PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
C. MANFAAT
BAB II
PEMBAHASAN
1) Manusia
Fungsi seseorang sebagai makhluk holistik yaitu bertindak, berinteraksi dan bereaksi dengan lingkungan
secara keseluruhan. Setiap individu mempunyai kebutuhan dasar yang sama dan penting. Setiap individu
mempunyai harga diri dan martabat. Tujuan individu adalah untuk tumbuh, sehat, mandiri dan tercapai
aktualisasi diri. Setiap individu mempunyai kemampuan untuk berubah dan keinginan untuk mengejar
tujuan personal. Setiap individu mempunyai kapasitas koping yang bervariasi. Setiap individu
mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputuasan. Semua perilaku individu bermakna
dimana perilaku tersebut meliputi persepsi, pikiran, perasaan dan tindakan.
2) Lingkungan
Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya dan lingkungan luar,
baik keluarga, kelompok, komunitas. Dalam berhubungan dengan lingkungan, manusia harus
mengembangkan strategi koping yang efektif agar dapat beradaptasi. Hubungan interpersonal yang
dikembangkan dapat menghasilkan perubahan diri individu.
3) Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang menunjukkan salah satu segi kualitas
hidup manusia, oleh karena itu, setiap individu mempunyai hak untuk memperoleh kesehatan yang sama
melalui perawatan yang adekuat.
4) Keperawatan
Dalam keperawatan jiwa, perawat memandang manusia secara holistik dan menggunakan diri sendiri
secara terapeutik
1. Roles and function of psychiatric nurse, competent care ( peran dan fungsi keperawatan jiwa ,
perawatan yang kompeten)
- Keperawatan jiwa mulai muncul sebagai profesi awal abad ke-19 dan pada masa tersebut
berkembang menjadi spesialis dengan peran dan fungsi –fungsi yang unik.
- Keperawatan jiwa adalah suatu proses interpersonal dengan tujuan untuk meningkatkan dan
memelihara perilaku-perilaku yang mendukung terwujudnya satu-kesatuan yang harmonis.
Kliennya bias berupa individu, keluarga, kelompok, organisasi atau masyarakat. Tiga wilayah
praktik keperawatan jiwa meliputi perawatan langsung , komunikasi dan manajemen.
- Ada 4 faktor yang dapat menentukan tingkat penampilan perawat jiwa, yaitu aspek hukum,
kualifikasi perawat , lahan praktik dan inisiatif dari perawat sendiri
2. Therapeutic nurse patient relationship (hubungan yang terapeutik antara perawat dengan klien)
- Hubungan perawat klien yang terapeutik adalah pengalaman belajar yang bermakna dan
pengalaman memperbaiki emosional klien, perawat menggunakan atribut-atribut yang ada
pada dirinya dn teknik keterampilan klinik yang khusus dalam bekerja bersama dengan klien
untuk perubahan prilaku klien.
- Kualitas pelayanan dibutuhkan oleh perawat agar dapat menjadi penolong yang efektif
meliputi: pengetahuan tentang diri sendiri, klarifikasi nilai-nilai yang dianut, menggali
perasaan-perasaan yang muncul, kemampuan untuk memberikan contoh. Memiliki jiwa
kemanusiaan, dan sikap etis dan bertanggung jawab.
- Model structural dan model analis transaksional digunakan untuk menguji komponen-
komponen proses komunikasi dan melakukan identifikasi masalah bersama antara klien
dengan perawat . teknik komunikasi terapeutik yang menolong klien juga dapat didiskusikan.
- Dimensi respon yang sejati, saling menghormati, memahami dan empatik secara nyata harus
ditampilkan.
- Dimensi konfrontasi, kesegeraan, perawat yang menutup diri, perasaan terharu yang
disebabkankepura-puraan , dapat memberikan stimulasi role play dan memberikan kontribusi
terhadap penilaian diri pasien .
- Kebuntuan dalam komunikasi terapeutik seperti resisten, transferen, konterferens, dan adanya
pelanggaran wilayah pribadi klien merupakan penghambat dalam komunikasi terapeutik.
