEBAGAI ASPEK KRUSIAL IDENTITAS......................4

C. PERBEDAAN JENIS KELAMIN SECARA BIOLOGIS...................5

D. IDENTITAS GENDER DAN STEOROTIP GENDER.......................7

BAB III PENUTUP...........................................................................................10

A. KESIMPULAN.....................................................................................10

B. SARAN.................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Istilah Gender digunakan untuk menjelaskan perbedaan peran perempuan
dan laki-laki yang bersifat bawaan sebagai ciptaan Tuhan. Gender adalah
pembedaan peran, kedudukan, tanggung jawab, dan pembagian kerja antara laki-
laki dan perempuan yang ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan sifat perempuan
dan laki-laki yang dianggap pantas menurut norma, adat istiadat, kepercayaan atau
kebiasaan masyarakat.

Gender tidak sama dengan kodrat. Kodrat adalah sesuatu yang ditetapkan
oleh Tuhan Yang Maha Esa, sehingga manusia tidak mampu untuk merubah atau
menolak. Sementara itu, kodrat bersifat universal, misalnya melahirkan,
menstruasi dan menyusui adalah kodrat bagi perempuan, sementara mempunyai
sperma adalah kodrat bagi laki-laki.

Ketidakadilan gender merupakan kondisi tidak adil akibat dari sistem dan
struktur sosial, sehingga perempuan maupun laki-laki menjadi korban dari pada
sistem tersebut. Laki-laki dan perempuan berbeda hanya karena kodrat antara laki-
laki dan perempuan berbeda. Keadilan gender akan dapat terjadi jika tercipta
suatu kondisi di mana porsi dan siklus sosial perempuan dan laki-laki setara,
serasi, seimbang dan harmonis.

B. BATASAN MASALAH
1. Pengertian gender.
2. Gender sebagai aspek krusial identitas.
3. Perbedaan jenis kelamin secara biologis.
4. Identitas gender dan streotip.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN GENDER

Kata gender dalam bahasa Indonesia diserap dari bahasa Inggris yang
secara harfiah “gender” berarti jenis kelamin (John M.Echols dan Hasan Sadily,
Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia, cet XII, 1983), h. 265).

Gender adalah suatu konsep kultural yang berupaya membuat pembedaan


(distinction) dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional
antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat (Helen
Tierney (ed), Women’s Studies Encyclopedia, Vol 1, New York: Green Wood
Press, h.153)

Mengacu pada pendapat Mansour Faqih, Gender adalah suatu sifat yang
melekat pada laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial
maupun kultural. Misalnya bahwa perempuan itu lemah lembut, cantik,
emosional, dan sebagainya. Sementara laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan,
perkasa, dan tidak boleh menangis. Ciri dan sifat itu sendiri merupakan sifat-sifat
yang dapat dipertukarkan. Perubahan ciri dan sifat tersebut dapat terjadi dari
waktu ke waktu dan dari tempat ketempat yang lain, juga perubahan tersebut bisa
terjadi dari kelas ke kelas masyarakat yang berbeda. Semua hal yang dapat
dipertukarkan antara sifat perempuan dan laki-laki yang bisa bisa berubah, baik
itu waktu maupun kelas (Mansour Faqih, Analisis Gender dan Transformasi
Sosial (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 8-9)

Masih dalam buku yang sama, Mansour faqih mengungkapkan bahwa


sejarah perbedaan gender terjadi melalui proses yang sangat panjang. Perbedaan
Gender terbentuk oleh banyak hal yang disosialisasikan, diajarkan, yang
kemudian diperkuat dengan mengkonstruksinya baik secara sosial maupun
kultural. Melalui proses panjang tersebut pada akhirnya diyakini sebagai sesuatu
yang kodrati baik bagi kaum laki-laki maupun perempuan, hal ini kemudian
direfleksikan sebagai sesuatu yang dianggap alami dan menjadi identitas gender
yang baku. Identitas gender adalah definisi seseorang tentang dirinya, sebagai
laki-laki atau perempuan, yang merupakan interaksi kompleks antara kondisi
biologis dan berbagai karakteristik perilaku yang dikembangkan sebagai hasil
proses sosialisasi.

