Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM

PERSARAFAN “STROKE”

PROPOSAL STUDI KASUS RISET KEPERAWATAN KMB

Oleh
Agusti Kurniawati
NIM 30140112001

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS
PADALARANG
2014
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Proposal Studi Kasus KMB yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Persarafan: “Stroke” proposal ini dibuat untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Riset Keperawatan .

Pada penyusunan makalah ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan dukungan
dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ketua STIkes Santo Borromeus Sr.Sofia Gusnia,CB.,BSN,M.Kep dan Staf


2. dr. Wijayanti selaku Direktur RS.Sekar Kamulyan dan Staf
3. Puket 1 STIkes Santo Borromeus Ns.Elizabeth Ari S.,S.Kep.,M.Kes.AIFO
4. Ibu Susanti Niman.,M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.J selaku koordinator dan pembimbing mata
ajaran Riset Keperawatan yang telah memberikan dalam arahan dalam pembuatan
proposal ini
5. Bagian Perpustakaan yang telah menyediakan buku-buku referensi
6. Orang tua saya tercinta yang telah banyak mendoakan saya
7. Rekan-rekan D III Keperawatan tingkat 3 kelas Santo.Dionisius yang selalu
mendukung dalam pembuatan proposal ini

Dan semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini, yang tidak
bisa penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari makalah ini masih banyak kekurangan oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan sarannya dari para pembaca agar makalah ini dapat menjadi lebih
baik lagi.
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih atas perhatiannya

Padalarang, Januari 2015

Penulis

i
Daftar Isi

Kata Pengantar ...................................................................................................................i


Daftar isi............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
I.1 Latar belakang...................................................................................................1
I.2 Tujuan................................................................................................................1
I.3 Metode Penulisan..............................................................................................3
I.4 Sistematika Penulisan........................................................................................4
BAB II TINJAUAN TEORETIS.......................................................................................3
1. Pengertian Stroke.........................................................................................5
2. Anatomi fisiologi..........................................................................................6
3. Klasifikasi Stroke..........................................................................................9
4. Etiologi Stroke............................................................................................10
5. Patofisilogi Stroke.......................................................................................12
6. Patoflow Stroke...........................................................................................12
7. Tanda dan Gejala Stroke.............................................................................13
8. Pemeriksaan diagnostik..............................................................................15
9. Penatalaksanaan medis................................................................................15
10. Asuhan Keperawatan..................................................................................16
11. Rencana Asuhan Keperawatan....................................................................22
12. Kerangka Teori.............................................................................................26
Daftar Pustaka......................................................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang


Stroke adalah penyakit multifaktorial dengan berbagai penyebab disertai manifestasi
klinis mayor, dan penyebab utama kecacatan dan kematian di negara-negara berkembang
(Saidi, 2010). WHO mendefinisikan stroke sebagai suatu tanda klinis yang berkembang cepat
akibat gangguan otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24
jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas
selain vaskuler (WHO, 2006).
Berdasarkan data WHO (2010-b), setiap tahunnya terdapat 15 juta orang di seluruh
dunia menderita stroke. Diantaranya ditemukan jumlah kematian sebanyak 5 juta orang dan 5
juta orang lainnya mengalami kecacatan yang permanen. Penyakit stroke telah menjadi
masalah kesehatan yang menjadi penyebab utama kecacatan pada usia dewasa dan
merupakan salah satu penyebab terbanyak di dunia (Xu, et al., 2010).
Stroke merupakan penyakit serebrovaskular yang banyak ditemukan tidak hanya pada
negara-negara maju tapi juga pada negara-negara berkembang. Menurut Janssen, et al.,
(2010), stroke merupakan penyebab utama kecacatan di negara-negara barat. Di Belanda,
stroke menduduki peringkat ketiga sebagai penyebab DALY’s (Disability Adjusted Life
Years = kehilangan bertahun-tahun usia produktif).
Berdasarkan data NCHS (National Center of Health Statistics), stroke menduduki
urutan ketiga penyebab kematian di Amerika setelah penyakit jantung dan kanker (Heart
Disease and Stroke Statistics—2010 Update: A Report from American Heart Association).
Dari data National Heart, Lung, and Blood Institute tahun 2008, sekitar 795.000 orang di
Amerika Serikat mengalami stroke setiap tahunnya. Dengan 610.000 orang mendapat
serangan stroke untuk pertama kalinya dan 185.000 orang dengan serangan stroke berulang
(Heart Disease and Stroke Statistics_2010 Update: A Report From the American Heart
Association). Setiap 3 menit didapati seseorang yang meninggal akibat stroke di Amerika
Serikat. Stroke menduduki peringkat utama penyebab kecacatan di Inggris (WHO, 2010-a).

