Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

B. TUJUAN
C. MANFAAT
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KESEHATAN JIWA


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sehat adalah dalam keadaan bugar dan nyaman
seluruh tubuh dan bagian-bagiannya. Bugar dan nyaman adalah relatif, karena bersifat subjektif
sesuai orang yang mendefinisikan dan merasakan. Bagi seorang kuli bangunan, kaki kejatuhan
batu, tergencet, dan berdarah-darah adalah hal biasa, karena hanya dengan sedikit dibersihkannya,
kemudian disobekkan pakaian kumalnya, lalu dibungkus, kemudian dapat melanjutkan pekerjaan
lagi. Namun, bagi sebagian orang, sakit kepala sedikit harus berobat ke luar negeri. Seluruh
komponen tubuh juga relatif, apakah karena adanya panu, kudis, atau kurap pada kulit, seseorang
disebut tidak sehat? Padahal komponen tubuh manusia bukan hanya fisik, melainkan juga
psikologis dan lingkungan sosial bahkan spiritual.
Jiwa yang sehat sulit didefinisikan dengan tepat. Meskipun demikian, ada beberapa
indikator untuk menilai kesehatan jiwa. Karl Menninger mendefinisikan orang yang sehat
jiwanya adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri pada lingkungan,
serta berintegrasi dan berinteraksi dengan baik, tepat, dan bahagia. Michael Kirk Patrick
mendefinisikan orang yang sehat jiwa adalah orang yang bebas dari gejala gangguan psikis, serta
dapat berfungsi optimal sesuai apa yang ada padanya. Clausen mengatakan bahwa orang yang
sehat jiwa adalah orang yang dapat mencegah gangguan mental akibat berbagai stresor, serta
dipengaruhi oleh besar kecilnya stresor, intensitas, makna, budaya, kepercayaan, agama, dan
sebagainya.
Adapula pengertian kesehatan jiwa menurut para sumber, antara lain :

a) Menurut American Nurse Associations (ANA)


Keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan
ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara teraupetik
dalam meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan mental klien dan
kesehatn mental masyarakat dimana klien berada. (American Nurses Associations)
b) Menurut WHO
Keseatan jiwa bukan hanya suatu keadaan tidak gangguan jiwa, melainkan mengandung
berbagaai karakteristik yang positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan
kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadian yang bersangkutan.
c) Menurut UU KES.JIWA NO 03 THN 1966 Kondisi yang memungkinkan perkembangan
fisik, intelektual emosional secara optimal dari seseorang dan perkembangan ini berjalan
selaras dengan orang lain. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa/Ah. Yusuf, Rizky
Fitryasari PK, Hanik Endang Nihayati—Jakarta: Salemba Medika, 2015

B. PRINSIP KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA


Prinsip keperawatan jiwa berlandaskan paradigma dapat ditinjau dari empat komponen yaitu
manusia, lingkungan, kesehatan dan keperawatan.

1)      Manusia
Fungsi seseorang sebagai makhluk holistik yaitu bertindak, berinteraksi dan bereaksi dengan lingkungan
secara keseluruhan. Setiap individu mempunyai kebutuhan dasar yang sama dan penting. Setiap individu
mempunyai harga diri dan martabat. Tujuan individu adalah untuk tumbuh, sehat, mandiri dan tercapai
aktualisasi diri. Setiap individu mempunyai kemampuan untuk berubah dan keinginan untuk mengejar
tujuan personal. Setiap individu mempunyai kapasitas koping yang bervariasi. Setiap individu
mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputuasan. Semua perilaku individu bermakna
dimana perilaku tersebut meliputi persepsi, pikiran, perasaan dan tindakan.
2)      Lingkungan
Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya dan lingkungan luar,
baik keluarga, kelompok, komunitas. Dalam berhubungan dengan lingkungan, manusia harus
mengembangkan strategi koping yang efektif agar dapat beradaptasi. Hubungan interpersonal yang
dikembangkan dapat menghasilkan perubahan diri individu.
3)      Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang menunjukkan salah satu segi kualitas
hidup manusia, oleh karena itu, setiap individu mempunyai hak untuk memperoleh kesehatan yang sama
melalui perawatan yang adekuat.
4)      Keperawatan
Dalam keperawatan jiwa, perawat memandang manusia secara holistik dan menggunakan diri sendiri
secara terapeutik