Pengertian gender yang lebih kongkrit dan lebih operasional dikemukakan


oleh Nasarudin Umar bahwa gender adalah konsep kultural yang digunakan untuk
memberi identifikasi perbedaan dalam hal peran, perilaku dan lain-lain antara
laki-laki dan perempuan yang berkembang di dalam masyarakat yang didasarkan
pada rekayasa sosial (Nasarudin Umar, Argumen Kesetaraan Gender Perspektif
Al-Qur’an, Jakarta : Paramadina, 2001,h.35)

Nasarudin Umar juga menjelaskan bahwa penentuan peran gender dalam


berbagai sistem masyarakat, kebanyakan merujuk kepada tinjauan biologis atau
jenis kelamin. Masyarakat selalu berlandaskan pada diferensiasi spesies antara
laki-laki dan perempuan. Organ tubuh yang dimiliki oleh perempuan sangat
berperan pada pertumbuhan kematangan emosional dan berpikirnya. Perempuan
cenderung tingkat emosionalnya agak lambat. Sementara laki-laki yang mampu
memproduksi dalam dirinya hormon testosteron membuat ia lebih agresif dan
lebih obyektif.

Istilah gender menurut Oakley (1972) berarti perbedaan atau jenis kelamin
yang bukan biologis dan bukan kodrat Tuhan. Sedangkan menurut Caplan (1987)
menegaskan bahwa gender merupakan perbedaan perilaku antara laki-laki dan
perempuan selain dari struktur biologis, sebagian besar justru terbentuk melalui
proses sosial dan kultural. Gender dalam ilmu sosial diartikan sebagai pola relasi
lelaki dan perempuan yang didasarkan pada ciri sosial masing-masing (Zainuddin,
2006: 1).

Menurut para ahli lainnya seperti Hilary M. Lips mengartikan gender


sebagai harapan-harapan budaya terhadap laki-laki dan perempuan (cultural
expectations for women and men). H. T. Wilson mengartikan gender sebagai
suatu dasar untuk menentukan perbedaan sumbangan laki-laki dan perempuan
pada kebudayaan dan kehidupan kolektif yang sebagai akibatnya mereka menjadi
laki-laki dan perempuan. Sedangkan Linda L. Lindsey menganggap bahwa semua
ketetapan masyarakat perihal penentuan seseorang sebagai laki-laki dan
perempuan adalah termasuk bidang kajian gender (What a given society defines as
masculine or feminim is a component of gender). Elaine Showalter menegaskan
bahwa gender lebih dari sekedar pembedaan laki-laki dan perempuan dilihat dari
konstruksi sosial-budaya (NasaruddinUmar, 2010: 30).

Dari pengertian gender menurut para ahli di atas dapat diambil kesimpulan
bahwa gender adalah seperangkat sikap, peran, tanggung jawab, fungsi, hak, dan
perilaku yang melekat pada diri laki-laki dan perempuan akibat bentukan budaya
atau lingkungan masyarakat tempat manusia itu tumbuh dan dibesarkan. Artinya
perbedaan sifat, sikap dan perilaku yang dianggap khas perempuan atau khas laki-
laki atau yang lebih populer dengan istilah feminitas dan maskulinitas, terutama
merupakan hasil belajar seseorang melalui suatu proses sosialisasi yang panjang
di lingkungan masyarakat, tempat ia tumbuh dan dibesarkan

B. GENDER SEBAGAI ASPEK KRUSIAL IDENTITAS

Istilah jenis kelamin dan gender sering kali digunakan bergantian, tetapi
kita akan mengadopsi istilah dari banyak bidang yang membedakan keduanya.
Jenis kelamin (sex) didefinisikan sebagai istilah biologis berdasarkan perbedaan
anatomi dan fisik antara laki-laki dan perempuan. Gender merujuk pada segala
sesuatu yang berhubungan dengan jenis kelamin individu, termasuk peran,
tingkah laku, kecenderungan dan atribut lain yang mendefiniskan arti menjadi
seorang laki-laki atau perempuan dalam kebudayaan yang ada. Asal perbedaan
gender sering kali diperdebatkan, tetapi kita sepakat menyatakan bahwa berbagai
atribut gender yang seluruhnya berdasarkan pada apa yang diajarkan (seperti
rambut panjang dengan feminitas).

