Anda di halaman 1dari 119

DISFUNGSI SEKSUAL

Blok 26 Modul 4
Kelompok Tutorial 15
Raden Cahyo Raditya 1310245
Alicka Octorevia 1610011
Fransina Natasha 1610015
Daniel MS 1610072
Zola Austin 1610075
Cindy Novalia 1610091
Priska Gabriela 1610121
Samuel 1610163
Anatomi Organ Seksual Pria
Anatomi Penis
1. Radix penis (bagian
terfiksasi) terdiri atas:
- dua crura penis yang
merupakan bagian
proximal corpora
cavernosa, melekat pada
arcus pubicus
- Bulbus penis yang
merupakan bagian
proksimal corpus
spongiosum, melekat
pada membrana perinealis
2. Corpus penis (bagian bebas):

● Tertutup seluruhnya oleh kulit,


merupakan penggabungan dua
bagian proksimal penis, terdiri atas:
- Corpora cavernosa

Pada masing-masing corpus cavernosum


didapatkan a. profunda penis dengan
sinusoid di sekelilingnya

- Corpus spongiosum

Melebar pada ujung distal corpora


cavernosa membentuk glans penis

● Pada tiap corpus cavernosum dan


corpus spongiosum dilapisi jaringan
ikat tunica albuginea
● Corpus penis dilapisi oleh jaringan
ikat fascia penis profunda (Busch’s
fascia)
● Basis penis disokong oleh dua ligamenta:
- Lig. suspensorium penis
- Lig. fundiforme penis
● Didapatkan otot:
- m. ischiocavernosus
- m. bulbospongiosus
- m. transversus perinei superficialis
● Fungsi otot tersebut:
- Mengalirkan darah dari crus penis kearah
corpus penis
- Mengalirkan urine residu dari urethra
setelah miksi
- Emisi pulsatil semen selama ejakulasi
- Menstabilisasi corpus perinealis
perdarahan

● a. dorsalis penis (cabang dari a.


pudenda interna)
● a. Profunda penis
● a. bulbi penis
● v. dorsalis penis

persarafan

● Sensorik dari n. dorsalis penis cabang


n. pudendus (S2-S4)
● Parasimpatis dari n. splanchnicus
pelvicus (S2-S4), masuk ke dalam penis
melalui spatium perinei profundus dan
membrana perinealis untuk
mempersarafi jaringan erektil penis.

Stimulasi arteri pada jaringan erektil penis →


relaksasi → darah mengisi jaringan penis →
ereksi
Mekanisme Ereksi Perifer
Tahapan Proses Emisi dan Ejakulasi

● Mengikuti stimulasi taktil secara terus menerus, mengakibatkan reseptor sensorik pada glans akan
merangsang saraf aferen n. dorsalis penis menuju tractus spinothalamicus menuju thalamus dan
cortex sensorik
● Dari bagian tersebut serabut efferen berjalan melalui batang otak hingga medulla spinalis,
melalui columna anterolateralis ganglia symphaticum T12-L3
● Melalui persarafan simpatis, dilepaskan norepinefrin, bersama dengan oksitosin, endothelin dan
ATP, mengaktifkan mekanisme emisi
● Emisi melibatkan kontraksi otot polos dan sekresi cairan semen dari vesicular seminalis dan
prostat. Dimediasi oleh neurotransmitter NE, OT, Ach dan ATP
● Kemudian m. sphincter urethrae internum berkontraksi untuk mencegah ejakulasi retrograd dan
meningkatkan tekanan saluran kelamin
● Input serotonergic sentral akan menekan dan input dopaminergic D2 akan memfasilitasi reflex
ejakulasi dimodulasi NO dan CO.
● Ductus efferens dan bagian proximal epididymis mula-mula akan mengalami kontraksi
spontan yang diperantarai saraf adrenergik melalui reseptor α-adrenergik
● Sebaliknya, bagian distal dari epididymis dan ductus deferens secara normal tetap tidak
berkontraksi sampai stimulasi saraf simpatis oleh n. hypogastricus diterima selama peristiwa
ejakulasi
● M. ischiocavernosus akan berkontraksi meningkatkan tekanan dalam corpora cavernosa penis
sampai lebih tinggi dibandingkan arteri sistemik. M. bulbospongiosus berkontraksi meningkatkan
penekanan corpus spongiosum dan glans penis sehingga terjadi expulsi semen
● Selama ejakulasi, otot-otot ini sangat aktif dan berperan dalam kekuatan ekspulsi semen
● Seluruh peristiwa ejakulasi diperantarai persarafan simpatis yang dibawa oleh n. hypogastricus
dan otot-ototnya mendapatkan persarafan dari n. pudendus
Fisiologi Libido
● Libido adalah refleks motivasi seksual yg menyebabkan peningkatan
minat seksual pada waktu tertentu.
● Dimana libido dapat dimodulasi oleh beberapa hal :