Prinsip-Prinsip Keperawatan Kesehatan Jiwa

1. Roles and function of psychiatric nurse, competent care ( peran dan fungsi keperawatan jiwa ,
perawatan yang kompeten)
- Keperawatan jiwa mulai muncul sebagai profesi awal abad ke-19 dan pada masa tersebut
berkembang menjadi spesialis dengan peran dan fungsi –fungsi yang unik.
- Keperawatan jiwa adalah suatu proses interpersonal dengan tujuan untuk meningkatkan dan
memelihara perilaku-perilaku yang mendukung terwujudnya satu-kesatuan yang harmonis.
Kliennya bias berupa individu, keluarga, kelompok, organisasi atau masyarakat. Tiga wilayah
praktik keperawatan jiwa meliputi perawatan langsung , komunikasi dan manajemen.
- Ada 4 faktor yang dapat menentukan tingkat penampilan perawat jiwa, yaitu aspek hukum,
kualifikasi perawat , lahan praktik dan inisiatif dari perawat sendiri

2. Therapeutic nurse patient relationship (hubungan yang terapeutik antara perawat dengan klien)
- Hubungan perawat klien yang terapeutik adalah pengalaman belajar yang bermakna dan
pengalaman memperbaiki emosional klien, perawat menggunakan atribut-atribut yang ada
pada dirinya dn teknik keterampilan klinik yang khusus dalam bekerja bersama dengan klien
untuk perubahan prilaku klien.
- Kualitas pelayanan dibutuhkan oleh perawat agar dapat menjadi penolong yang efektif
meliputi: pengetahuan tentang diri sendiri, klarifikasi nilai-nilai yang dianut, menggali
perasaan-perasaan yang muncul, kemampuan untuk memberikan contoh. Memiliki jiwa
kemanusiaan, dan sikap etis dan bertanggung jawab.
- Model structural dan model analis transaksional digunakan untuk menguji komponen-
komponen proses komunikasi dan melakukan identifikasi masalah bersama antara klien
dengan perawat . teknik komunikasi terapeutik yang menolong klien juga dapat didiskusikan.
- Dimensi respon yang sejati, saling menghormati, memahami dan empatik secara nyata harus
ditampilkan.
- Dimensi konfrontasi, kesegeraan, perawat yang menutup diri, perasaan terharu yang
disebabkankepura-puraan , dapat memberikan stimulasi role play dan memberikan kontribusi
terhadap penilaian diri pasien .
- Kebuntuan dalam komunikasi terapeutik seperti resisten, transferen, konterferens, dan adanya
pelanggaran wilayah pribadi klien merupakan penghambat dalam komunikasi terapeutik.
- Hasil terapeutik dalam bekerja dengan klien gangguan psikiatrik berkaitan dengan dasar
pengetahuan perawat, keterampilan klinik, kapasitas introspeksi dan evaluasi diri perawat.

3. Conceptual models of psychiatric nursing ( konsep model keperawatan jiwa)


- Konsep model keperawatan jiwa terdiri atas 6 macam, yaitu: psychoanalytical( freud,
Erickson), interpersonal (Sullivan, peplau) , social (caplan, szasz), existensial (ellis, rogers),
supportive therapy (wermon, rockland), medical (meyer, kraeplin).
4. Stress adaptation model of psychiatric nursing (model stress dan adaptasi dalam keperawatan
jiwa)
a. Stress adaptasi model Stuart memberikan asumsi bahwa lingkungan secara alami
memberikan berbagai strata sosial, dimana perawatan psikiatri disediakan melalui
proses keperawatan dalam biologis, psikologis, sosiokultural, dan konteks legal etis,
bahwa sehat/sakit, adaptif/maladaptif sebagai konsep yang jelas, tingkat pencegahan
primer, sekunder, tersier termasuk didalamnya 4 tingkatan dalam penalataksanaan
psikiatrik.
b. Standar kesehatan mental tidak begitu jelas dibandingkan dengan gangguan mental. Saat ini
satu dari dua orang di Amerika Serikat memiliki gangguan mental. Saat ini satu dari dua
orang di amerika serikat memiliki gangguan psikiatrik atau penyakit ketergantungan
obat pada masa hidupnya.
c. Komponen-komponen biopsikososial model mencakup faktor-faktor predisposisi
(pendukung), stressor pencetus, penilaian terhadap stressor, sumber-sumber coping
mekanisme.
d. Pola-pola respon individu mencakup respon koping individual, yang mana hal tersebut
merupakan subjek diagnosa keperawatan. Masalah-masalah kesehatan yang menjadi subjek
diagnosa medis.
e. Kegiatan keperawatan psikiatrik dijelaskan dalam 4 tahap tindakan; krisis, akut,
pemeliharaan, dan peningkatan kesehatan.