- Hasil terapeutik dalam bekerja dengan klien gangguan psikiatrik berkaitan dengan dasar
pengetahuan perawat, keterampilan klinik, kapasitas introspeksi dan evaluasi diri perawat.
9. Legal ethical context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan legal etika dalam keperawatan
jiwa
a. terdapat 2 tipe penerimaan klien di rumah sakitjiwa. Kesepakatan yang disadari dengan
kesepakatan yang di sadari dengan kesepakatan yang tidak di sadari. Kesepakatan yang
tidak di sadari meliputi issu mengenai, hukum, dan aspek etik serta legal dan aspek
professional.
b.klien pisikiatri variasi hak asasi yang luasdan hak-hak sebagai warga sipil. Mereka
selayaknya mendapatkan informasi hak tersebut dan pihak rumah sakit menghargai hak
tersebut. Beberapa dari hak tersebut bersifat kontrovesi dan dilematis.
10. Implementing the nursing process: standards of care (penatalaksanaan proses keperawtan:
dengan standar-standar perawatan)
a. Proses keperawataan bersifat interaktif, suatu peruses pemecahan masalah (problem
solving), digunakan oleh perawat secara sistematis dab secara individual untuk mencapai
tujuan keperawataan.
b. Pengkajian seharusnya merefleksikan keadaan, proses, informasi biopsikososiospiritual
klien, data dikumpulkan secara sisitematik yang secara ideal didasari konsep-konsep
keperawataan jiwa.
c. Diagnose keperawatan seharusnya meliputi respon adiktif klien atau respons naladaptif
klien, mendefinisikan karakteristik respon tersebut dan pengaruh stressornya.
d. Perencanaan keperawataan seharusnya meliputi prioritas diagnose keperawtaan dan
tujuan yang diharapkan.
e. Intervensi keperawataan seharusnya secara langsung membantu klien meningkatkan
insight (penilaian terhadap dirinya) dan pemecahan masalah melalui perencanaaan
tindakan yang positif.
f. Evaluasi meliputi penilaian kembali fase- fase sebelumnya dari proses keperawataan
menentukan tahapan untuk merencanakan tujuan yang hendak dicapai.
11. Actualizing the psychiatric nursing role: professional performance standards (aktualisasi peran
keperawatan jiwa: melalui penampilan standar-standar profesional)
a. Standar penempilan professional diaplikasikan untuk mengatur tanggung jawab pribadi
dan untuk praktik, hal tersebut seharusnya didemontrasikan oleh perawat baik sebagai
individu maupunsebagai kelompok. Standar juga berhubungan dengan otonomi dan self
definition.
b. Perawat psikiatri juga membutuhkan partisipasi aktif dalam organisasi evaluasi formal
keseluruhkan pola-pola perawatan melalui peningkatan kualitas jenis aktivitas yang
meliputi system, konsumen, evaluasi klinik.
c. Evaluasi penempilan meliputi peninjauan kembali seacra administrative penampilan kerja
supervise klinik pelayanan keperawataan.
d. Perawat psikiatri diharapkan untuk secara kontinyu belajar untuk memelihara informasi
yang lalu dan memperoleh informasi yang terkini dalam bidangnya.
e. Rekan sejawat membutuhkan pandangan perawat psikiatri yang memeandang
keleompok sebagai tim kolaborasi dalam pemberian pelayanan keperawatan.
f. Pertimabng legal etis dan isu terapeutik mempengaruhi aspek-aspek dalam keperawataan
psikiatri dan digunakan dalam mengambilan keputusan etis dalam merawat klien.
g. Kolaborasi adalah sharing dalam perencanaan, pengambilan keptusan, pemecahan
masalah, penentuan tujuan dalam berkerja sama dengan komunikasi yang terbuka.
(Yosep,2010). Iyus, Yosep., 2010, Keperawatan Jiwa. Bandung : Refia Aditama
C. PERKEMBANGAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
a) Sejarah dan Perkembangan Keperawatan Jiwa Di Dunia
Sejarah keperawatan di dunia diawali pada zaman purbakala (Primitive Culture)
sampai pada munculnya Florence Nightingale sebagai pelopor keperawatan yang
berasal dari Inggris. Perkembangan keperwatan sangat dipengaruhi oleh
perkembangan struktur dan kemajuan peradaban manusia.