- pola perilaku yg dipelajari

- pengalaman dan ekspektasi

- aktivitas neuronal yg berkaitan dgn bangkitan seksual, hasrat,


pengharapan & inhibisi
Mekanisme Ereksi Sentral
Neuroanatomi di otak yg berperan dlm bangkitan seksual visual :

1. Gyrus temporalis inferior bilateral


- komponen persepsi kognisi
2. Insula kanan, gyrus frontalis inferior kanan, gyrus cinguli anterior kiri
- komponen emosi & motivasi yg proses informasi sensorik
- komponen psikologis yg koordinasikan fungsi endokrin & otonom
NEUROTRANSMITTER YANG BERPERAN
DALAM FISIOLOGI SEKSUAL
● Dopamin Dopamin
● Serotonin ● Dopamin → tuberoinfundibular pathway → sekresi ke
● Norepinefrin PD hipofisis → hambat prolaktin
● Dopamin → MPOA saat ejakulasi → meningkatkan
● Opioid
kopulasi & kepuasan seksual
● NO Dgn adanya testosteron → peningkatan pelepasan
● Oksitosin dopamin di MPOA → meningkat kadar NO
● Prolaktin ● Neuron dopaminergic → aktivasi neuron oxytocynergic
● GABA → pd PVN → pelepasan oksitosin → ereksi
Serotonin

