Anda di halaman 1dari 47

CV.

BINA RENCANA MUTU PEKERJAAN


MANDIRI KONSTRUKSI

DAFTAR ISI

I. INFORMASI PEKERJAAN
I.1 Data Umum Pekerjaan.................................................................................
I.2 Lingkup Pekerjaan.......................................................................................
II. STRUKTUR ORGANISASI...........................................................................
II.1Pengguna Jasa..............................................................................................
II.2Penyedia Jasa...............................................................................................
II.3Pengawas pekerjaan.....................................................................................
III. JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN.................................................
IV. TAHAPAN PEKERJAAN..............................................................................
V. GAMBAR DAN SPESIFIKASI TEKNIS.....................................................
V.1Gambar Detailed Engineering Design (DED).............................................
V.2Spesfikasi Teknis.........................................................................................
VI. RENCANA PELAKSANAAN PEKERJAAN (Method Statement)
VI.1.........................................................................Metode Kerja Pelaksanaan
.....................................................................................................................
VI.2..............................................................................................Tenaga Kerja
.....................................................................................................................
VI.3......................................................................................................Material
.....................................................................................................................
VI.4.....................................................................................................Peralatan
.....................................................................................................................
VI.5.........................Aspek Keselamatan Konstruksi (Analisis Kesehatan dan
Keselamatan Kerja/K3)...............................................................................
VII. RENCANA PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN (Inspection and
Test Plan/ITP)..................................................................................................
VII.1..............................................Tabel Rencana Pemeriksaan dan Pengujian
.....................................................................................................................
VIII. PENGENDALIAN SUB-PENYEDIA JASA DAN PEMASOK..................

BAB I
INFORMASI PEKERJAAN

1.1 DATA UMUM PEKERJAAN


Nama Pekerjaan : Pekerjaan Pembangunan Gedung Tahap Finishing
Kantor Pengadilan Agama Muara Bulian.
Lokasi Pekerjaan : Jl. Pramuka No. 10 Muara Bulian.
Kontrak (No & Tanggal): Nomor : W5-A2/389/PL.01/V/2013 Tanggal 1 Mei 2013.
SPMK (No & Tanggal) : Nomor : W5-A2/391/PL.01/V/2013 Tanggal 1 Mei 2013.
Nilai Kontrak : Rp. 278.395.000,- (dua ratus tujuh puluh delapan juta
tiga ratus Sembilan puluh lima ribu rupiah).
Sistem Kontrak : Fixed Lump Sum Price.
Sumber Dana : Kantor Pengadilan Agama Muara Bulian
Waktu Pelaksanaan
Masa Kontrak : 120 (seratus dua puluh) hari kalender dan pekerjaan
harus sudah selesai pada tanggal 29 Agustus 2013.
Tanggal Mulai Kerja : 02 Mei 2013
Tanggal PHO : 01 Mei 2013
Tanggal FHO : 28 Oktober 2013
Pengguna Jasa
Satuan Kerja : Pengadilan Agama Muara Bulian
PPK : Zainal Abidin, S.Ag
Alamat : Jl. Pramuka No.10 Muara Bulian
Penyedia Jasa
Nama : Syafriyanto
Alamat : Jl. Sunan Bonang No.75 Simp. III Sipin Kec. Kota Jambi
Pengawas Pekerjaan
Nama : CV. Inti Tehnik Consultan
Alamat : Jl. Asaparagus No.27RT.03 Kel. Beliung Kec. Kota
Baru Jambi
1.2 LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup Kegiatan : Pembangunan Pagar Kantor Pengadilan Agama Muara
Bulian
BAB II
STRUKTUR ORGANISASI
2.1 Pengguna Jasa
a) Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran (PA/KPA)
Terkait penjaminan mutu dan pengendalian mutu pelaksanaan
pekerjaan konstruksi, PA/KPA sebagai pemilik pekerjaan konstruksi
bertanggung jawab:
 Membentuk dan menetapkan Panitia Peneliti Pelaksanaan Kontrak
sebelum pelaksanaan tahapan pengukuran/pemeriksaan bersama;
 Menerima hasil pekerjaan dari PPK setelah Berita Acara Serah Terima
Akhir Pekerjaan diterbitkan;
 Menetapkan PPHP untuk melakukan pemeriksaan administratif
terhadap hasil pekerjaan yang diserahterimakan; dan
 Menyerahkan hasil pekerjaan selesai kepada penyelenggara
Infrastruktur.
b) Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
Tanggung jawab dan wewenang PPK terkait dengan penjaminan mutu
dan pengendalian mutu meliputi :
 PPK bertanggung jawab atas keseluruhan pelaksanaan pekerjaan
konstruksi sebagaimana yang tercantum dalam kontrak konstruksi,
mencakup aspek administrasi kontrak dan aspek teknis (engineering).
 PPK berwenang atas pengendalian dan pengawasan pekerjaan
konstruksi. Kewenangan ini dapat dilimpahkan sebagian atau
keseluruhan terhadap pihak/tim yang ditunjuk oleh PPK.
 Pengendalian Pekerjaan Konstruksi dilakukan untuk mengendalikan
proses dan hasil pekerjaan Penyedia sesuai dengan ketentuan kontrak.
Pengendalian dilaksanakan baik pada kontrak pekerjaan konstruksi
maupun kontrak jasa konsultansi pengawasan pekerjaan konstruksi.
 Pengawasan pekerjaan konstruksi dilakukan untuk memastikan proses
pelaksanaan pekerjaan oleh penyedia sesuai dengan ketentuan
kontrak.
 Kewenangan dan tanggung jawab pengendalian pekerjaan konstruksi
dapat didelegasikan kepada Pengendali Pekerjaan yang dapat
dilakukan oleh staf PPK, dalam hal ini disebut Direksi Lapangan, atau
Penyedia Jasa Konsultansi yaitu Konsultan Manajemen Konstruksi
(MK);
 6. Kewenangan dan tanggung jawab pengawasan pekerjaan konstruksi
dapat didelegasikan kepada Pengawas Pekerjaan yang dapat dilakukan
oleh staf PPK, dalam hal ini disebut Direksi Teknis, atau atau
Penyedia Jasa Konsultansi yaitu Konsultan Pengawas.
 7. Dalam hal pengendalian dan pengawasan pekerjaan konstruksi
dilakukan oleh Penyedia Jasa Konsultansi, maka Penyedia Jasa
Konsultansi wajib menyusun Program Mutu sebagai bentuk
penjaminan mutu.
c) Panitia Pemeriksa Hasil Pekerjaan (PPHP)
Tanggung jawab dan wewenang PPHP terkait dengan penjaminan
mutu dan pengendalian mutu meliputi pemeriksaan administratif terhadap
hasil pekerjaan konstruksi yang diserahterimakan dari PPK kepada PA/KPA.
d) Penjamin Mutu pada Unit Organisasi
 Penjamin Mutu pada Unit Organisasi merupakan unsur pendukung
pada struktur penyelenggara proyek dan tidak terlibat secara langsung
dalam pengambilan keputusan terkait pelaksanaan pekerjaan
konstruksi, yang memiliki fungsi perumusan kebijakan, pembinaan
teknis, dan pengawasan pelaksanaan kebijakan.
 Penjamin mutu memiliki tugas menyusun standard an pedoman teknis
yang berlaku pada masing-masing unit organisasi, melakukan
bimbingan teknis, melakukan pemantauan dan evaluasi serta
pelaporan.
2.2 Penyedia Jasa
a) Kepala Proyek
Kepala proyek bertanggung jawab atas seluruh pelaksanaan pekerjaan
konstruksi dan memiliki tugas :
 Memastikan tercapainya sasaran pekerjaan dari segi mutu, biaya,
waktu, Keselamatan Konstruksi dan lingkungan kerja;
 Menyelesaikan masalah yang terjadi termasuk merencanakan tindakan
pencegahan terhadap masalah yang mungkin terjadi;
 Mengkoordinasikan pelaksanaan pekerjaan yang di perlukan;
 Melaporkan pelaksanaan pekerjaan.
a) Manajer Pelaksana
Manajer pelaksana memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai
berikut :
 Merencanakan metode pelaksanaan, pemeriksaan dan pengujian
terkait mutu pekerjaan; dan
 Melaksanakan pekerjaan konstruksi sesuai dengan sasaran mutu,
biaya, waktu, dan Keselamatan Konstruksi dan lingkungan kerja.
b) Unit Pengendali Biaya
Unit pengendali biaya berfungsi membantu kepala proyek dalam hal :
 Menetapkan Rencana Pemeriksaan dan Pengujian;
 Mengembangkan dan memantau pelaksanaan prosedur pengendalian
mutu;
 Berkoordinasi dengan Direksi Lapangan/Konsultan MK terkait
dengan rencana pemeriksaan dan pengujian serta prosedur
pengendalian mutu;
 Melakukan audit internal atas kesesuaian pelaksanaan pekerjaan yang
dilaksanakan tim konstruksi dan kesesuaian pelaksanaan pemeriksaan
dan pengujian yang dilakukan tim pengendali mutu;
 Menyusun Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi (RMPK).
c) Unit Pengendali Mutu
Unit pengendali mutu bertugas :
 Melakukan pemeriksaan
 Merekomendasikan tindakan perbaikan yang diperlukan
 Membuat laporan hasil pemeriksaan
d) Unit Administrasi
Unit administrasi memberikan dukungan administrasi terhadap
kegiatan proyek yang meliputi :
 Penata usahaan
 Pemeliharaan dokumen proyek
2.3 Pengawas Pekerjaan
a) Pengawas Lapangan
Pengawas lapangan adalah orang yang melakukan pengawasan
terhadap pelaksanaan pekerjaan apakah sesuai dengan ketentuan yang telah
disepakati agar dapat memberikan laporan kepada Pimpinan Proyek
mengenai kualitas material dan peralatan yang digunakan sesuai dengan
rencana atau belum. Tugas dan tanggung jawab pengawas lapangan yaitu :
 Melaksanakan pengawasan pekerjaan di lapangan, sehingga tetap
terlaksana dengan baik sesuai dengan rencana kerja.
 Menampung segala persoalan di lapangan dan menyampaikannya
kepada pemimpin proyek.
 Membantu survey dan mengumpulkan data di lapangan.
 Menjaga hubungan baik dengan instasi serta masyarakat setempat
yang berhubungan dengan pekerjaan.
 Meneliti laporan bulanan yang diserahkan oleh kontaktor.
b) Quality Engineer
Tugas Quality Engineer yaitu :
 Bertanggung jawab kepada Site Engineer.
 Menyerahkan kepada Site Engineer himpunan data bulanan
pengendalian mutu paling lambat 14 bulan berikutnya. Himpunan data
harus mencakup semua tes laboratorium dan lapangan secara jelas dan
terperinci.
 Melakukan semua analisa semua tes, termasuk usulan komposisi
campuran (job mix formula) dan justifikasi teknik atas persetujuan dan
penolakan usul tersebut.
 Memerintahkan kontraktor untuk membongkar dan memperbaiki
kembali pekerjaan yang kualitasnya tidak sesuai dengan ketentuan.
 Menolak material dan peralatan kontraktor yang tidak memenuhi
syarat dan ketentuan yang berlaku.
 Memeriksakan hasil pekerjaan dari kontarktor apakah sesuai mutu dan
kualitas yang ditentukan.
c) Quantity Engineer
Tugas  Quantity Engineer yaitu :
 Bertanggung jawab kepada Site Engineer.
 Melakukan pengawasan terhadap pekerjaan kontraktor apakah sesuai
dengan kuantitas yang telah ditentukan.
 Menolak pekerjaan kontraktor yang kuantitasnya tidak sesuai dengan
ketentuan.
 Memberikan laporan tertulis pada pelaksanaan kegiatan atas hal-hal
yang menyangkut masalah pengendalian kuantitas.
d) Inspector
Tugas Inspector yaitu :
 Mengikuti petunjuk Chief Inspector dalam melaksanakan tugasnya.
 Mengirim laporan kepada Site Engineer atau Chief Inspector.
 Mengadakan pengawasan yang terus menerus di lokasi pekerjaan
yang sedang dikerjakan dan memberi laporan kapada Chief Inspector
atas pekerjaan yang tidak sesuai dengan dokumen kontrak. Semua
hasil pengamatan harus dilaporkan secara tertulis.
 Menyiapkan catatan harian untuk peralatan, tenaga kerja dan bahan
yang digunakan oleh kontaktor untuk menyelesaikan pekerjaan
harian.
e) Surveyor
Tugas Surveyor yaitu :
 Bertanggung jawab langsung kepada Quantity Engineer.
 Melakukan pengawasan ketelitian pengukuran oleh kontraktor
terhadap titik-titik penting sehingga tidak terjadi selisih dimensi
maupun elevasi.
 Mengumpulkan semua data pekerjaan yang dilaksanakan di lapangan
dan bertanggung jawab atas ketlitian yang didapat.
f) Lab Technician
Tugas Lab.Technician yaitu :
 Melaksanakn pngambilan contoh tanah/ material dan malakukan
pengujian tanah/ material di laboratorium.
 Mengevaluasi hasil tes tersebut dan bertanggung jawab terhadap
ketelitian dan kebenaran hasil yang diproses.
BAB III
JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN

Tabel 1 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Pembangunan Pagar Kantor Pengadilan Agama Muara Bulian

Waktu Pelaksanaan : 2 Mei 2013 - 28 Agustus 2013


NO Pekerjaan Harga pekerjaan durasi bobot (%) Minggu -ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
a. Pekerjaan Persiapan Rp 2,000,000.00 4 0.72 0.18 0.18 0.18 0.18
b. Pekerjaan Pagar Kantor
1 Pekerjaan Tanah Rp 4,696,420.00 2 1.69 0.84 0.84
2 Pekerjaan Pondasi Rp 3,254,370.00 3 1.17 0.39 0.39 0.39
3 Pekerjaan Beton Rp 76,890,650.00 7 27.62 3.95 3.95 3.95 3.95 3.95 3.95 3.95
4 Pekerjaan Dinding & Plesteran Rp 18,056,940.00 6 6.49 1.08 1.08 1.08 1.08 1.08 1.08
5 Pekerjaan Pagar Besi Hollow Rp 88,654,320.00 3 31.84 10.61 10.61 10.61
6 Pekerjaan Panel GRC Rp 74,897,330.00 3 26.90 8.97 8.97 8.97
7 Pekerjaan Finishing Rp 7,347,072.00 3 2.64 0.88 0.88 0.88
c. Pekerjaan Lain-lain Rp 2,597,898.00 2 0.93 0.47 0.47
Jumlah Rp 278,395,000.00 96.43 0.18 0.18 4.97 5.18 4.34 5.42 5.03 5.03 5.03 1.08 11.70 10.61 10.61 8.97 8.97 9.85 0.88 1.35 0.65
jumlah akumulatif 0.18 0.36 5.33 10.51 14.84 20.26 25.28 30.31 35.34 36.42 48.12 58.73 69.34 78.31 87.28 97.13 98.01 99.35 100.00
BAB IV
TAHAPAN PEKERJAAN