Barbara Mackoff menyatakan, “perbedaan terbesar antara perempuan dan


laki-laki adalah dalam cara kita memperlakukan mereka.” Seluruh atribut lainnya
mungkin berdasarkan determinan biologis (seperti ada atau tidak adanya kumis).
Jenis kelamin terhadap gender seperti sinar terhadap warna, jenis kelamin
dan cahaya adalah fenomena fisik, sementara gender dan warna adalah kategori
yang dibentuk berdasarkan budaya, di mana secara tegas membagi jenis kelamin
dan cahaya dalam sub kelompok tertentu.

C. PERBEDAAN JENIS KELAMIN SECARA BIOLOGIS

Gender secara umum digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-


laki dan perempuan dari segi sosial budaya, maka sex secara umum digunakan
untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi anatomi
biologi. Demikian pula hendaknya kepada laki-laki, bahkan permainan anak
ternyata telah diberikan kapling khusus antara laki-laki dan perempuan seperti
bermain bola-bolaan yang cocok adalah anak laki-laki.

Istilah sex (dalam kamus bahasa Indonesia juga berarti “jenis kelamin”)
lebih banyak berkonsentrasi kepada aspek biologi seseorang, meliputi perbedaan
komposisi kimia dan hormon dalam tubuh, anatomi fisik, reproduksi, dan
karakteristik biologis lainnya. Sedangkan gender lebih banyak berkonsentrasi
kepada aspek sosial, budaya, psikologis, dan aspek-aspek non biologis lainnya.

Studi gender lebih menekankan pada aspek maskulinitas (masculinity)


atau feminitas (femininity) seseorang. Berbeda dengan studi sex yang lebih
menekankan kepada aspek anatomi biologi dan komposisi kimia dalam tubuh
laki-laki (maleness) dan perempuan (femaleness).

Berikut beberapa teori-teori berkenaan dengan gender.

1. Teori Gender Expectations

Gender expectations atau pengharapan akan gender membawa kita untuk


lebih memilih laki-laki untuk posisi otoritas dan meletakkan wanita pada peran
sub-ordinat atau hanya sebagai pelengkap. Di dalam keluarga, kelompok dan
organisasi sosial, pria mempunyai status yang lebih tinggi daripada wanita

Gender adalah pandangan masyarakat tentang perbedaan peran, fungsi,


dan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan yang merupakan hasil
konstruksi sosial (yaitu kebiasaan yang tumbuh dan disepakati dalam masyarakat)
dan dapat diubah sesuai perkembangan zaman. Sementara seks adalah perbedaan
organ biologis antara laki-laki dan perempuan, terutama pada bagian-bagian
reproduksi.

Gender bukan kodrat atau ketentuan Tuhan, sehingga gender berkaitan


dengan proses keyakinan bagaimana seharusnya laki-laki dan perempuan berperan
dan bertindak sesuai dengan tata nilai , ketentuan sosial dan budaya
masyarakatnya. Seks merupakan kodrat Tuhan sehingga tidak dapat ditukar atau
diubah.

Jenis Kelamin adalah perbedaan bentuk, sifat, dan fungsi biologi laki-laki
Pemikiran tentang bagaimana memperlakukan jenis kelamin tertentu namun
belum tentu sesuai dengan yang sesungguhnya. Misalnya: perempuan lemah, laki-
laki kuat dan perempuan yang menentukan perbedaan peran mereka dalam
menyelenggarakan upaya meneruskan garis keturunan. Perbedaan ini terjadi
karena mereka memiliki alat-alat untuk meneruskan keturunan yang berbeda,
yang disebut alat reproduksi.

Alat reproduksi laki-laki dan perempuan hanya dapat berfungsi kalau


dipadukan. Artinya alat reproduksi perempuan tidak bisa bekerja sendiri. Alat
reproduksi laki-laki juga tidak bisa bekerja sendiri. Alat reproduksi perempuan,
yaitu: vagina, kandung telur, rahim, beserta fungsi hormon yang antara lain
membantu mengeluarkan air susu ibu (ASI).