5. Biological context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan biologis dalam keperawatan


jiwa)
a. Perawat psikiatrik harus belajar mengenai struktur dan fungsi dari otak, mencakup proses
neurotransmission, untuk lenih memahami etiologi, mempelajarinya dan agar lebih efektif
dalam strategi intervensi gangguan psikiatrik.
b. Brain imaging teknik seperti CT, MRI, BEAM, PET, dan SPECT untuk melihat secara
langsung kondisi otak dan memahami hubungan antara struktur dan fungsi otak.
c. Penelaahan tentag gen yang membawa kelainan mental telah membawa kesulitan dan
ketidakyakinan sampai saat ini tetapi dapat meningkatkan penilitian dimasa yang akan
datang.
d. Irama sirkadian seperti sebuah jaringan jam internal yang mengendalikan kegiatan-kegiatan
dalam tubuh meliputi gaya hidup, tidur, perasaan, makan, minum, kesuburan, dan sakit
dalam siklus waktu 24 jam.
e. Psikoimunologi adalah bidang kajian baru yang memperdalam tentang pengaruh faktor-
faktor psikososial pada sistem syaraf dalam respon imun.
f. Perawat psikiatrik membutuhkan kemampuan untuk mendapatan riwayat, penampilan fisik,
kemampuan menginterprestasikan hasil laboratorium untuk menemukan gejala-gejala dan
untuk indikasi proses rujukan.
g. Implikasi klinis dari penelitian tentang neurosains telah didiskusikan dalam hubungannya
dengan skizofrenia, kelainan mood, gangguan panik, dan merujuk pada indikasi yang
khusus.
h. Pada tahun 1990-an telah disebut sebagai dekade otak dan wajah keerawtan psikiatrik
ditandai dengantantangan integritasi antara informasi neurosains biopsikososial model dari
perawatan jiwa.

6. Psychological context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan psikologis dalam


keperawatan jiwa
a. Pengujian status mental menggambarkan rentang hidup psikologis klien melalui waktu. Hal
ini membutuhkan bahwa perawat melakukan observasi perilaku klien dan
menggambarkannya secara objektif serta tidak menyalahkannya.
b. Pengelompoka pengkajian status mental klien meliputi penampilan pasien, pembicaraan,
aktivitas motorik, mood, affect, interaksi selama wawancara, persefsi, isi pemikiran, proses
pikir, tingkat kesadaran, keputusan (judgement) dan penilaian diri.
c. Test pisikologis menilai kemampuan intelektual dan kognitif serta mengambarkan fungsi
keperibadian.
d. Behavior rating scale menolong ahli klinis dalam mengukur tingkat masalah klien, membuat
diagnosis yang lebih akurat, mengambarkan kemajuan klien, mendokumentasikan kemanjuran
tindakan.

7. Sociocultural context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan sosial budaya dalam


keperawatan jiwa)
a. Kepekaan terhadap budaya adalah salah satu pengetahuan dan keterampilan yang
dibutuhkan untuk kesuksesan dalam intervensi keperawatan pada kehidupan klien yang
memiliki latar belakang budaya yang berbeda-beda.
b. Faktor resiko untuk gangguan psikiatri dari sosiokultural merupakan factor predisposisi
yang dapat secara berarti meningkatkan potensial kelainan psikiatri, menurunkan potensi
klien untuk sembuh atau kebalikanya. Hal tersebut meliputi umur, etnik, gender,
pendidikan, pendapatan, dan system keyakinan.
c. Variasi dan stressor sosiokultural menghambat perkembangan perawataan kesehatan
mental meliputi : keadaan yang merugikan, stereotype, intoleransi, stigma, prasangka,
discrimination, rasisme.
d. Respon coping dan gejala-gejala kelainan mental yang muncul dieksperesikan secara
beberda dalam budaya yang berbeda.
e. Pengkajian kepada klien yang memiliki factor resiko sosiokultular menarik bagi perawat
untuk mampu mengidentifikasi masalah- masalah klien dan pengembangan tindakan
keperawatan agar lebih akurat, sesuai, dan memiliki kepekaan budaya.
f. Bersama- sama antara perawat dengan klien membutuhkan persetujuan mengenai respon
koping klien secara alami pemahaman dalam mememcahkan masalah, dan harapan akan
hasil yang didapatkan dalam konteks sosiokultural.