4.1 Tahap Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

Gambar 1. Tahapan Alur Pekerjaan Konstruksi


BAB V

GAMBAR DAN SPESIFIKASI TEKNIS

5.1 Gambar Detailed Engineering Design (DED)

Gambar 2. Tampak Depan Pagar

Gambar 3. Tampak Depan Desain Pagar

Gambar 4. Detail Kolom Praktis


Gambar 5. Detail Pondasi

Gambar 6. Detail Pagar


5.2 Spesifikasi Teknis
Dalam pekerjaan ini beton yang digunakan adalah beton siap pakai atau ready
mix concrete dengan mutu beton K 300. Pelaksana pekerjaan tidak dibenarkan
mencampur beton di site.
a) Baja Tulangan harus memenuhi syarat berikut :
 Besi untuk tulangan beton yang akan digunakan  dalam  pekerjaan ini
adalah baja dengan U-24 dan mutu U-39  (minimum yield-strees  3900
kg/cm2) dengan  diameter seperti ditetapkan dalam gambar kerja.
 Untuk baja tulangan dengan diameter lebih besar dari 16 mm harus dari
jenis  baja  ulir  (deformed  bar) sedangkan untuk diameter yang  lebih kecil
dapat dipakai baja polos.
 Setiap  pengiriman sejumlah besi tulangan ke  proyek harus dalam keadaan
baru dan disertai dengan  sertifikat  dari pabrik pembuat, dan bila Pengawas
Lapangan  memandang  perlu, contoh akan diuji di laboratorium atas beban
pemborong. Jumlah akan ditentukan kemudian sesuai kebutuhan.
 Penyimpanan/penumpukan harus sedemikian rupa sehingga baja tulangan
terhindar dari  pengotoran-pengotoran,  minyak, udara lembab  lingkungan 
yang  dapat  mempengaruhi/ mengakibatkan baja berkarat, dan lain-lain 
pengaruh  luar  yang mempengaruhi mutunya, terlindung atau ditutup
dengan terpal-terpal sebelum  dan setelah pembengkokan. Baja tulangan
ditumpuk di atas balok-balok kayu agar tidak langsung  berhubungan
dengan tanah.
b) Tulangan
 Gambar rencana kerja untuk baja tulangan, meliputi rencana pemotongan,
pembengkokan, sambungan, penghentian, diajukan oleh Kontraktor kepada
Pengawas Lapangan untuk mendapatkan persetujuan terlebih dahulu
sebelum pelaksanaan.  Semua detail harus memenuhi persyaratan seperti
yang dicantumkan dalam gambar kerja dan syarat-syarat yang harus diikuti
menurut SKSNI T-15-1991-03.
 Diameter-diameter pengenal harus sama seperti persyaratan dalam gambar
kerja dan bila mana diameter tersebut akan diganti maka jumlah luas
tulangan persatuan lebar beton minimal harus sama dengan luas penampang
rencana semula dan persyaratan jarak minimal antara tulangan menurut
SKSNI T-15-1991-03 dipenuhi. Sebelum melakukan perubahan-perubahan,
Kontraktor harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Pengawas
Lapangan.
 Semua pembengkokan tulangan harus dilakukan sebelum penyetelan atau
penempatan.  Tidak diperkenankan membengkokkan tulangan bila sudah
ditempatkan kecuali apabila hal ini terpaksa dan mendapat persetujuan
Pengawas Lapangan.
 Penulangan baja sebelum ditempatkan, keseluruhan harus dibersihkan dari
karat yang lepas dari flaky, millscale, lapisan atau bahan lain yang dapat
menghancurkan atau mengurangi pelekatan dengan beton.
 Tebal  selimut  beton untuk memberi  perlindungan pada baja tulangan
harus sesuai dengan gambar rencana.
 Tulangan  harus ditempatkan dengan teliti  pada  posisi  sesuai  rencana dan
harus dijaga jarak antara  tulangan  dan   bekesting untuk mendapatkan
tebal  selimut  beton (beton deking) minimal sesuai persyaratan. Untuk itu
Pemborong harus  mempergunakan  penyekat (spacer), dudukan (chairs) 
dari balok-balok beton  dengan  mutu  minimal  sama  dengan beton  yang 
bersangkutan.  Semua tulangan  harus diikat dengan baik dan  kokoh 
sehingga dijamin  tidak bergeser  pada waktu  pengecoran.  Kawat  pengikat
yang berlebih harus dibengkokkan ke arah dalam  beton.
 Sebelum melakukan pengecoran, semua tulangan  harus  terlebih  dahulu
diperiksa untuk memastikan jumlah dan ukurannya, ketelitian untuk
penempatannya,  kebersihan, dan untuk mendapatkan perbaikan bilamana
perlu. Tulang yang berkarat harus dibersihkan atau diganti  bilamana
dianggap Pengawas Lapangan akan merugikan atau  melemahkan 
konstruksi. Pengecoran tidak diperkenankan apabila  belum  diperiksa dan
disetujui secara tertulis oleh Pengawas Lapangan.
 Khusus  untuk selimut beton, dudukkan harus cukup  kuat dan jaraknya
sedemikian hingga tulangan  tidak  melengkung  dan  beton  penutup tidak
kurang dari yang  disyaratkan. Toleransi yang diperkenankan untuk
penyimpangan atau  deviasi terhadap bidang  horizontal  atau vertikal adalah
5 mm.
 Tidak  ada  bagian logam/tulangan atau  alat  digunakan  untuk
menyambungkan atau untuk  menjaga  penulangan   dalam  posisi   yang
sebenarnya  akan  dibiarkan  tetap  diantara selimut beton yang telah
ditentukan.
 Untuk semua tulangan kecuali sengkang harus merupakan tulangan ulir
tidak diperkenankan tulangan polos.
c) Beton dan pengecoran beton
 Beton yang dipergunakan adalah beton Site Mix dengan campuran  1 : 2 : 3.
 Pekerjaan pengecoran beton harus dilaksanakan sekaligus dan  harus 
dihindarkan  penghentian  pengecoran  (cold joint)  kecuali bila sudah
diperhitungkan pada  tempat-tempat yang  aman dan sebelumnya sudah
mendapat  persetujuan Pengawas Lapangan.  Pemborong harus  sudah 
mempersiapkan segala sesuatunya untuk pengamanan pelindung dan  lain-
lain yang  dapat menjamin kontinuitas pengecoran. 
 Sebelum pengecoran dimulai, semua peralatan,  material, serta tenaga yang
diperlukan sudah harus siap dan cukup  untuk suatu tahap pengecoran sesuai
dengan rencana yang  sebelumnya  disetujui  Pengawas Lapangan.
Tulangan, jarak,  bekesting  dan lain-lain, harus dijaga dengan baik 
sebelum  dan selama pelaksanaan pengecoran.
 Segera  setelah  beton dituangkan ke  dalam  bekesting,  adukan  harus
dipadatkan dengan concrete vibrator  yang  kemampuannya harus
mencukupi. Penggetaran harus  dijaga sedemikian agar supya tidak terjadi
pemisahan/segregasi  antara  komponen adukan beton.  Penggetaran 
dengan  concrete  vibrator  dapat  dibantu  dengan   perojokan,  apabila
dengan concrete vibrator tidak mungkin  dilakukan  dan  harus
mendapatkan  persetujuan  dari Pengawas Lapangan terlebih dahulu.
 Vibrator-vibrator  internal  berfrekuensi  tinggi  pada  masing-masing type
pneumatic elektrik ataupun  hidrolik harus  digunakan  untuk pemadatan
beton  dalam  seluruh kedudukan. Vibrator-vibartor tersebut harus dari  jenis
yang  disetujui oleh Pengawas Lapangan dengan  frekuensi  minimum 7000
getaran  per menit dan harus  mampu  mempengaruhi campuran  secara
tepat dan memiliki 25 mm  slump  untuk jarak   sekurang-kurangnya   500  
mm   dari   vibrator  tersebut. Vibrator tidak boleh mengenai cetakan,
tulangan baja dan juga tidak boleh digunakan untuk mengalirkan   beton
atau menyemprotkannya ke  dalam  tempatnya.  Vibrator tidak boleh terlalu
lama ditempatkan di  suatu  tempat yang dapat menyebabkan pemisahan
beton tersebut.
 Penuangan  beton  melebihi ketinggian  lebih  dari  1,5 meter  atau
pengendapan yang terlalu banyak pada  suatu titik atau menariknya
sepanjang cetakan tidak  diperkenankan.
 Pengecoran  harus menerus dan hanya boleh  berhenti  di tempat-tempat
yang diperhitungkan aman dan telah direncanakan  terlebih  dahulu  dan 
sebelumnya  mendapatkan persetujuan  dari Pengawas Lapangan.
Penghentian maksimum 2  jam. Untuk   menyambung  pengecoran-
pengecoran sebelumnya harus  dibersihkan permukaannya dan dibuat  kasar 
agar sempurna sambungannya dan sebelum adukan beton dituangkan,
permukaan yang akan disambung harus disiram dengan air semen dengan
campuran semen dan air adalah 1:0,5. Untuk penghentian pengecoran lebih
dari 5 jam, bidang yang akan disambung/dicor harus terlebih dahulu dioles
dengan additive/epoxy resin.
 Segera setelah pengecoran selesai, selama waktu pengerasan, beton harus 
dirawat / dilindungi dengan cara menggenanginya dengan air bersih atau 
ditutup dengan karung-karung  yang  senantiasa  dibasahi  dengan  air,
terus-menerus  selama  paling  tidak  10  hari  setelah pengecoran.
 Apabila  cuaca  meragukan,  sedangkan Pengawas Lapangan tetap
menghendaki agar pengecoran tetap harus berlangsung, maka pihak
Pemborong  diwajibkan  menyediakan   alat pelindung seperti terpal yang
cukup untuk melindungi tempat/bagian  yang  sudah  maupun  yang  akan 
dicor. Pengecoran  tidak  diijinkan selama hujan  lebat  atau   ketika suhu
udara naik di atas 320C.
d) Perawatan beton
 Seluruh beton harus dilindungi selama proses  pengerasan terhadap  efek-
efek yang ditimbulkan oleh  sinar  matahari dan angin, kelembaban dan
pengeringan yang cepat yang  dapat menyebabkan pengeringan, gangguan
pada proses hidrasi dan  perubahan  terhadap  mutu  beton   setelah
pengecoran, permukaan horizontal selesai diratakan dan/atau pada waktu
pemindahan dari cetakan.
 Perlindungan dapat dilakukan dengan penyiraman “springkling” dengan air
pada permukaan beton, menutup permukaan dengan plastik/karung basah
atau penyemprotan permukaan dengan curing compound.
 Perawatan  dengan  uap bertekanan  tinggi,  uap  dengan tekanan  atmosfir,
panas dan lembab atau  proses-proses lainnya  yang  bisa  diterima,  hanya 
dilakukan  untuk mempercepat pencapaian kekuatan serta mengurangi 
waktu perawatan, dengan persetujuan dari Pengawas Lapangan
e) Pekerjaan bata
 Untuk semua dinding pada pagar digunakan adukan campuran 1 PC : 4
Pasir.
 Batu bata merah yang digunakan batu bata eks lokal dengan kualitas baik
yang disetujui oleh Pengawas, yaitu siku dan sama ukurannya.
 Sebelum digunakan batu bata harus direndam dalam bak air atau drum
hingga jenuh.
 Setelah batu bata terpasang dengan adukan, naad/siar-siar harus dikerok
sedalam 1 cm dan kemudian disiram air.
 Pemasangan dinding bata dilakaukan bertahap, setiap tahap terdiri dari
maksimal 24 lapis setiap hari, diikuti dengan cor kolom struktur.
 Pembuatan lubang pada pasangan bata merah untuk perancah sama sekali
tidak diperkenankan.
 Tidak diperkenankan memasang bata merah yang patah dua melebihi  5 %.
Bata yang patah lebih dari dua tidak diperkenankan untuk digunakan.
 Pasangan bata merah untuk dinding ½ batu harus menghasilkan dinding
finish setebal 15 cm. Pelaksanaan pasangan harus cermat, rapi dan benar-
benar tegak lurus.
 Pemborong harus memperhatikan serta menjaga pekerjaan yang
berhubungan dengan pekerjaan lain. Jika terjadi kerusakan akibat
kelalaiannya, maka pemborong harus mengganti tanpa biaya tambahan.
 Pemborong harus menguji semua pekerjaan menurut persyaratan teknis dari
pabrik pembuat/produsen atau menurut yang ditentukan dalam RKS.
 Peralatan pengujian disediakan oleh pemborong
 Pengawas berhak meminta pengulangan pengujian bila hal ini dianggap
perlu.
 Apabila pengujian tidak dilakukan dengan baik atau kurang memuaskan
maka biaya pengujian dan penhgulanagn pengujian tersebut adalah
tanggungjawab pemborong.
f) Pekerjaan bata dan plesteran
 Dalam pekerjaan ini acian dibuat dalam campuran 1 PC : 2 Air, plesteran
dibuat dalam campuran 1 PC : 4 Pasir.
 Penggunaan mesin-mesin pengaduk (molen) dan peralatan yang memadai,
pekerjaan plesteran harus rata dengan tebal plesteran 20 mm dengan
toleransi minimal 15 mm dan maksimal 25 mm kecuali ditentukan lain.
 Bersihkan permukaan dinding batu bata dari noda-noda debu, minyak cat
dan bahan-bahan lain yang dapat mengurangi daya ikat plesteran agar benar-
benar siap untuk dilakukan pekerjaan plesteran. Permukaan yang akan
diplester disiram air hingga jenuh.
 Singkirkan semua hal yang dapat merusak/mengganggu pekerjaan plesteran.
 Bentuk screed sementara bila mungkin (untuk pembentukan dasar yang
permanen) untuk menjamin adanya ketebalan yang sama, permukaan yang
datar/rata, contour dan profil-profil akurat.
 Basahi seluruh permukaan bidang plesteran untuk peresapan, jangan
menjenuhkan permukaan dan jangan dipasang plesteran sampai permukaan
air yang terlihat tersebut telah lenyap/kering kembali.
 Letakkan/tempelkan campuran plesteran selama 2,5 jam (maksimal) setelah
proses campuran, kecuali selama udara panas/kring, kurangi waktu
penempatan itu sesuai yang diperlukan untuk mencegah pengerasan yang
bersifat sementara dari plesteran.
 Pekerjaan plesteran harus lurus, sama rata, datar maupun tegak lurus dan
untuk pekerjaan relief dengan ketebalan 4 cm terbuat dari spesi 1 : 4, yang
dibentuk sesuai gambar bestek dan harus dikerjakan oleh tenaga khusus
sehingga hasilnya maksimal.
 Untuk mendapatkan permukaan yang rata dan ketebalan yang sesuai dengan
yang disyaratkan, maka dalam memulai pekerjaan plesteran harus dibuat 
terlebih dahulu “kepala plestreran”.
 Pemborong harus memperhatikan serta menjaga pekerjaan yang
berhubungan dengan pekerjaan lain. Jika terjadi kerusakan akibat
kelalaiannya, maka pemborong harus mengganti tanpa biaya tambahan.
 Pondasi setempat dibuat dengan beton cor campuran 1 : 2 : 3, sesuai dengan
spesifikasi dan gambar rencana.
 Pada saat pengecoran beton harus dipadatkan dengan menggunakn vibrator
atau dirojok dengan tongkat kayu atau besi.
 Diatas pondasi setempat untuk tempat pemasangan tiang pagar BRC seperti
yang terdapat dalam gambar rencana.  
 Pemasangan pasangan bata dengan campuran 1 : 4, pasangan bata harus rapi
dan rata dengan nat spesi yang sama, kemudian dinding diplester dengan
campuran 1 :  4, plesteran harus rapi dan rata.
 Untuk ikatan antara pasangan bata dan tiang beton, sebelum pemasangan
bata dilakukan, pada tiap-tiap tiang harus dipasang paku beton secukupnya.