Alat reproduksi laki-laki yaitu penis, zakar, sperma, dan fungsi-fungsi


hormon laki-laki yang melengkapi. Secara lebih jelas perbedaan gender dan
seks/jenis kelamin dapat dilihat pada skema ini.

a. Jenis kelamin (seks)

1) tidak dapat diubah

2) tidak dapat dipertukarkan

3) berlaku sepanjang zaman

4) berlaku dimana saja


5) merupakan kodrat Tuhan

6) ciptaan Tuhan

b. Gender

1) dapat berubah

2) dapat dipertukarkan

3) bergantung waktu

4) tergantung budaya setempat

5) bukan merupakan kodrat Tuhan

6) buatan manusia

2. Self Concept pada Laki-laki dan Perempuan

Anak tumbuh dalam masyarakat yang percaya bahwa laki-laki dan


perempuan berbeda secara psikologis dan hal ini akan mendorong anak untuk
mempersepsikan diri mereka dengan cara yang kongruen dengan model gender
mereka.

Kebanyakan masyarakat memberikan sosialisasi yang berbeda, anak laki-


laki diperlakukan secara berbeda dan didorong untuk terlibat dalam jenis kegiatan
tertentu sedangkan anak perempuan didorong untuk berpartisipasi dalam kegiatan
yang berbeda dengan anak laki-laki. Keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan itu dan
asosiasi terhadap reward memberikan alasan lain bagi perempuan untuk
mempersepsikan dirinya berbeda dengan laki-laki dan hal ini menimbulkan
harapan yang berbeda terhadap ideal selves laki-laki dan perempuan.

Ada banyak studi yang mempertanyakan tentang perbedaan self concept


antara laki-laki dan perempuan dan diantaranya ditemukan bahwa perbedaan self
concept di dalam kedua kelompok gender yaitu antara perempuan dan perempuan
atau laki-laki dengan laki biasanya lebih besar daripada rata-rata perbedaan antara
kedua kelompok gender yaitu antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan
kepribadian antar perempuan dan antar laki-laki lebih besar daripada perbedaan
antara laki-laki dan perempuan.
D. IDENTITAS GENDER DAN STEOROTIP GENDER

Setiap orang memiliki identitas gender yaitu bagian kunci dari konsep diri
dalam label sebagai “laki-laki” atau “perempuan”. Pada sebagian besar orang,
jenis kelamin biologis dan identitas gender berkorespondensi walaupun
proporsinya kecil dalam populasi, identitas gender mereka berbeda dari jenis
kelamin mereka.

1. Mengembangkan Identitas Gender

Hal pertama yang ditanyakan orang dewasa tentang seorang bayi (bayi
mereka atau bayi orang lain) adalah apakah bayinya laki-laki atau perempuan.
Pengumuman akan kelahiran seorang bayi dimulai dengan informasi tersebut, lalu
dipilihnya nama yang berbau laki-laki atau perempuan, baju merah muda atau biru
dibeli, kamar bayi didekorasi baik dengan gaya feminim atau maskulin, mainan
dan pakaian yang sesuai dengan gender pun dibeli. Angier menyatakan,
“Masyarakat masih berasumsi bahwa anak laki-laki akan tetap kekanak-kanakan,
sementara perempuan tidak.”

Walaupun penekanan yang luas terhadap definisi gender, bayi dan anak-
anak lain pada umumnya tidak menyadari baik jenis kelamin atau gender mereka
sampai mereka berusia dua tahun. Berbagai alasan muncul, dua tahun adalah usia
pada ubagmumnya anak blajar untuk menyatakan dirinya adalah perempuan atau
laki-laki, seringkali tanpa pengertian yang benar terhadap kata itu sendiri. Secara
bertahap, identitas gender diperoleh pada saat anak mengembangkan kesadaran
diri (a sense of self) yang mencakup kelaki-lakian atau keperempuanan. Antara
usia empat dan tujuh tahun, anak mulai memahami pentingnya konsistensi gender,
bahwa mereka menerima prinsip gender sebagai atribut dasar dari tiap orang.

