Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH GENETIKA

“Pembelahan Sel”

Dosen Pengampu:

Dr. Evita Anggrereini, M.Si.

Disusun oleh:

Kelompok VIII

Pisca Hana Marsenda (A1C412001)

Umi Rahmah (A1C412002)

Andreo Satria (A1C412042)

Hasanawati (A1C412047)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2014/2015
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pernahkah terbersit di pikaranmu mengapa kamu memiliki rambut lurus seperti
ayah, dan bukan rambut keriting seperti ibu? Ataukah kamu juga pernah mengamati
bahwa kabanyakan kucing yang memiliki tiga warna berjenis kelamin betina. Mengapa?
Hal-hal di atas berkitan dengan hereditas atau pewarisan sifat dari orang tua
kepada anaknya melalui gen. Pewarisan sifat ini ternyata mengikuti pola tertentu.
Bagaimana jika pola itu tidak diikuti? Apakah hal ini akan menyebabkan kelainan atau
cacat pada individu keturunannya? Semua hal ini berkaitan dengan gen, cara pewarisan
sifat, faktor yang menyebabkan penyimpangan pola pewarisan, serta akibat yang
ditimbulkannya.
Hereditas berarti penurunan sifat-sifat genetika dai orang tua kepada
keturunannya. Ilmu yang mempelajari tentang hereditas disebut dengan genetika.
Hereditas pertama kali dicetuskan oleh Gregor Johann Mendel (1822-1884), anak
seorang petani kecil di Moravia Utara. Mendel berpendapat bahwa sifat-sifat dapat
diturunkan dari generasi ke generasi melalui faktor penentu.
Sejak dulu, gen dianggap sebagai kesatuan terkecil di dalam sel yang menentukan
heraditas (sifat keturunan). Istilah gen sendiri dipopulerkan oleh Yohansen (1909). Gen
mengandung DNA dan RNA yang akan membawa informasi genetik. Gen membentuk
struktur yang disebut DNA. Sedangkan kromosom adalah struktur pembawa gen yang
mirip benang dan terdapat didalam inti sel. Kromosom hanya dapat terlihat pada saat
pembelahan sel. Pembelahan sel dibedakan menjadi dua macam yaitu mitosi dan
meiosis.
Berdasarka uraian diatas, pada makalah ini akan dibahas bagaimana pembelahan
sel secara mitosis dan meiosis, serta dimana letak perbedaan antar kedua pembelahan ini,
selain itu akan dibahas pula bagaimana kaitannya pembelaha sel dengan hukum I Mendel
dan II Mendel.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penulisan makalah ini adalah:
a. Bagaimana proses pembelahan sel secara mitosis?
b. Bagaimana proses pembelahan sel secara meiosis?
c. Apa perbedaan antara pembelahan sel mitosis dengan meiosis?
d. Bagaiman kaitan pembelahn sel dengan hukum I Mendel dan II Mendel?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makah ini adalah:
a. Mengetahui proses pembelahan sel secara mitosis.
b. Mengetahui proses pembelahan sel secara meiosis.
c. Mengetahui perbedaan antara pembelahan sel mitosis dengan meiosis.
d. Mengetahui kaitan pembelahn sel dengan hukum I Mendel dan II Mendel.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Mitosis
2.1.1 Mitosis pada Hewan

Mitosis adalah proses pembagian genom yang telah digandakan oleh sel ke
dua sel identik yang dihasilkan oleh pembelahan sel. Proses ini (mitosis)
menghasilkan dua sel anak yang identik, yang memiliki distribusi organel dan
komponen sel yang nyaris sama.
Mitosis umumnya diikuti sitokinesis yang membagi sitoplasma dan membran
sel. Mitosis dan sitokenesis merupakan fasa mitosis (fase M) pada siklus sel, di mana
sel awal terbagi menjadi dua sel anakan yang memiliki genetik yang sama dengan sel
awal. Yang mana hasil utama dari mitosis adalah pembagian genom sel awal kepada
dua sel anakan. Genom terdiri dari sejumlah kromosom, yaitu kompleks DNA yang
berpilin rapat yang mengandung informasi genetik vital untuk menjalankan fungsi sel
secara benar. Karena tiap sel anakan harus identik secara genetik dengan sel awal, sel
awal harus menggandakan tiap kromosom sebelum melakukan mitosis. Proses
penggandaan terjadi pada pertengahan intefase, yaitu fase sebelum fase mitosis pada
siklus sel.
Secara garis besar ciri dari setiap tahap pembelahan pada mitosis adalah
sebagai berikut:
1) Interfase
Tahap interfase merupakan tahap persiapan yang esensial untuk pembelahan
sel karena pada tahap ini kromosom direplikasi. Selain itu saat pembelahan sel,
kromatin dikemas sangat padat/kompak sehingga tampak sebagai kromosom. Selama
interfase, kromatin tidak terlalu terkondensasi à untuk ekspresi informasi genetik.
Gambar. Interfase