● Secara umum → hambat ereksi


● Stimulasi dari 5-HT1a → menghambat ereksi tp memfasilitasi
ejakulasi
● Stimulasi dari 5-HT2 → menghambat ereksi tp fasilitasi emisi dan
ejakulasi
Norepinefrin
Respon Seksual
Baik pada pria maupun wanita menjalani empat fase
siklus seksual yang sama, tetapi proses fisiologis yang
terjadi pada organ seksualnya berbeda yaitu :
1. Desire
2. Excitement/Aroussal & Plateu
3. Orgasme/Climax
4. Resolusi
Desire phase
- Fantasi yang berhubungan dengan keinginan untuk beraktivitas seksual.
Ditandai dengan peningkatan libido.
- Dopamin dan oksitosin akan meningkat dan terjadi inhibisi prolaktin
Excitement/Arousal Phase
- Dimulai dengan adanya stimulus baik secara fisik maupun psikologis
- Pada wanita : Stimulus akan memicu aktivitas parasimpatis → vasodilatasi
daerah vagina dan genitalia eksterna
Selanjutnya kapiler vagina akan mengalami kongesti dan mengeluarkan
cairan ke dalam lumen vagina
Cairan ini merupakan tanda positif sexual arousal dan berfungsi sebagai
lubrikan untuk hubungan seksual
Pada fase ini juga terjadi penegangan klitoris, putting payudara dan
pembesaran payudara akibat vasokongesti. Kulit juga menjadi kemerahan
akibat peningkatan aliran darah kulit.
- Pada Pria : stimulus parasimpatis → vasodilatasi vaskular di penis → inflow
dalam sinusoid cavernosum → ereksi
Plateau Phase
- Puncak fase excitement dan terjadi respon sistemik berupa peningkatan
denyut jantung, tekanan darah, kecepatan respirasi, dan tegangan otot
- Pada wanita : Vasokongesti di daerah sepertiga bagian bawah vagina
semakin meningkat → sehingga diameter lumen vagina mengecil dan uterus
naik ke atas mengangkat cervix dan membesarkan diameter bagian dua
pertiga atas vagina
Fenomena ini disebut ballooning atau tenting effect, menciptakan ruang
menyimpan ejakulat
- Pada pria : proses ereksi dipertahankan secara maksimal.
Orgasm Phase
- Merupakan puncak respons seksual dan terjadi saat sistem saraf simpatis
memicu kontraksi ritmik otot-otot daerah pelvis dengan interval sekitar 0,8
detik.
- Pada wanita : Kontraksi paling intensif pada sepertiga bawah vagina.
Tidak adanya kondisi refrakter, sehingga dapat kembali merespon stimulus,
mencapai fase plateu untuk sesaat, dan kembali melanjutkan siklus di atas.
- Pada Pria : Kontraksi ritmis m.bulbospongiosum & m. ischiocavernosum
membuat terjadinya ejakulasi. Setelah itu pria akan memasuki kondisi
refrakter temporer.
- Respon sistemik terjadi perubahan mental experience, peningkatan denyut
jantung dan TD, kontraksi otot skelet seluruh tubuh, peningkatan emosi
karena didapatkannya aktivasi dan deaktivasi area tertentu di otak, facial
grimacing, hyperventilation, vocalizations, dan pelepasan prolactin dan
oxytocin.
4. Resolusi
- Pada fase ini, vasokongesti dan manifestasi sistemik mereda secara bertahap
- Merupakan fase relaksasi bagi wanita, serupa dengan pada pria
Disfungsi Seksual
Definisi
Disfungsi seksual / malfungsi seksual adalah istilah bagi seseorang / pasangan
yang mengalami kesulitan pada berbagai tahap:
- Aktivitas seksual : Hasrat (desire), Rangsangan (arousal), dan Orgasme
(orgasm) atau
- Perubahan penis selama siklus seksual excitement (flacid-tumescence),
plateau (penis ereksi-rigiditas), orgasme-emisi-ejakulasi, dan Resolusi-penis
flacid-refraktori
Epidemiologi
● Disfungsi seksual lebih sering terjadi pada wanita dibanding laki-laki
● 40 % pada populasi wanita secara umum, 50 % pada wanita dalam periode
perimenopouse dan postmenopouse.
● 15% pria dewasa mengalami dorongan seksual hipoaktif
● Pada usia 40-60 tahun keluhan tersering adalah dorongan seksual hipoaktif
● Disfungsi ereksi (DE)
○ Diperkirakan pada 1995, terdapat > 152 juta pria di seluruh dunia menderita
DE
○ Diproyeksikan sekitar 322 juta penderita pada 2025 → bertambah 170 juta
penderita dalam 30 tahunKetika memasuki usia 40-70 tahun, kemungkinan
menderita:
- DE berat meningkat dari 5,1% menjadi 15%
- DE moderate meningkat dari 17% ke 34
- DE ringan tetap konstan sekitar 17%
Klasifikasi
● Sexual Desire Disorder
○ Sexual Desire Disorder/Gangguan hasrat seksual (libido menurun) yang ditandai oleh
kurangnya /tidak adanya hasrat seksual atau libido untuk aktivitas seksual atau fantasi
seksual
○ Penyebab:
■ Produksi estrogen yang normal pada wanita / testosterone baik pada pria maupun
wanita
■ Penuaan
■ Kelelahan
■ Kehamilan
■ Obat - obatan (SSRI)
■ Kondisi kejiwaan (depresi dan kecemasan)
● Gangguan gairah seksual / aroussal disorder
○ Dapat timbul sepanjang hidup dan dapat timbul pada orang yang pada
awalnya memiliki respon seksual normal.
○ Keluhan dapat bertambah berat, muncul tiba-tiba, hilang timbul.
○ Penyebab :
■ Faktor emosional
● masalah interpersonal (perkawinan, relasi, kepercayaan)
■ Faktor psikologis
● depresi
● ketakutan seksual
● rasa bersalah
● trauma
▪ Faktor fisik

✓ Obat-obatan (alcohol, nikotin, narkotik, stimulant, obat psikoterapi)


✓ Kegagalan sistem organ (peredaran darah, pernapasan)
✓ Gangguan endokrin (tiroid, hipofisis/ gangguan kelenjar adrenal)
✓ Gangguan neurologis akibat trauma (cedera tulang belakang)
✓ Penyakit (neuropati diabetes, multlple skelosis, tumor)
✓ Kurangnya hormon (testosteron), kelainan bentuk anatomi
● Pada pria :
○ sebelumnya dikenal dengan istilah impotensi
○ terdapat :
■ kegagalan sebagian atau lengkap untuk mencapai atau
mempertahankan ereksi
■ kurangnya gairah seksual dan kesenangan dalam aktivitas seksual
○ mungkin terdapat penyebab medis untuk gangguan ini :
■ aliran darah menurun
■ kurangnya lubrikasi vagina
■ penyakit kronis
■ sifat hubungan antar pasangan
○ gangguan ereksi paling dipengaruhi oleh kondisi fisik
● Pada wanita :
○ Sebelumnya dikenal dengan frigiditas pada wanita
■ Sekarang frigiditas digantikan dengan berbagai istilah yang
menggambarkan masalah khusus seperti masalah keinginan/gairah
(terjadi kesulitan untuk bergairah terhadap aktivitas seksual dan
mempertahankanya)
● Gangguan orgasme
○ Tidak adanya atau tertundanya orgasme setelah fase seksual yang normal.
○ Dapat di pengaruhi faktor-faktor fisikal, psikologis, atau farmakologis
● Gangguan nyeri
○ Gangguan nyeri seksual mempengaruhi perempuan hampir secara eksklusif
dan dikenal sebagai:
■ dispareunia (sakit saat berhubungan seksual)
- Dikarenakan pelumasan yang tak mencukupi (kekeringan vagina)
pada wanita
- Kegagalan pelumasan ini disebabkan:
➢ Kurangnya kegembiraan dan stimulasi
➢ Perubahan hormon yang disebabkan menopause
➢ Kehamilan atau menyusui
➢ Iritasi dari krim dan busa kontrasepsi
➢ Ketakutan dan kecemasan tentang seks

● vaginismus (suatu kejang tak terkendali dari otot-otot dinding vagina yang mengganggu
hubungan seksual)
○ diperkirakan akibat trauma seksual masa lalu (seperti pemerkosaan atau
pelecehan)
○ gangguan nyeri seksual perempuan disebut vulvodynia atau vulva ventibulitis
■ wanita mengalami nyeri saat berhungan seks seperti rasa terbakar
tampaknya terkait masalah kulit daerah vulva dan vagina
EJAKULASI DINI
DEFINISI
● Pola ejakulasi yang menetap atau berulang ketika berhubungan seksual, dimana
ejakulasi terjadi sekitar 1 menit setelah penetrasi dan sebelum kedua pihak terlibat
mengharapkannya. (DSM-5)
● Ketidakmampuan mengendalikan ejakulasi sedemikian rupa sehingga
masing-masing menikmati hubungan seksual (PPDGJ-III)
● Ejakulasi dengan stimulasi minimal dan lebih awal dari yang diinginkan, sebelum
atau segera setelah penetrasi, yang menyebabkan menggaggu atau tekanan, dan
dimana penderita memiliki kontrol volunter sedikit atau tidak ada (European
association of Urology)
EPIDEMIOLOGI
· Paling sering: pria < 40 tahun
· 30-70% pria di Amerika Serikat terpengaruh pada tingkat tertentu pada satu waktu
atau lainnya

Dianggap penyakit psikologis tanpa penyebab organik.


FAKTOR RISIKO
· Faktor lingkungan → faktor-faktor yang dipengaruhi oleh orang lain dan
keluarga
· Faktor individu → misalnya apabila individu memiliki gangguan cemas
KLASIFIKASI
● · Menurut riwayatnya:
○ Lifelong premature ejaculation → pasien mengalami ED sejak koitus pertama
kali dimulai
○ Acquired premature ejaculation → pasien awalnya memiliki hubungan seks
yang sukses dan baru sekarang mengaami ED
● · Menurut derajat keparahannya:
○ Mild → 30-60 detik setelah penetrasi vagina
○ Moderate → 15-30 detik setelah penetrasi vagina
○ Severe → terjadi sebelum aktivitas seksual, pada awal aktivitas seksual
dimulai, atau pada 0-15 detik setelah penetrasi vagina
ETIOLOGI
● Gangguan psikologis
● Kecemasan mendalam tentang seks yang berhubungan dengan 1 atau lebih
pengalaman traumatis yang dihadapi selama pengembangan
● Depresi

Lifelong Premature Ejaculation:

● Pengalaman sex pertama kali


● Masalah psikologis
PATOGENESIS
Beberapa teori:

Perbedaan dalam konduksi saraf/waktu latensi

● Beberapa pria memiliki kepekaan berlebih dari alat kelamin → mencegah


penurunan jalur simpatik mereka dan menunda orgasme
● Respon aktivasi otak spontan yang abnormal terhadap rangsangan erotis.
Perubahan struktur otak pada pasien ejakulasi dini
Perbedaan biokimiawi dan hormonal

● Testosteron bebas dan total yang lebih tinggi pada pria dengan ejakulasi dini
● Air mani pria dengan ejakulasi dini mengandung fosfatase asam dan
alfa-glukosidase: mungkin mencerminkan disfungsi prostat dan epididymis
● Kadar serum prolaktin yang rendah (namun belum terbukti adanya peranan)
PATOGENESIS
GEJALA KLINIS
Seperti pada DSM-V:
o Ejakulasi dini terjadi pada sekitar 1 menit pasca penetrasi vagina,
berlangsung selama 6 bulan dan terjadi hampir setiap kali berhubungan
seksual
o Menimbulkan distress pada penderita
DIAGNOSIS
● ·Dalam mendiagnosis ejakulasi dini maka kita harus mempertimbangkan kondisi
lain seperti:
o Orgasme yang sangat tertunda pada pasangan wanita
o Efek merugikan dari obat psikotropika
o Kehadiran preejaculate
o Disfungsi ereksi
·
DIAGNOSIS
● Pada pasien dengan ejakulasi dini seumur hidup (Lifelong premature ejaculation), tanyakan tentang
hal-hal berikut:
o Kesulitan psikologis sebelumnya
o Pengalaman seksual dini
o Hubungan keluarga selama masa kanak-kanak dan remaja
o Hubungan rekan
o Bekerja atau sekolah
o Sikap umum terhadap seks
o Konteks acara (misalnya, perkawinan versus nonmarital)
o Sikap seksual dan respons pasangan wanita
o Aspek non-seksual dari hubungan saat ini
o Tingkat keterlibatan pasangan seksual dalam perawatan
DIAGNOSIS

● Pada pasien dengan ejakulasi dini yang didapat (acquired premature ejaculation),
tanyakan tentang hal-hal berikut:
o Hubungan sebelumnya

o Hubungan saat ini


o Aspek non-seksual dari hubungan saat ini
o Tingkat keterlibatan pasangan seksual dalam perawatan
o Masalah impotensi
o Kapasitas untuk koitus
o Konteks seksual
o Respons seksual terhadap pasangan
DIAGNOSIS

● Pertanyaan-pertanyaan diatas biasanya mengarah pada faktor


–faktor penyebab yang mungkin ditangani secara khusus
dengan terapi, seperti:
o Disfungsi ereksi
o Kecemasan kinerja
o Pengaruh obat psikotropika
DSM V
A. Pola ejakulasi yang persisten atau berulang ketika hubungan seksual, yang terjadi
sekitar 1 menit pasca penetrasi vagina dan sebelum kedua individu yang terlibat
mengharapkannya
B. Gejala pada kriteria A telah berlangsung sedikitnya 6 bulan pada sebagian besar
kesempatan atau selalu terjadi setiap berhubungan seksual (75-100%)
C. Gejala pada kriteria A menimbulkan distress yang signifikan secara klinis pada
individu
D. Disfungsi seksual tidak disebabkan oleh adanya gangguan mental non-seksual lainnya
atau sebagai konsekuensi dari hubungan yang buruk (misalkan: KDRT) atau sebagai
efek penggunaan zat/obat atau diakibatkan oleh kondisi medis lainnya
Pemeriksaan penunjang
Tidak ada pemeriksaan lab yang spesifik pada ejakulasi dini.

Namun dapat dilakukan


1. Pemeriksaan lab dilakukan untuk DD dengan penyebab organik
2. Quisioner seperti MMSE, MMPI untuk menilai derajat depresi
Penatalaksanaan
● Non farko
a. Tidak perlu perawatan rawat inap
b. Pasangan wanita diikut sertakan semaksimal mungkin ke dalam sesi
pengobatan dan konseling
c. Upaya untuk menghilangkan tekanan kinerja yang mendasar pada pria
Intervensi psikologis :

● Terapi kognitif dan tingkah laku : terapi ini untuk mengidentifikasi faktor- faktor
yang berkontribusi dalam menyebabkan disfungsi seksual (seperti harapan
yang tidak masuk akal, tingkah laku tertentu yg dapat menurunkan daya tarik
dan atau kepercayaan pasangannya). Cara memodifikasi ini disarankan dan
diuji coba
● Terapi seks pasangan : terapi ini difokuskan untuk tujuan yang sama dengan
terapi kognitif dan tingkah laku, termasuk teknik perangsangan yang dimulai
dengan sentuhan fisik non seksual dilanjut dengan sentuhan seksual,
pasangan diminta untuk mendiskusikan sentuhan mana yang menyenangkan.
Hal ini membantu untuk tujuan orgasme
● Latihan spesifik untuk disfungsi seksual

Teknik berhenti-mulai (stop-start) : teknik ini dilakukan selama masa penetrasi.


Stimulasi penis dan menghentikannya begitu merasa akan ejakulasi. Hentikan
30-60 detik dan mulai lagi saat keinginan ejakulasi sudah hilang.

● Teknik memeras (squeeze-pause)

Ketika akan ejakulasi, remas glands penis sampai keinginan ejakulasi hilang
● Pendidikan

Pendidikan seks secara umum termasuk perangsangan dan stimulasi fisik


(termasuk jangka waktu normal sampai terjadinya ejakulasi), untuk menghindari
mitos-mitos, mengerti fisiologi normal, mengurangi kecemasan, mempelajari
variasi berhubungan, teknik senam kegel.
Farmakologis
● Topikal
○ Lidokain dan prilokain
■ Diberikan sebelum hubungan seks (10-15 menit)
■ Dapat menggunakan kondom setelah obat diberi pada penis - agar vagina
tidak ikut terkena lidokain sehingga masih bisa merasakan sensasi
○ SSRI: efek samping dari antidepresan tertentu adalah orgasme yang tertunda
■ Sertraline, Paroxetine, Fluoxetine, Citalopram, Dapoxetine; atau penggunaan
agen dengan efek seperti SSRI. Dapat diberikan 1dd, 10 mg, 1⁄2 tablet.
○ Bupropion apabila tersedia untuk menangani kecemasan/depresi
○ Terapi inhibitor Phospodiesterase tipe 5 (PDE5): Sildenafil (Viagra), Tadalafil, atau
Vardenafil - dapat dikombinasi dengan SSRI

■ Sildenafil diberikan 30 menit sebelum berhubungan→untuk mempertahankan


ereksi

○ Agen lainnya (Pindolol / Tramadol) - tidak bisa dikombinasi dengan SSRI


Pencegahan

• Sex education

• Hindari cemas dan depresi

• Komunikasi yang baik dengan pasangan dan keluarga


Komplikasi

• Rasa cemas dan depresi semakin meningkat

• Disfungsi ereksi

• Aversion (keengganan atau penolakan melakukan hubungan seksual)

• Perceraian
Prognosis
● >85% pria yang mengalami ejakulasi dini dapat berhasil ditangani dengan
squeeze-pause technique, biasanya dalam 3 bulan terapi
● Dengan pengobatan kombinasi konseling dan intervensi obat SSRI dapat
membantu keberhasilan terapi sampai 85%
● Kemungkinan relaps 20%-50%. Dalam beberapa kasus penderita harus
menjalani pengobatan dan terapi jangka panjang. Serta dibutuhkan komitmen
yang kuat
DISFUNGSI EREKSI
DEFINISI

Ketidakmampuan untuk mempertahankan ereksi, mengarah pada


kegagalan dalam coitus atau berhubungan seksual.
ETIOLOGI
FAKTOR RISIKO
Faktor yang berkontribusi
1. Moral / pandangan religius pada seks dan masturbasi
2. Riwayat negatif pengalaman seksual (dapat merusak sexual confidence dan meningkatkan
“performance anxiety”
3. Secondary to other sexual dysfunction (cth : Ejakulasi Dini)
4. Penggunaan alkohol dan obat-obatan
5. Stress dan fatigue
EPIDEMIOLOGI
Dilaporkan 10-20% dari seluruh pria di dunia mengalami Acquired male erectile disorder
Disfungsi ereksi adalah keluhan utama >50% pria yang dirawat dengan Disfungsi seksual
(Freud)
Lifelong male erectile disorder sangatlah jarang, terjadi 1% pada pria <35 tahun.

Insidensi disfungsi ereksi meningkat seiring bertambahnya usia.


Dilaporkan sekitar 2-8% terjadi pada populasi dewasa muda.
75% pria mengalami impoten pada usia 80 tahun (Alfred Kinsey)
KLASIFIKASI
Berdasarkan Subtipe
1. Primer = Tidak pernah bisa mempertahankan ereksi
2. Sekunder = Pernah berhasil mempertahankan ereksi di masa lampau
3. Situasional = Hanya berhasil mempertahankan ereksi pada situasi tertentu
4. Total = Berhasil mempertahankan ereksi tanpa terkait situasi

1. Lifelong male erectile disorder = tidak pernah dapat mencapai ereksi yang cukup untuk
insersi.
2. Acquired male erectile disorder = pernah berhasil mencapai penetrasi beberapa kali dalam
kehidupan seksualnya, kemudian mengalami gangguan.
3. Situasional male erectile disorder = dapat melakukan hubungan seksual dalam situasi
tertentu. (Cth : fungsi seks normal saat berhubungan seksual dengan wanita prostitusi
dibanding dengan pasangan hidup)
GEJALA KLINIS

1. Ketidakmampuan untuk ereksi


2. Ketidakmampuan untuk mempertahankan ereksi
3. Kecemasan yang ditimbulkan disfungsi ereksi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Profil lipid
2. Kadar Asam Urat
PENATALAKSANAAN - NONFARMAKOLOGIS
● Terapi perilaku-kognitif
○ restrukturisasi kognitif
○ pelatihan komunikasi pasangan
○ desensitisasi
○ paparan
● Teknik relaksasi otot
● Latihan seksual
PENATALAKSANAAN - FARMAKOLOGI
● Inhibitor fosfodiesterase-5 → Sildenafil PO
(25-100 mg 1 jam sebelum berhubungan
seksual)
○ meningkatkan aliran darah ke penis
○ perlu stimulasi psikologis / fisik untuk
mencapai ereksi
● Alprostadil (12.5 mcg-25 mcg)
○ disuntikkan ke corpora cavernosa /
transurethral
○ dapat membuat ereksi dalam 2-3 menit
+ bekerja tanpa ada rangsangan seksual
PENCEGAHAN
● Lifestyle changes
○ BB total ber(-) 10% → penurunan intake kalori + peningkatan aktivitas fisik
● Olahraga teratur
● Diet sehat
● Stop rokok
● Membatasi konsumsi alkohol
● Mengubah kursi sepeda
KOMPLIKASI
● Kehidupan seks yang tidak memuaskan
● Ansietas
● Depresi
● Rasa malu / rendah diri
● Masalah hubungan
● Ketidakmampuan membuat pasangan hamil
PROGNOSIS
Prognosis baik apabila berespon terdapat terapi dan peningkatan kualitas hidup

Prognosis menjadi buruk apabila disertai penyakit cardiovaskular atau cerebrovaskular.


Penyakit komorbid tersebut meningkatkan risiko mortalitas .
PEMBAHASAN KASUS
Pria 22thn, KU: 1bln terakhir setiap berhubungan seks selalu cpt mengalami
ejakulasi → GK disfungsi seksual = ejakulasi dini

Merasa bersalah dan cemas [Agitasi] karena tdk mampu membahagiakan


istrinya → GK ansietas

Blm pernah hub seksual sblmnya, pertama kalinya dengan istri, bingung bgmn
cara hub seksual, blm pernah pendidikan khusus buat pasien semasa sekolah,
dan malu bertanya kpda ortu maupun temannya → FR disfungsi seksual e.c
lack of sex education
Merasa cemas [Agitasi], tegang, kadang berdebar [Palpitasi] saat akan hub
seksual → GK ansietas

Sekitar 1 menit melakukan penetrasi pasien sdh ejakulasi, saat istri memberikan
stimulus minimal pasien sdh ejakulasi → GK ejakulasi dini

Semakin merasa bersalah, tak berguna, tdk percaya diri, merasa pesimis →
gejala minor depresif

Anak pertama dan laki-laki satu-satunya, ortu taat agama, tdk pernah membahas
mengenai masalah seks, menganggap masalah seks hal tabu dan tidak patut
dibicarakan → FR disfungsi seksual [Lack of sex education]
Pernah berobat dan mengkonsumsi sildenafil namun tidak begitu banyak
perbaikan → pengobatan inadekuat

Riwayat Sosial : terkadang pada bbrp situasi kadang mudah cemas → GK


ansietas

PF: KU: kurus, sakit sedang; TD 140/90 (HT stage 2); jantung takikardi →
Peningkatan simpatis [Gejala Otonom pada anxietas]