1
Stroke menduduki urutan ketiga sebagai penyebab utama kematian setelah penyakit
jantung koroner dan kanker di negara-negara berkembang. Negara berkembang juga
menyumbang 85,5% dari total kematian akibat stroke di seluruh dunia. Dua pertiga penderita
stroke terjadi di negara-negara yang sedang berkembang. Terdapat sekitar 13 juta korban
stroke baru setiap tahun, di mana sekitar 4,4 juta di antaranya meninggal dalam 12
bulan (WHO, 2006). Di Indonesia, prevalensi stroke mencapai angka 8,3 per 1.000
penduduk. Daerah yang memiliki prevalensi stroke tertinggi adalah Nanggroe Aceh
Darussalam (16,6 per 1.000 penduduk) dan yang terendah adalah Papua (3,8 per 1.000
penduduk). Menurut Riskesdas tahun 2007, stroke, bersama-sama dengan hipertensi,
penyakit jantung iskemik dan penyakit jantung lainnya, juga merupakan penyakit tidak
menular utama penyebab kematian di Indonesia. Stroke menempati urutan pertama sebagai
penyebab kematian utama semua usia di Indonesia (Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 2009).
Menurut Davenport dan Dennis (2000), secara garis besar stroke dapat dibagi menjadi
stroke iskemik dan stroke hemoragik. Di negara barat, dari seluruh penderita stroke yang
terdata, 80% merupakan jenis stroke iskemik sementara sisanya merupakan jenis stroke
hemoragik.
Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, di Indonesia kejadian stroke iskemik
lebih sering ditemukan dibandingkan stroke hemoragik. Dari studi rumah sakit yang
dilakukan di Medan pada tahun 2001, yang tidak sempat dipublikasi, ternyata pada 12 rumah
sakit di Medan pada tahun 2001, dirawat 1263 kasus stroke terdiri dari 821 stroke iskemik
dan 442 stroke hemoragik, di mana meninggal 201 orang (15,91%) terdiri dari 98 (11,93%)
stroke iskemik dan 103 (23,30%) stroke hemoragik (Nasution, 2007).

Adapun faktor risiko yang memicu tingginya angka kejadian stroke adalah faktor
yang tidak dapat dimodifikasi (non-modifiable risk factors) seperti usia, ras, gender, genetik,
dan riwayat Transient Ischemic Attack atau stroke sebelumnya. Sedangkan faktor yang dapat
dimodifikasi (modifiable risk factors) berupa hipertensi, merokok, penyakit jantung, diabetes,
obesitas, penggunaan oral kontrasepsi, alkohol, hiperkolesterolemia (PERDOSSI, 2004). 
Identifikasi faktor risiko stroke sangat penting untuk mengendalikan kejadian stroke di suatu
negara. Oleh karena itu, berdasarkan identifikasi faktor risiko tersebut maka dapat dilakukan
tindakan pencegahan dan penanggulangan penyakit stroke, terutama untuk menurunkan
angka kejadian stroke
2
Melihat fenomena di atas, stroke merupakan penyakit yang menjadi momok bagi
manusia. Selain itu, stroke menyerang dengan tiba-tiba. Orang yang menderita stroke sering
tidak menyadari bahwa dia terkena stroke. Tiba-tiba saja, penderita merasakan dan
mengalami kelainan seperti lumpuh pada sebagian sisi tubuhnya, bicara pelo, pandangan
kabur, dan lain sebagainya tergantung bagian otak mana yang terkena. Oleh karena itu
penting bagi kita perawat bagian dari tenaga medis untuk mempelajari tentang patofisologi,
mekanisme, manifestasi klinis, prosedur diagnostik dan asuhan keperawatan yang harus di
berikan pada pasien stroke.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mahasiswi STIKes Santo Borromeus dapat memahami dan
mengaplikasikan asuhan keperawatan Stroke yang telah diberikan dan telah dipelajari
dalam praktek nantinya.