2) Profase
Pada tahap ini nukleolus melebur dan kromatin (gabungan hasil replikasi DNA
dengan protein) terkondensasi menjadi kromosom. Setelah masing-masing kromosom
hasil replikasi mengandung 2 kromatid yang mengandung informasi genetik yang
sama, mikrotubulus sitoskeleton berubah fungsi dari mempertahankan bentuk sel
menjadi fungsimembangun spindel mitotik dari bagian sentrosom.

Gambar. Profase

3) Metafase
Dinding inti benar-benar melebur, benang gelendong meluas. Selama
metafase, sentromer dari setiap kromosom berkumpul pada bagian tengah spindel
pada bidang ekuator. Pada tempat-tempat ini, sentromer-sentromer diikat oleh
benang-benang spindel yang terpisah, dimana setiap kromatid dilekatkan pada kutub-
kutub spindel yang berbeda.
Kadang-kadang benang-benang spindel tidak berasosiasi dengan kromosom
dan merentang secara langsung dari satu kutub ke kutub yang lain. Pada saat
metafase, sentromer- sentromer diduplikasi dan setiap kromatid menjadi kromosom
yang berdiri sendiri atau independen yang berada satu bidang pada pusat sel.
4) Anafase
Tahap anafase dimulai dengan pemisahan kromosom pada sentromernya.
Kemudian Setiap kromosom bergerak bertolak belakang terhadap pasangannya untuk
menuju ke kutub masing-masing, sambil tetap bergantungan pada serat gelendong
melalui sentromer . setelah itu sentromer dari masing-masing kromatid membelah
menjadi dua dari bidang.

Gambar. Metafase dan Anafase

5) Telofase
Kromosom yang terpilin pendek melepaskan gulungannya menjadikromatin
yang panjang dan halus, sementara serat-serat gelendong melebur didalam sitoplasma
bersamaan dengan munculnya kembali nukleolus danmembran nukleus. Membran
nukleus yang baru terbentuk mengelilingi kromatin,nukleolus, dan sejumlah
sitoplasma sehingga dihasilkan nukleus baru.

.
Gambar. Telofase
6) Sitokinesis
Pada peristiwa ini, terbaginya sel induk menjadi dua sel anak yang meliputi
pembagian sitoplasma, ribosom,retikulum endoplasma, RNA, dan struktur-struktur
lainnya. Sitoplasma terbagi oleh suatu proses yang dikenal sebagai cleavage yang
biasanya dimulai pada akhir anafase dan telofase. Membran pada bagian tengah sel
tertarik ke dalam membentuk alur cleavage yang tegak lurus pada sumbu kumparan
diantara nukleus dan secara bertahap menyempit hingga pada akhirnya putus dan
membentuk dua sel anak secara terpisah.

Gambar. tahap-tahap mitosis secara keseluruhan

2.1.2 Mitosis pada Tumbuhan


Mitosis tumbuhan adalah proses dimana sel tumbuhan membagi dan
menciptakan dua salinan identik dari dirinya sendiri, yang disebut sel anak. Setiap sel
anak mendapatkan salinan lengkap dari bahan genetic yang terkandung dalam sel
induknya.
Tahapan mitosis tumbuhan sebagai berikut :
1) Interfase
Selama interfase, disebut juga sebagai tahap istirahat sel. Pada tahap ini, sel
akan melakukan pekerjaan normal. Contohnya sebuah sel menduplikasi kromosom
selama tahap ini.
2) Profase
Pada tahap ini, materi genetik yang disebut kromatin berkondensasi dan
bentuk kromosom. Kromosom yang terhubung bersama-sama untuk membuat
pasangan bergabung pada titik pusat yang disebut sentromer. Di luar inti, struktur
yang disebut sentromer berkembang, yang bertugas untuk menciptakan batang
berongga (mikrotubulus). Dalam persiapan untuk tahap metafase, mikrotubulus
memasuki nucleus dan melekat pada kromosom di sentromer mereka.

3) Metaphase
Pada tahap ini, sentromer dengan mikrotubulus terpasang pndah ke ujung yang
berbeda dari sel. Hal ini menyebabkan menarik dari kromosom menuju ujung-ujung
sel. Sentromer mulai membentuk titik pemisahan selama tahap ini.

4) Anaphase
Pada tahap ini, pasangan kromosom terpisah dan setengah dari pasangan
berpindah ke salah satu ujung. Sel sementara setengah lainnya bergerak ke ujung yang
lain. Mikrotubulus dalam sel bekerja untuk memperpanjang sel tumbuhan. Ini
mempersiapkan sel untuk telofase.

5) Telofase
Pada tahap ini, mikrotubulus dan sentrosome hancur. Ini sisa inti dari sel asli
menciptakan inti sekitar kromosom di ujung-ujung sel. Pada titik ini, kromosom
berubah menjadi kromatin sekali lagi.

6) Sitokinesis
Ketika sel tumbuhan memasuki sitokinesis, itu belum membagi dua sel
independen. Sel mengembangkan plat sel pada titik ini, yang berfungsi untuk mebagi
sel tunggal menjadi dua sel anak terpisah. Dua sel anak baru kemudian menarik
terpisah dari satu sama lain, dengan masing-masing yang memiliki salinan dari materi
genetic sel asli.
Mitosi tumbuhan jauh berbeda dengan mitosi hewan. Perbedaan utama adalah
bahwa sel-sel hewan tidak mengembangkan plat sel. Sebaliknya, sel hewan menjepit
lepas di tengah untuk memisahkan menjadi dua sel.
2.1.3 Perbedaan Mitosis pada Hewan dan Tumbuhan
Terdapat dua perbedaan yang utama antara tahap mitosis antara sel hewan dan
tumbuhan, yakni sebagai berikut:
1. Pada sel hewan terjadi pembentukan aster. Sel hewan memiliki sentriol yang pada
saat profase berpindah ke sisi yang berlawanan dengan nukleusnya sehingga dapat
membantu mengatur pembentukan serat gelendong. Disekitar sentriol berkembang
suatu sistem serat yang memancar (aster) yang fungsinya belum dketahui hingga
sekarang. Sedangkan sel tumbuhan tidak memiliki sentrosom sehingga tidak
membentuk serat gelendong.
2. Pada sel hewan tidak terdapat penebalan plasma atau lempengan sel di bidang
ekuator tetapi pada saat telofase terbentuk suatu alur pada membran sel sehingga
terjadi pelekukan dan kedua sel anak berpisah. Terjadinya peristiwa ini tergantung
ada tidaknya mikrofilamen.

2.2 Meiosis
Meiosis adalah proses pembelahan sel dengan dua kali pembelahan dengan
menghasilkan empat sel anak, yang masing-masing memiliki separuh dari jumlah
kromosom sel induk Olek karena itu meiosis disebut juga dengan pembelahan reduksi.
Pembalahan sel ini berlangsung melalui dua tahap yaitu meiosis I dan Meiosis II, tanpa
melalui interfase. Interfase hanya terjadi sebelum dan sesudah meiosis.
Pembelahan meiosis memiliki ciri sebagai berikut:
 Terjadi dalam peristiwa pembentukan sel kelamin (gametogenesis) pada
kelenjar kelamin (gonad).
 Menghasilkan empat sel yang tidak identik dengan sel semula (diploid
menjadi haploid), karena terjadi pengurangan kromosom pembelahan ini
sering disebut pembelahan reduksi.
 Bertujuan untuk mengurangi jumlah kromosom, agar komposisi kromosom
anak sama dengan komposisi kromosom induk.

2.2.1 Meiosis I

Gambar. Tahapam meiosis I

Sama halnya dengan pembelahan mitosis, sebelum sel memasuki tahap


pembelahan, terlebih dahulu terjadi tahap interfase. Pada fase S interfase
terjadi replikasi DNA yang menghasilkan duplikasi kromosom. Tahap meiosis
I terdiri atas:
1. Profase I
Profase I merupakan fase terpanjang atau terlama dibandingkan fase
lainnya bahkan lebih lama daripada tahap profase pada pembelahan mitosis.
Profase I dapat berlangsung dalam beberapa hari. Biasanya, profase I
membutuhkan waktu sekitar 90% dari keseluruhan waktu yang dibutuhkan
dalam pembelahan meiosis.

Gambar. Profase I
Tahap ini terbagi menjadi beberapa tahap sebagai berikut:
 Leptoten : ditandai adanya benang-benang kromatin yang memendek dan
menebal. Mulai terbentuk kromosom homolog.
 Zigoten : kromosom homolog saling berdekatan atau berpasangan
menurut panjangnya. Peristiwa ini disebut sinapsis. Kromosom homolog
yang berpasangan ini disebut bivalen (terdiri dari 2 kromosom homolog).
 Pakiten : kromatid antara kromosom homolog satu dengan kromosom
homolog yang lain membentuk pasangan sinapsis yang disebut tetrad.
 Diploten : Setiap bivalen dengan empat kromatid tetap berkaitan di suatu
titik yang disebut kiasma (tunggal, kiasmata jika jamak). Proses
persilangan kromatid-kromatid disebut pindah silang (crossing over ) yang
memungkinkan terjadinya pertukaran materi genetik (DNA) dari homolog
satu ke homolog lainnya sehingga memengaruhi variasi genetik sel
anakan. Adanya crossing over inilah yang menyebabkan setiap individu
yang diturunkan tidak sama persis dengan induknya.
 Diakinesis : terbentuk benang-benang spindel pembelahan (gelendong
mikrotubulus), membran inti sel atau karioteka dan nukleolus mulai
lenyap, dan diakhiri dengan terbentuknya tetrad yang membentuk dua
pasang kromosom homolog.

2. Metafase I
Pada metafase I, kromatid hasil duplikasi kromosom homolog berjajar
berhadap hadapan di sepanjang daerah ekuatorial inti (bidang metafase I).
Gambar. Metafase I

Peristiwa yang terjadi selama Metafase 1 :

 Membran inti sudah menghilang.


 Mikrotubulus kinetokor dari salah satu kutub melekat pada satu
kromosom di setiap pasangan. Sementara mikrotubulus dari kutub
berlawanan melekat pada pasang-an homolognya. Dalam hal ini,
kromosom masih bersifat diploid.

3. Anafase I

Gambar. Anafase I
Pada tahap ini, spindel pembelahan memendek dan menarik belahan
tetrad (diad) ke kutub sel berlawanan sehingga kromosom homolog
dipisahkan. Kromosom hasil crossing over yang bergerak ke kutub sel
membawa materi genetik yang berbeda.
4. Telofase I dan Sitokenesis I

Pada telofase, setiap kromosom homolog telah mencapai kutub-kutub


yang berlawanan. Ini berarti setiap kutub mempunyai satu set kromosom
haploid. Akan tetapi, setiap kromosom tetap mempunyai dua kromatid
kembar. Pada fase ini, membran inti muncul kembali. Peristiwa ini kemudian
diikuti tahap selanjutnya, yaitu sitokinesis.

Sitokinesis merupakan proses pembelahan sitoplasma. Tahap


sitokinesis terjadi secara simultan dengan telofase. Artinya, terjadi secara
bersama-sama. Tahap ini merupakan tahap di antara dua pembelahan meiosis.
Alur pembelahan atau pelat sel mulai terbentuk.

Gambar. Telofase I

Hasil pembelahan meiosis I menghasilkan dua sel haploid yang


mengandung setengah jumlah kromosom homolog. Meskipun demikian,
kromosom tersebut masih berupa kromatid saudara (kandungan DNA-nya masih
rangkap). Untuk menghasilkan sel anakan yang mempunyai kromosom haploid
diperlukan proses pembelahan selanjutnya, yaitu meiosis II. Jarak waktu antara
meiosis I dengan meiosis II disebut dengan interkinesis. Jadi, tujuan meiosis II
adalah membagi kedua salinan DNA pada sel anakan yang baru hasil dari
meiosis I. Meiosis II terjadi pada tahap-tahap yang serupa seperti meiosis I.
2.2.2 Meiosis II

Gambar. Tahap-tahap pembelahan meiosis II

Dua sel haploid hasil meiosis I sekarang memasuki meisosis II.


Tedapat perbedaan dalam siklus sel meiosis II ini. Pada interfase II, tidak
terjadi replikasi DNA sehingga kromosom dalam kedua sel tersebut berada
dalam keadaan dupleks. Oleh karena, kemiripannya dengan mitosis, tahap
meiosis II ini secara keseluruhan dapat dikatakan sebagai mitosis haploid.
Pembelahan sel pada meiosis II melalui taha sebagai berikut:
1. Profase II
 Benang – benang kromatin berubah kembali menjadi kromosom.
 Kromosom yang terdiri dari 2 kromatida tidak mengalami duplikasi
lagi.
 Nucleolus dan dinding inti menghilang.
 Sentriol berpisah menuju kutub yang berlawanan. Serat – serat
gelendong terbentuk diantara 2 kutub pembelahan.
Gambar. Profase II

2. Metafase II
 Kromosom berada pada bidang ekuator, kromatid berkeompok dua-
dua.
 Belum terjadi pembelahan sentromer.
 Kromosom mengumpul kembali pada bidang pembelahan dengan
bantuan benang-benang spindel.
 Benang-benang spindel ini melekat pada kinetokor yang nantinya akan
menarik pasangan kromatid menuju kutub yang berlawanan

Gambar. Metafase II

3. Anafase II
 Kromosom melekat pada kinektor benang gelendong, lalu ditarik oleh
benang gelendong kearah kutub yang berlawanan yang menyebabkan
sentromer terbelah.
 Kromatid akan bergerak ke arah yang berlawanan.
Gambar. Anafase II

4. Telofase II
 Kromatid berkumpul pada kutub pada kutub pembelahan lalu berubah
menjadi kromatin kembali.
 Nucleolus dan dinding inti terbentuk kembali.
 Serat – serat gelendong menghilang dan terbentuk sentrosom kembali.
 Tahap telofase II berlanjut dengan terbentuknya membran inti yang
menyelimuti kromosom pada masing-masing kutub.
 Kromosom terurai kembali menjadi benang-benang kromatin dan
diikuti oleh sitokinesis.
 Sitokinesis pada dua sel tersebut menghasilkan empat sel haploid.
 Pada hewan jantan, empat sel baru yang terbentuk dapat menjadi
sperma.
 Pada bagian bunga jantan, dapat menjadi serbuk sari (polen). Pada
hewan atau bagian bunga betina, pembentukan gametnya lebih
kompleks.
Gambar. Telofase II

Proses pembelahan sel secara meiosis ini menghasilkan:


1. Satu sel induk yang diploid (2n) menjadi 4 sel anakan yang masing –
masing haploid (n).
2. Jumlah kromosom sel anak setengah dari jumlah kromosom sel induknya,
itulah sebabnya pembelahan sel secara meiosis disebut juga dengan
pembelahan reduksi.
3. Pembelahan meiosis hanya terjadi pada sel – sel generative atau sel – sel
gamet seperti sperma dan ovum (sel telur).
4. Sel anakan mempunyai sifat genetis yang bervariasi satu sama lain. Variasi
genetis yang dibawa sel kelamin orang tua menyebabkan munculnya
keturunan yang bervariasi juga.
2.3 Perbedaan Mitosis dan Meiosis
Perbedaan antara mitosis dan meosis dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Faktor Mitosis Meiosis
Pembanding
Tujuan  Untuk perbanyakan sel dan  Untuk membentuk sel gamet
pertumbuhan. pada hewan dan spora pada
 Pada tumbuhan juga untuk tumbuhan. Meiosis berfungsi
membentuk gamet. mengurangi jumlah kromosom
agar keturunannya memiliki
jumlah kromosom yang sama
dengan induk.
Tempat terjadi  Pada tumbuhan terjadi pada  Pada tumbuhan, terjadi di benag
jaringan meristimatis, sari dan putik.
misalnya di ujung batang,  Pada hewan, terjadi di alat
ujung akar dan kambiun. kelamin.
 Pada hewan terjadidi sel-sel
somatis (sel-sel tubuh).
Tahap  Terjadi lewat rangkaian  Terjadi lewat dua rangkaian
Pembelahan tahap, yaitu profase, tahap yaitu meiosis I dan meiosis
metafase, anafase dan II
telofase. Meiosis I: Profase I (leptonema,
zigonema, pakinema, diplonema
dan diakenesis), metafase I,
anafase I, dan telofase I.
Meiosis II: Profase II, metafase
II, anafase II dan telofase II.
Hasil  Dua sel anakan yang  Empat sel anakan yang memiliki
memiliki jumlah kromosom setengan jumlah kromosom sel
seperti sel induknya (diploid) induknya (haploid).
Pindah silang  Tidak terjadinya pindah  Terjadinya pindah silang pada
(Pertukaran silang pada kromosom yang kromosom yang homolog saat
materi homolog. profase I
genetik)
2.4 Kaitan Hukum Mendel dengan pembelahan Sel

1. Hukum I Mendel (Hukum Segresi)


Pemisahan kromosom-kromosom yang homolog sewaktu meiosis
melalui pembelahan reduksi pada hakikatnya adalah hal yang mendasari
hukum segregasi mendel. Gen-gen menentukan sifat tertentu,berada
berpasangan karena alel/gen ini berada pada kromosom yang homolog pada
lokus yang sama dan kromosom yang homolok ini selalu mengalami
pemisahan kedalam sel benih pada waktu meiosis,maka alel itu juga harus
berpisah satu dengan yang lain. Hukum I mendel terjadi pada Anafase I.
2. Hukum II Mendel (Hukum Asortasi)
Dasar fisik hukum pilih acak akan mudah dimengerti jika kita
menempatkan gen-gen pada 2 pasang kromosom dalam sel yang sedang
menjalani meiosis. Tahap yang penting sebagai dasar pilih acak adalah fase
profase akir dan metafase I. Pada fase ini terjadi peristiwa pindah silang. Dari
kromosom homolog akan menjadi dihibrit atau dihibrit akan membentuk
konfigurasi yang baru
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa:


1. Mitosis terjadi pada sel tubuh dengan satu kali pembelahan. Tahap-tahap mitosis
meliputi:
 Profase
 Metafase
 Anafase
 Telofase
2. Meiosis terjadi pada sel kelamin dengan dua kali pembelahan. Tahap-tahapnya
meliputi:
Meiosis I : Profase I, Metafase I, Anafase I dan Telofase I
Meiosis II: Profase II, Metafase II, Anafase II dan Telofase II.
3. Perbedaan antara mitosis dan meiosis terletak pada tujuan, tempat terjadi, tahap
pembelahan, hasil dan ada tidaknya pindah silang (pertukaran materi genetik).
4. Kaitan hukum I Mendel pada anafase I pembelahan meiosis. Kaitan hukum II Mendel
pada metafase I pembelahan meiosis.
DAFTAR PUSTAKA

Bowler, P.J. 1989. The Mendelian Revolution: The Emergency of Hereditarian Concepts in
Modern Science and Society. Baltimore: Johns Hopkins University Press

Campbell, N.A dan J.B. Reece. 2008. Biologi Edisi kedelapan Jilid Satu. Jakarta: Erlangga

Dwidjoseputro, D. 1977. Pengantar Genetika. Jakarta : Bhatara

Tamarin, R.H. 2002. Prinsiples of Genetics. North America: Mc Graw Hill Companies

Rondonuwu, S. 1989. Dasar-Dasar Genetika. Jakarta : UM

Wagner, R.P., dkk. 1980. Introduction to Modern Genetics. Canada: John Wiley and Sons,
Inc

Anda mungkin juga menyukai