8. Environmental context of psychiatric nursing care (keadaaan-keadaan lingkungan dalam


keperawatan jiwa)
a. Bagian –bagian dari lingkungan secara langsung akan mempengaruhi pelayanan
keperawtan mental. Perawat seharusnya memberikan informasi- informasi baru dan
mengintergrasikanya dalam praktik untuk menyediakan keperawatan yang berkualitas
dan pelayanan yang efektif.

9. Legal ethical context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan legal etika dalam keperawatan
jiwa
a. terdapat 2 tipe penerimaan klien di rumah sakitjiwa. Kesepakatan yang disadari dengan
kesepakatan yang di sadari dengan kesepakatan yang tidak di sadari. Kesepakatan yang
tidak di sadari meliputi issu mengenai, hukum, dan aspek etik serta legal dan aspek
professional.
b.klien pisikiatri variasi hak asasi yang luasdan hak-hak sebagai warga sipil. Mereka
selayaknya mendapatkan informasi hak tersebut dan pihak rumah sakit menghargai hak
tersebut. Beberapa dari hak tersebut bersifat kontrovesi dan dilematis.

10. Implementing the nursing process: standards of care (penatalaksanaan proses keperawtan:
dengan standar-standar perawatan)
a. Proses keperawataan bersifat interaktif, suatu peruses pemecahan masalah (problem
solving), digunakan oleh perawat secara sistematis dab secara individual untuk mencapai
tujuan keperawataan.
b. Pengkajian seharusnya merefleksikan keadaan, proses, informasi biopsikososiospiritual
klien, data dikumpulkan secara sisitematik yang secara ideal didasari konsep-konsep
keperawataan jiwa.
c. Diagnose keperawatan seharusnya meliputi respon adiktif klien atau respons naladaptif
klien, mendefinisikan karakteristik respon tersebut dan pengaruh stressornya.
d. Perencanaan keperawataan seharusnya meliputi prioritas diagnose keperawtaan dan
tujuan yang diharapkan.
e. Intervensi keperawataan seharusnya secara langsung membantu klien meningkatkan
insight (penilaian terhadap dirinya) dan pemecahan masalah melalui perencanaaan
tindakan yang positif.
f. Evaluasi meliputi penilaian kembali fase- fase sebelumnya dari proses keperawataan
menentukan tahapan untuk merencanakan tujuan yang hendak dicapai.

11. Actualizing the psychiatric nursing role: professional performance standards (aktualisasi peran
keperawatan jiwa: melalui penampilan standar-standar profesional)
a. Standar penempilan professional diaplikasikan untuk mengatur tanggung jawab pribadi
dan untuk praktik, hal tersebut seharusnya didemontrasikan oleh perawat baik sebagai
individu maupunsebagai kelompok. Standar juga berhubungan dengan otonomi dan self
definition.
b. Perawat psikiatri juga membutuhkan partisipasi aktif dalam organisasi evaluasi formal
keseluruhkan pola-pola perawatan melalui peningkatan kualitas jenis aktivitas yang
meliputi system, konsumen, evaluasi klinik.
c. Evaluasi penempilan meliputi peninjauan kembali seacra administrative penampilan kerja
supervise klinik pelayanan keperawataan.
d. Perawat psikiatri diharapkan untuk secara kontinyu belajar untuk memelihara informasi
yang lalu dan memperoleh informasi yang terkini dalam bidangnya.
e. Rekan sejawat membutuhkan pandangan perawat psikiatri yang memeandang
keleompok sebagai tim kolaborasi dalam pemberian pelayanan keperawatan.
f. Pertimabng legal etis dan isu terapeutik mempengaruhi aspek-aspek dalam keperawataan
psikiatri dan digunakan dalam mengambilan keputusan etis dalam merawat klien.
g. Kolaborasi adalah sharing dalam perencanaan, pengambilan keptusan, pemecahan
masalah, penentuan tujuan dalam berkerja sama dengan komunikasi yang terbuka.
(Yosep,2010). Iyus, Yosep., 2010, Keperawatan Jiwa. Bandung : Refia Aditama
C. PERKEMBANGAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
a) Sejarah dan Perkembangan Keperawatan Jiwa Di Dunia
Sejarah keperawatan di dunia diawali pada zaman purbakala (Primitive Culture)
sampai pada munculnya Florence Nightingale sebagai pelopor keperawatan yang
berasal dari Inggris. Perkembangan keperwatan sangat dipengaruhi oleh
perkembangan struktur dan kemajuan peradaban manusia.

Perkembangan keperawatan diawali pada :

1.   Zaman Purbakala (Primitive Culture)


Manusia diciptakan memiliki naluri untuk merawat diri sendiri (tercermin pada seorang
ibu). Harapan pada awal perkembangan keperawatan adalah perawat harus memiliki naluri
keibuan (Mother Instinc). Dari masa Mother Instic kemudian bergeser ke zaman dimana
orang masih percaya pada sesuatu tentang adanya kekuatan mistic yang dapat mempengaruhi
kehidupan manusia. Kepercayaan ini dikenal dengan nama Animisme. Mereka meyakini
bahwa sakitnya seseorang disebabkan karena kekuatan alam/pengaruh gaib seperti batu-batu,
pohon-pohon besar dan gunung-gunung tinggi.
Kemudian dilanjutkan dengan kepercayaan pada dewa-dewa dimana pada masa itu
mereka menganggap bahwa penyakit disebabkan karena kemarahan dewa, sehingga kuil-kuil
didirikan sebagai tempat pemujaan dan orang yang sakit meminta kesembuhan di kuil tersebut.
Setelah itu perkembangan keperawatan terus berubah dengan adanya Diakones & Philantrop,
yaitu suatu kelompok wanita tua dan janda yang membantu pendeta dalam merawat orang
sakit, sejak itu mulai berkembanglah ilmu keperawatan.
2.  Zaman Keagamaan
Perkembangan keperawatan mulai bergeser kearah spiritual dimana seseorang yang sakit
dapat disebabkan karena adanya dosa/kutukan Tuhan. Pusat perawatan adalah tempat-tempat
ibadah sehingga pada waktu itu pemimpin agama disebut sebagai tabib yang mengobati
pasien. Perawat dianggap sebagai budak dan yang hanya membantu dan bekerja atas perintah
pemimpin agama.
3.   Zaman Masehi
Keperawatan dimulai pada saat perkembangan agama Nasrani, dimana pada saat itu
banyak terbentuk Diakones yaitu suatu organisasi wanita yang bertujuan untuk
mengunjungiorang sakit sedangkan laki-laki diberi tugas dalam memberikan perawatan untuk
mengubur bagi yang meninggal.
Pada zaman pemerintahan Lord-Constantine, ia mendirikan Xenodhoecim atau hospes yaitu
tempat penampungan orang-orang sakit yang membutuhkan pertolongan. Pada zaman ini
berdirilah Rumah Sakit di Roma yaitu Monastic Hospital.
4.   Pertengahan abad VI Masehi
Pada abad ini keperawatan berkembang di Asia Barat Daya yaitu Timur Tengah, seiring
dengan perkembangan agama Islam. Pengaruh agama Islam terhadap perkembangan
keperawatan tidak lepas dari keberhasilan Nabi Muhammad SAW menyebarkan agama Islam.
Abad VII Masehi, di Jazirah Arab berkembang pesat ilmu pengetahuan seperti Ilmu Pasti,
Kimia, Hygiene dan obat-obatan. Pada masa ini mulai muncul prinsip-prinsip dasar
keperawatan kesehatan seperti pentingnya kebersihan diri, kebersihan makanan dan
lingkungan. Tokoh keperawatan yang terkenal dari Arab adalah Rufaidah.
5.  Permulaan abad XVI
Pada masa ini, struktur dan orientasi masyarakat berubah dari agama menjadi kekuasaan,
yaitu perang, eksplorasi kekayaan dan semangat kolonial. Gereja dan tempat-tempat ibadah
ditutup, padahal tempat ini digunakan oleh orde-orde agama untuk merawat orang sakit.
Dengan adanya perubahan ini, sebagai dampak negatifnya bagi keperawatan adalah
berkurangnya tenaga perawat. Untuk memenuhi kurangnya perawat, bekas wanita tuna susila
yang sudah bertobat bekerja sebagai perawat. Dampak positif pada masa ini, dengan adanya
perang salib, untuk menolong korban perang dibutuhkan banyak tenaga sukarela sebagai
perawat, mereka terdiri dari orde-orde agama, wanita-wanita yang mengikuti suami berperang
dan tentara (pria) yang bertugas rangkap sebagai perawat.
Pengaruh perang salib terhadap keperawatan :