2. Tujuan khusus
Agar mahasiswa mahasiswi dapat memahami dan menjelaskan kembali serta
mengaplikasikan kembali tentang:
1) Pengertian Stroke
2) Anatomi fisiologi system persarafan
3) Etiologi Stroke
4) Patofisiologi Stroke
5) Manifestasi Stroke
6) Klasifikasi Stroke
7) Komplikasi Stroke
8) Test diagnostic Stroke
9) Penatalaksanaan medik Stroke
10) Konsep dasar keperawatan Stroke
11) Tinjauan kasus Stroke
12) Asuhan keperawatan Stroke

3
C. Metode Penulisan
Dalam penulisan proposal ini, penulis menggunakan metode penulisan deskripsi
dengan studi kepustakaan, browsing internet dan studi kasus di ruangan.

D. Sistematika Penulisan
Proposal ini disusun dalam 2 BAB, yang terdiri dari:
BAB I : PENDAHULUAN yang terdiri dari, latar belakang, tujuan penulisan, metode
penulisan serta sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN TEORITIS yang terdiri dari, pengertian, anatomi fisiologi
system persarafan, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik, klasifikasi, komplikasi,
test diagnostik, penatalaksanaan medik, dan konsep asuhan keperawatan.

4
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian

Stroke adalah deficit neurologist akut yang disebabkan oleh gangguan aliran darah
yang timbul secara mendadak dengan tanda dan gejala sesuai dengan daerah fokal otak yang
terkena (WHO, 2000).

Stroke adalah awitan tiba-tiba defisit neurologiskarena insufisiensi suplai darah ke


suatu bagian dari otak. Insufisiensi suplai darahdisebabkan oleh trombus, biasanya sekunder
terhadap arterisklerosis, terhadapembolisme berasal dari tempat lain dalam tubuh, atau
terhadap perdarahan akibatruptur arteri (aneurisma)(Carpenito,2000)

Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan
oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi penyakit
serebrovaskuler selama beberapa tahun. (Smeltzer C. Suzanne, 2002 dalam ekspresiku-
blogspot 2008).

Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah di
otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan
seseorang menderita kelumpuhan atau kematian (Fransisca B. Batticaca).

Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat
akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung
selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas
selain vaskuler. (Hendro Susilo, 2000)

Stroke merupakan gangguan sirkulasi serebral dan merupakan satu gangguan


neurologik pokal yang dapat timbul sekunder dari suatu proses patologik pada pembuluh
darah serebral misalnya trombosis, embolus, ruptura dinding pembuluh atau penyakit
vaskuler dasar, misalnya arterosklerosis arteritis trauma aneurisma dan kelainan
perkembangan (Price, 1995).

Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan
pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan menimbulkan gejala dan tanda yang
sesuai dengan daerah otak yang terganggu. Stroke merupakan salah satu masalah kesehatan
yang serius karena ditandai dengan tingginya morbiditas dan mortalitasnya. Selain itu,
tampak adanya kecenderungan peningkatan insidennya (Bustan, 2007).

Kesimpulan , Stroke adalah penyakit yang paling sering menyebabkan cacat berupa
kelumpuhan anggota gerak , gangguan bicara, dan bentuk-bentuk kecacatan yang lain sebagai
akibat gangguan fungsi otak.

5
B. Anatomi fisiologi

a. Otak

Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang lebih 100 triliun neuron.
Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu serebrum (otak besar), serebelum (otak kecil),
brainstem (batang otak), dan diensefalon. (Satyanegara, 1998).

Serebrum terdiri dari dua hemisfer serebri, korpus kolosum dan korteks serebri. Masing-
masing hemisfer serebri terdiri dari lobus frontalis yang merupakan area motorik primer
yang bertanggung jawab untuk gerakan-gerakan voluntar, lobur parietalis yang berperanan
pada kegiatan memproses dan mengintegrasi informasi sensorik yang lebih tinggi
tingkatnya, lobus temporalis yang merupakan area sensorik untuk impuls pendengaran dan
lobus oksipitalis yang mengandung korteks penglihatan primer, menerima informasi
penglihatan dan menyadari sensasi warna.

6
Serebelum terletak di dalam fosa kranii posterior dan ditutupi oleh duramater yang
menyerupai atap tenda yaitu tentorium, yang memisahkannya dari bagian posterior
serebrum. Fungsi utamanya adalah sebagai pusat refleks yang mengkoordinasi dan
memperhalus gerakan otot, serta mengubah tonus dan kekuatan kontraksi untuk
mempertahankan keseimbangan sikap tubuh.

Bagian-bagian batang otak dari bawak ke atas adalah medula oblongata, pons dan
mesensefalon (otak tengah). Medula oblongata merupakan pusat refleks yang penting untuk
jantung, vasokonstriktor, pernafasan, bersin, batuk, menelan, pengeluaran air liur dan
muntah. Pons merupakan mata rantai penghubung yang penting pada jaras
kortikosereberalis yang menyatukan hemisfer serebri dan serebelum. Mesensefalon
merupakan bagian pendek dari batang otak yang berisi aquedikus sylvius, beberapa traktus
serabut saraf asenden dan desenden dan pusat stimulus saraf pendengaran dan penglihatan.

Diensefalon di bagi empat wilayah yaitu talamus, subtalamus, epitalamus dan


hipotalamus. Talamus merupakan stasiun penerima dan pengintegrasi subkortikal yang
penting. Subtalamus fungsinya belum dapat dimengerti sepenuhnya, tetapi lesi pada
subtalamus akan menimbulkan hemibalismus yang ditandai dengan gerakan kaki atau
tangan yang terhempas kuat pada satu sisi tubuh. Epitalamus berperanan pada beberapa
dorongan emosi dasar seseorang. Hipotalamus berkaitan dengan pengaturan rangsangan
dari sistem susunan saraf otonom perifer yang menyertai ekspresi tingkah dan emosi.
(Sylvia A. Price, 1995)

b. Sirkulasi darah otak

Otak menerima 17 % curah jantung dan menggunakan 20 % konsumsi oksigen total


tubuh manusia untuk metabolisme aerobiknya. Otak diperdarahi oleh dua pasang arteri
yaitu arteri karotis interna dan arteri vertebralis. Da dalam rongga kranium, keempat arteri
ini saling berhubungan dan membentuk sistem anastomosis, yaitu sirkulus Willisi.
(Satyanegara, 1998)

7
Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteria karotis komunis kira-kira
setinggi rawan tiroidea. Arteri karotis interna masuk ke dalam tengkorak dan bercabang
kira-kira setinggi kiasma optikum, menjadi arteri serebri anterior dan media. Arteri serebri
anterior memberi suplai darah pada struktur-struktur seperti nukleus kaudatus dan putamen
basal ganglia, kapsula interna, korpus kolosum dan bagian-bagian (terutama medial) lobus
frontalis dan parietalis serebri, termasuk korteks somestetik dan korteks motorik. Arteri
serebri media mensuplai darah untuk lobus temporalis, parietalis dan frontalis korteks
serebri.

Arteria vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteria subklavia sisi yang sama. Arteri
vertebralis memasuki tengkorak melalui foramen magnum, setinggi perbatasan pons dan
medula oblongata. Kedua arteri ini bersatu membentuk arteri basilaris, arteri basilaris terus
berjalan sampai setinggi otak tengah, dan di sini bercabang menjadi dua membentuk
sepasang arteri serebri posterior. Cabang-cabang sistem vertebrobasilaris ini memperdarahi
medula oblongata, pons, serebelum, otak tengah dan sebagian diensefalon. Arteri serebri
posterior dan cabang-cabangnya memperdarahi sebagian diensefalon, sebagian lobus
oksipitalis dan temporalis, aparatus koklearis dan organ-organ vestibular. (Sylvia A. Price,
1995).

Darah vena dialirkan dari otak melalui dua sistem : kelompok vena interna, yang
mengumpulkan darah ke Vena galen dan sinus rektus, dan kelompok vena eksterna yang
terletak di permukaan hemisfer otak, dan mencurahkan darah, ke sinus sagitalis superior
dan sinus-sinus basalis lateralis, dan seterusnya ke vena-vena jugularis, dicurahkan menuju
ke jantung. (Harsono, 2000)

8
C. Klasifikasi stroke

Berdasarkan proses patologi dan gejala klinisnya stroke dapat diklasifikasikan menjadi :

1. stroke hemoragik

Terjadi perdarahan cerebral dan mungkin juga perdarahan subarachnoid yeng disebabkan
pecahnya pembuluh darah otak. Umumnya terjadi pada saat melakukan aktifitas, namun
juga dapat terjadi pada saat istirahat. Kesadaran umumnya menurun dan penyebab yang
paling banyak adalah akibat hipertensi yang tidak terkontrol.

2. stroke non hemoragik

Dapat berupa iskemia, emboli, spasme ataupun thrombus pembuluh darah otak. Umumnya
terjadi setelah beristirahat cukup lama atau angun tidur. Tidak terjadi perdarahan,
kesadaran umumnya baik dan terjadi proses edema otak oleh karena hipoksia jaringan
otak.

Stroke non hemoragik dapat juga diklasifikasikan berdasarkan perjalanan penyakitnya, yaitu :

1. TIA’S (Trans Ischemic Attack)

Yaitu gangguan neurologist sesaat, beberapa menit atau beberapa jam saja dan gejala
akan hilang sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.

2. Rind (Reversible Ischemic Neurologis Defict)

Gangguan neurologist setempat yang akan hilang secara sempurna dalam waktu 1
minggu dan maksimal 3 minggu..

3. stroke in Volution

Stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan yang muncul semakin
berat dan bertambah buruk. Proses ini biasanya berjalan dalam beberapa jam atau
beberapa hari.

9
4. Stroke Komplit

Gangguan neurologist yang timbul bersifat menetap atau permanent.

D. Etiologi

Ada beberapa factor risiko stroke yang sering teridentifikasi, yaitu ;

1. Hipertensi
Dapat disebabkan oleh aterosklerosis atau sebaliknya. Proses ini dapat menimbulkan
pecahnya pembuluh darah atau timbulnya thrombus sehingga dapat mengganggu aliran
darah cerebral.
2. Aneurisma pembuluh darah cerebral

Adanya kelainan pembuluh darah yakni berupa penebalan pada satu tempat yang
diikuti oleh penipisan di tempat lain. Pada daerah penipisan dengan maneuver tertentu
dapat menimbulkan perdarahan.

3. Kelainan jantung / penyakit jantung

Paling banyak dijumpai pada pasien post MCI, atrial fibrilasi dan endokarditis.
Kerusakan kerja jantung akan menurunkan kardiak output dan menurunkan aliran
darah ke otak. Ddisamping itu dapat terjadi proses embolisasi yang bersumber pada
kelainan jantung dan pembuluh darah.

4. Diabetes mellitus (DM)

Penderita DM berpotensi mengalami stroke karena 2 alasan, yeitu terjadinya


peningkatan viskositas darah sehingga memperlambat aliran darah khususnya serebral
dan adanya kelainan microvaskuler sehingga berdampak juga terhadap kelainan yang
terjadi pada pembuluh darah serebral.

10
5. Usia lanjut

Pada usia lanjut terjadi proses kalsifikasi pembuluh darah, termasuk pembuluh darah
otak.

6. Polocitemia

Pada policitemia viskositas darah meningkat dan aliran darah menjadi lambat sehingga
perfusi otak menurun.

7. Peningkatan kolesterol (lipid total)

Kolesterol tubuh yang tinggi dapat menyebabkan aterosklerosis dan terbentuknya


embolus dari lemak.

8. Obesitas

Pada obesitas dapat terjadi hipertensi dan peningkatan kadar kolesterol sehingga dapat
mengakibatkan gangguan pada pembuluh darah, salah satunya pembuluh drah otak.

9. Perokok

Pada perokok akan timbul plaque pada pembuluh darah oleh nikotin sehingga terjadi
aterosklerosis.

10. kurang aktivitas fisik

Kurang aktivitas fisik dapat juga mengurangi kelenturan fisik termasuk kelenturan
pembuluh darah (embuluh darah menjadi kaku), salah satunya pembuluh darah otak.

11
E. Patofisiologi

1. Stroke non hemoragik

Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh thrombus atau
embolus. Trombus umumnya terjadi karena berkembangnya aterosklerosis pada dinding
pembuluh darah, sehingga arteri menjadi tersumbat, aliran darah ke area thrombus
menjadi berkurang, menyebabkan iskemia kemudian menjadi kompleks iskemia akhirnya
terjadi infark pada jaringan otak. Emboli disebabkan oleh embolus yang berjalan menuju
arteri serebral melalui arteri karotis. Terjadinya blok pada arteri tersebut menyebabkan
iskemia yang tiba-tiba berkembang cepat dan terjadi gangguan neurologist fokal.
Perdarahan otak dapat ddisebabkan oleh pecahnya dinding pembuluh darah oleh emboli.

2. Stroke hemoragik

Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi atau ruangan
subarachnoid yang menimbulkan perubahan komponen intracranial yang seharusnya
konstan. Adanya perubahan komponen intracranial yang tidak dapat dikompensasi tubuh
akan menimbulkan peningkatan TIK yang bila berlanjut akan menyebabkan herniasi otak
sehingga timbul kematian. Di samping itu, darah yang mengalir ke substansi otak atau
ruang subarachnoid dapat menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak dan
penekanan pada daerah tersebut menimbulkan aliran darah berkurang atau tidak ada
sehingga terjadi nekrosis jaringan otak.

12
F. Tanda dan gejala

Tanda dan gejala yang muncul sangat tergantung pada daerah dan luasnya daerah otak
yang terkena.

1. Pengaruh terhadap status mental

 Tidak sadar : 30% - 40%

 Konfuse : 45% dari pasien biasanya sadar

2. Daerah arteri serebri media, arteri karotis interna akan menimbulkan:

 Hemiplegia kontralateral yang disertai hemianesthesia (30%-80%)

 Afasia bila mengenai hemisfer dominant (35%-50%)

 Apraksia bila mengenai hemisfer non dominant(30%)

3. Daerah arteri serebri anterior akan menimbulkan gejala:

 hemiplegia dan hemianesthesia kontralateral terutama tungkai (30%-80%)

 inkontinensia urin, afasia, atau apraksia tergantung hemisfer mana yang


terkena

4. Daerah arteri serebri posterior

 Nyeri spontan pada kepala

 Afasia bila mengenai hemisfer dominant (35-50%)


13

5. Daerah vertebra basiler akan menimbulkan:

 Sering fatal karena mengenai pusat-pusat vital di batang otak

 Hemiplegia alternans atau tetraplegia

 Kelumpuhan pseudobulbar (kelumpuhan otot mata, kesulitan menelan, emosi


labil)

Apabila dilihat bagian hemisfer mana yang terkena, gejala dapat berupa:

1. Stroke hemisfer kanan

 Hemiparese sebelah kiri tubuh

 Penilaian buruk

 Mempunyai kerentanan terhadap sisi kontralateral sebagai kemungkinan terjatuh


ke sisi yang berlawanan

2. stroke hemisfer kiri

 mengalami hemiparese kanan

 perilaku lambat dan sangat berhati-hati

 kelainan bidang pandang sebelah kanan

 disfagia global

 afasia

 mudah frustasi
14

G. Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan penunjang disgnostik yang dapat dilakukan adalah :

1. laboratorium: mengarah pada pemeriksaan darah lengkap, elektrolit, kolesterol, dan


bila perlu analisa gas darah, gula darah dsb.
2. CT scan kepala untuk mengetahui lokasi dan luasnya perdarahan atau infark
3. MRI untuk mengetahui adanya edema, infark, hematom dan bergesernya struktur otak
4. angiografi untuk mengetahui penyebab dan gambaran yang jelas mengenai pembuluh
darah yang terganggu

H. Penatalaksanaan Medis

Secara umum, penatalaksanaan pada pasien stroke adalah:

1. Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi miring jika muntah dan boleh
dimulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil
2. Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila perlu diberikan
ogsigen sesuai kebutuhan
3. Tanda-tanda vital diusahakan stabil
4. Bed rest
5. Koreksi adanya hiperglikemia atau hipoglikemia
6. Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
7. Kandung kemih yang penuh dikosongkan, bila perlu lakukan kateterisasi
8. Pemberian cairan intravena berupa kristaloid atau koloid dan hindari penggunaan
glukosa murni atau cairan hipotonik
9. Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau suction berlebih yang dapat
meningkatkan TIK
10. Nutrisi per oral hanya diberikan jika fungsi menelan baik. Jika kesadaran menurun
atau ada gangguan menelan sebaiknya dipasang NGT
15

11. Penatalaksanaan spesifik berupa:

 Stroke non hemoragik: asetosal, neuroprotektor, trombolisis, antikoagulan, obat


hemoragik

 Stroke hemoragik: mengobati penyebabnya, neuroprotektor, tindakan pembedahan,


menurunkan TIK yang tinggi

Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan untuk mengenal
masalah klien, agar dapat memberi arah kepada tindakan keperawatan. Tahap pengkajian
terdiri dari tiga kegiatan, yaitu pengumpulan data, pengelompokkan data dan perumusan
diagnosis keperawatan. (Lismidar, 1990).

a. Pengumpulan data

Pengumpulan data adalah mengumpulkan informasi tentang status kesehatan klien yang
menyeluruh mengenai fisik, psikologis, sosial budaya, spiritual, kognitif, tingkat
perkembangan, status ekonomi, kemampuan fungsi dan gaya hidup klien. (Marilynn E.
Doenges et al, 1998)

1. Identitas klien

Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register,
diagnose medis.

2. Keluhan utama

Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak
dapat berkomunikasi. (Jusuf Misbach, 1999).
16

3. Riwayat penyakit sekarang

Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat

mendadak, pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala,
mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan
separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain. (Siti Rochani, 2000),

4. Riwayat penyakit dahulu

Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat


trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan,
aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan. (Donna D. Ignativicius, 1995).

5. Riwayat penyakit keluarga

Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes militus.
(Hendro Susilo, 2000).

6. Riwayat psikososial

Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk pemeriksaan,
pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan keuangan keluarga sehingga faktor
biaya ini dapat mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran klien dan keluarga.
(Harsono, 1996).

7. Pola-pola fungsi kesehatan

a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Biasanya ada riwayat perokok, penggunaan alkohol, penggunaan obat


kontrasepsi oral.

17
b. Pola nutrisi dan metabolisme

Adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual muntah pada
fase akut.

c. Pola eliminasi

Biasanya terjadi inkontinensia urine dan pada pola defekasi biasanya terjadi
konstipasi akibat penurunan peristaltik usus.

d. Pola aktivitas dan latihan

Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori atau


paralise/ hemiplegi, mudah lelah

e. Pola tidur dan istirahat

Biasanya klien mengalami kesukaran untuk istirahat karena kejang otot/nyeri


otot.

f. Pola hubungan dan peran

Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami kesukaran


untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara.

g. Pola persepsi dan konsep diri

Klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, tidak kooperatif.

h. Pola sensori dan kognitif

Pada pola sensori klien mengalami gangguan penglihatan/kekaburan pandangan,


perabaan/sentuhan menurun pada muka dan ekstremitas yang sakit. Pada pola
kognitif biasanya terjadi penurunan memori dan proses berpikir.

18
i. Pola reproduksi seksual

Biasanya terjadi penurunan gairah seksual akibat dari beberapa pengobatan


stroke, seperti obat anti kejang, anti hipertensi, antagonis histamin.

j. Pola penanggulangan stress

Klien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah karena


gangguan proses berpikir dan kesulitan berkomunikasi.

k. Pola tata nilai dan kepercayaan

Klien biasanya jarang melakukan ibadah karena tingkah laku yang tidak stabil,
kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh. (Marilynn E. Doenges, 2000)

8. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum

(1) Kesadaran : umumnya mengelami penurunan kesadaran

(2) Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang
tidak bisa bicara

(3) Tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi

b. Pemeriksaan integument

1. Kulit

jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan cairan
maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu perlu juga dikaji tanda-tanda
dekubitus terutama pada daerah yang menonjol karena klien stroke hemoragik
harus bed rest 2-3 minggu.

19
2. kuku

perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis

3. Rambut

Rambut : umumnya tidak ada kelainan

c. Pemeriksaan kepala dan leher


- Kepala : bentuk normocephalik
- Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi
- Leher : kaku kuduk jarang terjadi (Satyanegara, 1998)
d. Pemeriksaan dada

Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi, wheezing


ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat penurunan refleks
batuk dan menelan.

e. Pemeriksaan abdomen

Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan kadang
terdapat kembung.

f. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus

Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine

g. Pemeriksaan ekstremitas

Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.

h. Pemeriksaan neurologi

(1) Pemeriksaan nervus cranialis

Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII central.

20
(2) Pemeriksaan motorik

Hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan pada salah satu sisi tubuh.

(3) Pemeriksaan sensorik

Dapat terjadi hemihipestesi.

(4) Pemeriksaan refleks

Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah
beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali didahuli dengan refleks
patologis. (Jusuf Misbach, 1999).

21
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN STROKE

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d. penumpukan sputum (karena kelemahan,
hilangnya refleks batuk)
Tujuan:
Pasien mampu mempertahankan jalan nafas yang paten.
Kriteria hasil :

Pasien mampu mempertahankan jalan nafas yang paten.