S.Psikiatrikus: Roman muka cemas, konsentrasi kurang [GK minor depresif],


emosi murung tampak cemas[Afek depresif], bicara lirih → GK ansietas,
depresi
DK: Suspek F52.4 Ejakulasi Dini (Psikogenik)

+ Susp. F41.2 Gangguan Campuran Anxietas dan Depresif

DD Susp. F52.4 Ejakulasi Dini (Psikogenik) + Susp. F41.1 Gangguan Anxietas


Menyeluruh

Dasdig: Ejakulasi dini (DSM V) → pola ejakulasi yg persisten yaitu 1 mnt pasca
penetrasi vagina, menimbulkan distress signifikan pada pasien
namun onset keluhan tidak jelas

Ansietas dan gejala minor depresif→ kecemasan dan rasa khawatir, konsentrasi
kurang, ketegangan fisik/motorik: tegang, peningkatan aktivitas simpatis:
palpitasi

Depresi → suasana perasaan sedih/murung, konsentrasi menurun, kepercayaan


diri yg berkurang, pesimistis, rasa tdk berguna/bersalah
PP Usulan: (-)

Tatalaksana: Non-medikamentosa:

Konseling untuk pasien dan pasangannya terutama utk mengatasi ansietas atau
depresi, teknik stop-start atau squeeze-pause, upaya kedua saat koitus

Medikamentosa: Agen desensitasi topikal (lidokain, prilokain), SSRI (sertaline,


paroxetine, fluoxetine, citalopram, dapoxetine), inhibitor Phosphodiesterase tipe 5
(sildenafil, tadalafil, vardenafil)
Prognosis:

Quo ad vitam : Ad bonam


Tidak ditemukan adanya upaya bunuh diri

Quo ad functionam : Dubia ad bonam


Kepekaan ujung saraf penis pada ejakulasi dini tidak dapat berubah cepat, namun
dengan terapi dan teknik yang tepat dapat mengurangi gejala ejakulasi dini.

Quo ad sanationam : Dubia ad malam


Tingkat relaps kelainan tinggi karena ejakulasi dini tidak dapat disembuhkan.
Pedoman Diagnosis Tambahan
Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi

● Gangguan yang ditandai oleh adanya gejala-gejala anxietas dan depresi


bersama-sama, dan masing-masing gejala tidak menunjukkan rangkaian
gejala yang cukup berat untuk dapat ditegakkannya suatu diagnosis
tersendiri. Untuk gejala anxietas, beberapa gejala autonomik harus
ditemukan, walaupun tidak terus-menerus disamping rasa cemas atau
khawatir berlebihan.
● Gejala-gejala anxietas antara lain:
○ Kecemasan atau khawatir berlebihan, sulit berkonsentrasi
○ Ketegangan motorik: gelisah, sakit kepala,gemetaran, tegang, tidak dapat santai
○ Aktivitas autonomik berlebihan: palpitasi, berkeringat berlebihan, sesak nafas, mulut kering,
pusing, keluhan lambung, diare
● Gejala-gejala depresi antara lain:
○ Suasana perasaan sedih/murung
○ Kehilangan minat/menurunnya semangat dalam melakukan aktivitas
○ Mudah lelah
○ Gangguan tidur
○ Konsentrasi menurun
○ Gangguan pola makan
○ Kepercayaan diri yang berkurang
○ Pesimistis
○ Rasa tidak berguna/rasa bersalah
Gangguan Anxietas Menyeluruh

● Gejala-gejala biasanya multipel dan mencakup unsur-unsur sebagai berikut


○ Ketegangan mental berupa kecemasan dan rasa khawatir, sulit berkonsentrasi
○ Ketegangan fisik/motorik antara lain gelisah, gemetar, tidak dapat relaks, ketegangan otot,
sakit kepala
○ Overaktivitas otonom: palpitasi, berkeringan, sesak nafas, kepala terasa ringan, keluhan
epigastrik, mulut kering, pusing.
● Gejala anxietas atau kecemasan pada gangguan anxietas menyeluruh ini
sebagai gejala primer yang berlangsung hampir setiap hari untuk minimal
beberapa minggu, tidak terbatas pada kondisi tertentu.
● Seringkali berkaitan dengan adanya stres lingkung yang kronis.

Anda mungkin juga menyukai