BAB VI
RENCANA PELAKSANAAN PEKERJAAN

6.1 Metode Kerja


a) Lingkup Pekerjaan
Pembangunan Pagar Kantor Pengadilan Agama Muara Bulian
b) Uraian Pekerjaan
 Pekerjaan persiapan
 Pekerjaan pagar
 Pekerjaan tanah
 Pekerjaan beton bertulang
 Pekerjaan pasangan
 Pekerjaan pengecatan
c) Tahapan Pekerjaan
Uraian metode pelaksanaan ini disusun berdasarkan urutan pada susunan
rancana anggaran biaya seperti yang terdapat pada dokumen lelang, namun urutan
semua pekerjaan akan mengikuti Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan seperti pada
lampiran dokumen lelang dan tahapan pelaksanaannya akan disebutkan pada setiap
penjelasan tatacara pelaksanaan dalam pembahasan selanjutnya. Setelah selesai
tahapan kegiatan pendahuluan/kegiatan pra-konstruksi, maka akan masuk dalam
tahapan pekerjaan pokok konstruksi.
Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan Persiapan adalah awal pekerjaan konstruksi. Pekerjaan persiapan
harus kerjakan untuk menunjang pekerjaan pokok. Uraian lingkup pekerjaan
persiapan adalah pengukuran dan pembersihan lapangan, pasangan bouwplank, sewa
gudang dan barak kerja, administrasi dan dokumentasi, kesehatan dan keselamatan
kerja.
Secara umum, uraian pelaksanaan pekerjaan persiapan adalah sebagai berikut:

a) Pengukuran dan pembersihan lapangan

Pekerjaan pengukuran dan leveling lapangan (Uitzet) merupakan jenis


pekerjaan yang digunakan untuk mewujudkan denah bentuk bangunan menjadi
suatu bangunan pada tanah lokasi yang telah disediakan.
 Di dalam pekerjaan membersihkan lokasi kerja dari sampah yang akan
menghambat jalannya pekerjaan selalu dilakukan pada awal pekerjaa.
 Memindahkan benda yang akan menghambat proses pekerjaan.
 Mengidentifikasikan acuan/bench mark (BM) sebagai level pembuatan
bangunan.
 Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudut hanya dilakukan dengan alat –
alat water pass / theodolith. Setelah pekerjaan pangukuran (survey) lokasi
proyek selesai, keterangan titik ketinggian peil dan sudut - sudut fisik
bangunan sudah didapatkan maka pekerjaan selanjutnya adalah Pemasangan
Bouwplank, Bouwplank sendiri merupakan patok kayu sementara yang
berfungsi untuk menentukan titik As bangunan yang akan dibangun.
 Memasang patok pada koordinat-koordinat yang ditentukan.
 Menentukan level bangunan berdasarkan acuan/patok BM dengan alat bantu
yang disepakati dan menandakan hasil pengukurannya pada patok yang telah
terpasang.

b) Pasangan Bouwplank

Bouwplank adalah alat bantu untuk membuat sudut (90°) dan


ketinggian/elevasi lantai. Bouwplank dibuat dari papan dan kayu balok.
Pemasangan bouwplank dilakukan pada jarak 1 m di luar denah yang akan
dibuat, tujuannya agar bouwplank tidak terbongkar saat penggalian pondasi.
Pemasangan bowplank dikerjakan setelah pekerjaan pengukuran dengan baik
menggunakan pesawat theodolith maupun metode penyikuan secara manual.
Pengukuran ini sangat penting karena merupakan dasar dari pembangunan
proyek, posisi bangunan pagar baik arah horizontal maupun vertical. Peil
bangunan umumnya diambil dari as jalan atau peil banjir yang telah ada, dan
menjadi acuan selanjutnya dalam melaksanakan pekerjaan. Setelah pekerjaan
pengukuran dilanjutkan dengan pekerjaan pasang bouwplank. Bouwplank
dibongkar setelah pekerjaan pondasi selesai dilaksanakan. Adapun Syarat-syarat
memasang bouwplank adalah sebagai berikut:
 Kedudukannya harus kuat dan tidak mudah goyah.
 Berjarak cukup dari rencana galian, diusahakan bouwplank tidak goyang
akibat pelaksanaan galian tanah.
 Terdapat titik atau dibuat tanda-tanda.
 Sisi atas bouwplank harus terletak satu bidang (horizontal) dengan papan
bouwplank lainnya.
 Letak kedudukan bouwplank harus seragam (menghadap kedalam bangunan
semua).
 Garis benang bouwplank merupakan as (garis tengah) daripada pondasi dan
dinding batu bata.
c) Sewa Gudang dan Barak Kerja

Dalam proyek pembangunan pagar ini disyaratkan untuk menyewa gudang


dan pengadaan barak kerja. Tahapan pekerjaan sewa gudang adalah pada saat
awal dimulainya pekerjaan. Gudang nantinya juga akan difungsikan sebagai
kantor lapangan yang antara lain fungsinya adalah:

 Membuat laporan, mempelajari gambar, membuat gambar kerja dan semua


administrasi proyek.

 Penempatan alat komunikasi, sehingga hubungan/komunikasi antara


pemilik, pengawas dan kontraktor dapat berjalan dengan baik.

 Menyimpan peralatan kerja khusus yang mudah hilang.

 Menyimpan bahan bangunan yang khusus.

Apabila opsi untuk menyewa tidak memungkinkan, misalnya tidak tersedia


bangunan yang cocok untuk disewa disekitar lokasi pekerjaan, maka akan
dikoordinasikan dengan direksi untuk mengambil alternatif lain seperti dibuat
bangunan dari kayu dan multipleks dalam lokasi pekerjaan untuk keperluan itu.
Bahan untuk bangunan tersebut di atas menggunakan rangka kayu kaso,
penutup dindingnya dari multiplek 9 mm dan penutup atap menggunakan seng
gelombang, lantai dengan discreeding. Bangunan tersebut di atas juga
mencakup bangunan gudang untuk menyimpan alat kerja dan material yang
rentan terhadap cuaca dan yang mudah hilang seperti : bor listrik, gerinda
listrik, vibrator, semen, keramik, cat, kabel, alat sanitair dan lainnya. Bangunan
gudang menggunakan rangka kayu kaso, penutup dinding dari multiplek 9 mm
dan penutup atap menggunakan seng gelombang, lantai dengan discreeding.
Bangunan tersebut di atas didirikan pada area yang tidak mengganggu proses
berlangsungnya pelaksanaan pekerjaan. Selain bangunan tersebut di atas, juga
diperlukan fasilitas akomodasi bagi tenaga kerja supaya tercapai efisiensi dari
segi waktu perlu dibuatkan sarana pemondokan atau barak. Perhitungan dengan
kuantitas yang akan berlangsung di lokasi pekerjaan diperlukan barak pekerja
dengan ukuran minimum 4 mx 10 m untuk kapasitas maksimum 15 - 20
personel/tenaga. Barak kerja akan dibuat berbentuk bangunan kayu dan tripleks
9 mm, lantai perkerasan rabat beton dan atap seng gelombang. Bangunan akan
dibuat kokoh sehingga kuat menampung beban dan angin serta lantai untuk
istirahat para pekerja dibuat lebih tinggi untuk menghindari genangan air.

d) Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah kegiatan yang terkait dengan
kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan pekerja yang bekerja di lokasi
proyek. Tujuan K3 adalah untuk memelihara kesehatan dan keselamatan
lingkungan kerja. Kesehatan dan keselamatan kerja cukup penting bagi moral,
legalitas, dan finansial. Konstruksi adalah salah satu pekerjaan yang paling
berbahaya di dunia, menghasilkan tingkat kematian yang paling banyak di antara
sektor lainnya. Praktek K3 (keselamatan kesehatan kerja) meliputi pencegahan,
pemberian sanksi, dan kompensasi, juga penyembuhan luka dan perawatan
untuk pekerja dan menyediakan perawatan kesehatan dan cuti sakit. Peralatan
kerja seperti mesin dan juga bahan-bahan untuk kebutuhan konstruksi dari
logam dan bahan kimia bisa membahayakan pekerja. Banyak permesinan yang
melibatkan pemindahan komponen dengan kecepatan tinggi, memiliki ujung
yang tajam, permukaan yang panas, dan bahaya lainnya yang berpotensi
meremukkan, membakar, memotong, menusuk dan memberikan benturan dan
melukai pekerja jika tidak digunakan dengan aman. Tindakan khusus untuk
mewujudkan kesehatan dan keselamatan kerja dalam proyek ini dapat dilihat
dalam tabel berikut ini:

 Pengadaan bahan-bahan medis dan obat-obatan untuk pertolongan pertama


jika terjadi kecelakaan.

 Pengadaan peralatan safety seperti helm, sarung tangan, sepatu boot,


kacamata dan masker. Jumlahnya akan disesuaikan untuk masingmasing
item pekerjaan.

 Untuk pekerjaan pada ketinggian seperti plesteran dan acian, relief dan
pengecatan akan diadakan scafolding.
 Penempatan lokasi workshop untuk perakitan besi dan bekisting pada lokasi
yang terlindungi dan tidak membahayakan kagiatan lain. Karena pada
workshop terdapat penggunaan peralatan kerja terutama mesin dapat
menyebabkan Kebisingan yang dapat memberikan bahaya tersendiri yang
mampu mengakibatkan hilangnya pendengaran. Pada proses kerja di
workshop juga akan terjadi temperatur ekstrim, misalnya pada pekerjaan
pengelasan yang yang menimbulkan efek Kejutan listrik memberikan risiko
bahaya seperti tersengat listrik, luka bakar, dan jatuh dari fasilitas instalasi
listrik.

 Mengatur lokasi penyimpanan/gudang untuk bahan/material yang berbahaya


terpisah dari bahan/material biasa.

 Mengatur lokasi parkir kendaraan terpisah dari lokasi penyimpanan material


dan workshop.

 Memberikan pengarahan kepada pekerja untuk menjalankan prosedur


keselamatan kerja pada setiap jenis pekerjaan untuk menghindari terjadinya
kecelakaan kerja.

 Menyediakan rambu-rambu dan papan-papan peringatan keselamatan kerja


dalam lokasi proyek.

e) Administrasi dan Dokumentasi

Pekerjaan administrasi, pelaporan dan dokumentasi akan dikoordinir oleh staf


administrasi dan dokumentasi. Selain mengerjakan pekerjaan administrasi
pokok, staf administrasi dan keuangan juga akan mengidentifikasi kebutuhan
tempat tinggal, kebutuhan kendaraan dan sebagianya. Perlengkapan
pemeliharaan pekerjaan di sediakan secukupnya dan dokumen –dokumen,
administrasi proyek dan lain-lain yang berhubungan dengan pekerjaan.
Mobilisasi peralatan yaitu biaya untuk mendatangkan dan/atau memasang
peralatan ke lokasi pekerjaan dimana jenis peralatan disesuaikan dengan
kebutuhan volume pekerjaan dan jangka waktu pelaksanaan. Pekerjaan
administrasi dan dokumentasi proyek mencakup:
 Pengurusan administrasi proyek, Pekerjaan ini mencakup: back up data
mutual check nol (MC-0) dan shop drawing - Back up data mutual check
final dan as built drawing, pengurusan dan biaya kontrak, biaya administrasi
harian seperti pembuatan requst, pengadaan whiteboard dan perlengkapan,
dan pengadaan dokumen-dokumen yang harus dipublikasikan di direksi
keet, pengurusan termyn.

 Dokumentasi dan pelaporan proyek, Pekerjaan ini mencakup: pembuatan


laporan harian, berkoordinasi dengan site manager, pembuatan laporan
mingguan, berkoordinasi dengan site manager, pembuatan laporan bulanan,
berkoordinasi dengan site manager, dokumentasi proyek, akan ditangani
oleh pelaksana lapangan. Tiap jenis pekerjaan akan di dokumentasikan
sebagai dokumentasi proyek yang akan digunakan dan diminta oleh direksi
proyek.Dokumentasi proyek dimulai dari kondisi nol (0%), proses
pelaksanaan dan kondisi selesai (100%). Foto dokumentasi akan
dilampirkan pada masingmasing laporan sebagai pembuktian atas pekerjaan
masing-masing.
Pekerjaan Pagar
Setelah pekerjaan persiapan, dilanjutkan dengan pekerjaan pagar.
a) Pekerjaan galian tanah
Pekerjaan galian tanah untuk pondasi dan galian tanah untuk pondasi batu
gunung ukurannya berbeda tetapi tahapan dan tatacara pelaksanaan galiannya sama.
Galian tanah dikerjakan tepat setelah pemasangan bouwplank.
 Pembuatan dan pengajuan gambar shop drawing pekerjaan struktur beton
tiap bagian.
 Pekerjaan persiapan galian yaitu mempelajari shop drawing untuk
mengetahui posisi dan dimensi galian baik untuk pondasi tapak maupun
pondasi batu gunung.
 Jika sebelumnya bouwplank dipasang untuk keseluruhan bangunan, maka
perlu dipasang bouwplank tambahan untuk galian pondasi tapak agar
dimensi galiannya sesuai dengan tetap mengacu pada bouwplank induk.
 Menyiapkan tenaga penggali dan peralatan gali seperti cangkul, sekop,
cangkul burung, pangki dan lain-lain.
 Penggalian tanah untuk pondasi setempat dilakukan secara hati-hati serta
harus mengetahui ukuran panjang, lebar dan kedalaman pondasi.
 Lebar dasar galian tanah pondasi hendaknya dibuat lebih lebar dari ukuran
pondasi agar tukang lebih leluasa bekerjanya atau disesuaikan dengan
ukuran lebar pondasi sesuai dengan gambar kerja. Semua galian tanah harus
ditempatkan diluar dan agak jauh dari pekerjaan penggalian agar tidak
mengganggu pekerjaan. Seluruh pekerjaan tanah dan pondasi ini harus
sesuai dengan volume pekerjaan, gambar kerja dan RKS.
 Tanah hasil galian ditempatkan di sekitar galian pada tempat yang tidak
akan mengganggu pekerjaan lain, karena tanah tersebut akan dipakai untuk
timbunan kembali
b) Pekerjaan beton bertulang
 Komponen Bertulang terdiri dari Pondasi Tapak dan Kolom Pedestal, Sloof
dan kolom pagar.
 Struktur Pondasi tapak dan kolom pedestal merupakan satukesatuan.
Konstruksi tulangan dari kedua struktur ini juga satu kesatuan.
 Tahapan pelaksanaan:

