Anda di halaman 1dari 8

Nama : Jinggan Nastiti Afifah

NIM : P1337424118002
Kelas : D3 Kebidanan TK 2

UJIAN AKHIR SEMESTER(UAS)


KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
PRODI DIII KEBIDANAN JURUSAN KEBIDANAN SEMARANG
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

MATA KULIAH : ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN


MATERNAL NEONATAL DAN BASIC LIFE SUPPORT
KODE MK : Bd.5.026
SKS : 2 SKS TEORI
HARI/TGL : JUMAT, 27 MARET 2020
WAKTU :
TINGKAT/SMT : II/IIV
PENGAMPU : ULFAH MUSDALIFAH dan TEAM

PETUNJUK
1. PERTANYAAN WAJIB DAN PILIHAN (DIPILIH DUA)
2. DIEMAILKAN PALING LAMBAT 1 HARI SETELAH PELAKSANAAN UJIAN JAM
08.00, JIKA MELEBIHI BATAS WAKTU YANG DITENTUKAN AKAN ADA
PENGURANGAN NILAI 10% SETIAP HARINYA
3. KERJAKAN DENGAN SUNGGUH-SUNGUH Email ulfah_musdalifah@yahoo.com

PERTANYAAN WAJIB
1. Buatlah algoritma penatalaksanaan perdarahan post partum Atonia Uteri sekaligus
diberikan penjelasan dan daftar referensi
2. Buatlah algoritma penatalaksanaan asfeksia BBL sekaligus diberikan penjelasan dan
daftar referensi

JAWABAN

1. Penatalaksanaan Atonia Uteri


Jika uterus tidak segera berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan rangsangan taktil
(masase) fundus uteri maka patut diduga telah terjadi atonia uteri.:
A. Segera lakukan kompresi bimanual internal (KBI; Gambar)
a.) Pakai sarung tangan DTT/Steril, kemudian secara berhati-hati masukkan satu
tagan secara obstetric (menyatukan kelima ujung jari) melalui introitus ke dalam
vagina.
b.) Periksa vagina dan serviks. Jika ada bekuan darah pada kavum uteri maka segera
keluarkan karena kondisi ini dapat menyebabkan uterus tidak dapat berkontraksi
secara efektif.
c.) Setelah melewati introitus dan berada di dalam vagina maka kepalkan tangan
dalam dan tempatkan pada forniks anterior. Dengan dataran jari-jari tangan
dalam, tekan dinding anterior segmen bawah uterus kea rah tangan luar yang
sedang mendorong dinding posterior uterus ea rah depan sehingga uterus dijepit
dari arah depan dan belakang
d.) Aplikasikan tekanan yang kuat pada uterus di antara kedua tangan. Kompresi
uterus ini memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah yang berjalan
diantara myometrium dan juga merangsang myometrium untuk segera
berkontraksi.

e.) Evaluasi Keberhasilan :


i. Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang, teruskan melakukan
KBI selama 2 menit, kemudian perlahan-lahan keluarkan tangan dan
pantau ibu secara melekat selama kala IV.
ii. Jika uterus berkontraksi tapi perdarahan masih berlangsung, periksa ulang
perineum, vagina dan serviks apakah terjadi laserasi. Jika demikian, segera
lakukan penjahitan untuk mengehentikan perdarahan.
iii. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 5 menit, ajarkan keluarga
untuk melakukan kompresi bimanual eksternal (KBE, Gambar) kemudian
lakukan langkah-langkah penatalaksanaan atonia uteri selanjutnya. Jika
penolong bekerja sama berkelompok maka tidak perlu dilakukan tindakan
KBE karena penolong dapat melanjutkan KBI dan petugas lain diminta
untuk memasang infus. Minta keluarga untuk mulai menyiapkan rujukan.
Alasan : Atonia uteri seringkah bisa diatasi dengan KBI, jika KBI tidak
berhasil dalam waktu 5 menit maka diperlukan berbagai upaya lainnya.
B. Berikan 0,2 mg ergometrin IM atau misoprostol 600 mcg per rektal. Jangan berikan
ergometrin kepada ibu dengan hipertensi karena ergometrin dapat menaikkan tekanan
darah.
C. Gunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18, pasang infus larutan kristaloid
untuk restorasi cairan secara cepat dan berikan oksitosin 20 LU. Dalam 500 cc larutan
Ringer Laktat dengan kecepatan 30 tetes/menit (pastikan oksitosin disimpan secara
benar dan masih efektif).
Alasan : Jarum berdiameter besar memungkinkan pemberian larutan IV secara cepat
dan dapat dipaktii untuk transfusi darah (jika diperlukan). Pemberian oksitosin
secara intravena dengan tetesan yang tepat dapat merangsang kontraksi uterus.
Oksitosin dosis besar tak boleh diberikan secara bolus intravena karena dapat
menyebabkan hipotensi. Oksitosin dalam larutan kristaloid tidak boleh diguyur
karena setelah 3 liter cairan kristaloid dan 40 LU. Oksitosin intravena dapat terjadi
edema serebri dan ibu mengalami kejang.
D. Pakai sarung tangan DTT/steril kemudian ulang KBI
Alasan : KBI dengan ergometrin dan oksitosin akan membantu uterus berkontraksi.
E. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 1 sampai 2 menit, segera rujuk ibu karena
hal ini bukan atonia uteri sederhana. Ibu membutuhkan tindakan gawatdarurat di
fasilitas kesehatan rujukan yang mampu melakukan tindakan operasi dan transfuse
darah.
F. Sambil membawa ibu ke tempat rujukan, teruskan pemberian infus dan uterotonika,
juga KBI/KBE.Kompresi Aorta/Tampon Kondom-Kateter hingga ibu mencapai
tempat rujukan.
i. Jika ibu pre-syok, ganti cairan darah yang hilang dengan kristaloid 1000 ml
dalam 15 menit pertama, jika syok, berikan kristaloid 1500-2000 ml dalam 15
menit pertama
ii. Berikan tambahan 750-15—ml (tergantung kondisi ibu) dalam 30-45 menit
berikutnya, jika setelah itu ternyata belum sampai di tempat rujukan maka
lanjutkan dengan jumlah yang sama untuk 45-60 menit berikutnya.
iii. Pemberian cairan restorasi pada jam kedua dan selanjutnya harus dikombinasi
dengan koloid dengan perbandingan 3 : . Jika konsentrasi hemoglobin darah
ibu berada dibawah 6 g% maka ibu memerlukan tambahan transfuse darah.

Referensi : Wiknjosastro, Gulardi H. dkk. 2014. Pelatihan Klinik Asuhan


Persalinan Normal Revisi 6. Jakarta:Refika Aditama

2. Penatalaksanaan Asfiksia pada BBL


Jika bayi tidak cukup bulan dan atau tidak bernapas atau bernapas megap-megap dan atau
tonus otot tidak baik :
Sambil mulai melakukan langkah awal :
 Beritahukan ibu dan keluarga, bahwa bayi mengalami kesulitan bernapas dan
bahwa anda akan menolongnya,
 Mintalah salah seorang keluarga mendampingi ibu untuk memberi dukungan
moral, menjaga ibu dan melaporkan bila ada perdarahan.

TAHAP I : LANGKAH AWAL (HAIKAL)


Langkah awal diselesaikan dalam waktu <30 detik. Langkah awal tersebut meliputi :
1. Hangatkan (Jaga bayi tetap hangat)
 Letakkan bayi di atas kain ke-1 yang ada di atas perut ibu atau sekitar 45 cm
dari perineum.
 Selimuti bayi dengan kain tersebut, wajah, dada dan perut tetap terbuka,
potong tali pusat.
 Jaga bayi tetap diselimuti dengan wajah dan dada terbuka dan di bawah
pemancar panas
2. Atur posisi bayi
 Baringkan bayi terlentang dengan kepala di dekat penolong. Posisikan kepala
bayi pada posisi menghidu yaitu kepala sedikit ekstensi dengan mengganjal
bahu.

3. Isap Lendir
Gunakan alat pengisap lender DeLee dengan cara :
 Isap lender mulai dari mulut dulu, kemudian hidung.
 Lakukan penghisapan saat alat pengisap ditarik keluar, TIDAK pada waktu
memasukkan.
Jangan lakukan pengisapan terlalu dalam yaitu jangan lebih dari 5 cm ke dalam
mulut karena dapat menyebabkan denyut jantung bayi menjadi lambat atau bayi
tiba-tiba berhenti bernapas.Untuk hidung, jangan melewati cuping hidung.

Jika dengan bola karet pengisap lakukan dengan cara :


 Tekan bola di luar mulut dan hidung
 Masukkan ujung pengisap ke mulut dan lepaskan tekanan pada bola
(lender akan terisap)
 Untuk hidung masukkan ke dalam lubang hidung sampai cuping hidung
dan lepaskan

4. Keringkan dan rangsang taktil


 Keringkan bayi dengan kain ke-1 mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh
lainnya dengan sedikit tekanan. Tekanan ini dapat merangsang BBL mulai
bernapas.
 Rangsang taktil berikut juga dapat dilakukan untuk merangsang BBL mulai
bernapas :
o Menepuk/menyentil telapak kaki, atau
o Menggosok perut/dada/tungkai bayi dengan telapak tangan
 Ganti kain ke-1 yang telah basah dengan kain ke-2 yang kering dibawahnya.
 Selimuti bayi dengan kain kering tersebut, jangan menutupi muka dan dada
agar bisa memantau pernapasan bayi.

5. Atur kembali posisi kepala bayi


 Atur kembali posisi kepala bai menjadi posisi menghidu
Lakukan penilaian bayi
 Lakukan penilaian apakah bayi bernapas normal, tidak bernapas atau megap-
megap.
o Jika bayi bernapas normal : lakukan asuhan pascaresusitasi.
o Jika bayi megap-megap atau tidak bernapas : mulai lakukan ventilasi
bayi.

TAHAP II : VENTILASI

Langkah-langkah :

1. Pasang sungkup
Pasang dan pegang sungkup agar menutupi dagu, mulut, dan hidung
2. Ventilasi 2 kali
 Lakukan remasan pada balon/tiupan pada tabung dengan tekanan 30 cm
air.
Remasan awal balon dan sungkup atau tiupan awal tabung dan sungkup
penting untuk menguji apakah jalan napas bayi terbuka dan membuka alveoli
paru agar bayi bisa mulai bernapas.
 Lihat apakah dada bayi mengembang.
Saat melakukan remasan atau tiupan perhatikan apakah dada bayi
mengembang dengan adekuat.

Jika tidak mengembang :


 Periksa posisi sungkup dan pastikan tidak ada udara yang bocor.
 Periksa posisi kepala, pastikan posisi sudah menghidu
 Periksa cairan atau lender di mulut jika ada lender atau cairan lakukan
pengisapan.
 Lakukan remasan atau tiupan 2 kali dengan tekanan 30 cm air, jika dada
mengembang, lakukan tahap berikutnya.

3. Ventilasi 20 kali dalam 30 detik


 Remas balon atau tiup tabungresusitasi sebanyak 20-30 kali, dalam 30 detik,
dengan tekanan 20 cm air sampai bayi mulai bernapas spontan atau menangis.
 Pastikan dada mengembang saat dilakukan tiupan atau peremasan, setelah 30
detik lakukan penilaian ulang napas.

 Jika bayi mulai bernapas normal/tidak megap-megap dan atau menangis,


hentikan ventilasi bertahap.
 Lihat dada bawah apakah ada retraksi
 Hitung frekuensi napas per menit
 Jika bernapas >40 per menit dan tidak ada retraksi berat :
 Jangan ventilasi lagi
 Letakkan bayi dengan kontak kulit bayi ke kulit ibu pada dada ibu dan
lanjutkan asuhan BBL
 Pantau setiap 15 menit untuk pernapasan dan kehangatan

Jangan tinggalkan bayi sendiri

Lakukan asuhan pascaresusitasi

 Jika bayi megap-megap atau tidak bernapas, lanjutkan ventilasi.

4. Ventilasi, setiap 30 detik, lakukan penilaian ulang napas.


 Lanjutkan ventilasi 20-30 kali dalam 30 detik
 Setiap 30 detik, lakukan penilaian napas, kemudian lakukan penilaian ulang bayi
apakah bernapas, tidak bernapas, atau megap-megap :

 Jika bayi mulai bernapas normal/tidak megap-megap dan atau menangis,


hentikan ventilasi bertahap, kemudian lakukan asuhan pascaresusitasi.
 Jika bayi megap-megap /tidak bernapas, teruskan ventilasi 20-30 kali dalam
30 detik, kemudian lakukan penilaian ulang napas setiap 30 detik.

5. Siapkan rujukan jika bayi belum bernapas spontan sesudah 2 menit resusitasi.
 Jelaskan kepada ibu apa yang terjadi, apa yang anda lakukan dan mengapa
 Mintalah keluarga untuk mempersiapkan rujukan
 Teruskan ventilasi selama mempersiapkan rujukan
 Catat keadaan bayi pada formulir rujukan dan rekam medik persalinan

6. Lakukan ventilasi, nilai ulang napas dan nilai denyut jantung.


 Lanjutkan ventilasi 20-30 kali dalam 30 detik, dengan pengembangan dada yang
adekuat
 Setiap 30 detik, nilai ulang napas dan nilai denyut jantung

 Jika dipastikan denyut jantung bayi tidak terdengar, lanjutkan ventilasi selama
10 menit. Hentikan resusitasi jika denyut jantung tetap tidak terdengar,
jelaskan kepada ibu dan berilah dukungan kepadanya serta lakukan pencatatan
bayi yang mengalami henti jantung 10 menit kemungkinan besar mengalami
kerusakan otak yang permanen.

Referensi : Wiknjosastro, Gulardi H. dkk. 2014. Pelatihan Klinik Asuhan


Persalinan Normal Revisi 6. Jakarta:Refika Aditama
PERTANYAAN PILIHAN
1. Penatalaksanaan ditosia bahu
2. Penatalaksanaan letak sungsang dengan brach
3. Penatalaksanaan letak sungsang dengan klasik
4. Penatalaksanaan letak sungsang dengan lovset
5. Penatalaksanaan retensio plasenta
6. Penatalaksanaan PEB pada ibu hamil
7. Penatalksaan BBL dengan kejang

‘SELAMAT MENGERJAKAN

Anda mungkin juga menyukai