a. Mulai dikenal konsep P3K


b. Perawat mulai dibutuhkan dalam ketentaraan sehingga timbul peluang kerja bagi perawat dibidang
sosial.
Ada 3 Rumah Sakit yang berperan besar pada masa itu terhadap perkembangan keperawatan :
a.   Hotel Dieu di Lion
Awalnya pekerjaan perawat dilakukan oleh bekas WTS yang telah bertobat. Selanjutnya
pekerjaan perawat digantikan oleh perawat terdidik melalui pendidikan keperawatan di RS ini.
b.   Hotel Dieu di Paris
Pekerjaan perawat dilakukan oleh orde agama. Sesudah Revolusi Perancis, orde agama
dihapuskan dan pekerjaan perawat dilakukan oleh orang-orang bebas. Pelopor perawat di RS ini
adalah Genevieve Bouquet.
c.   ST. Thomas Hospital (1123 M)
Pelopor perawat di RS ini adalah Florence Nightingale (1820). Pada masa ini perawat
mulai dipercaya banyak orang. Pada saat perang Crimean War, Florence ditunjuk oleh negara
Inggris untuk menata asuhan keperawatan di RS Militer di Turki. Hal tersebut memberi peluang
bagi Florence untuk meraih prestasi dan sekaligus meningkatkan status perawat. Kemudian
Florence dijuluki dengan nama “ The Lady of the Lamp”.
d.  Perkembangan keperawatan di Inggris
Florence kembali ke Inggris setelah perang Crimean. Pada tahun 1840 Inggris mengalami
perubahan besar dimana sekolah-sekolah perawat mulai bermunculan dan Florence membuka
sekolah perawat modern. Konsep pendidikan Florence ini mempengaruhi pendidikan
keperawatan di dunia.
Kontribusi Florence bagi perkembangan keperawatan a. l :

1) Nutrisi merupakan bagian terpenting dari asuhan keperawatan.


2) Okupasi dan rekreasi merupakan terapi bagi orang sakit
3) Manajemen RS
4) Mengembangkan pendidikan keperawatan
5) Perawatan berdiri sendiri berbeda dengan profesi kedokteran
6) Pendidikan berlanjut bagi perawat.
Negara-negara yang berpengaruh dalam perkembangan keperawatan jiwa

1.  Peru

Dari zaman purbakala telah terdapat tanda- tanda yang menunjukkan bahwa pada waktu
itu manusia sudah mengenal dan berusaha mengobati gangguan jiwa. Ditemukan beberapa
tengkorak yang di lubangi, mungkin pada penderita penyakit ayan atau yang menunjukan perilaku
kekerasan dengan maksud untuk mengeluarkan roh jahat. Kepercayaan bahwa gangguan jiwa itu
timbul karena masuknya roh nenek moyang ke dalam tubuh seseorang lalu menguasainya
merupakan suatu hal yang universal.