Kriteria hasil :

a. Bunyi nafas vesikuler

b. RR normal

c. Tidak ada tanda-tanda sianosis dan pucat

d. Tidak ada sputum


Intervensi:

1.Auskultasi bunyi nafas

2.Ukur tanda-tanda vital

3.Berikan posisi semi fowler sesuai dengan kebutuhan (tidak bertentangan dgn
masalah keperawatan lain)

4.Lakukan penghisapan lender dan pasang OPA jika kesadaran menurun

5. sudah memungkinkan lakukan fisioterapi dada dan latihan nafas dalam

22
6. Kolaborasi:

 Pemberian ogsigen

Laboratorium: Analisa gas darah, darah lengkap dll

2. Penurunan perfusi serebral b.d. adanya perdarahan, edema atau oklusi pembuluh
darah serebral
Tujuan:

Perfusi serebral membaik

Kriteria hasil :

a.Tingkat kesadaran membaik (GCS meningkat)

b.fungsi kognitif, memori dan motorik membaik

c. TIK normal

d.Tanda-tanda vital stabil

e.Tidak ada tanda perburukan neurologis

Intervensi:

1. Pantau adanya tanda-tanda penurunan perfusi serebral :GCS, memori, bahasa respon
pupil dll

2.Observasi tanda-tanda vital (tiap jam sesuai kondisi pasien)

3. Pantau intake-output cairan, balance tiap 24 jam

4.Pertahankan posisi tirah baring pada posisi anatomis atau posisi kepala tempat tidur
15-30 derajat

5.Hindari valsava maneuver seperti batuk, mengejan dsb

23
6.Pertahankan ligkungan yang nyaman

7. Hindari fleksi leher untuk mengurangi resiko jugular

8. Kolaborasi:

 Beri ogsigen sesuai indikasi

Laboratorium: AGD, gula darah dll

Penberian terapi sesuai advis

CT scan kepala untuk diagnosa dan monitoring

3. Gangguan mobilitas fisik b.d. kerusakan neuromuskuler, kelemahan, hemiparese


Tujuan:

Pasien mendemonstrasikan mobilisasi aktif

Kriteria hasil :

a. tidak ada kontraktur atau foot drop

b.kontraksi otot membaik

c. mobilisasi bertahap

24
Intervensi:

1.Pantau tingkat kemampuan mobilisasi klien

2. Pantau kekuatan otot

3.Ubah posisi tiap 2 jan

4.Pasang trochanter roll pada daerah yang lemah

5. Lakukan ROM pasif atau aktif sesuai kemampuan dan jika TTV stabil

6.Libatkan keluarga dalam memobilisasi klien

7.Kolaborasi: fisioterapi

25
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem


Persarafan. Jakarta: Salemba medika.
Smeltzer, Suzanne C. Dan Brenda G.Bare. 2002.Buku ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner dan Suddarth. Edisi ke 8. Jakarta: EGC
Mansjoer,Arief, et al. 2000. Kapita selekta Kedokteran. Jilid 2. Jakarta: Media
Aesculapius
Doenges. M.E; Moorhouse. M.F; Geissler. A.C. (1999). Rencana Asuhan
Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien edisi 3. Jakarta: EGC
Carpenito, L.J & Moyet. (2007). Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 10. Jakarta:
EGC.
Potter & Perry. (2006). Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik
Edisi 4 vol 1. Jakarta: EGC
Price, S.A & Wilson. L.M. (2006). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6 vol 2. Jakarta: EGC
Nanda. (2005-2006). Panduan Diagnosa Keperawatan. Prima medika.
Sudoyo, Aru W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1, Edisi 4. Jakarta.
Interna Publishing

28

Anda mungkin juga menyukai

  • Pergub No. 278 Tahun 2016
    Pergub No. 278 Tahun 2016
    Dokumen58 halaman
    Pergub No. 278 Tahun 2016
    Yosina Margareth Huliselan
    Belum ada peringkat
  • Interaksi Obat
    Interaksi Obat
    Dokumen8 halaman
    Interaksi Obat
    Yosina Margareth Huliselan
    Belum ada peringkat
  • Reaksi Karena Faktor Genetik
    Reaksi Karena Faktor Genetik
    Dokumen7 halaman
    Reaksi Karena Faktor Genetik
    Yosina Margareth Huliselan
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Yosina Margareth Huliselan
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen7 halaman
    Bab Iii
    Yosina Margareth Huliselan
    Belum ada peringkat
  • KASUS
    KASUS
    Dokumen22 halaman
    KASUS
    Yosina Margareth Huliselan
    50% (2)
  • RANITIDIN1
    RANITIDIN1
    Dokumen4 halaman
    RANITIDIN1
    Yosina Margareth Huliselan
    Belum ada peringkat
  • KASUS
    KASUS
    Dokumen22 halaman
    KASUS
    Yosina Margareth Huliselan
    50% (2)
  • Peraturan Obat Asli Indonesia
    Peraturan Obat Asli Indonesia
    Dokumen9 halaman
    Peraturan Obat Asli Indonesia
    Yosina Margareth Huliselan
    0% (2)