Anda di halaman 1dari 9

ETIKA PROFESI SEBAGAI UPAYA PREVENTIF

UNTUK MEMINIMALISASI PELANGGARAN HUKUM


YANG DILAKUKAN OLEH GURU

Pudji Astuti

Prodi Hukum Jurusan PMP-KN


Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Surabaya
Email: toetche60@yahoo.co.id

Abstract

Violation of the law is often done by teachers in performing their duties. Not only breachin the learning
process, but often violence against students, particularly in elementary schools. This is very worrying
psychological development of students. In fact they are the nation hope. To eliminate such action is
necessary to repressive and preventive efforts. Efforts made​​by the repressive administrative sanctions to
criminal sanctions if violations of law have occurred. Preventive efforts are made ​​to implement aTeacher
Professional Ethics. Teacher Professional Ethics serves as a quality control and behavior of teachers in
performing their duties to ensure customer satisfaction for his services.
Key words: professional ethics, preventive efforts.

Abstrak

Pelanggaran hukum sering dilakukan oleh guru dalam melaksanakan tugasnya. Tidak hanya pelanggaran
dalam proses pembelajaran, tetapi sering kekerasan terhadap siswa, terutama di sekolah dasar. Hal ini
sangat mengkhawatirkan perkembangan psikologis siswa. Pada kenyataannya mereka adalah harapan
bangsa. Untuk menghilangkan tindakan tersebut diperlukan untuk upaya represif dan preventif. Upaya
yang dilakukan oleh sanksi administratif represif sanksi pidana jika pelanggaran hukum telah terjadi.
Upaya pencegahan yang dilakukan untuk menerapkan Etika Profesi. Etika Profesiberfungsi sebagai
kontrol kualitas dan perilaku guru dalam melaksanakan tugasnya untuk menjamin kepuasan pelanggan
atas jasa-jasanya.
Kata kunci: etika profesi, upaya pencegahan.

Latar Belakang
nasi pelanggaran hukum yang dilakukan oleh guru.
Tujuan negara untuk mencerdaskan Konsekuensinya, maka pemerintah berkewajiban
kehidupan bangsa, dituangkan dalam Alinea IV me­ningkatkan profesionalitas guru mulai dari sisi
Pembukaan dan Pasal 31 Undang-undang Dasar akademik hingga memberikan tunjangan profesi
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD dalam rangka peningkatan kesejahteraannya. Ada
1945). Sebagai aturan pelaksanaannya, maka legis- berbagai strategi yang dilakukan oleh pemerintah.
lator mengembangkan instrumen melalui Undang- Pertama, meningkatkan jenjang pendidikan guru
undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem dengan memberikan beasiswa. Kedua, mening-
Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) dan Undang- katkan profesi dengan program sertifikasi guru
undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan antara lain melalui jalur Program Latihan Pendi-
Dosen (UU Guru dan Dosen). Tujuannya demi dikan Guru (PLPG), dan Pelatihan Profesi Guru
meningkatkan profesionalitas dan kesejahteraan (PPG). Melalui program tersebut, kemampuan
guru, sebagai upaya preventif dalam mengelimi- profesionalitas guru semakin terjamin. Ketiga,

182
Pudji Astuti, Etika Profesi Sebagai Upaya Preventif untuk... 183

memberikan tunjangan profesi bagi guru yang temannya juga menjadi korban karena salah
telah memperoleh sertifikat pendidik. Sementara me­ ngerjakan pekerjaan rumah. Kepala Ajeng
itu, sejumlah pemerintah daerah juga memberikan dipukul dengan buku pe­kerjaan rumah. Buku­nya
insentif tambahan tunjangan jabatan guru. kemudian dirobek-robekdan dilempar. Ketika
Penjaminan atas keprofesionalitasan guru, di­konfirmasi, Kepala Sekolah SDN 23 Pagi,
didasarkan pada UU Sisdiknas, UU Guru Susiwi Astuti mengatakan, perlakuan keras guru
dan Dosen, serta Peraturan Pemerintah (PP) itu masih wajar. “Itu cuma masalah sepele. Kalau
Nomor 74 Tahun 2008 tentang Sertifikasi Guru. enggak mau dimarahi, ya enggak usah sekolah,”
Selain menjadi landasan penerapan sertifikasi kata Susiwi pada 9 September 20122.Contoh lain
guru, pe­ rundangan tersebut memberikan ruang adalah kekerasan yang dilakukan oleh Guru SDN
bagi guru untuk mengembangkan organisasi Tulusrejo IV, Kota Malang. Karena tidak menger-
profesi. Melalui organisasi profesi, Kode Etik jakan tugas, guru tersebut menampar kelima
Guru dapat dilahirkan dan diterapkan, sehingga siswanya, salah satunya AY. Selain menampar, ia
dapat me­ ngontrol dan menjaga perilaku guru. merobek buku siswa tersebut3.
Tahun 2008, Persatuan Guru Republik Indonesia Kekerasan anak di sekolah disadari atau tidak
(PGRI) sebagai organisasi profesi guru berhasil telah menjadi bagian dalam kehidupan sekolah.
mengembangkan Kode Etik Guru. Namun, sejak Ini terbukti dari 1.000 siswa mulai dari jenjang
di-launching, justru terjadi peristiwa yang menun- SD sederajat hingga SMA sederajat di sembilan
jukkan ketidakprofesionalitasan guru. Pelang- propinsi Indonesia yang disurvei oleh Komisi
garan hukum terjadi di bidang akademik, bahwa Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), 87,6%
ada dugaan keterlibatan guru dalam kecurangan mengaku pernah mengalaminya. Dari jumlah
Ujian Nasional (UNAS), mulai dari SD Gadel, itu, 29,9% siswa mengaku bahwa pelakunya
Surabaya hingga SD Pesanggrahan, Jakarta1. adalah gurunya sendiri4. Bila mengikuti pendapat
Bentuk lain perilaku guru yang dinilai oleh Jamaluddin Ancok, kekerasan guru terjadi karena
masyarakat sebagai ketidak­profesionalitasan guru beban guru yang tinggi akibat program sertifikasi
adalah kekerasan kepada siswa pada saat penga- guru dan tunjangan profesionalitas di satu sisi.5
jaran di sekolah. Perilaku ini menjadi sangat Di sisi lain, sekolah lebih mengedepankan aspek
disoroti tidak saja oleh masyarakat, tetapi juga kognitif dalam mendidik anak dan mengabaikan
sejumlah pihak, seperti lembaga perlindungan pendidikan budaya dan karakter.
anak. Kekerasan itu tidak saja berupa fisik, tetapi Sementara itu, Federasi Serikat Guru Indo-
simbolik, atau kedua-duanya dilakukan secara nesia (FSGI) menilai kekerasan itu tidak terlepas
bersamaan. Di tahun 2012 misalnya, ada kasus dari pendekatan behavioristik yang masih
kekerasan guru terhadap siswi bernama Siti dilakukan di Indonesia di satu sisi. Di sisi lain,
Maisaroh, 8 tahun, siswi Kelas III SDN 3 Pagi melalui Kode Etik Guru yang dikembangkan oleh
Tugu Utara, Koja, Jakarta. Menurut siswi tersebut, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), guru
ia dihukum guru­nya karena tidak mengerjakan masih diberi ruang untuk melakukan hal tersebut6.
pekerjaan rumah. Meski sudah mengerjakan Peluang tindak kekerasan guru itu ditunjukkan
ulangan, Siti Maisaroh tetap diberi nilai nol, meski pada pasal 6 ayat (1) huruf f Kode Etik Guru
jawaban soal itu benar. Guru tersebut menulis tentang hubungan guru dan peserta didik yang
angka ‘nol’  dengan sangat besar di halaman buku berbunyi”…Guru menjalin hubungan dengan
anak itu. Pada angka nol yang di­tulis, guru meng- peserta didik yang dilandasi rasa kasih sayang
gambar wajah orang dengan dua mata dan hidung dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan
mirip angka enam. Selain Siti Maisaroh, Ajeng, fisik yang di luar batas kaidah pendidikan….”.

1 Kompas, 15 Juni 2011, Kronologi Nyontek Massal Di SD Pesanggrahan.


2 Kompas, 23 September 2012, Siswa SD Negeri 23 Laporkan Kekerasan Oleh Guru.
3 Kompas, 29 Nopember 2012, Siswa Ditampar Guru Karena Tak Mengumpulkan Tugas.
4 Kompas, 30 Juli 2012, Kekerasan Di Sekolah Pernah Dialami 87,6 Persen Siswa. Dan ABC Australia, 20 Desember 2012, Kekerasan
Di Sekolah Meningkat, Mendesak KebijakanSekolah Ramah Anak.
5 Jamaludin Ancok, 4-10 Juni 2012, Kekerasan Di Balik Dinding Sekolah, Prioritas.
6 Berita Satu, 27 Januari 2013, FSGI Akui Kekerasan Kerap Terjadi Di Sekolah.
184 ARENA HUKUM Volume 6, Nomor 3, Desember 2012, Halaman 155-226