2.  Mesir
Pada zaman ini, gangguan jiwa dianggap disebabkan karena adanya roh jahat yang bersarang di otak.
Oleh karena itu, cara menyembuhkannya dengan membuat lubang pada tengkorak kepala untuk
mengeluarkan roh jahat yang bersarang di otak tersebut
Hal ini terbukti dengan ditemukannya lubang di kepala pada orang yang pernah mengalami
gangguan jiwa. Selain itu, ditemukan pada tulisan Mesir Kuno tentang siapa saja yang pernah kena roh
jahat dan telah dilubangi kepalanya.
Tahun-tahun berikutnya, pasien yang mengalami gangguan jiwa diobati dengan dibakar, dipukuli,
atau dimasukkan dalam air dingin dengan cara diajak jalan melewati sebuah jembatan lalu diceburkan
dalam air dingin dengan maksud agar terkejut, yakni semacam syok terapi dengan harapan agar
gangguannya menghilang.
Hasil pengamatan berikutnya diketahui ternyata orang yang menderita skizofrenia tidak ada yang
mengalami epilepsi (kejang atau hiperplasia). Padahal penderita epilepsi setelah kejangnya hilang dapat
pulih kembali. Oleh karenanya, pada orang skizofrenia dicoba dibuat hiperplasia dengan membuat terapi
koma insulin dan terapi kejang listrik (elektro convulsif theraphy).
Kira –kira dalam tahun 1500 SM terdapat tulisan tentang orang yang sudah tua, sebagai berikut:
“hati menjadi berat dan tidak dapat mengingat lagi hari kemarin”. Dalam tahun-tahun berikutnya di sana
di dirikan beberapa buah kuil yang terkenal dengan nama “Kuil Saturn” untuk merawat orang dengan
gangguan jiwa
3.  Yunani

Hippocrates (460-357 SM) yang sekarang di anggap sebagai bapak ilmu kedokteran yang
terkenal karena rumus sumpah dokternya telah menggambarkan gejala- gejala melancholia dan
berpendapat bahwa penyakit ayan itu bukanlah suatu penyakit keramat akan tetapi mempunyai
penyebab alamiah seperti penyakit lain.Dalam kuil-kuil yang di pakai sebagai tempat perawatan
pasien dengan gangguan jiwa di gunakan hawa segar, air murni dan sinar matahari serta musik
yang menarik dalam pengobatan para penderita itu. Dalam jaman romawi pada waktu itu di
lakukan “pengeluaran darah dan mandi belerang”. Setelah jatuhnya kebudayaan yunani dan
romawi, dan ilmu kedokteran mengalami kemunduran. Penderita gangguan jiwa di ikat, di kurung,
di pukuli atau dibiarkan kelaparan. Ada yang di masukan ke dalam sebuah tong lalu di gulingkan
dari atas bukit ke bawah ada yang di cemplungkan ke dalam sungai secara mendadak dari atas
jembatan.

Pada zaman ini, gangguan jiwa sudah dianggap suatu penyakit. Upaya pengobatannya dilakukan
oleh dokter dan orang yang berdoa untuk mengeluarkan roh jahat. Pada waktu itu, orang sakit jiwa yang
miskin dikumpulkan dan dimasukkan dalam rumah sakit jiwa. Jadi, rumah sakit jiwa lebih banyak
digunakan sebagai tempat penampungan orang gangguan jiwa yang miskin, sehingga keadaannya sangat
kotor dan jorok. Sementara orang kaya yang mangalami gangguan jiwa dirawat di rumah sendiri.
Pada tahun 1841, Dorothea Line Dick melihat keadaan perawatan gangguan jiwa. Ia tersentuh hatinya,
sehingga berusaha memperbaiki pelayanan kesehatan jiwa. Bersamaan dengan itu, Herophillus dan
Erasistratus memikirkan apa yang sebenarnya ada dalam otak, sehingga ia mempelajari anatomi otak pada
binatang. Khale kurang puas hanya mempelajari otak, sehingga ia berusaha mempelajari seluruh sistem
tubuh hewan (Notosoedirjo, 2001) Notosoedirjo, M. Latipun. 2001. Kesehatan Mental; Konsep dan
Penerapan. Malang: UMM Press.

4.  Negara-negara Arab

Di pakai cara-cara yang lebih berprikemanusiaan. Mereka memakai tempat pemandian,


diit, obat-obatan , wangi-wangian, dan musik yang halus dalam suasana yang santai.

5.  Eropa

Pada abad ke -17 dan 18 di dirikan rumah perawatan penderita gangguan jiwa yang
dinamakan “rumah amal”, “ rumah kontrak” atau “suaka duniawi”. Cara pengobatan yang populer
pada waktu itu ialah “ pengeluaran darah “, penderita di pakaikan “ “pakaian gila” dan di cambuk.