2. Apakah Dasar Dari Identitas Gender?

Walaupun telah lama diyakini bahwa perbedaan paling nyata antara laki-
laki dan perempuan adalah faktor biologis, sebagai penelitian menunjukkan secara
meyakinkan bahwa berbagai karakteristik tipikal maskulin dan feminim ternyata
dipelajari. Teori skema gender menyatakan bahwa anak-anak memiliki kesiapan
umum untuk mengorganisasian informasi tentang self atas dasar definisi budaya
pada atribut laki-laki dan perempuan yang sesuai. Informasi tersebut diaplikasikan
pada self, juga seperti pada hal lainnya. Dengan bertambah dewasanya anak, tipe
jenis kelamin (sex typing) terjadi ketika mereka memahami stereotip “tepat” yang
berhubungan dengan kelaki-lakian dan keperempuanan dalam budaya mereka. Hal
penting dari apa yang dipelajari anak tentang gender ialah berdasarkan observasi
terhadap orang tua mereka dan mencoba seperti mereka. Secara umum, anak
diberi reward untuk melakukan tingkah laku yang pantas dan sesuai dengan
gendernya dan dilarang ketika tingkah laku mereka tidak sesuai dengan
gendernya.

3. Setiap orang memiliki identitas gender.

a. Identitas Gender

Identitas gender adalah sebagian dari konsep diri yang melibatkan


identifikasi seseorang sebagai laki2 atau perempuan. Kesadaran terhadap identitas
gender biasanya berkembang pada usia 2 tahun.

Misalnya : Sekolah KB (kelompok bermain) terdapat anak yang melihat alat


genital temannya, dan dia bertanya kenapa miliknya berbeda dengan
Toni.

b. Konsistensi Gender

Ini merupakan konsep yang menyatakan bahwa gender adalah atribut dasar
dan menetap pada setiap individu. Ketetapan konsistensi gender biasanya
berkembang antara usia 4 – 7 tahun.

Misalnya: 1) anak anak belajar karakteristik gender yang pantas dan tidak pantas
dilakukan.

2) anak laki-laki bermain perang-perangan dan perempuan bermain


boneka bonekaan.

c. Tipe Jenis Kelamin

Pemahaman terhadap stereotip yang dihubungkan dengan menjadi seorang


laki2 atau perempuan dalam budaya seseorang.
Misalkan : Pedoman istri yang baik.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Gender adalah suatu konsep kultural yang berupaya membuat pembedaan


(distinction) dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional
antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat.

2. Gender sebagai aspek krusial identitas merujuk pada segala sesuatu yang
berhubungan dengan jenis kelamin individu, termasuk peran, tingkah laku,
kecenderungan dan atribut lain yang mendefiniskan arti menjadi seorang laki-laki
atau perempuan dalam kebudayaan yang ada.

3. Jenis kelamin seseorang dibedakan dari aspek biologis, meliputi perbedaan


komposisi kimia dan hormon dalam tubuh, anatomi fisik, reproduksi, dan
karakteristik biologis lainnya.

B. SARAN

Gender merupakan identitas seorang manusia. Di zaman milenial ini


dituntut adanya kesamaan gender. Jika penyamaan gender dipandang dari segi
biologis maka itu sangat bertentangan dengan fitrah manusia dan melanggar
ketentuan tuhan, akan tetapi jika dipandang dari segi sosial dalam masyarakat
maka tidak ada permasalah dalam hal ini. Untuk itu pentingnya kita meletakkan
sesuatu pemahaman gender dalam situasi dan kondisi tertentu.
DAFTAR PUSTAKA

John M.Echols dan Hasan Sadily. 1983.”Kamus Inggris Indonesia”, Jakarta:


Gramedia, cet XII (h. 265).

Helen, Tierney (ed).”Women’s Studies Encyclopedia”. Vol 1. New York: Green


Wood Press (h.153)

Mansour, Faqih. 2007 “Analisis Gender dan Transformasi Sosial”. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar ( h. 8-9)

(Umar, Nasaruddin. 2001.”Argumen Kesetaraan Gender Perspektif Al-Qur’an”


Jakarta : Paramadina (h.35)

Anda mungkin juga menyukai