 Persiapan
 Approval material yang akan digunakan.
 Persiapan dan penyesuaian lahan kerja lahan kerja.
 Persiapan material kerja, antara lain : pasir beton, kerikil beton, besi
beton, kawat beton, semen PC, pasir, multiplek 9 mm, paku, minyak
bekesting, balok kayu, kayu lat, papan kayu dan lain-lain.
 Persiapan alat bantu kerja, antara lain : concrete mixer (molen),
vibrator, meteran, gergaji, bar bender, schafolding, raskam, benang,
selang air, timba cor, kereta sorong dan lain-lain.
 Fabrikasi dan instalasi besi tulangan
 Pelaksanaan fabrikasi besi tulangan memerlukan tempat yang cukup
luas untuk menaruh, memotong besi beton dan membengkoknya
sehingga sesuai dengan gambar yang telah disetujui.
 Membuat cutting plan sesuai dengan kebutuhan yang dibutuhkan oleh
gambar rencana.
 Besi beton yang dipakai untuk proyek ini mutu dan diameter
(spesifikasi) disesuaikan dengan gambar kerja dan RKS.
 Potong dan bentuk besi beton dengan ukuran sesuai gambar kerja yang
sudah dituangkan dalam cutting plan.
 Merangkai besi beton dan mengikat dengan kawat beton.
 Besi beton yang telah difabrikasi diberi tanda sesuai dengan
penempatannya, supaya tidak membingungkan/membuang waktu untuk
saat akan dipasang.
 Tulangan pondasi yang sudah dibentuk untuk pondasi tapak
ditempatkan pada lubang galian setelah diberikan pasir urug 5 cm.
 Tulangan sloof yang sudah dirakit dipasang di atas pondasi batu gunung
yang telah selesai dikerjakan dan sebelumnya dipasang angchor/stick.
 Tulangan kolom dipasang pada stick yang disediakan pada pekerjaan
kolom pedestal.
 Instalasi tulangan kolom bersama bekisting harus tegak lurus.
 Penyetelan tegak lurus pada sisi-sisi bekisting kolom dengan waterpass
tangan dan unting-unting.
 Posisi penempatan tulangan yang horizontal harus tepat dan lurus pada
as rencana penempatan kolom dan as pasangan bata serta lurus merata
secara vertikal.
 Tulangan pondasi tapak tidak boleh bersentuhan langsung pasir
urug/dasar galian, tetapi diberikan beton dacking setebal 5 – 7 cm.
 Tulangan kolom dipasang tegak lurus mengikuti bekisting dan
diberikan beton dacking agar seluruh tulangan terselimuti.
 Fabrikasi dan instalasi bekisting
 Fabrikasi bekesting dikerjakan di lokasi proyek untuk memudahkan
pengukuran dan mempercepat pelaksanaannya, karena angkutan
bekesting menjadi dekat.
 Fabrikasi bekesting untuk struktur beton diatas permukaan tanah
seperti: kolom, balok, plat lantai dan tangga menggunakan bahan dari
multiplek 9 mm dan perkuatan menggunakan balok kayu dan alat
perancah schafolding, langkah kerja adalah sebagai berikut: 1.
Multiplek dipotong sesuai dengan bentuk dan ukuran dalam gambar
kerja. 2. Pasang dan rangkai potongan multiplek pada area struktur yang
akan dicor dengan perkuatan kayu balok 5/5 cm sebagai tulangan, kayu
support dan schaffolding. 3. Sebelum pengecoran, bekesting harus
benar-benar diperiksa kembali jangan sampai ada celah yang berakibat
kebocoran. Pasangan bekesting harus rapih, siku dan lurus sehingga
hasil pengecoran beton dapat menghasilkan bidang yang flat/maksimal.
4. Sebelum pengecoran, bagian dalam bekisting diberi minyak
bekisting.
 Untuk kolom pedestal, dibuatkan sepatu kolom dengan besi beton atau
besi plat siku untuk menjaga agar kolom tetap tegak lurus dan siku.
 Setting (pasang) besi tulangan yang telah difabrikasi ke dalam
bekesting.
 Pasang beton dacking dan cakar ayam secara merata dan sesuai
kebutuhan.
 Memeriksa kembali elevasi dan kerataan pemasangan bekesting.
 Pengecoran beton
 Untuk pondasi tapak, sebelum pengecoran pada galian tanah diberikan
pasir urug setebal 5 cm.
 Pada tahapan pekerjaan pondasi dan pedestal, pondasi tapak dicor lebih
dulu, kolom pedestal dilanjutkan pengecorannya setelah pondasi tapak
mengeras.
 Sebelum melakukan pengecoran beton terlebih dahulu kontraktor
membuat Job Mix Formula untuk menentukan komposisi campuran
yang diperlukan sehingga didapatkan mutu beton yang sesuai dengan
yang diharapkan. Job Mix Formula yang telah dibuat kontraktor
diserahkan kepada direksi maupun pengawas lapangan untuk disetujui.
Untuk keperluan pengecoran pondasi tapak dan kolom pedestal Pada
proyek ini menggunakan beton mutu K-200.
 Pengecoran beton dimulai setelah konsultan/direksi menyetujui untuk
pengecoran beton yang dinyatakan dalam permohonan pelaksanaan
kerja.
 Sebelum dilakukan pengecoran, diperiksa kembali kekuatan acuan yang
sudah dipasang /difabrikasi, semua ukuran dan perkuatan acuan
diperiksa benar dan disahkan oleh konsultan/direksi untuk pekerjaan
selanjutnya.
 Membersihkan seluruh permukaan dan lokasi pengecoran dari kotoran
dan sampah.
 Beton yang diaduk dengan molen (concrete mixer) dituangkan ke dalam
area pengecoran, pada saat pengecoran adukan beton diratakan dan
dipadatkan dengan vibrator sehingga beton dapat padat dan mecapai
sela-sela ruang pembesian.
 Seluruh area pengecoran akan disiapkan sepenuhnya sehingga tidak
terdapat penyambungan pengecoran.
 Curring Beton
Metoda yang mudah digunakan untuk curing/perawatan beton dalam
hal ini adalah penyiraman langsung dengan air bersih secara rutin.
 Urugan tanah kembali
Setelah selesai masa pemeliharaan beton dan bekistingnya telah
dibongkar, maka akan dilakukan pengurugan kembali tanah bekas galian
pada area pondasi tapak.
c) Pondasi Batu Gunung dan Angchor Stick dia.8 mm – 1000 mm
Tahapan pekerjaan pasangan pondasi batu gunung adalah setelah selesainya
pekerjaan kolom pedestal dan betonnya mengeras. Hal ini bertujuan agar tidak
terganggunya struktur kolom pedestal yang merupakan kunci terbentuknya pagar
yang simetris dan akan memudahkan dalam membuat pedoman/patok acuan
untuk pekerjaan pemasangan pondasi batu gunung. Langkah-langkah
pembuatannya adalah sebagai berikut:
 Pekerjaan persiapan
 Persiapan awal adalah pengukuran dan pemasangan bouwplank seperti
yang telah dijelaskan di atas.
 Berdasarkan hasil dari field engineering maka akan diadakan
Pembuatan dan pengajuan gambar shop drawing pekerjaan pasangan
batu kali. Dalam hal ini level/ketinggian untuk semua pekerjaan telah
ditentukan, termasuk level pemasangan batu gunung. Level tersebut
ditandakan pada sebuah patok permanen untuk digunakan kembali pada
saat pekerjaan dilaksanakan.
 Mengadakan contoh material yang akan digunakan sesuai dengan
spesifikasi teknis dan mengajukan approval material kepada direksi.
 Mempersiapkan kembali lahan yang sudah digali bersamaan dengan
galian pondasi tapak (dirapikan kembali).
 Persiapan material kerja, antara lain : batu gunung atau batu kali, semen
PC, pasir pasang, air, dan lain-lain.
 Persiapan alat bantu kerja, antara lain: meteran, benang, selang air, dan
lain-lain.
 Setelah pekerjaan persiapan selesai, maka tahap selanjutnya adalah
Pelaksanaan pekerjaan pasangan batu kali, dengan mengikuti langkah
pekerjaan sebagai berikut :
 Merapikan kembali galian tanah untuk pasangan batu gunung.
 Memastikan galian tanah untuk pasangan batu kali, ukuran lebar dan
kedalaman sudah sesuai rencana.
 Memasang patok kayu dan benang sebagai acuan leveling pasangan
batu gunung.
 Membuat adukan dari semen dan pasir ikat untuk mengikat pasangan
pondasi batu kali dengan campuran 1 : 4.
 Diberikan urugan pasir dengan tebal padat 5 cm dan dipadatkan.
 Selanjutnya di atas urugan pasir, dibuat pasangan batu kosong
(aanstamping). Pada pasangan batu kosong dipergunakan pecahan batu
gunung yang berukuran kecil, sehingga memudahkan untuk
mendapatkan ketebalannya dan lebarnya disesuaikan dengan ukuran
dalam gambar rencana.
 Sebelum pemasangan, batu kali dibasahi dengan air telebih dahulu.
 Pasang batu kali di atas pasangan batu aanstamping dengan
menggunakan adukan yang merata mengisi rongga-rongga antar batu
kali.
 Batu yang berukuran besar dan yang mempunyai permukaan rata
dipasang di bagian pinggir yang diikat dengan adukan, sedangkan
pecahan batu gunung yang berukuran kecil difungsikan sebagai
pengikat dan ditempatkan pada bagian dalam pasangan pondasi
sehingga pondasi akan terbentuk dengan rapi.
 Batu kali disusun sedemikian rupa sehingga pasangan batu kali tidak
mudah retak/patah dan berongga besar.  Sebelum mengunci bagian
atas pasangan batu dengan adukan dan batu yang berukuran kecil,
terlebih dahulu dipasang angchor/stick  8 mm tiap 1 meter.
 Memeriksa kembali elevasi pekerjaan pasangan batu kali apakah sudah
sesuai rencana.
 Pekerjaan akhir adalah finish pasangan batu kali dengan plesteran siar.
 Setelah pondasi selesai, Tahapan terakhir adalah pengurugan kembali
tanah bekas galian.
 Tanah hasil galian diurug ke dalam lubang galian yang masih tersisa
dan dipadatkan.
d) Pasangan Dinding Bata 1 : 2
Urutan pelaksanan pasangan dinding bata 1 : 2 pagar adalah setelah
membongkar bekisting sloof dan setelah selesai melakukan pekerjaan
pengecoran kolom.
 Langkah pertama adalah mempelajari shop drawing dan mengajukan
request pekerjaan kepada direksi.
 Mengadakan bahan dan material seperti batu bata, pasir ikat dan semen PC.
 Membuat pengukuran kembali di atas sloof untuk memasang patok dan
benang acuan.
 Marking posisi pasangan bata setebal bata (dua garis).
 Buat marking pinjaman sejauh 50 cm dari posisi dinding bata dua sisi.
 Pasang batang profil kayu/besi untuk acuan pada kedua sisi pasangan bata
yang akan dipasang. Cek verticality kayu acuan dengan pendulum (unting-
unting).
 Pasang benang secara horizontal dari acuan ke acuan untuk setiap 2 lapis
bata.
 Rendam bata dalam air.
 Aduk mortar (adukan) untuk pasangan bata dengan komposisi sesuai
spesifikasi teknis.
 Mortar awal berfungsi sebagai perataan permukaan.
 Memasang bata lapis pertama. Cek posisi pasangan terhadap marking, jika
sesuai dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya sesuai benang acuan sampai
ketinggian 1 m. Tebal spesi diusahakan 1 ~ 1.5 cm (tergantung gradasi
pasir).
 Lanjutkan pemasangan setiap 1 m tinggi.
 Lakukan curing pasangan bata dengan disiram air setiap hari, guna menjaga
penyusutan yang berlebihan.
e) plesteran Dinding Bata 1 : 2
Adapun langkah langkah dalam pekerjaan pelesteran adalah sebagai berikut:
 Mempelajari shop drawing dan mengajukan request pekerjaan kepada
direksi.
 Mempersiapkan material berupa pasir plester, semen PC dan air.
 Memastikan kembali kelurusan pasangan bata.
 Memasang kepalaan/profil pada sisi-sisi dinding. Biasanya profil dipakai
profil alumunium karena kuat, lurus dan mudah dipaku atau kayu yang
ketam dengan benar-benar lurus.
 Profil dipasang tegak benar-benar tegak lurus dibantu dengan untingunting
dan dilengketkan pada sisi dinding yang akan diplester sekuat mungkin.
 Siram permukaan bata sampai dengan jenuh permukaan.
 Adukan plesteran yang sudah dibuat dihamparkan ke dinding yang akan
diplester dan digosok dengan raskam (metode plester Aceh).
 Penggosokan dilakukann sedemikian rupa sehingga adukan semen benar-
benar lengket ke dinding secara merata dan permukaannya halus.
 Pengecekan kelurusan plesteran dilakukan dengan memasang benang pada
profil kiri-kanan dinding.
 Lakukan pengecekan kembali setelah selesai plesteran.
 Sambil menunggu setting plesteran ± 7 hari, plesteran disiram 2x sehari.
f) Acian halus kolom
Pekerjaan acian halus kolom identik dengan tatacara plesteran dinding bata.
Berikut ini akan diuraikan langkah langkah dalam pekerjaan acian halus kolom:
 Mempelajari shop drawing untuk mengetahui ukuran kolom.
 Tujuan mengaci kolom adalah untuk membentuk kolom benar-benar rapi,
siku dan sejajar satu sama lain.
 Langkah pertama adalah memasang profil pada kolom paling ujung pada
sisi luar dan sisi dalam.
 Profil dipasang tegak lurus.
 Dipasang benang pada profil tersebut untuk meluruskan “barisan” kolom.
 Adukan semen dan pasir diaplikasikan ke kolom benar-benar mengikuti
benang sehingga kolom akan terlihat lurus dan siku.
g) Relief Dinding Pagar dan Relief Kolom Pagar
Metode pelaksanaan pekerjaan relief dinding pagar dan relief kolom pagar
adalah sebagai berikut:
 Mempelajari shop drawing untuk mengetahui motif relief.
 Mengajukan request pekerjaan kepada direksi.
 Mengadakan tenaga khusus relief.
 Membuat profil sesuai dengan bentuk dan motif relief.
 Selanjutnya adalah pembentukan adonan semen dan air menjadi bentuk
relief yang sesuai dengan bentuk yang diinginkan.
h) Pengadaan dan Pemasangan Pagar Hollow
Pengadaan pagar besi hollow dilakukan dengan memesan pada suplier khusus
penyedia/pengrajin logam/toko las. Keping pagar hollow akan dipesan sesuai
dengan spesifikasi yang telah ditentukan dan sudaah finishing cat. Untuk
pemasangan Pagar Hollow akan disediakan tenaga khusus karena akan
menggunakan peralatan yang khusus pula, yang terpenting adalah, pagar
dipasang lurus pada as pagar, tegak lurus dan rapi serta tidak merusak bangunan
pagar yang sudah ada.
i) Pengadaan dan Pemasangan Pintu Pagar Hollow (Lengkap Aksesries)
Pintu pagar hollow akan dipesan kepada suplier yang sama suplier penyedia
pagar hollow. Pintu pagar dipesan sesuai dengan bentuk yang ditentukan dalam
shop drawing. Pengadaan ini juga include dengan pemasangannya oleh suplier,
karena mereka mempunyai tenaga ahli yang berpengalaman dan mempunyai
peralatan yang lengkap.
j) Pengadaan dan Pemasangan Panel GRC (Kolom)
 Langkah awal adalah mempelajari shop drawing untuk mengetahui bentuk
dan motif dari panel GRC yang akan dipasang pada kolom.
 Selanjutnya panel tersebut akan dipesan dalam jumlah yang dibutuhkan di
lapangan tentu saja dengan spesifikasi bahan yang telah disetujui oleh
direksi.
 Pemasangan akan dilakukan oleh suplier sendiri karena pihak suplier
mempunyai tenaga ahli dan peralatan khusus untuk pemasangan ini.
k) Pengecatan Dinding dan Kolom
Berikut ini adalah ruang lingkup pengecatan berikut penjelasannya:
 Memastikan permukaan dinding yang akan dicat bersih dan kering untuk
melindungi dari jamur dan mencegah terjadinya pengelupasan, faktor
kekeringan pada dinding yang akan dicat berpengaruh langsung pada daya
rekat cat yang akan kita aplikasikan, cat akan bagus jika menempel langsung
pada permukaan dinding yang akan kita cat.
 Membersihkan permukaan dinding dengan amplas yang kasar atau gunakan
scrapping besi untuk membersihkan permukaan dari sisa acian yang
menonjol atau kotoran yang mengeras.
 Lapisi permukaan dinding yang tidak rata dengan plamir dengan scrap
untuk menahan keluarnya air dari dalam tembok.
 Mempersiapkan bahan cat dengan warna dan spesifikasi yang ditentukan
dan telah disetujui direksi.
 Mempersiapkan semua alat-alat yang dibutuhkan seperti kuas dan rol yang
tepat.
 Untuk mengefektifkan pemakaian cat, tembok baru dilapisi dengan dengan
sealer tembok yang berkualitas baik.
 Setelah dilapis, permukaan tembok akan menjadi lebih halus, rata, dan siap
untuk dicat. Sebelum melakukan pengecatan, harus diperhatikan
kelembapan tembok yang terjadi akibat bahan yang digunakan sebagai
campuran bahan dasar tembok.
 Cat diaduk hingga tercampur rata. Tuangkan dalam bak untuk mengecat.
Celupkan roller ke dalam cat, lalu gulirkan roller pada permukaan hingga
cat tak menetes. Untuk tahap akhir, sapukan cat pada permukaan tembok.
 Untuk mengecat pinggiran tembok atau lis digunakan kuas. Setelah lapisan
pertama mengering (2-3 jam), dilanjutkan mengecat lapisan kedua di atas
lapisan pertama.
 Mengecat tembok dengan satu warna sebaiknya dikerjakan dalam satu kali
pengerjaan. Sebelum cat terpoles di seluruh permukaan tembok, jangan
berhenti agar hasilnya tak membuat warna tampil berbeda.
6.2 Tenaga Kerja
6.3 Material/Bahan
a) Semen
 Jenis semen yang dipakai untuk beton dan adukan dalam pekerjaan ini
adalah Portland Cement yang memenuhi syarat-syarat SII 0013 - 81.
 Semen yang didatangkan ke proyek harus dalam keadaan utuh dan baru. 
Kantong-kantong pembungkus harus utuh dan tidak ada sobekan.
 Penyimpanan semen harus dilakukan di dalam gudang tertutup dan harus
terlindung dari pengaruh hujan, lembab udara dan tanah. Semen ditumpuk
di dalamnya di atas lantai panggung kayu minimal 30 cm di atas tanah.
Tinggi penumpukan maksimal adalah 15 lapis.  Semen yang kantongnya
pecah tidak boleh dipakai dan harus segera disingkirkan keluar proyek.
 Semen yang dipakai harus diperiksa oleh Pengawas Lapangan sebelumnya. 
Semen yang mulai mengeras harus segera dikeluarkan dari proyek. Urutan
pemakaian harus mengikuti urutan tibanya semen tersebut di lapangan
sehingga untuk itu. Kontraktor diharuskan menumpuk semen berkelompok
menurut urutan tibanya di lapangan.
 Semen yang umurnya lebih dari tiga bulan sejak dikeluarkan dari pabrik
tidak diperkenankan dipakai untuk pekerjaan yang sifatnya struktural.
 Bilamana Pengawas Lapangan memandang perlu, Kontraktor harus
melakukan pemeriksaan laboratorium untuk memeriksa dan melihat apakah
mutu semen memenuhi syarat, atas biaya Kontraktor.
b) Agregat
 Agregat halus atau pasir untuk pekerjaan beton dan adukan harus berbutir
keras, bersih dari kotoran dan zat-zat kimia organic/anorganik yang dapat
merugikan mutu beton ataupun baja tulangan, dan bersudut tajam. Susunan
pembagian butir harus memenuhi persyaratan seperti tabel di bawah ini:

 Persentase berat fraksi butiran yang lebih halus  dari 0,074  mm  dan atau
 

kotoran atau  lumpur  tidak  boleh lebih  dari  5 % terhadap berat 


keseluruhan.  Kecuali ketentuan di atas, semua ketentuan agregat halus
beton  (pasir) pada SKSNI T-15-1991-03 harus dipenuhi.
 Agregat kasar adalah batu pecah (split) dengan ukuran maksimal 2,5 cm,
dan mempunyai bidang pecah minimum 4 buah,  dan  mempunyai bentuk
lebih kurang seperti kubus.
 Batu  pecah  harus diperoleh dari  batu  keras yang digiling oleh mesin
pemecah batu sesuai dengan persyaratan  PBI, bersih,  serta  bebas  dari
kotoran-kotoran    yang dapat mengurangi kekuatan mutu beton  maupun 
baja.  Pembagian butir  harus  memenuhi ketentuan seperti di bawah ini.
 Bilamana diperlukan, pemborong harus mengadakan pencampuran-
pencampuran butir untuk memperoleh pembagian butir (grain size
distribution) seperti yang disyaratkan diatas.
c) Baja Tulangan harus memenuhi syarat berikut :
 Besi untuk tulangan beton yang akan digunakan  dalam  pekerjaan ini
adalah baja dengan U-24 dan mutu U-39  (minimum yield-strees  3900
kg/cm2) dengan  diameter seperti ditetapkan dalam gambar kerja.
 Untuk baja tulangan dengan diameter lebih besar dari 16 mm harus dari
jenis  baja  ulir  (deformed  bar) sedangkan untuk diameter yang  lebih kecil
dapat dipakai baja polos.
 Setiap  pengiriman sejumlah besi tulangan ke  proyek harus dalam keadaan
baru dan disertai dengan  sertifikat  dari pabrik pembuat, dan bila Pengawas
Lapangan  memandang  perlu, contoh akan diuji di laboratorium atas beban
pemborong. Jumlah akan ditentukan kemudian sesuai kebutuhan.
 Penyimpanan/penumpukan harus sedemikian rupa sehingga baja tulangan
terhindar dari  pengotoran-pengotoran,  minyak, udara lembab  lingkungan 
yang  dapat  mempengaruhi/ mengakibatkan baja berkarat, dan lain-lain 
pengaruh  luar  yang mempengaruhi mutunya, terlindung atau ditutup
dengan terpal-terpal sebelum  dan setelah pembengkokan. Baja tulangan
ditumpuk di atas balok-balok kayu agar tidak langsung  berhubungan
dengan tanah.
d) Air harus memenuhi syarat berikut:
 Air yang dipakai untuk adukan beton harus bersih dan adukan  spesi harus
bebas dari zat-zat organik,  anorganik,  asam, garam, dan bahan alkali  yang 
dapat mempengaruhi berkurangnya kekuatan dan atau keawetan beton.
Mutu air tersebut sedapat mungkin bermutu air minum.
 Air yang akan dipakai untuk pekerjaan beton,  membilas,  membasahi dan
lain-lain harus mendapat  pemeriksaan  dan  persetujuan dari Pengawas
Lapangan sebelum  dipakai.
 Pemborong harus menyediakan air kerja di bak  penampungan air di
lapangan untuk  menjamin  kelancaran kerja.
e) Bekisting
 Bahan bekisting untuk pekerjaan ini dapat menggunakan bekisting dari kayu
dan  plywood untuk pekerjaan beton bertulang seperti yang tertera dalam
gambar.
 Untuk mendapatkan bentuk penampang, ukuran beton seperti dalam gambar
konstruksi bekisting harus dikerjakan dengan baik, lurus, rata, teliti dan
kokoh.
 Pekerjaan bekisting harus sedemikian rupa hingga bekisting terjamin rapat
dan adukan tidak merembes keluar.
 Sebelum pengecoran dimulai, bagian dalam dari bekisting harus bersih dari
kotoran serta tidak ada genangan air yang mengakibatkan turunnya mutu
beton. Untuk menjamin bahwa bagian dalam bekisting benar-benar bersih
dan tidak ada genangan air dapat digunakan kompressor.
 Finishing beton bertulang dalam arti penambalan-penambalan sejauh
mungkin dihindari dan bila terpaksa dilakukan, harus dilakukan sesuai
petunjuk Pengawas Lapangan.

6.4 Peralatan
6.5 Aspek Keselamatan Konstruksi (Kesehatan dan Keselamatan Kerja/K3)
PENANGGUNG
BAGIAN URAIAN IDENTIFIKASI PENGENDALIAN
NO JAWAB (Nama
PEKERJAAN PEKERJAAN BAHAYA RISIKO K3
Petugas)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Pekerjaan Pemasangan Tergores besi Penggunaan APD
Pasangan Bata kolom praktis yang sesuai
Ringan dan
kolom Terjepit besi Melaksanakan
pekerjaan sesuai
prosedur
Terpukul palu Melakukan pelatihan Pelaksana Struktur
kepada pekerja

Tertusuk kawat Penggunaan APD


yang sesuai

Pemasangan Kejatuhan material


bata
Penempatan material
harus baik dan
teratur. Pamasangan
jaring atau jala
Pelaksana Arsitektur
pengaman di area
bawah
Iritasi pada kulit Penggunaan APD
akibat terkena yang sesuai
bahan mortar

Pembesian Terbentur besi Menggunakan rambu


peringatan dan
barikade

Terluka akibat bar cutter


Melaksanakan
pekerjaan sesuai Pelaksana Struktur
prosedur
Terluka akibat bar Melaksanakan
bender pekerjaan sesuai
prosedur
Tertusuk kawat Penggunaan APD
yang sesuai
Pengecoran Terkena tumpahan Menggunakan rambu
material peringatan dan
barikade

Terbentur pipa tremi


Menggunakan rambu
peringatan dan
barikade

Iritasi kulit akibat Menggunakan rambu


terkena tumpahan peringatan dan Pelaksana Struktur
material barikade.Penggunaan
APD yang sesuai

Tertipa material Memastikan


scaffoding scaffolding layak
pakai dan beban
tidak melebihi
kapasitas
PENANGGUNG
BAGIAN URAIAN IDENTIFIKASI PENGENDALIAN
NO JAWAB (Nama
PEKERJAAN PEKERJAAN BAHAYA RISIKO K3
Petugas)
2 Pekerjaan Pemasangan Kejatuhan besi Menggunakan rambu
Dinding Lapis jidar peringatan dan
Plester dan Aci barikade
Site Enginner (SE) /
Perencana Arsitektur /
Tergores besi Penggunaan APD Safety
yang sesuai

Pelaksanaan Iritasi pada kulit Penggunaan APD


plesteran akibat terkena yang sesuai Pelaksana Arsitektur
bahan mortar
BAB VII
RENCANA PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN/INSPECTION AND TEST
PLAN (RPP/ITP)

8.1 Format Pemeriksaan/Pengujian


FORM PERMINTAAN PEMERIKSAAN/PENGUJIAN
Tanggal pengajuan :
CV. BINA
No. :
MANDIRI
W5/A2/389/PL.01/V/201
Nomor Kontrak 3 Nama Paket :

Penyedia Jasa
Tanggal Kontrak : 1 Mei 2013 Pekerjaan : CV. BINA MANDIRI
Konstruksi

Detail Data Pekerjaan


: Pembangunan Deskripsi :
Gedung Kantor Tahap
Finishing Kantor
Pengadilan Agama
Nama Proyek Muara Bulian
: Pembangunan Pagar
Kegiatan Pekerjaan Kantor Pengadilan
Agama Muara Bulian
CostCenter/Mata
Lokasi Pekerjaan : Jl. Pramuka No. 10 :
anggaran
Muara Bulian Jambi
Info Lainnya : Info Lainnya :
       
Rencana Pemeriksaan/Pengujian (Inspeksi) Referensi Dokumen

Jenis Inspeksi : Nomor Referensi


Dokumen

Lokasi Inspeksi : :
Method Statement

Tanggal Rencana Waktu : :


Inspeksi : …../……/ ….….. : …….WIB Gambar Kerja
….. :
ITP
Tanggal Realisasi Waktu : :
Inspeksi : …../……/ ….….. : …….WIB Nomor Item ITP
…..
Lainnya : :

Dokumen Pendukung yang Disertakan :

 
Pengajuan Pemeriksaan dan Persetujuan
Diajukan oleh : Diperiksa oleh : Disetujui oleh :

Penyedia Jasa Pekerjaan Direksi Teknis/Konsultan Direksi Lapangan/Konsultan


Konstruksi Pengawas MK
Nama : Nama : Nama :
Tanggal : Tanggal : Tanggal :
Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi dapat melaksanakan sendiri: (Laporan harus (Y/T)
diserahkan untuk disetujui)
Hasil Pemeriksaan/Pengujian (Diisi oleh Penyedia Konfirmasi/Catatan dari Pengawas
Jasa Pekerjaan Konstruksi): Pekerjaan:

Dilaksanakan oleh : Diperiksa oleh : Disetujui oleh :


Penyedia Jasa Pekerjaan Direksi Teknis/Konsultan Direksi
Konstruksi : Pengawas : Lapangan/Konsultan MK :

     
Nama : Nama : Nama :
Tanggal : Tanggal : Tanggal :
BAB VIII
PENGENDALIAN SUB-PENYEDIA JASA DAN PEMASOK

Anda mungkin juga menyukai