Dalam pemahaman ini, selama kekerasan itu dalam tulisan ini adalah:Apakah Etika Profesi
berada dalam batas kaidah pendidikan, guru boleh Guru dapat digunakan sebagai upaya preventif
melakukannya. dalam mengeliminasi pelanggaran hukum yang
Hubungan antara pelanggaran hukum yang dilakukan oleh guru tanpa menimbulkan akibat
dilakukan guru dan Kode Etik Guru menjadi yang negatif?
menarik untuk dikaji. Pelanggaran hukum yang
dilakukan guru terekam oleh masyarakat melalui Pembahasan
media massa terjadi pada saat sebelum Kode Etik Pasal 1 angka 1 UU Sisdiknas diatur bahwa
Guru diimplementasikan. Kode Etik Guru mulai pendidikan sebagai : “Usaha sadar dan terencana
diimplementasikan pada tanggal 1 Januari 2013, untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
mengingat Dewan Kehormatan Profesi Guru yang pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat
bertugas mensosialisasi, mengimplementasikan mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
dan mengkontrol berlakunya Kode Etik Guru baru kekuatan spiritual atau keagamaan, pengendalian
terbentuk pada bulan Pebruari 20117. Konsekuen- diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
sinya, konflik antara siswa, orangtua dan guru ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
berkaitan dengan pelanggaran hukum yang bangsa dan negara”. Karena itu, kebijakan di
dilakukan oleh guru dapat diselesaikan dengan bidang pendidikan merupakan faktor yang perlu
cara, pertama penyelesaian di kantor polisi. Kedua diperhatikan.
melalui jalan perdamaian antara pihak keluarga Pendidikan sebagai proses pembentukan
siswa dan sekolah, yang biasa dilakukan bila manusia yang bermoral, berpengetahuan, berke-
pelanggaran hukum dipahami baik oleh orang­tua pribadian dan trampil (manusia seutuhnya) dapat
dan pihak sekolah sebagai bagian yang “wajar” ditempuh melalui jalur pendidikan formal, non
dalam proses pendidik­ an. Ketiga pelanggaran formal ataupun in formal. Membentuk manusia
hukum yang dilakukan oleh guru di­ selesaikan seutuhnya yang bermoral dan berkepribadian,
melalui proses hukum bila menyangkut masalah berarti membina kesehatan jiwa seseorang. Hal
kekerasan yang meng­ hilang­
kan nyawa dan ini merupakan salah satu upaya preventif dalam
kesesusilaan. menanggulangi perilaku guru yang melanggar
Upaya represif dalam penyelesaian pelang- hukum dalam melaksanakan tugasnya. Sesuai
garan-pelanggaran hukum di atas sering kali pendapat Hoefnagels yang dikutip Barda
menimbulkan kesalahpahaman di masyarakat, Nawawi Arief, bahwa: “ Pencegahan kejahatan
membutuhkan waktu, tenaga dan biaya yang sebenarnya ada pada pribadi manusia itu sendiri”8.
cukup banyak, dapat menimbulkan cap (labeling) Pada Kongres PBB yang ke-6 ditegaskan bahwa:
yang susah untuk dihilangkan. Adanya cap ”Strategi pencegahan kejahatan harus didasarkan
mengakibatkan pelaku susah diterima dalam pada usaha membangkitkan semangat/jiwa
kelompok sosialnya, sehingga ia menjadi terkucil manusia dan usaha memperkuat kembali keya-
dan bersosialisasi dengan kelompok yang juga kinan akan kemampuan untuk berbuat baik”9.
mendapatkan cap yang sama, hal ini dapat menjadi Sehingga melalui proses pendidikan diharapkan
penyebab timbulnya pelanggaraan hukum baru pembentukan dan pembinaan kesehatan jiwa
atau pengulangan. Untuk itu perlu dipikirkan masyarakat dapat menjadi faktor anti kriminogen.
upaya lain yang dapat mengeliminasi pelanggaran Pasal 36 ayat (3) UU Sisdiknas mengatur
hukum yang dilakukan oleh guru tanpa menim- tentang kurikulum Pendidikan Nasional. Pasal
bulkan akibat negatif. tersebut menekankan bahwa kurikulum yang
Berkaitan dengan Kode Etik Guru yang disusun oleh setiap lembaga pendidikan harus
diterbitkan oleh PGRI dan belum sempat disosia- memperhatikan faktor-faktor yang berkaitan
lisasikan, karena perangkatnya baru terbentuk dengan pembinaan kesehatan jiwa siswa, seperti
pada bulan Pebruari 2011, maka timbul pertanyaan faktor peningkatan iman dan takwa, faktor pening-

7 Vivanews, 8 Desember 2012, Tingkatkan Mutu Pendidikan, Kode Etik Guru Berlaku Tahun 2013.
8 Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Citra Aditya Bhakti, Bandung,1996, hlm. 49.
9 Ibid., hlm.55.
Pudji Astuti, Etika Profesi Sebagai Upaya Preventif untuk... 185

katan akhlak mulia, faktor agama, dan nilai-nilai berjalan efektif jika dalam kebijakan penggu-
kebangsaan. Faktor-faktor ini sangat dibutuhkan naannya melalui pendekatan humanitis, meng-
siswa agar dapat mempertahankan dan berbuat ingat pelanggaran hukum itu sendiri merupakan
sesuai dengan nilai kebaikan dan kebenaran. gejala kemanusiaan.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk Ted Honderich berpendapat suatu pidana
meningkatkan pendidikan, namun untuk dapat disebut sebagai alat pencegah yang ekon-
mencapai apa yang dimaksud Pasal 1 butir 1 UU omis (economical deterrents) apabila dipenuhi
Sisdiknas, tidaklah mudah, karena keberhasilan syarat-syarat sebagai berikut :
Sistem Pendidikan Nasional bergantung pada a) pidana itu sungguh-sungguh mencegah.
komponen-komponen pendidikan. Berdasarkan
b) pidana itu tidak menyebabkan timbulnya
Pasal 1 butir 3 UU Sisdiknas dinyatakan bahwa
keadaan yang lebih berbahaya atau meru-
“Sistem Pendidikan Nasional merupakan keselu-
gikan daripada yang akan terjadi apabila
ruhan komponen pendidikan yang saling terkait
pidana itu tidak dikenakan atau memperha-
secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan
tikan akibatnya.
nasional”. Jadi bekerjanya Sistem Pendidikan
c) tidak ada pidana lain yang dapat mencegah
Nasional dalam mencapai tujuan pendidikan
secara efeketif dengan bahaya/kerugian yang
sangat bergantung pada komponen-komponen
lebih kecil.11
pendidikan yang saling terkait satu sama lain,
seperti lembaga pendidikan, pemerintah, pendidik, Jika dilihat dari pendapat di atas, maka peng-
siswa, sarana dan prasarana, dan masih banyak gunaan upaya represif dalam menanggulangi
lagi. Selama proses pendidikan tidak menutup pelanggaran hukum memerlukan persyaratan-
kemungkinan terjadinya pelanggaran hukum yang persyaratan yang harus diperhatikan dalam
dilakukan oleh komponen-komponen pendidikan, penerapannya. Karena itu dalam menanggulangi
seperti lembaga pendidikan, siswa, pihak ke pelanggaran hukum yang dilakukan komponen-
tiga, bahkan dari pendidik sendiri, maka tujuan komponen pendidikan juga dapat diintegrasikan
pendidikan tidak akan tercapai. Sehingga perlu dengan penggunaan upaya preventif.
adanya penanganan secara serius dalam menang- Upaya preventif merupakan upaya penang-
gulangi pelanggaran-pelanggaran hukum di gulangan pelanggaran hukum yang dilakukan
bidang pendidikan, baik secara represif maupun oleh komponen-komponen di bidang pendi-
preventif. dikan sebelum pelanggaran itu terjadi. Jadi upaya
Upaya represif merupakan cara yang digu- preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya
nakan bila telah terjadi pelanggaran hukum yang pelanggaran hukum di bidang pendidikan yang
dilakukan oleh komponen-komponen di bidang mempunyai sasaran utama yaitu menangani
pendidikan dengan tujuan menakut-nakuti ataupun faktor-faktor kondusif penyebab terjadinya
membuat jera pelakunya sehingga tidak akan pelanggaran. Baik faktor-faktor yang berpusat
mengulangi perbuatannya lagi. Pendapat John pada permasalahan atau kondisi sosial yang secara
Kaplan yang dikutip Muladi dan Barda Nawawi langsung maupun tidak langsung dapat menim-
Arief disebutkan bahwa : “tujuan pemidanaan bulkan pelanggaran hukum di bidang pendi-
yang lain adalah : dikan. Seperti faktor lingkungan, faktor keluarga,
keadaan ekonomi, pergaulan sosial, agama yang
a) untuk menghindari balas dendam (Avoidance
di lihat dari segi siswa, pendidik maupun dari
of blood feuds)
lembaganya serta hal-hal lain yang dapat mendu-
b) adanya pengaruh yang bersifat mendidik (the
kung terjadinya pelanggaran hukum di bidang
educational effect)
pendidikan.
c) mempunyai fungsi memelihara perdamaian Upaya penanggulangan pelanggaran hukum
(the peace-keeping function)”.10 yang dilakukan oleh guru di bidang pendidikan
Namun demikian upaya represif ini dapat

10 Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-teori dan Kebijakan Pidana, Alumni, Bandung, 1984, hlm. 20.
11 Ibid., hlm. 165.
186 ARENA HUKUM Volume 6, Nomor 3, Desember 2012, Halaman 155-226

melalui upaya preventif juga diatur di dalam maka dikeluarkanlah UU Nomor 14 Tahun 2005
UU Sisdiknas dan UU Guru dan Dosen. Untuk tentang Guru dan Dosen yang berisi tentang
menanggulangi faktor ekonomi misalnya digu- pengaturan dan pengembangan fungsi guru dan
nakan program pemberian tunjangan profesional. dosen sebagai profesi yang bermartabat.
Program ini wajib diikuti oleh guru melalui Guru sebagai tenaga profesional memiliki
program Sertifikasi Guru, sebagaimana diatur kode etik sebagai upaya menciptakan dan menjaga
Pasal 8 sampai dengan Pasal 13 UU Sisdiknas. ketertiban hidup dalam masyarakat ketika hukum
Pasal-pasal ini mempunyai tujuan preventif tidak berfungsi secara efektif. Etika profesi
yaitu untuk menghilangkan penyebab terjadinya Guru dapat digunakan sebagai salah satu sarana
pelanggaran hukum yang dilakukan oleh guru preventif dalam mengeliminasi terjadinya pelang-
karena faktor perekonomian. Dipertegas lagi garan-pelanggaran hukum di bidang pendidikan.
dengan Pasal 42 ayat (1) UU Sisdiknas disebutkan Profesi menurut Soetandyo mempunyai arti:
: “Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum “suatu kegiatan kerja, khusus yang mempunyai
dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan tiga kriteria ciri yang secara mutlak harus ada, ciri
mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memi- tersebut adalah :
liki kemampuan untuk mewujudkan tujuan a) Adanya itikad pekerjaan yang dinyatakan
pendidikan nasional”. Jelas UU Sisdiknas juga dalam suatu ikrar atau sumpah di muka
mengatur penanggulangan pelanggaran hukum umum untuk melakukan kegiatan yang
yang dilakukan oleh guru di bidang pendidikan diakui dan dijunjung tinggi oleh masyarakat
dengan jalan menghilangkan penyebabnya yaitu sebagai suatu kebajikan, sehingga tidak
faktor ekonominya. mengharapkan imbalan atas jasanya;
Di Bidang pendidikan, komponen guru meru-
b) Penguasaan atas suatu kemahiran teknis
pakan komponen yang utama dalam proses pendi-
bermutu tinggi yang dapat digunakan untuk
dikan, mengingat guru mempunyai kedudukan dan
merealisasikan kebajikan tersebut dengan
peran yang paling dominan dalam pelaksanaan
baik;
pendidikan dan pengajaran.Pendidik sebagai salah
satu pilar pelaksana pembangunan dan pembinaan c) Adanya kesediaan para profesional untuk
mental bangsa dituntut memiliki integritas dan tunduk pada kode etik yang disepakati
kemampuan profesional yang tinggi agar mampu bersama dalam organisasi profesional secara
melaksanakan darma baktinya dalam mencer- suka rela dan ikhlas, sebagai kontrol terhadap
daskan dan mensejahterakan kehidupan bangsa. profesionalismenya.“12
Dapat dibayangkan bagaimana masa depan bangsa Menurut G. Millerson dalam bukunya Igna-
dan negara seandainya terjadi pelanggaran hukum tius Ridwan Widyadharma mengatakan bahwa
yang dilakukan guru, mengingat guru mempunyai “ciri dari profesional adalah :
kewajiban dan peran yang sangat penting dalam a) Mempunyai ketrampilan yang berdasarkan
mengembangkan bukan hanya ketrampilan anak pada pengetahuan teoritis;
bangsa tetapi juga pengetahuan, kepribadian, b) Penyediaan latihan dan pendidikan;
dan moralnya. Pendidik mempunyai kewajiban
c) Pengujian kemampuan anggota;
untuk memberi teladan bagi siswanya. Pasal 40
(2) butir c UU Sisdiknas mengatur mengenai d) Organisasi;
kewajiban guru yang berbunyi : “Memberi e) Kepatuhan kepada suatu peraturan man-
teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi profesional;
dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang f) Jasa/pelayanan yang sifatnya altruistik.13
diberikan kepadanya”. Dalam rangka mengelimi- Pasal 1 angka 4 UU Nomor 14 Tahun 2005
nasi terjadinya pelanggaran-pelanggaran hukum tentang Guru dan Dosen disebutkan : “Profesional
di bidang pendidikan yang dilakukan oleh guru, adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan

12 Soetandyo Wignyosubroto, Hukum dalam Masyarakat Perkembangan dan Masalah Sebuah Pengantar Ke Arah Kajian Sosiologi
Hukum, Bayu Media Publishing, Malang, 2007, hlm. 212-213.
13 Ignatius Ridwan Widyadharma, Etika Profesi Hukum, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang,1996,hlm. 39.
Pudji Astuti, Etika Profesi Sebagai Upaya Preventif untuk... 187

oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan mencapai kedewasaan sebagai calon pemimpin
kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, bangsa pada semua bidang kehidupan. Guru
atau kecakapan yang memenuhi standar mutu harus dapat menjadi tauladan, menjadi insan yang
atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan dapat ditiru baik dalam kehidupan bermasyarakat,
profesi”. Berdasarkan ciri-ciri tersebut, maka berbangsa ataupun bernegara
tenaga profesional adalah tenaga yang mempu- Kode Etik Guru yang disepakati oleh guru-
nyai keahlian dan bekerja demi kebajikan dan guru untuk dijadikan pedoman dalam berperilaku
kepentingan umum serta harus tunduk pada etika saat menjalankan tugasnya sebagai pendidik,
profesi yang disusun oleh organisasi profesi itu anggota masyarakat dan warga negara bersumber
sendiri sebagai kontrol atas kualitas pelayanannya pada berbagai nilai. Pasal 5 Kode Etik Guru yang
pada masyarakat. disusun oleh PGRI menyebutkan bahwa
Kontrol atas keahlian dan perilaku etis kaum “Kode Etik Guru Indonesia bersumber dari :
profesional pertama-tama berasal dari organisasi a) Nilai-nilai agama dan Pancasila
profesi itu sendiri yang pelaksanaannya diawasi
b) Nilai-nilai kompetensi paedagogik, kompe-
oleh suatu Dewan Kehormatan Profesi yang
tensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
dibentuk khusus untuk menegakkan berlakunya
kompetensi profesional.
etika profesi. Jelas di sini bahwa kalangan profesi
harus mengutamakan kebajikan dalam melak- c) Nilai-nilai jati diri, harkat dan martabat
sanakan profesinya, dan untuk menjalankan keba- manusia yang meliputi perkembangan
jikan tersebut perlu ditunjang dengan keahlian kesehatan jasmaniah, emosional, intelektual,
teknisnya, sedangkan etika profesi sebagai sosial, dan spiritual.“
kontrolnya. Bunyi Pasal 5 Kode Etik Guru ini benar-
Guru merupakan tenaga pendidik, dinyatakan benar dapat digunakan sebagai upaya mencegah
sebagai tenaga profesional berdasarkan UU Guru terjadinya pelanggaran hukum di bidang pendi-
dan Dosen, sehingga guru juga terikat dengan etika dikan yang dilakukan oleh guru, karena dapat
profesinya. Etika profesi yang berlaku bagi guru menjaga kualitas dan perilaku guru dalam
disusun oleh organisasi profesi guru PGRI yang menjalankan profesinya. Upaya ini dapat tereal-
pelaksanaannya diawasi oleh Dewan Kehormatan isasi jika Kode Etik Guru benar-benar diimple-
Profesi Guru yang dibentuk oleh PGRI sendiri. mentasikan, dijaga dan ditaati. Artinya jika terjadi
Berdasarkan Pasal 41 UU Guru dan Dosen, maka pelanggaran atas Kode Etik Guru, maka sanksi
guru-guru diwajibkan membentuk organisasi yang diancamkan harus benar-benar dijatuhkan
profesi dan setiap guru wajib menjadi anggota oleh Dewan Kehormatan Profesi Guru Indonesia
organisasi profesi tersebut. Upaya ini merupakan pada guru yang melanggarnya.
langkah preventif untuk mengeliminasi faktor- Kenyataannya Dewan Kehormatan Profesi
faktor penyebab terjadinya pelanggaran-pelang- Guru Indonesia baru dibentuk tiga tahun setelah
garan hukum di bidang pendidikan yang dilakukan disepakatinya Kode Etik Guru oleh PGRI,
oleh guru, sehingga dapat mencegah terjadinya tepatnya pada bulan Pebruari Tahun 2011. Ini
tindak pidana di bidang pendidikan. berarti Kode Etik Guru selama ini belum diimple-
Kode Etik Guru yang disusun oleh PGRI mentasikan, karena perangkat kelengkapan yang
telah diikrarkan dalam Kongres PGRI XX bertugas menegakkan Etika Profesi Guru tersebut
Tahun 2008 di Palembang yang bertujuan dan baru terbentuk.
bertekad menjadikan guru sebagai pendidik Berdasarkan Pasal 9 Kode Etik Guru, yang
yang andal untuk mewujudkan tujuan pendidikan berwenang mensosialisasikan, mengimplemen-
nasional yaitu mengembangkan potensi siswa tasikan, mengkontrol dan yang memberikan
untuk menjadi manusia seutuhnya. Guru tidak sanksi bagi guru yang melanggar Kode Etik Guru
hanya dituntut andal dalam bidang keilmuannya, adalah Dewan Kehormatan Profesi Guru Indo-
tetapi dituntut memiliki kompetensi paedagogik, nesia yang dibentuk oleh PGRI sendiri. Selain
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan itu Dewan Kehormatan Profesi Guru Indonesia
kompetensi profesional. Artinya guru dituntut mempunyai tugas memberikan saran, pendapat,
untuk bertanggung jawab mengantarkan siswanya pertimbangan, penilaian, penegakan dan sanksi
188 ARENA HUKUM Volume 6, Nomor 3, Desember 2012, Halaman 155-226

pelanggaran disiplin organisasi dan Etika Profesi paedagogis digunakan parameter pelaksanaan
Guru. Dibentuknya Dewan Kehormatan Profesi pendidikan sesuai dengan standar, yaitu visi, misi,
Guru Indonesia ini diharapkan dapat segera prosedur operasional dan lain-lain Untuk menilai
menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya, perilaku profesional digunakan pedoman perilaku
sehingga dapat mencegah terjadinya pelanggaran profesional yang disusun oleh organisasi profesi
hukum yang dilakukan oleh guru di bidang pendi- seperti PGRI atau IGI (Ikatan Guru Indonesia).
dikan sebagaimana tujuan dibentuknya Organisasi Jika ditemukan penyimpangan kinerja ataupun
Profesi Guru. perilaku yang serius, maka Dewan Kehor-
Berdasarkan UU Guru dan Dosen, guru matan Organisasi Profesi Guru Indonesia dapat
dalam menjalankan profesinya terikat dengan menjatuhkan sanksi disiplin yang diharapkan
kontrak sosial yang berupa etika profesi. Etika dapat memberi efek pencegahan pengulangan dan
Profesi Guru menuntut guru dalam melakukan pelanggaran hukum.
tugas harus sesuai dengan profesinya sebagai Organisasi profesi Guru di samping berfungsi
pendidik yang dilandasi dengan filosofi pendi- sebagai pengontrol perilaku guru dalam melaksa-
dikan yaitu “ menjadikan baik siswa, baik dari nakan profesinya, juga berkewajiban memberikan
segi moral, pengetahuan dan ketrampilannya atau perlindungan terhadap harkat dan martabat guru
menjadikan siswa menjadi manusia seutuhnya”. dari segala ancaman yang dapat melecehkan
Kontrak sosial antara guru dengan masyarakat kedudukan guru sebagai tenaga pendidik (profe-
telah memberi kewenangan kepada para guru sional). Ini tertuang dalam Anggaran Dasar Orga-
untuk mengatur diri mereka sendiri, sebaliknya nisasi Profesi Guru PGRI dalam Pembukaannya
guru harus memberikan pelayanan yang bermutu alinea 7 yang berbunyi
kepada masyarakat. Pada profesi guru, masyarakat “Guru sebagai salah satu pilar pelaksana
melalui Organisasi Profesi Guru (seperti PGRI) pembangunan pendidikan dituntut memi-
memberi kewenangan untuk menyusun etika liki integritas dan kemampuan profesional
profesi yang dapat digunakan oleh guru sebagai yang tinggi agar mampu melaksanakan
pedoman melaksanakan tugasnya dengan layak darma baktinya dalam mencerdaskan kehi-
untuk memproteksi masyarakat. dupan bangsa. PGRI bertujuan dan berupaya
Pengawasan terhadap guru dalam melak- membina, mempertahankan, dan mening-
sanakan tugasnya dilakukan oleh Organisasi katkan harkat dan martabat guru melalui
Profesi Guru melalui Dewan Kehormatan yang peningkatan kemampuan profesionalnya dan
dibentuk oleh Organisasi profesional itu sendiri. kesejahteraan guru beserta keluarganya”.
Jika Organisasi Profesi Guru membiarkan guru
bekerja tidak sesuai disiplin profesi serta tidak Pembukaan Anggaran Dasar Organisasi
melandaskan pada Etika Profesi Guru maka akan Profesi Guru PGRI, menunjukkan peranan orga-
muncul ketidakpercayaan masyarakat kepada nisasi profesi ini sangat penting dalam menunjang
profesi yang selama ini dianggap sebagai profesi pelaksanaan pendidikan dan dalam mencegah
luhur. Tugas Organisasi Profesi Guru melakukan pelanggaran hukum di bidang pendidikan, meng-
penegakkan Etika Profesi bagi guru yang diduga ingat fungsi organisasi profesi lebih mengarah
melakukan pelanggaran etika profesi yang pada fungsi pencegahan terjadinya pelanggaran
menyimpang dari standart profesinya sehingga Hukum di bidang pendidikan.
membahayakan perkembangan siswanya. Orga- Kenyataannya organisasi profesi guru
nisasi Profesi Guru juga bertugas menjamin (PGRI) belum mempunyai Dewan Kehormatan
kelayakan guru dalam melaksanakan tugasnya. Profesi Guru. Dewan Kehormatan Profesi Guru
Kelayakan yang dimaksud di sini adalah kela- baru dibentuk tanggal 12 Pebruari 2011. Pemben-
yakan dari segi pengetahuan, ketrampilan maupun tukan Dewan Kehormatan Profesi Guru dilatarbe-
perilakunya. lakangi adanya UU Guru dan Dosen yang mene-
Penegakkan disiplin profesi dimaksudkan tapkan bahwa pekerjaan guru merupakan peker-
untuk menilai 3 aspek yaitu kinerja paeda- jaan profesional, sehingga harus tunduk pada etika
gogis, perilaku profesional dan kelayakan fisik profesi yang penegakkannya merupakan tanggung
atau mental pendidik. Dalam penilaian kinerja jawab Dewan Kehormatan Organisasi Profesi
Pudji Astuti, Etika Profesi Sebagai Upaya Preventif untuk... 189