6.  Prancis

Pada akhir revolusi abad ke- 18 terjadi perubahan dalam tempat penampungan penderita
gangguan jiwa. PHILLIPE PINEL (1745- 1826) menjadi pengawas rumah sakit Bicetre ( untuk
penderita pria) dan kemudian pada Salpetriere ( untuk penderita wanita). Keduanya di huni oleh
penjahat , penderita retradasi mental dan penderita gangguan jiwa. Tindakan pertama pinel ialah
melepaskan penderita gangguan jiwa dari belenggu mereka.

b) Sejarah dan Perkembangan Keperawatan Jiwa di Indonesia


Sejarah dan perkembangan keperawatan di Indonesia dimulai pada masa penjajahan Belanda
sampai pada masa kemerdekaan.

1. Masa Penjajahan Belanda

Perkembangam keperawatan di Indonesia dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi yaitu


pada saat penjajahan kolonial Belanda, Inggris dan Jepang. Pada masa pemerintahan kolonial
Belanda, perawat berasal dari penduduk pribumi yang disebut Velpeger dengan dibantu
Zieken Oppaser sebagai penjaga orang sakit.
Tahun 1799 didirikan rumah sakit Binen Hospital di Jakarta untuk memelihara kesehatan
staf dan tentara Belanda. Usaha pemerintah kolonial Belanda pada masa ini adalah membentuk
Dinas Kesehatan Tentara dan Dinas Kesehatan Rakyat. Daendels mendirikan rumah sakit di
Jakarta, Surabaya dan Semarang, tetapi tidak diikuti perkembangan profesi keperawatan,
karena tujuannya hanya untuk kepentingan tentara Belanda

2. Masa Penjajahan Inggris (1812 – 1816)

Gurbernur Jenderal Inggris ketika VOC berkuasa yaitu Raffles sangat memperhatikan
kesehatan rakyat. Berangkat dari semboyannya yaitu kesehatan adalah milik manusia, ia
melakukan berbagai upaya untuk memperbaiki derajat kesehatan penduduk pribumi antara
lain:

a. pencacaran umum
b. cara perawatan pasien dengan gangguan jiwa
c. kesehatan para tahanan
Setelah pemerintahan kolonial kembali ke tangan Belanda, kesehatan penduduk lebih
maju. Pada tahun 1819 didirikan RS. Stadverband di Glodok Jakarta dan pada tahun 1919
dipindahkan ke Salemba yaitu RS. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Tahun 1816 – 1942 berdiri
rumah sakit – rumah sakit hampir bersamaan yaitu RS. PGI Cikini Jakarta, RS. ST Carollus
Jakarta, RS. ST. Boromeus di Bandung, RS Elizabeth di Semarang. Bersamaan dengan itu
berdiri pula sekolah-sekolah perawat.

3. Zaman Penjajahan Jepang (1942 – 1945)

Pada masa ini perkembangan keperawatan mengalami kemunduran, dan dunia


keperawatan di Indonesia mengalami zaman kegelapan. Tugas keperawatan dilakukan oleh
orang-orang tidak terdidik, pimpinan rumah sakit diambil alih oleh Jepang, akhirnya terjadi
kekurangan obat sehingga timbul wabah.

4. Zaman Kemerdekaan

Tahun 1949 mulai adanya pembangunan dibidang kesehatan yaitu rumah sakit dan balai
pengobatan. Tahun 1952 didirikan Sekolah Guru Perawat dan sekolah perawat setimgkat
SMP. Pendidikan keperawatan profesional mulai didirikan tahun 1962 yaitu Akper milik
Departemen Kesehatan di Jakarta untuk menghasilkan perawat profesional pemula. Pendirian
Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK) mulai bermunculan, tahun 1985 didirikan PSIK ( Program
Studi Ilmu Keperawatan ) yang merupakan momentum kebangkitan keperawatan di Indonesia.
Tahun 1995 PSIK FK UI berubah status menjadi FIK UI. Kemudian muncul PSIK-PSIK baru
seperti di Undip, UGM, UNHAS dll.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat dan Bahagia serta mampu mengatasi tantangan
hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya serta mempunyai sikap positif
terhadap diri sendiri dan orang lain.
Secara umum diketahui bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh adanya gangguan pada
otak tapi tidak diketahui secara pasti apa yang mencetuskannya. Stress diduga sebagai
pencetus dari gangguan jiwa tapi stress dapat juga merupakan hasil dari berkembangnya
mental illness pd diri seseorang.
Prinsip Keperawatan Jiwa
1)      Manusia
2)      Lingkungan
3)      Kesehatan
4)      Keperawatan

B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai