Anda di halaman 1dari 6

A.

Kasus PT Samsung Elektronika Indonesia dengan Serikat Pekerja


Metal Indonesia (PUK SPEE-FSPMI)
 21 Oktober 2012
Berdiri Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia ( PUK SPEE –
FSPMI ) PT Samsung Elektronik Indonesia yang dilantik langsung oleh
Nurdin Muhidin dengan jumlah PUK dan Anggota sebanyak 200 orang. Puk
ini kemudian memberikan berkas pencatatan nomor serikat pekerja kepada
kantor Dinas Tenaga Kerja untuk mendapatkan surat keputusan Dinas
Tenaga Kerja mengenai pencatatan serikat pekerja PT Samsung Elektronik
Indonesia.
 29 Oktober 2012
PT Samsung Elektronika Indonesia melakukan PHK pada pengurus
PUK dengan didasari alasan kontrak kerja mereka telah habis dan plan
sedang turun.
 30 Oktober 2012
PT Samsung Elektronika Indonesia mengembalikan 3 ( tiga) anggota
PUK kepada kantor outsourching (SPA) yang mendistribusikan mereka
untuk kemudian diberhentikan.
 30 Oktober 2012
Terbit SK Pencatatan Serikat SPEE FSPMI PT. Samsung Elektronik
oleh Disnaker pada tanggal
 5 November 2012,
PT. Samsung kembali memanggil anggota PUK yang bekerja di divisi
JIT dengan alasan pemanggilan mengenai perjanjian kontrak kerja yang
akan berakhir dan diminta menandatangani surat PHK.
 7 November 2012
Semua anggota PUK yang diPHK secara sepihak berniat untuk bekerja
tetapi ketika hendak absensi ternyata id card mereka sudah tidak teregister
sebagai karyawan PT Samsung Elektronik bahkan security melarang masuk
para anggota PUK yang tidak menandatangani surat PHK. Sebanyak 4
kompi Polisi juga turtut mengamankan PT. Samsung berjaga di gerbang.
 Upaya perundingan biparted telah dilakukan, namun perusahaan
memberikan respon negative dengan ditolaknya surat audiensi serta tuntutan
perundingan pertama dan kedua, dan tidak juga ada tindakan yang dilakukan
pihak Disnaker setelah PUK melayangkan surat permohonan pengawasan
Disnaker terhadap PT.Samsung atas indikasi adanya pelanggaran tentang
ketenagakerjaan terutama Union Busting.
 19 November 2012
Pengurus beserta Anggota PUK melakukan unjuk rasa di PT Samsung
Elektronik Indonesia dipimpin oleh bung Nurdin. Aksi mereka dihadang
oleh Aparat
 Itimidasi terhadap anggota PUK SPEE-FSPMI PT. Samsung terus berlanjut,
mereka dikumpulkan disuatu ruangan dan di introgasi. Mereka mendapatkan
perkataan kasar dan perbuatan tidak menyenangkan lainnya agar PUK
mencabut surat unjuk rasa di Polres Bekasi. Kontrakan mereka pun
didatangi oleh oang-orang PT Samsung yang Anti serikat. Rumah mereka di
foto dan didata. Sejak kejadian pengurungan itu, para anggota PUK tidak
lagi dapat dihubungi, seolah hilang ditelan bumi dan tak satupun anggota
PUK SPEE-FSPMI PT. Samsung yang lolos dari PHK sepihak tersebut.
B. Isu Hukum
 Union Busting oleh PT Samsung Elektronika Indonesia terhadap Federasi
Serikat Pekerja Metal Indonesia PT Samsung Elektronika Indonesia
C. Analisis Hukum
 Pekerja/buruh menurut pasal 1 ayat (3) UU No 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan adalah "Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja
dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain".
 Serikat pekerja menurut pasal 1 ayat (17) UU No 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan adalah " Serikat pekerja/serikat buruh adalah organisasi
yang dibentuk dari, oleh, dan untuk pekerja/buruh baik di perusahaan
maupun di luar perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka,mandiri,
demokratis, dan bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela
sertamelindungi hak dan kepentingan pekerja/buruh serta meningkatkan
kesejahteraan pekerja/
buruh dan keluarganya".
 Union Busting diartikan sebagai pemberangusan serikat pekerja, istilah ini
merujuk pada kooptasi serikat pekerja atau memperdaya serikat pekerja bagi
kepentingan perusahaan/pemberi kerja.
Dasar Hukum Pelanggaran Permasalahan
 Pasal 28 e (3) UUD NKRI 1945
“Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat , berkumpul, dan
mengeluarkan pendapat.”
 Pasal 104 (1) UU NO 13 TH 2003
“Setiap pekerja / buruh berhak membentuk dan menjadi anggota serikat
pekerja atau serikat buruh.”
 Pasal 28 UU 21/2000
Siapapun dilarang menghalang halangi atau memaksa pekerja atau buruh
untuk membentuk , menjadi pengurus atau tidak menjadi pengurus , menjadi
anggota atau tidak menjadi anggota dan atau menjalankan kegiatan serikat
pekerja / serikat buruh dengan cara
a. Melakukan pemutusan hubungan kerja , memberhentikan
sementara , menurunkan jabatan , atau melakukan mutasi.
b. Tidak membayar atau mengurangi upah pekerja atau buruh.
c. Melakukan intimidasi dalam bentuk apapun.
d. Melakukan kampanye anti pembentukan serikat pekerja/serikat
buruh.
 UU NO 13 TH 2003 Pasal 86 (1)
“ setiap pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memperolaeh
perlondungan atas :
a. Kesempatan dan kesehatan kerja
b. Moral & keasusilaan
c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta
nilai – nilai agama ”
 UU NO 13 TH 2003 Pasal 151 (1)
“Pengusaha , pekerja/buruh,serikat pekerja/serikat buruh , dan
pemerintah dengan segala upaya harus mengusahakan agar jangan terjadi
pemutusan hubungan kerja.”
 UU NO 13 TH 2003 PASAL 151 (2)
“Jika pemutusan Hubungan Kerja tidak bisa dihindarkan wajib
dirundingkan oleh pengusahan dan serikatpekerja/serikat buruh atau dengan
pekerja/buruh yang bersangkutan tidak menjadi anggota serikat
pekerja/serikat buruh. ”
D. Analisis Pelanggaran PT Samsung Elektronika Indonesia Berdasarkan Undang
– Undang
1. Berdasarkan Pasal 28 UU 21/2000 dan pasal 104 ayat 1 UU N0 13 TH
2003, PT Samsung Elektronika Indonesia melakukan pelanggaran dengan
pasal tersebut karena telah melakukan kegiatan dengan upaya untuk
melemahkan serikat pekerja dengan melakukan PHK kepada 200 orang
PKU ( Pemimpin & Penggurus)
2. Berdasarkan pasal 28 E (3) UUD NKRI 1945 PT Samsung Elektronika
Indonesia melakukan pelanggaran dengan menghalangi kebebasan
berserikat dalam upaya untuk melemahkan serikat pekerja.
3. UU NO 13 TH 2003 Pasal 86 (1), berdasarkan pasal tersebut dijelaskan
bahwa setiap pekerja atau buruh berhak mendapat perlakuan yang sesuai
dengan harkat dan martabat manusia tetapi tindakan yang dilakukan oleh
PT Samsung Elektronika Indonesia tidak mencerminkan pada pasal
tersebut. PT Samsung Elektronika Indonesia justru mengintimidasi ,
melakukan perbuatan tidak menyenangkan , serta menghadang aksi yang
dilakukan oleh pekerja yang tergabung dalam PKU dalam menyuarakan
haknya.
4. Ketentuan pasal 151 ayat (1) dan ayat (2) berarti, PHK tidak boleh
dilakukan secara sepihak melainkan harus melalui perundingan terlebih
dahulu. Kemudian, apabila hasil perundingan tersebut tidak menghasilkan
persetujuan, pengusaha hanya dapat memutuskan hubungan kerja dengan
pekerja/buruh setelah memperoleh penetapan dari lembaga penyelesaian
perselisihan hubungan industrial. Demikian ketentuan pasal 151 ayat (3)
UU ketenagakerjaan. Dalam konteks permasalahan ini telah dilakukan
perundingan antara kedua belah pihak Upaya perundingan biparted telah
dilakukan, namun perusahaan memberikan respon negative dengan
ditolaknya surat audiensi serta tuntutan perundingan pertama dan kedua,
dan tidak juga ada tindakan yang dilakukan pihak Disnaker setelah PUK
melayangkan surat permohonan pengawasan Disnaker terhadap
PT.Samsung atas indikasi adanya pelanggaran tentang ketenagakerjaan
terutama Union Busting. Pemutusan hubungan kerja tanpa tanpa adanya
penetapan dari Lembaga penyelesaian hubungan industry akan menjadi
batal demi hokum. Artinya, secara hukum PHK tersebut dianggap belum
terjadi ( pasal 155 ayat 1 UU Ketenagakerjaan) dan selama putusan
Lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial belum ditetapkan ,
baik pengusaha maupun pekerja/buruh harus tetap melaksanakan
kewajibannya ( pasal 155 ayat 2 UU Ketenagakerjaan ). Pekerja / buruh
yang sedang dalam proses pemutusan hubungan kerja dengan tetap
membayarkan upah beserta hak hak lainnya yang biasa diterima pekerja
atau buruh ( pasal 155 ayat 3 UU Ketenegakerjaan )