Guru. Selain itu Pembentukan Dewan Kehor- berhasil atau tidak akan dapat dilaksanakan.“14
matan Profesi Guru merupakan realisasi dari kepu- Hukum pidana yang berfungsi sebagai
tusan Kongres PGRI ke XX pada bulan Juli 2008 ultimum remidium, meletakkan sanksi pidana
yang dilaksanakan di Palembang. Karena Dewan sebagai sanksi terakhir yang diancamkan. Namun
Kehormatan Profesi Guru baru terbentuk, maka demikian jika upaya preventifl ini tidak dita-
saat ini masih dalam tahap persiapan untuk melak- ngani secara serius, maka dapat mengakibatkan
sanakan apa yang menjadi tugasnya sesuai dengan terjadinya pelanggaran hukum yang lebih serius.
isi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tang- Untuk itu perlu adanya keterpaduan antara pelak-
ganya, sehingga belum dapat berfungsi seperti apa sanaan upaya preventif dan represif.
yang diharapkan. Keunggulan upaya preventif dalam menge-
Sebenarnya PGRI sudah cukup lama menyu- liminasi pelanggaran hukum di bidang pendidikan
sun Etika Profesi Guru, namun belum terso- ini, maka perlu mengaktifkan Organisasi Profesi
sialisasi dengan baik, sehingga sebagian besar Guru dalam menjalankan tugasnya demi pening-
anggota belum mengetahuinya. Selama ini PGRI katan kualitas guru, baik dari segi paedagogis,
lebih banyak melakukan kegiatan yang berkaitan pengetahuan maupun ketrampilannya. Organisasi
dengan peningkatan kualitas organisasinya Profesi Guru berperan melakukan pencegahan
dan kualitas guru dalam bidang keilmuan dan agar tidak terjadi pelanggaran hukum di bidang
ketrampilannya saja, belum menyentuh bidang pendidikan yang dilakukan oleh guru. Untuk
moralnya. mencapai tujuan ini, maka Dewan Kehormatan
Upaya preventif dalam mengeliminasi Profesi Guru harus segera melaksanakan tugasnya
pelanggaran hukum di bidang pendidikan seba- mensosialisasikan dan mengimplentasikan dan
gaimana digambarkan di atas, merupakan sarana menegakkan Etika Profesi Guru yang tercantum
yang efisien bila dibandingkan dengan upaya dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
represif, karena upaya preventif lebih bersifat Tangganya, sehingga guru dapat terjaga harkat
mencegah dan tidak menimbulkan cap (labeling) dan martabatnya.
yang berakibat buruk bagi pelaku. Selain itu UU Guru dan Dosen sebagai UU yang
upaya preventif bertujuan untuk menghilangkan mendasari diwajibkannya setiap guru menjadi
faktor-faktor yang dapat menimbulkan pelang- anggota Organisasi Profesi Guru diundangkan
garan hukum lebih dapat menghemat biaya, tahun 2005, dan organisasi guru PGRI telah
waktu, tenaga, dan dapat mengurangi dampak berdiri mulai tahun 1945. Namun demikian PGRI
adanya pemidanaan. Lebih-lebih jika diperhatikan sebagai Organisasi Profesi Guru belum mempu-
pendapat Nigel Walker bahwa : nyai Dewan Kehormatan, dan baru enam tahun
”Hukum pidana tidak boleh digunakan untuk: setelah UU Guru dan Dosen disahkan dibentuklah
1. tujuan pembalasan; Dewan Kehormatan Profesi Guru Indonesia oleh
PGRI. Harapan masyarakat Dewan Kehormatan
2. terhadap perbuatan yang tidak menimbulkan
Organisasi Profesi ini dapat segera berkiprah.
korban dan/kerugian;
3. bila mana masih ada sarana lain yang lebih Kesimpulan
efektifdan dengan kerugian yang lebih
sedikit dalam menanggulangi perbuatan yang Pelanggaran hukum yang dilakukan oleh
dianggap tercela; guru dapat dieliminiasi melalui upaya preventif,
yaitu dengan menerapkan Etika Profesi Guru
4. bila dampak negatif pidana lebih besar dari-
yang disusun oleh Organisasi Profesi Guru sesuai
pada tindak pidana;
dengan amanat UU Sisdiknas dan UU Guru dan
5. apabila tidak mendapat dukungan publik yang Dosen. Upaya preventif ini lebih efektif dan
kuat; efisiensi jika dibandingkan dengan upaya represif,
6. apabila sudah diperhitungkan tidak akan karena mencegah lebih baik dari pada mengobati,