1. Peru
Dari zaman purbakala telah terdapat tanda- tanda yang menunjukkan bahwa pada waktu
itu manusia sudah mengenal dan berusaha mengobati gangguan jiwa. Ditemukan beberapa
tengkorak yang di lubangi, mungkin pada penderita penyakit ayan atau yang menunjukan perilaku
kekerasan dengan maksud untuk mengeluarkan roh jahat. Kepercayaan bahwa gangguan jiwa itu
timbul karena masuknya roh nenek moyang ke dalam tubuh seseorang lalu menguasainya
merupakan suatu hal yang universal.
2. Mesir
Pada zaman ini, gangguan jiwa dianggap disebabkan karena adanya roh jahat yang bersarang di otak.
Oleh karena itu, cara menyembuhkannya dengan membuat lubang pada tengkorak kepala untuk
mengeluarkan roh jahat yang bersarang di otak tersebut
Hal ini terbukti dengan ditemukannya lubang di kepala pada orang yang pernah mengalami
gangguan jiwa. Selain itu, ditemukan pada tulisan Mesir Kuno tentang siapa saja yang pernah kena roh
jahat dan telah dilubangi kepalanya.
Tahun-tahun berikutnya, pasien yang mengalami gangguan jiwa diobati dengan dibakar, dipukuli,
atau dimasukkan dalam air dingin dengan cara diajak jalan melewati sebuah jembatan lalu diceburkan
dalam air dingin dengan maksud agar terkejut, yakni semacam syok terapi dengan harapan agar
gangguannya menghilang.
Hasil pengamatan berikutnya diketahui ternyata orang yang menderita skizofrenia tidak ada yang
mengalami epilepsi (kejang atau hiperplasia). Padahal penderita epilepsi setelah kejangnya hilang dapat
pulih kembali. Oleh karenanya, pada orang skizofrenia dicoba dibuat hiperplasia dengan membuat terapi
koma insulin dan terapi kejang listrik (elektro convulsif theraphy).
Kira –kira dalam tahun 1500 SM terdapat tulisan tentang orang yang sudah tua, sebagai berikut:
“hati menjadi berat dan tidak dapat mengingat lagi hari kemarin”. Dalam tahun-tahun berikutnya di sana
di dirikan beberapa buah kuil yang terkenal dengan nama “Kuil Saturn” untuk merawat orang dengan
gangguan jiwa
3. Yunani
Hippocrates (460-357 SM) yang sekarang di anggap sebagai bapak ilmu kedokteran yang
terkenal karena rumus sumpah dokternya telah menggambarkan gejala- gejala melancholia dan
berpendapat bahwa penyakit ayan itu bukanlah suatu penyakit keramat akan tetapi mempunyai
penyebab alamiah seperti penyakit lain.Dalam kuil-kuil yang di pakai sebagai tempat perawatan
pasien dengan gangguan jiwa di gunakan hawa segar, air murni dan sinar matahari serta musik
yang menarik dalam pengobatan para penderita itu. Dalam jaman romawi pada waktu itu di
lakukan “pengeluaran darah dan mandi belerang”. Setelah jatuhnya kebudayaan yunani dan
romawi, dan ilmu kedokteran mengalami kemunduran. Penderita gangguan jiwa di ikat, di kurung,
di pukuli atau dibiarkan kelaparan. Ada yang di masukan ke dalam sebuah tong lalu di gulingkan
dari atas bukit ke bawah ada yang di cemplungkan ke dalam sungai secara mendadak dari atas
jembatan.
Pada zaman ini, gangguan jiwa sudah dianggap suatu penyakit. Upaya pengobatannya dilakukan
oleh dokter dan orang yang berdoa untuk mengeluarkan roh jahat. Pada waktu itu, orang sakit jiwa yang
miskin dikumpulkan dan dimasukkan dalam rumah sakit jiwa. Jadi, rumah sakit jiwa lebih banyak
digunakan sebagai tempat penampungan orang gangguan jiwa yang miskin, sehingga keadaannya sangat
kotor dan jorok. Sementara orang kaya yang mangalami gangguan jiwa dirawat di rumah sendiri.