E. Rekomendasi Hukum
Mengenai permasalahan union busting pemutusan hubungan kerja PHK
mekanisme telah diatur dalam pasal 161 ayat (1) UU N0 13 TH 2003 tentang
Ketenagakerjaan. Syarat untuk melakukan PHK yaitu :
“dalam hal pekerja atau buruh melakukan pelanggaran ketentuan yang diatur
dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja Bersama ,
pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja, setelah kepada pekerja
atau buruh yang bersangkutan diberikan surat peringatan pertama, kedua, dan
ketiga secara berturut turut”
Di pasal 155 ayat (1) UU Ketenagakerjaan disebutkan jika PHK Tanpa
adanya penetapan dari Lembaga penyelesaian hubungan industrial akan menjadi
batal demi hukum.
Artinya , PHK Sepihak tersebut tidak pernah terjadi dan selama putusan
Lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial belum ditetapkan, baik
pengusaha maupun pekerja atau buruh harus tetap melaksanakan segala kewajiban.
Dalam permasalahan yang terjadi antara PT Samsung Elektronika Indonesia Dengan
serikat pekerja PKU yang berupa tindakanan perusahaan PT Samsung Elektronika
Indonesia memutuskan sepihak, berarti demi hkum para anggota serikat pekerja
tersebut masih menjadi pegawai perusahaan tersebut. Para serikat pekerja harus
bekerja dan perusahaan tetap harus membyarkan upah selama belum ada keputusan
dari Lembaga penyelesaian perselihan hubungan industrial. Jika perusahaan
melakukan PHK secara sepihak atau sewenang wenang maka langkah yang dapat
ditempuh adalah melaporkan tindakan perusahaan kepada instansi
ketenagakerjaan pada pemerintah pusat, pemerintah provinsi , dan pemerintah
kabupaten atau kota karena merupakan pengawas ketenagakerjaan. Hal ini
berdasarkan pasal 178 ayat (1) UU Ketengakerjaan.

Anda mungkin juga menyukai