14 Didik Endro Purwoleksono, Pidato Pengukuhan Guru Besar “Pengaturan Sanksi Pidana Dalam Ketentuan Undang-undang”, Univer-
sitas Airlangga, Surabaya, 2008, hlm.13.
190 ARENA HUKUM Volume 6, Nomor 3, Desember 2012, Halaman 155-226

mengobati memerlukan tenaga, waktu, dan biaya sebagai lembaga yang bertanggung jawab dalam
yang besar serta memulihkan keadaan seperti upaya pencegahan terjadinya pelanggaran hukum
semula lebih sulit dari pada mencegahnya. Namun yang dilakukan guru dalam melaksanakan tugas
demikian jika upaya preventif ini tidak dilakukan mulianya.
dengan serius dan tanpa diintegrasikan dengan Pentingnya Etika Profesi Guru dalam menge-
upaya represif, maka akibatnya akan menjadi lebih liminasi pelanggaran hukum yang dilakukan oleh
buruk, karena itu pelaksanaan upaya preventif dan guru, maka masyarakat sebagai konsumen harus
represif harus dilaksanakan secara terintegrsi. ikut berperan sebagai kontrol pelaksanaan Etika
Sosialisasi, implementasi dan pengawasan Profesi Guru. Kontrol tersebut dapat dilakukan
Etika Profesi Guru menjadi tanggung jawab melalui pengawasan kerja Dewan Kehormatan
Dewan Kehormatan Profesi Guru Indonesia yang Profesi Guru Indonesia dan memberikan penilaian
telah terbentuk pada bulan Pebruari tahun 2011, kualitas serta perilaku guru dalam menjalankan
Untuk itu Dewan Kehormatan Profesi Guru Indo- tugas mulianya apakah masih melanggar hukum
nesia harus bekerja keras melaksanakan perannya atau tidak.

DAFTAR PUSTAKA

Buku
Barda Nawawi Arief, 1996, Bunga Rampai Berita Satu, 27 Januari 2013, FSGI Akui
Kebijakan Hukum Pidana, Citra Aditya Kekerasan Kerap Terjadi Di Sekolah.
Bhakti, Bandung. Jamaludin Ancok, 4-10 Juni 2012, Kekerasan Di
Didik Endro Purwoleksono, 2008, Pidato Pengu- Balik Dinding Sekolah, Prioritas.
kuhan Guru Besar “Pengaturan Sanksi Kompas, 15 Juni 2011, Kronologi Nyontek
Pidana Dalam Ketentuan Undang- Massal Di SD Pesanggrahan.
undang”, Universitas Airlangga, Sura- Kompas, 23 September 2012, Siswa SD Negeri
baya. 23 Laporkan Kekerasan Oleh Guru.
Ignatius Ridwan Widyadharma, 1996, Etika Kompas, 29 Nopember 2012, Siswa Ditampar
Profesi Hukum, Badan Penerbit Univer- Guru Karena Tak Mengumpulkan
sitas Diponegoro, Semarang. Tugas.
Muladi dan Barda Nawawi Arief, 1984, Teori- Kompas, 30 Juli 2012, Kekerasan Di Sekolah
teori dan Kebijakan Pidana, Alumni, Pernah Dialami 87,6 Persen Siswa.
Bandung. Vivanews, 8 Desember 2012, Tingkatkan Mutu
Soetandyo Wignyosubroto, 2007, Hukum Pendidikan, Kode Etik Guru Berlaku
dalam Masyarakat Perkembangan dan Tahun 2013.
Masalah Sebuah Pengantar Ke Arah
Kajian Sosiologi Hukum, Bayu Media Peraturan Perundang-undangan
Publishing, Malang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional.
Artikel Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang
ABC Australia, 20 Desember 2012, Kekerasan Guru dan Dosen.
Di Sekolah Meningkat, Mendesak Kebi- Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008
jakan Sekolah Ramah Anak. tentang Sertifikasi Guru.

Anda mungkin juga menyukai