Pada tahun 1841, Dorothea Line Dick melihat keadaan perawatan gangguan jiwa. Ia tersentuh hatinya,
sehingga berusaha memperbaiki pelayanan kesehatan jiwa. Bersamaan dengan itu, Herophillus dan
Erasistratus memikirkan apa yang sebenarnya ada dalam otak, sehingga ia mempelajari anatomi otak pada
binatang. Khale kurang puas hanya mempelajari otak, sehingga ia berusaha mempelajari seluruh sistem
tubuh hewan (Notosoedirjo, 2001) Notosoedirjo, M. Latipun. 2001. Kesehatan Mental; Konsep dan
Penerapan. Malang: UMM Press.
5. Eropa
Pada abad ke -17 dan 18 di dirikan rumah perawatan penderita gangguan jiwa yang
dinamakan “rumah amal”, “ rumah kontrak” atau “suaka duniawi”. Cara pengobatan yang populer
pada waktu itu ialah “ pengeluaran darah “, penderita di pakaikan “ “pakaian gila” dan di cambuk.
6. Prancis
Pada akhir revolusi abad ke- 18 terjadi perubahan dalam tempat penampungan penderita
gangguan jiwa. PHILLIPE PINEL (1745- 1826) menjadi pengawas rumah sakit Bicetre ( untuk
penderita pria) dan kemudian pada Salpetriere ( untuk penderita wanita). Keduanya di huni oleh
penjahat , penderita retradasi mental dan penderita gangguan jiwa. Tindakan pertama pinel ialah
melepaskan penderita gangguan jiwa dari belenggu mereka.
Gurbernur Jenderal Inggris ketika VOC berkuasa yaitu Raffles sangat memperhatikan
kesehatan rakyat. Berangkat dari semboyannya yaitu kesehatan adalah milik manusia, ia
melakukan berbagai upaya untuk memperbaiki derajat kesehatan penduduk pribumi antara
lain:
a. pencacaran umum
b. cara perawatan pasien dengan gangguan jiwa
c. kesehatan para tahanan
Setelah pemerintahan kolonial kembali ke tangan Belanda, kesehatan penduduk lebih
maju. Pada tahun 1819 didirikan RS. Stadverband di Glodok Jakarta dan pada tahun 1919
dipindahkan ke Salemba yaitu RS. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Tahun 1816 – 1942 berdiri
rumah sakit – rumah sakit hampir bersamaan yaitu RS. PGI Cikini Jakarta, RS. ST Carollus
Jakarta, RS. ST. Boromeus di Bandung, RS Elizabeth di Semarang. Bersamaan dengan itu
berdiri pula sekolah-sekolah perawat.
4. Zaman Kemerdekaan
Tahun 1949 mulai adanya pembangunan dibidang kesehatan yaitu rumah sakit dan balai
pengobatan. Tahun 1952 didirikan Sekolah Guru Perawat dan sekolah perawat setimgkat
SMP. Pendidikan keperawatan profesional mulai didirikan tahun 1962 yaitu Akper milik
Departemen Kesehatan di Jakarta untuk menghasilkan perawat profesional pemula. Pendirian
Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK) mulai bermunculan, tahun 1985 didirikan PSIK ( Program
Studi Ilmu Keperawatan ) yang merupakan momentum kebangkitan keperawatan di Indonesia.
Tahun 1995 PSIK FK UI berubah status menjadi FIK UI. Kemudian muncul PSIK-PSIK baru
seperti di Undip, UGM, UNHAS dll.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat dan Bahagia serta mampu mengatasi tantangan
hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya serta mempunyai sikap positif
terhadap diri sendiri dan orang lain.
Secara umum diketahui bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh adanya gangguan pada
otak tapi tidak diketahui secara pasti apa yang mencetuskannya. Stress diduga sebagai
pencetus dari gangguan jiwa tapi stress dapat juga merupakan hasil dari berkembangnya
mental illness pd diri seseorang.
Prinsip Keperawatan Jiwa
1) Manusia
2) Lingkungan
3) Kesehatan
4) Keperawatan
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA