Anda di halaman 1dari 90

KIMIA DASAR FARMASI

SEBAGAI PANDUAN BELAJAR

DISUSUN OLEH
ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
KIMIA 1
STRUKTUR ATOM DAN IKATAN KIMIA

A. Sejarah Perkembangan Model Atom


Teori atom pertama kali dikemukakan oleh John Dalton (1803) yang menyatakan bahwa
materi tersusun atas atom-atom. Kemudian disusul oleh J.J Thomson (1804) yang
menyatakan bahwa atom terpusat pada pusat atom yang dinamakan inti. Teori tersebut
dikoreksi dan disempurnakan oleh Ernest Rutherford (1911) bahwa atom terdiri atas
muatan positif dan elektron yang beredar di sekelilingnya. Lalu teori Rutherford
disempurnakan oleh Max Planck. Niels Bohr (1913) dengan teori kuantumnya mampu
menjelaskan spektrum unsur. Louis de Broglie (1924) mengemukakan hipotesis tentang
gelombang materi. Werner Heisenberg (1927) menyatakan bahwa posisi elektron tidak
dapat diketahui secara pasti. Erwin Schrodinger (1927) merumuskan persamaan
gelombang yang menggambarkan bentuk dan tingkat energi orbital.

B. Model Atom Bohr


Kelemahan model atom Rutherford merupakan pemicu munculnya model atom Bohr.
Pada tahun 1913 Bohr mengemukakan teori struktur atom yang dapat menerangkan
adanya spektrum garis dan kestabilan atom. Spektrum garis menunjukkan bahwa elektron
dalam atom hanya dapat berada pada tingkat energi tertentu. Pokok-pokok model atom
Niels Bohr yaitu :
1. Dalam atom terdapat lintasan stasioner dengan tingkat energi tertentu dan elektron
dapat beredar mengitari inti tanpa disertai pemancaran atau penyerapan energi.
Lintasan ini disebut Kulit Atom. Tiap lintasan ditandai dengan satu bilangan bulat
yang disebut bilangan kuantum utama (n) mulai dari 1, 2, 3, 4 dan seterusnya yang
diberi lambang K, L, M, N dan seterusnya.
Lintasan pertama : harga n = 1, disebut kulit K
Lintasan kedua ; harga n = 2, disebut kulit L
Lintasan ketiga : harga n = 3, disebut kulit M
Lintasan keempat : harga n = 4, disebut kulit N
Dan seterusnya
2. Dengan menyerap energi, elektron dapat berpindah dari lintasan berenergi lebih
rendah (lintasan lebih dalam) ke lintasan berenergi lebih tinggi (lintasan lebih luar).

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 2


Sebaliknya, energi dilepaskan bila elektron berpindah dari lintasan lebih luar ke
lintasan lebih dalam.

C. Teori Atom Mekanika Kuantum


Kegagalan teori atom Bohr dalam menerangkan spektra atom hidrogen dalam medan
magnet dan medan listrik, mendorong Erwin Schrodinger mengembangkan teori atom
yang didasarkan pada prinsip mekanika kuantum. Teori atom mekanika kuantum mirip
dengan yang diajukan oleh model atom Bohr, yaitu atom memiliki inti bermuatan positif
dikelilingi oleh elektron-elektron bermuatan negatif. Perbedaannya terletak pada posisi
elektron dalam mengelilingi inti atom.
Menurut Bohr, keberadaan elektron-elektron dalam mengelilingi inti atom berada dalam
orbit dengan jarak tertentu dari inti atom, yang disebut jari-jari atom. Menurut teori atom
mekanika kuantum, posisi elektron dalam mengelilingi inti atom tidak dapat diketahui
secara pasti sesuai prinsip ketidakpastian Heisenberg. Oleh karena itu, kebolehjadian
(peluang) terbesar ditemukannya elektron berada pada orbit atom tersebut. Dengan kata
lain, orbital adalah daerah kebolehjadian terbesar ditemukannya elektron dalam atom.
Menurut model atom mekanika kuantum, gerakan elektron dalam mengelilingi inti atom
memiliki sifat dualisme sebagaimana diajukan oleh de Broglie. Oleh karena gerakan
elektron dalam mengelilingi inti memiliki sifat seperti gelombang maka persamaan gerak
elektron dalam mengelilingi inti harus terkait dengan fungsi gelombang. Dengan kata lain,
energi gerak (kinetik) elektron harus diungkapkan dalam bentuk persamaan fungsi
gelombang.
Dari persamaan Schrodinger ini dihasilkan bilangan kuantum, yaitu bilangan kuantum
utama (n), bilangan kuantum azimut (l), bilangan kuantum magnetik (m) dan bilangan
kuantum spin (s). Bilangan kuantum ini menunjukkan kedudukan elektron dalam suatu
atom.

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 3


1. Bilangan Kuantum Utama (n)
Bilangan kuantum utama menyatakan nomor kulit tempat elektron berada atau bilangan
ini juga menyatakan ukuran orbital / jarak / jari-jari atom. Menurut Niels Bohr, elektron
bergerak mengitari inti atom dalam beberapa tingkat energi utama yaitu :
1) Tingkat energi utama dengan energi yang paling rendah, letaknya paling dekat
dengan inti dan disebut dengan tingkat energi utama ke satu (Kulit K, n=1)
2) Tingkat energi utama yang letaknya lebih ke sebelah luar dari tingkat energi utama
ke satu adalah tingkat energi utama ke dua (Kulit L, n=2)
3) Selanjutnya adalah tingkat energi ke tiga (Kulit M, n=3), tingkat energi ke empat
(Kulit N, n=4) dan seterusnya.
Hubungan bilangan kuantum utama (n) dan kulit atom :

Jumlah orbital dalam setiap kulit sama dengan n2, n adalah bilangan kuantum utama.
Contoh jumlah orbital pada kulit L (n=2) adalah 22 yaitu 4.

2. Bilangan Kuantum Azimuth (ℓ)


Bilangan kuantum azimut disebut juga bilangan kuantum momentum sudut,
dilambangkan dengan ℓ. Bilangan kuantum azimut menentukan bentuk orbital. Nilai
bilangan kuantum azimut adalah ℓ= n–1. Bilangan kuantum azimuth membagi kulit
menjadi sub kulit yaitu tempat elektron berada. Jadi, bilangan kuantum azimut dapat
juga menunjukkan jumlah subkulit dalam setiap kulit. Masing-masing subkulit diberi
lambang dengan s, p, d, f, …, dan seterusnya. Hubungan kulit atom (bilangan kuantum
utama) dan sub kulit (bilangan kuantum azimuth) :

Hubungan subkulit (bilangan kuantum azimuth) dengan lambangnya :

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 4


3. Bilangan Kuantum Magnetik (m)
Bilangan kuantum magnetik menyatakan arah orientasi elektron dalam ruang. Nilai
bilangan kuantum magnetik bergantung pada bilangan kuantum azimuthnya. Harga
bilangan kuantum magnetik adalah -ℓ sampai +ℓ. Hubungan antara bilangan kuantum
azimuth dan bilangan kuantum magnetik :

4. Bilangan Kuantum Spin (s)


Bilangan kuantum spin dilambangkan s. Bilangan kuantum spin menunjukkan arah
putaran elektron pada sumbunya. Bilangan kuantum ini memiliki dua harga yang
berlawanan tanda, yaitu + ½ dan -½. Tanda (+) menunjukkan putaran searah jarum jam
dan tanda (–) arah sebaliknya. Adapun harga ½, menyatakan fraksi elektron.

Untuk mempermudah, maka suatu orbital digambarkan dengan segi empat dan kedua
elektron yang terdapat dalam orbital ini berputar mengelilingi sumbu dengan arah
berlawanan yang digambarkan dengan 2 anak panah dan arahnya berlawanan.

Berdasarkan uraian arah rotasi, maka kita dappatt mengetahui bahwa dalam satu orbital
(kotak) maksimum memiliki 2 elektron. Berikut hubungan dari keempat bilangan
kuantum :

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 5


D. Energi Orbital
Bilangan kuantum yang dapat menggambarkan tingkat energi orbital adalah bilangan
kuantum utama dan bilangan kuantum azimuth. Bilangan kuantum utama berkaitan
dengan tingkat energi utama sedangkan bilangan kuantum azimuth berkaitan dengan
tingkat energi subkulit.

Dari diagram diatas, dapat disimpulkan bahwa :


1. Orbital yang mempunyai tingkat energi paling rendah adalah 1s, dilanjutkan dengan
orbital 2s, 2p, 3s, 3p.
2. Tingkat energi orbital 4s lebih rendah daripada orbital 3d sehingga sesudah orbital 3p
terisi maka yang diisi berikutnya adalah orbital 4s baru kemudian orbital 3d.

E. Bentuk dan Arah Orbital


1. Orbital s
Orbital s merupakan orbital dimana ℓ = 0 sehingga orbital ini hanya mempunyai satu
arah orbital. Orbital s mempunyai bentuk menyerupai bola sehingga tidak menunjukkan

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 6


arah ruang tertentu. Orbital 1s terletak pada kulit bola, orbital 2s terletak pada awan
lapisan kedua, orbital 3s terdapat pada awan lapisan ketiga dan seterusnya.

2. Orbital p
Orbital p memiliki nilai ℓ sebanyak tiga yaitu -1, 0 dan +1 sehingga orbital p terdiri atas
tiga orbital yaitu px, py dan pz.

Bentuk dari orbital p adalah sebagai berikut :

3. Orbital d
Orbital d memiliki nilai ℓ sebanyak lima yaitu -2, -1, 0, +1, dan +2. Masing-masing
orbital dinyatakan sebagai dxy, dxz dan dyz sedangkan dua orbital lagi terletak pada
sumbu koordinat cartesius yang masing-masing orbital dinyataka sebagai dx2-y2 dan dz2.
Bentuk kelima orbital digambarkan sebagai berikut :

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 7


4. Orbital f
Orbital f mempunyai bilangan kuantum azimuth sebanyak tujuh yaitu -3, -2, -1, 0, +1,
+2 dan +3 sehingga orbital ini pun memiliki 7 orbital.

F. Konfigurasi Elektron
1. Aturan Aufbau
Aturan aufbau menyatakan urutan energi orbital dari yang rendah menuju energi yang
tinggi. Urutan bertambahnya energi orbital digambarkan pada gambar di bawah ini :

Untuk menuliskan konfigurasi elektron menurut aturan aufbau, ikutilah langkah


berikut:
a. Tentukan jumlah elektron dari atom unsur tersebut dengan melihat nomor atomnya.
b. Tuliskan jenis subkulit yang dibutuhkan secara urut menurut asas aufbau
c. Isikan elektron pada masing-masing sub kulit dengan memperhatikan jumlah
elektron maksimumnya.
Contoh : 39
19 K

 Nomor atom unsur K adalah 19. Sehingga jumlah elektron atom K sebanyak 19.
 Jenis subkulit 1s, 2s, 2p, 3s, 3p, 4s.

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 8


 Isikan pada subkulit 1s sebanyak 2 elektron, subkulit 2s sebanyak 2 elektron,
subkulit 2p sebanyak 6 elektron, subkulit 3s sebanyak 2 elektron, subkulit 3p
sebanyak 6 elektron dan sisanya subkulit 4s sebanyak 1 elektron.
 Maka konfigurasinya adalah 1s2, 2s2, 2p6, 3s2, 3p6, 4s1
Konfigurasi elektron berdasarkan konfigurasi gas mulia :

Misalnya 12Mg mempunyai konfigurasi [Ne] 3s2 (Ne sudah memiliki 10 elektron berarti
kurang 2 elektron lagi).
2. Larangan Pauli
Elektron-elektron tidak boleh memiliki empat bilangan kuantum yang sama. Aturan ini
disebut Prinsip larangan Pauli. Makna dari larangan Pauli adalah jika elektron-elektron
memiliki ketiga bilangan kuantum (n, ℓ, m) sama maka elektron-elektron tersebut tidak
boleh berada dalam orbital yang sama pada waktu bersamaan. Akibatnya, setiap orbital
hanya dapat dihuni maksimum dua elektron dan arah spinnya harus berlawanan.
Jumlah elektron dalam setiap orbital maksimum dua dan jumlah orbital pada kulit ke-n
adalah n2 maka jumlah maksimum elektron pada kulit ke-n adalah 2n2.
3. Aturan Hund
Orbital-orbital dengan energi yang sama, masing-masing diisi terlebih dahulu oleh satu
elektron arah (spin) yang sama atau setelah semua orbital masing-masing terisi satu
elektron kemudian elektron akan memasuki orbital-orbital secara urut dengan arah
(spin) yang berlawanan.

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 9


Contohnya pada 8O :

G. Kestabilan Konfigurasi Elektron


Atom akan lebih stabil bila kulit atau subkulit terisi elektron penuh atau setengah penuh.
Hal ini terjadi terutama pada subkulit 3d.
Contoh :
Konfigurasi elektron atom 24Cr dapat ditulis sebagai berikut:
(a) 24Cr : [Ar] 3d5 4s1 lebih stabil.
(b) 24Cr : [Ar] 3d4 4s2
Pada konfigurasi elektron (a), orbital 3d terisi lima elektron dan orbital 4s terisi satu
elektron, keduanya setengah penuh dimana kondisi penuh untuk orbital 3d bila terisi 10
elektron dan orbital 3s bila terisi 2 elektron. Pada konfigurasi elektron (b), walaupun
orbital 4s terisi penuh, tetapi orbital 3d tidak terisi setengah penuh sehingga kurang stabil.

H. Tabel Periodik Unsur-Unsur

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 10


Unsur digolongkan menjadi golongan A (utama) dan golongan B (transisi). Golongan
utama terdiri dari golongan IA sampai VIIIA sedangkan golongan transisi terdiri dari
golongan IB sampai VIIIB dan lantanida serta aktinida. Perioda (urutan mendatar atau
horisontal) dari kiri ke kanan terdiri dari 7 perioda.
Berikut ini adalah gambar pembagian blok pada tabel periodik.

Berikut ini adalah konfigurasi elektron berdasarkan golongan :

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 11


Contoh :
11Na : 1s2 2s2 2p6 3s1 (Golongan IA)
Perhatikan subkulit terakhir yaitu 3s1. Elektron valensinya atau golongannya adalah 1
sedangkan periodanya adalah perioda ke-3.
21Sc : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d1 4s2 (Golongan III B)
Perhatikan subkulit terakhir yaitu 3d1 4s2. Elektron valensinya atau golongannya adalah 3
(1+2) sedangkan periodanya adalah perioda ke-4.

Golongan IA Golongan Alkali Golongan VA Golongan Nitrogen


Golongan IIA Golongan Alkali Tanah Golongan VIA Golongan Khalkogen
Golongan IIIA Golongan Alumunium Golongan VIIA Golongan Halogen
Golongan IVA Golongan Karbon Golongan VIIIA Golongan Gas Mulia

I. Sifat-sifat Unsur dalam Sistem Periodik


1. Jari-jari atom
Jari-jari atom adalah jarak dari inti atom sampai kulit terluar.
Unsur-unsur yang segolongan, jari-jari atom makin ke bawah makin besar sebab
jumlah kulit yang dimiliki atom makin banyak, sehingga kulit terluar makin jauh dari
inti atom.
Unsur-unsur yang seperiode, jari-jari atom makin ke kanan makin kecil. Unsur-unsur
yang seperiode memiliki jumlah kulit yang sama. Akan tetapi, tidaklah berarti mereka
memiliki jari-jari atom yang sama pula. Semakin ke kanan letak unsur, proton dan
elektron yang dimiliki makin banyak, sehingga tarik-menarik inti dengan elektron
makin kuat. Akibatnya, elektron-elektron terluar tertarik lebih dekat ke arah inti

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 12


2. Energi Ionisasi
Energi ionisasi adalah energi yang diperlukan untuk melepaskan elektron terluar suatu
atom. Energi ionisasi ini dinyatakan dalam satuan kJ mol–1.
Unsur-unsur yang segolongan, energi ionisasinya makin ke bawah semakin kecil
karena elektron terluar makin jauh dari inti (gaya tarik inti makin lemah), sehingga
elektron terluar makin mudah dilepaskan.
Unsur-unsur yang seperiode, gaya tarik inti makin ke kanan makin kuat,sehingga
energi ionisasi pada umumnya makin ke kanan makin besar.
Kecuali :
- B < Be : B Golongan IIIA Periode 2, Be golongan IIA periode 2
- O < N : O golongan VIA periode 2, N golongan VA periode 2
- Al < Mg : Al golongan IIIA periode 3, Mg golongan IIA periode 3
- S < P : S golongan VIA periode 3, P golongan VA periode 3

3. Elektronegativitas

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 13


Keelektronegatifan adalah kemampuan atau kecenderungan suatu atom untuk
menangkap atau menarik elektron dari atom lain.
Unsur-unsur yang segolongan, keelektronegatifan makin ke bawah makin kecil sebab
gaya tarik inti makin lemah.
Unsur-unsur yang seperiode, keelektronegatifan makin ke kanan makin besar. Akan
tetapi perlu diingat bahwa golongan VIIIA tidak mempunyai keelektronegatifan. Hal
ini karena sudah memiliki 8 elektron di kulit terluar. Jadi keelektronegatifan terbesar
berada pada golongan VIIA.

4. Afinitas Elektron
Afinitas elektron adalah energi yang menyertai proses penambahan 1 elektron pada
satu atom netral dalam wujud gas, sehingga terbentuk ion bermuatan –1. Afinitas
elektron juga dinyatakan dalam kJ mol–1. Unsur yang memiliki afinitas elektron
bertanda negatif, berarti mempunyai kecenderungan lebih besar dalam menyerap
elektron daripada unsur yang afinitas elektronnya bertanda positif. Makin negatif nilai
afinitas elektron, maka makin besar kecenderungan unsur tersebut dalam menyerap
elektron (kecenderungan membentuk ion negatif).

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 14


J. Teori Domain Elektron (Teori Valence Shell Electron Pair Repulsion/ VSEPR)
“Pasangan-pasangan elektron yang semuanya bermuatan negatif akan berusaha saling
menjauhi sehingga tolak menolak antarpasangan elektron menjadi minimum”.
Daerah yang mengandung PEI (pasangan elektron ikatan, pasangan elektron yang dipakai
secara bersamaan untuk berikatan) disebut Domain Elektron Ikatan (DEI) dan domain
yang mengandung PEB (pasangan elektron bebas, pasangan elektron yang tidak digunakan
untuk berikatan) disebut Domain Elektron Bebas (DEB).
Susunan domain elektron yang menghasilkan tolakan minimum :

Berbagai kemungkinan bentuk molekul berdasarkan PEI dan PEB

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 15


K. Meramalkan Bentuk Molekul
Bentuk suatu molekul dapat dirumuskan dengan :
A : Atom Pusat
X : DEI AXpEq
E : DEB
Langkah-langkah meramalkan bentuk molekul :
1. Menentukan elektron valensi atom pusat
2. Menentukan muatan molekul senyawa. Jika molekulnya netral maka muatannya 0, bila
bermuatan positif maka ditulis bertanda negatif yang menunjukkan bahwa molekul
senyawa tersebut kekurangan elektron sedangkan bila bermuatan negatif maka ditulis
bertanda positif yang menunjukkan bahwa molekul senyawa tersebut kelebihan
elektron.
3. Menentukan jumlah elektron atom yang terikat oleh atom pusat yang dipakai untuk
berikatan

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 16


4. Menentukan jumlah elektron keseluruhan yang terlibat dalam ikatan, jumlah PEI dan
PEB.
5. Menentukan bentuk molekul berdasarkan jumlah PEI dan PEB.
Contoh :
Meramalkan bentuk BrF3
Elektron valensi atom pusat (Br) :7
Muatan BrF3 :0
Jumlah elektron yang dipakai berikatan :3 +
Jumlah elektron : 10
Jumlah pasangan elektron : 10 : 2 = 5 pasang
Jumlah PEI :3
Jumlah PEB : 5 – 3 = 2 pasang
Bentuk molekul BrF3 adalah bentuk T.

Meramalkan bentuk molekul I3-


Elektron valensi atom pusat (I) :7
Muatan I3- : +1
Jumlah elektron yang dipakai berikatan : 3-1 = 2 +
Jumlah elektron : 10
Jumlah pasangan elektron : 10 : 2 = 5 pasang
Jumlah PEI :2
Jumlah PEB : 5 – 2 = 3 pasang
Bentuk molekul I3- adalah bentuk linier.

L. Teori Hibridisasi
Hibridisasi adalah proses pencampuran orbital-orbital atom membentuk orbital baru
dengan tingkat energi berada di antara orbital-orbital yang dicampurkan. Orbital hasil
pencampuran dinamakan orbital hibrida.
Contoh :

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 17


Bentuk geometri beberapa macam tipe hibridisasi :

M.Gaya Antarmolekul
Gaya antarmolekul adalah gaya aksi di antara molekul-molekul yang menimbulkan tarikan
antarmolekul dengan berbagai tingkat kekuatan. Pada suhu tertentu, kekuatan tarikan
antarmolekul menentukan wujud zat, yaitu gas, cair, atau padat. Kekuatan gaya
antarmolekul lebih lemah dibandingkan ikatan kovalen maupun ikatan ion. Ikatan kimia
dan gaya antarmolekul memiliki perbedaan. Ikatan kimia merupakan gaya tarik menarik di
antara atom-atom yang berikatan, sedangkan gaya antarmolekul merupakan gaya tarik
menarik di antara molekul.

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 18


Ada tiga jenis gaya antarmolekul, yaitu gaya antardipol, gaya London, dan ikatan
hidrogen. Gaya antardipol dan gaya London dapat dianggap sebagai satu jenis gaya, yaitu
gaya van der Waals.
1. Gaya Antardipol
Gaya antardipol adalah gaya yang terjadi di antara molekul-molekul yang memiliki
sebaran muatan tidak homogen, yakni molekul-molekul dipol atau molekul polar.
Molekul-molekul polar memiliki dua kutub muatan yang berlawanan. Oleh karena itu,
di antara molekul-molekulnya akan terjadi antaraksi yang disebabkan kedua kutub
muatan yang dimilikinya. Pada antaraksi dipol-dipol, ujung-ujung parsial positif (δ+)
suatu molekul mengadakan tarikan dengan ujung-ujung parsial negatif (δ-) dari molekul
lain yang mengakibatkan orientasi molekul-molekul sejajar sebagai contoh adalah
molekul HCl.

2. Gaya London
Gaya London adalah gaya yang terjadi pada atom atau molekul, baik polar maupun
nonpolar. Gaya London atau disebut juga gaya dispersi, yaitu gaya yang timbul akibat
dari pergeseran sementara (dipol sementara) muatan elektron dalam molekul homogen.
Gaya London adalah gaya antaraksi antaratom atau molekul yang memiliki dipol
sementara dengan jarak yang sangat berdekatan satu sama lain. Kekuatan gaya London
dipengaruhi oleh ukuran, bentuk molekul, dan kemudahan distorsi dari awan elektron.
Contohnya pentana, neopentana.

3. Ikatan Hidrogen
Ikatan hidrogen merupakan ikatan yang terjadi antara atom hidrogen dengan atom
unsur lain yang memiliki keelektronegativitas tinggi seperti F,O, N dan Cl. Adanya
ikatan hidrogen menyebabkan beberapa keteraturan kenaikan titik didih.

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 19


N. Ikatan Kimia
1. Ikatan Ion
Ikatan yang terjadi antara atom yang memiliki muatan positif dan atom lain yang
memiliki muatan negatif.
Na+ + Cl- → NaCl
Ciri-ciri senyawa ionik :
- Mudah larut dalam air
- Titik leleh dan titik didihnya tinggi
- Dapat menghantarkan arus listrik
2. Ikatan Kovalen
Ikatan yang terjadi jika suatu atom saling meminjamkan elektronnya untuk dipakai
bersama.
H∙ + ∙H → H:H
Ciri-ciri senyawa kovalen :
- Dalam keadaan murni tidak dapat menghantarkan arus listrik
- Titik leleh dan titik didihnya rendah
- Kovalen polar larut dalam air dan dapat menghantarkan arus listrik
- Kovalen non polar tidak larut dalam air dan tidak dapat menghantarkan arus listrik
3. Ikatan Logam
Ikatan yang terjadi akibat penggunaan bersama elektron valensi antar atom logamnya.
Contoh :
A memiliki elektron valensi 2 dan B memiliki elektron valensi 3 maka ikatan logam
yang terjadi adalah A3B2.

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 20


KIMIA 2
STOIKIOMETRI

A. Massa Atom Relatif (Ar) dan Massa Molekul Relatif (Mr)


Massa atom relatif suatu unsur X (Ar X) adalah perbandingan massa rata-rata satu atom

1
unsur tersebut dengan x massa satu atom 12C.
12

Satuan untuk massa relatif unsur adalah sma (satuan massa atom)
1 sma setara dengan 1.6604 x 10-24 gram.

Contoh Soal :
Tentukan massa atom relatif unsur N dan Na bila diketahui massa rata-rata 1 atom =
14.0067 sma dan massa rata-rata 1 atom Na = 22.29 sma.
massa 1 atom N
a. Ar N : 1
x massa 1atom 12C
12
14.00667 sma
:
1 sma
: 14.0067
massa 1atom Na
b. Ar Na : 1
x massa 1atom 12C
12
22.29 sma
:
1 sma
: 22.29
Massa molekul relatif (Mr) suatu molekul X adalah perbandingan antara massa satu

1
molekul X dengan x massa satu atom 12C.
12

Massa 1 molekul atau senyawa X merupakan jumlah massa dari atom-atom penyusun
molekul X.

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 21


Contoh Soal :
Tentukan massa molekul relatif dari H2O
Ma ssa 1 molekul H 2O
Mr H2O : 1
massa 1 atom12C
12
massa 2atom H +massa 1 atomO
: 1
massa 1atom 12C
12
2 ( massa 1 atom H ) massa1 atom O
+
: 1 1
massa1 atom 12C massa1 atom 12C
12 12
: 2 Ar H + 1 Ar O
: 2 (1) + 1 (16)
: 18

B. Hukum-Hukum Dasar Kimia


1. Hukum Kekekalan Massa
Hukum kekekalan massa ini dikemukakan oleh Antoine Laurent Lavoisier sehingga
sering juga disebut Hukum Lavoisier. Hukum Kekekalan Massa berbunyi: “ Jumlah
massa zat sebelum reaksi dan sesudah reaksi sama”.
Contoh Soal :
a. Pemanasan sempurna 5.6 gram serbuk besi (Fe) dengan 3.2 gram serbuk belerang
(S) akan menghasilkan zat baru (FeS) sebanyak 8.8 gram. Tunjukkan bahwa reaksi
tersebut memenuhi hukum kekekalan massa.
Massa sebelum reaksi : massa Fe + massa S = 5.6 + 3.2 = 8.8 gram
Massa sesudah reaksi : massa FeS = 8.8 gram
Massa sebelum reaksi sama dengan massa sesudah reaksi sehnggga reaksi ini
memenuhi hukum kekekalan massa.
b. Magnesium dan Bromin dapat bereaksi secara langsung membentuk magnesium
bromida. Dalam suatu eksperimen, 6.0 gram Mg dicampur dengan 35.0 gram Br.

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 22


Setelah Semua Br habis bereaksi, ternyata masih didapatkan 0.70 gram Mg yang
tidak bereaksi. Berapa persen massa komposisi magnesium bromida?
Mg + Br  MgBr
Jumlah awal : 6.0 35.0 0
Jumlah tersisa : 0.7 0
Jumlah reaksi : 5.3 35.0 40.3

Massa Mg yang bereaksi


% Mg dalam Magnesium Bromida : x 100 %
Massa Magnesium Bromida
5.30
: x 100 %
40.3
: 13.2 %
Massa Br yang bereaksi
% Br dalam Magnesium Bromida : x 100 %
Massa Magnesium Bromida
35.0
: x 100 %
40.3
: 86.8 %

2. Hukum Perbandingan Tetap


Hukum perbandingan tetap dikemukakan oleh Joseph Louis Proust sehingga sering
juga disebut Hukum Proust. Hukum perbandingan tetap berbunyi : “Setiap senyawa
tersusun dari unsur-unsur dengan perbandingan tetap”.
Contoh:
Data berikut diperoleh dengan cara membakar logam magnesium (mereaksikan
magnesium dengan gas oksigen) menghasilkan magnesium oksida.

3. Hukum Perbandingan Ganda


Hukum perbandingan ganda dikemukakan oleh John Dalton sehinggga sering juga
disebut Hukum Dalton. Hukum perbandingan ganda berbunyi : "Bila dua unsur
membentuk dua senyawa atau lebih dan salah satu unsurnya mempunyai massa

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 23


yang sama maka massa unsur yang lainnya berbanding sebagai bilangan bulat
dan sederhana."
Contoh :
Belerang dan oksigen dapat membentuk dua senyawa yaitu SO 2 dan SO3. Perhatikan
tabel berikut ini.

Dari data di atas ternyata, untuk massa S yang sama, perbandingan massa O yaitu 2 : 3,
yang merupakan bilangan bulat dan sederhana.

4. Hukum Perbandingan Volume


Hukum perbandinga volume dikemukakan oleh Joseph Gay-Lussac sehingga sering
disebut juga hukum Gay-Lussac. Hukum perbandingan volume berbunyi: "Volum
gas-gas yang bereaksi dan volum gas-gas hasil reaksi, jika diukur pada suhu dan
tekanan yang sama, akan berbanding sebagai bilangan bulat dan sederhana".
Berdasarkan hukum tersebut, untuk reaksi zat yang berwujud gas, perbandingan
koefisien reaksi ekivalen dengan perbandingan volumnya, sehingga berlaku hubungan
sebagai berikut:

Contoh Soal :
Reaksi pembentukkan ammonia N2 (g) + 3H2 (g)  2NH3 (g)
Pada temperatur dan tekanan tertentu direaksikan 2 liter gas nitrogen dengan 3 liter gas
hidrogen.
a. Berapa liter gas nitrogen dan gas hidrogen yang bereaksi? Adakah zat yang tidak
bereaksi? Jika ada, zat apa dan berapa liter jumlahnya?
b. Berapa liter gas amonia yang terbentuk?
Penyelesaian.
Jika kita menggunakan data gas nitrogen 2 liter maka jumlah gas hidrogen adalah 6
liter, ini tidak mungkin karena gas hidrogen hanya ada 3 liter.

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 24


Volume gas Nitrogen Koefisien gas Nitrogen
=
Volume gas Hidrogen Koefisien gas Hidrogen
2 1
=
Volume gas hidrogen 3
Volume gas hidrogen=6 Lit er
Maka dari itu kita menggunakan data gas hidrogen 3 liter sehingga jumlah gas nitrogen
adalah 1 liter.
Volume gas Nitrogen Koefisien gas Nitrogen
=
Volume gas Hidrogen Koefisien gas H idrogen
Volume gas nitrogen 1
=
3 3
Volume gas nitrogen=1 Liter
Jadi jumlah gas nitrogen yang bereaksi adalah 1 liter dan gas hidrogen yang bereaksi
adalah 3 liter. Terdapat sisa gas nitrogen yang tidak bereaksi yaitu 2 liter – 1 liter (1
liter yang tidak bereaksi).
Gas amonia yang terbentuk adalah :
Volume gas Amonia Koefisien gas Amonia
=
Volume gas Hidrogen Koefisien gas Hidrogen
V olume gas amonia 2
=
3 3
Volume gas amonia=2 Liter

5. Hipotesis Avogadro
Hipotesis avogadro dikemukakan oleh Amadeo Avogadro. Hipotesis avogadro
berbunyi: “Pada temperatur dan tekanan yang sama, gas-gas yang volumenya
sama akan mempunyai jumlah molekul yang sama.”
Contoh Soal :
Pada temperatur dan tekanan tertentu, 1 liter gas oksigen mengandung 1.0 x 10 22
molekul gas oksigen. Pada temperatur dan tekanan yang sama :
a. Berapa banyak molekul gas klorin yang terdapat dalam 2 liter gas klorin ?
b. Berapa liter volume gas hidrogen klorida bila mengandung 5.0 x 1022 molekul ?
Penyelesaian :
a. Sesuai hipotesis avogadro maka 1 liter gas oksigen mengandung 1.0 x 10 22 molekul
sehingga 1 liter gas klorin juga mengandung 1.0 x 1022 molekul.
2 liter gas klorin akan mengandung 2 x 1.0 x 1022 molekul = 2.0 x 1022 molekul

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 25


b. Sesuai hipotesis avogadro maka 1 liter gas oksigen mengandung 1.0 x 10 22 molekul
sehingga 1 liter gas hidrogen klorida juga mengandung 1.0 x 1022 molekul
Jika gas hidrogen klorida mengandung 5.0 x 1022 molekul maka volume gas
hidrogen klorida adalah
5.0 x 1022 molekul
x 1 Liter =5 Liter
1.0 x 1022 molekul

C. Menghitung Persentase Massa Unsur


Persentase massa unsur X dalam senyawa XY :
( jumlah atom X ) x( A r X )
Persentase massa X = x 100 %
M r XY
Massa unsur X dalam a gram senyawa XY adalah :
( jumlah atom X ) x ( A r X)
Massa X= x a gram
M r XY
Contoh Soal :
Hitunglah persentase massa masing-masing unsur yang terdapat dalam pupuk urea
CO(NH2)2
( jumlah atom C ) (A r C)
% Massa C dalam urea =
M r CO ¿ ¿
( 1 ) (12)
= x 100 % = 20 %
60
( jumlah atom O ) ( Ar O)
% Massa O dalam urea =
M r CO ¿ ¿
( 1 ) (16)
= x 100 % = 26.67 %
60
( jumlah atom H ) ( A r H )
% Massa H dalam urea =
M r CO ¿ ¿
( 4 ) (1)
= x 100 % = 6.66 %
60
( jumlah atom N ) ( A r N )
% Massa N dalam urea =
M r CO ¿ ¿

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 26


( 2 ) (14)
= x 100 % = 46.67 %
60

D. Konsep Mol
Satu mol suatu zat adalah banyaknya partikel dalam suatu zat di mana jumlahnya sama
dengan banyaknya atom yang terdapat dalam 12 gram 12C.

Berikut ini hubungan mol dengan yang lain :


1. Hubungan Mol dengan Jumlah Partikel
Satu mol zat adalah banyaknya zat tersebut yang mengandung 6,02 x 10 23 partikel.
Hubungan mol dengan jumlah partikel dapat dirumuskan :

1 mol = 6,02 x 1023 partikel = L


Contoh Soal :
a. Hitunglah jumlah partikel 2 mol aluminium (Al) :
Jumlah atom Al = mol x L
= 2 mol x 6,02 x 1023 atom/mol
= 12,04 x 1023 atom Al
b. Hitung mol zat besi (Fe) jika jumlah atomnya adalah 3,01 x 1022 atom :
Jumlah partikel Fe
Mol Fe =
L
3.01 x 1022
=
6.02 x 1023
= 0.05 mol

2. Hubungan Mol dengan Massa (gram)


Massa molar adalah massa 1 mol zat yang besarnya sama dengan massa atom relatif
(Ar) atau massa molekul relatif (Mr) zat tersebut dan dinyatakan dalam gram. Satuan
massa molar adalah gram/mol atau gram mol-1.

Contoh Soal :
Berapa gramkah massa 2 mol gas amonia, NH3 (Ar H=1, N=14)?

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 27


Mr NH3 = 14 + (3 x 1) = 17
Massa NH3 = Mol x Mr
= 2 x 17 = 34 gram NH3.

3. Hubungan Mol dengan Volum


a. Volum Gas pada Suhu dan Tekanan yang sama
Hukum avogadro :
"Pada suhu dan tekanan yang sama semua gas yang volumnya sama mengandung
jumlah partikel yang sama pula."
Untuk gas-gas yang bervolum sama akan mempunyai jumlah mol yang sama.

Sedangkan untuk gas-gas yang volumnya berbeda berlaku hubungan:

Contoh Soal :
1) Pada suhu dan tekanan tertentu, 2 liter gas O2 (Mr = 32) massanya 3,2 gram.
Berapa volum 7,5 gram gas NO (Mr = 30 ) pada keadaan tersebut?
Volume gas O 2 MolO 2
=
Volume gas NO Mol NO
3.2
2 32
=
Volume gas NO 7.5
30
Volume NO = 5 Liter
2) Dalam suatu tabung yang bervolum 1 liter diisi 8 gram gas oksigen (O 2). Jika
pada keadaan yang sama tabung tersebut diisi gas nitrogen, (N 2) berapa massa gas
nitrogen tersebut? Ar N =14, O = 16
Karena volumenya sama maka mol gas oksigen = mol gas nitrogen
Mol gas oksigen = Mol gas nitrogen
gram O2 gram N 2
=
Mr O2 Mr N 2
8 gram N 2
=
2 x 16 2 x 14
8 x 28
gram N 2 = =7 gram
32

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 28


b. Volume Gas pada Keadaan Standar (0oC, 1 atm
Volum molar gas menyatakan volum 1 mol gas pada suhu dan tekanan tertentu.
Setiap 1 mol gas apa saja pada suhu 0 oC dan tekanan 1 atmosfer mempunyai volum
22,4 liter.

1
P : tekanan gas (atm)  1 mmHg = atm
760
V : volume gas (liter)
n : mol gas
R : tetapan gas ideal (= 0,082 liter atm/moloK)
T : suhu mutlak (= oC + 273)oK
Suhu 0oC (273 K) dan tekanan 1 atmosfer dikenal sebagai keadaan standar atau STP
(Standard Temperature and Pressure). Jadi volum 1 mol gas pada keadaan standar
disebut Volum Molar Standar.

Contoh Soal :
1) Hitunglah volum 2 mol gas oksigen pada keadaan standar.
Volum O2 = 2 mol x 22,4 liter/mol = 44,8 liter
2) Berapa liter volume 4 gram gas metana (CH 4) yang diukur pada temperatur 37oC
dan tekanan 750 mmHg?
750
P = 750 mmHg = atm
760
T = 37oC = (37 +273) K = 310 K
massa C H 4 4
n= mol = mol = 0.25 mol
MrC H4 16
R = 0.082 L atm/mol K
PV = nRT
nRT
V=
P
0.25 x 0.082 x 310
= 750
760

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 29


= 6.44 L

E. Molaritas (M)
Molaritas menyatakan banyaknya mol zat terlarut dalam satu liter larutan.

Untuk pengenceran berlaku rumus :


Mol zat terlarut sebelum pengenceran = Mol setelah pengenceran

V1 : Volume sebelum pengenceran (L)


V2 : Volume setelah pengenceran (L)
M1 : Molaritas sebelum pengenceran
M2 : Molaritas setelah pengenceran

Contoh Soal :
Berapa molaritas larutan jika 4.5 gram C6H12O6 ada di dalam 250 mL larutan?
Mol zat terlarut
Molaritas larutan :
Volume larutan
4.5
: 180 = 0.1 M
0.25

F. Rumus Molekul dan Rumus Empiris


Rumus Empiris adalah bentuk paling sederhana unsur-unsur pembentuk senyawa. Rumus
empiris dapat ditentukan jika persentase masing-masing unsur dalam suatu senyawa
diketahui.
Rumus Molekul menyatakan jenis unsur dan banyaknya masing-masing unsur yang
terkandung dalam satu molekul suatu zat, harus diketahui massa molekul relatifnya.
Rumus molekul merupakan kelipatan bilangan bulat n (n =1,2,3 dan seterusnya) dari
rumus empiris.

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 30


Rumus molekul mempunyai Mr yang merupakan penjumlahan Ar atom penyusun suatu
molekul, maka rumus di atas dapat di tuliskan menjadi :

Langkah-langkah menentukan rumus empiris.


 Menghitung perbandingan % atau gram unsur-unsur penyusun senyawa.
 Menghitung perbandingan mol unsur-unsur tersebut dengan cara, % atau gram dibagi
Ar masing-masing unsur.
 Menuliskan perbandingan mol unsur-unsur penyusun dengan angka bulat dan
sederhana.
 Menuliskan rumus empiris.
Jika diketahui Mr senyawa, rumus molekul dapat ditentukan dengan rumus Mr = (ΣAr
RE)n.

Contoh Soal :
1) Suatu senyawa hidrokarbon terdiri atas 80 % massa karbon dan 20% massa hidrogen.
Tentukanlah rumus empiris hidrokarbon tersebut! (Ar H = 1 dan C = 12).
Perbandingan % atau perbandingan massa = massa C : massa H = 80 : 20
Perbandingan mol
80 20
Mol C : Mol H = :
12 1
= 6.67 : 20
=1:3
Jadi, rumus empiris senyawa hidrokarbon tersebut adalah CH3.
2) Suatu oksida NxOy mengandung 30,43 % nitrogen dan 69,56 % oksigen. Jika oksida
tersebut mempunyai Mr = 92, tentukan rumus molekulnya!(Ar N = 14 dan O = 16).

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 31


Perbandingan mol
30.43 69.56
Mol N : Mol O = :
14 16
= 2.17 : 4.34
=1:2
Rumus empiris oksida adalah NO2
Mr = (ΣAr RE)n
92 = (14 + 2 x 16)n
92 = (46)n
n=2
Rumus molekul oksida adalah (NO2)2 = N2O4

KIMIA 3
TERMOKIMIA

A. Hukum Kekekalan Energi


Hukum kekekalan energi menyatakan bahwa “energi dapat diubah dari satu bentuk ke
bentuk lain tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan”. Sebenarnya kita tidak
dapat menentukan secara pasti nilai energi (E) yang terdapat dalam suatu materi, akan
tetapi hanya perubahan energinya (ΔE) saja dapat ditentukan. Dengan demikian, besarnya
ΔE tidak bergantung pada jalannya proses tetapi bergantung pada keadaan awal dan
keadaan akhir.
∆ E=Eakhir −E awal

B. Sistem dan Lingkungan

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 32


Di dalam perubahan energi dikenal istilah sistem dan lingkungan. Sebuah sistem dapat
berupa apa saja. Di luar sistem disebut lingkungan.

Pertukaran energi antara sistem dan lingkungan dapat berupa pertukaran kalor (q) atau
bentuk energi lainnya yang secara kolektif disebut kerja (w). Adanya pertukaran energi
tersebut akan mengubah jumlah energi yang terkandung dalam sistem
∆ E=q+ w
Nilai q dan w bisa positif atau negatif tergantung apakah sistem menerima atau
melepaskan kalor dan melakukan atau menerima kerja. Jika menerima kalor maka nilai q
positif dan jika menerima kerja maka nilai w positif dan sebaliknya.
Sistem dapat digolongkan dalam sistem terbuka, sistem tertutup, sistem adiabatik, dan
sistem terisolasi.
a. Sistem Terbuka
Sistem di mana selama sistem tersebut mengalami proses dapat melakukan pertukaran
materi dan kalor. Misalnya: sebutir batu kapur (CaCO 3) dimasukkan dalam larutan HCl
pada gelas kimia terbuka. Selama reaksi berlangsung, dilepaskan gas CO2 ke udara
bebas, sehingga massa sistem berubah. Kalor yang dibebaskan akan diserap oleh gelas
kimia dan udara di sekitarnya. Akhirnya terjadi perpindahan kalor dari sistem ke
lingkungan.

b. Sistem Tertutup
Sistem yang tidak mengalami perubahan massa selama proses berlangsung, tetapi dapat
terjadi pertukaran kalor dengan lingkungannya. Misalnya: es diletakkan di dalam
erlenmeyer. Selama es mencair, masssa es dan air yang terbentuk tidak berubah, karena
udara di atas es (air kering) dan air tidak ada yang menguap. Pada peristiwa ini terjadi

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 33


perpindahan kalor dari lingkungan (erlenmeyer, tutup, dan udara di sekitar gelas) ke
dalam sistem (es dan air).

c. Sistem Terisolasi
Sistem yang tidak dapat mengadakan interaksi baik berupa kalor, kerja, maupun materi
dengan lingkungannya. Misalnya: Campuran reaksi di dalam kalorimeter Bom. Di
dalam kalorimeter biasanya dilakukan reaksi pembakaran. Suhu air di luar kalorimeter
diatur secara elektronik agar selalu sama dengan kalorimeter, sehingga selama reaksi
berjalan tidak ada kalor yang dapat keluar atau masuk kalorimeter.

d. Sistem Adiabatik
Sistem yang selama mengalami proses tidak dapat melakukan pertukaran kalor dengan
lingkungan. Sistem ini dapat melakukan kerja ke lingkungan atau menerima dari
lingkungan. Misalnya: proses di dalam termos.

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 34


C. Reaksi Eksoterm dan Endoterm
1. Reaksi Eksoterm
Reaksi eksoterm adalah reaksi yang disertai perpindahan kalor dari sistem ke
lingkungan. Pada reaksi eksoterm ini akan membebaskan energi sehingga entalpi sistem
akan berkurang dan perubahan entalpinya (ΔH) akan bertanda negatif. Sedang pada
lingkungan akan menerima kalor sehingga terasa panas. Contoh reaksi eksoterm adalah
pembakaran.

2. Reaksi Endoterm
Reaksi endoterm adalah reaksi yang berlangsung di mana ada perpindahan kalor dari
lingkungan ke sistem. Pada reaksi endoterm ini diserap sejumlah energi pada sistem
sehingga entalpi sistem akan bertambah dan perubahan entalpinya akan bertanda positif
(ΔH > 0). Karena lingkungan mengalami pengurangan kalor sehingga suhu lingkungan
akan turun dan terasa dingin. Sistem akan menyerap kalor dari lingkungan

D. Entalpi dan Perubahan Entalpi


Harga entalpi suatu zat atau sistem tidak dapat ditentukan, yang dapat ditentukan adalah
perubahan entalpi (ΔH) menyertai suatu proses. Perubahan entalpi adalah selisih antara
entalpi akhir (produk) dengan entalpi awal (pereaksi).
∆ H =H produk−H reaktan

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 35


Keterangan:
ΔH = perubahan entalpi
R = zat pereaksi/reaktan
P = zat produk/hasil akhir
HP = entalpi produk
HR = entalpi reaktan
Reaksi eksoterm Hp < Hr ; ΔH < 0 ; ΔH bertanda -
Reaksi endoterm Hp > Hr ; ΔH > 0 ; ΔH bertanda +

E. Persamaan Termokimia
Persamaan reaksi yang mengikutsertakan perubahan entalpinya disebut persamaan
termokimia.
Contoh :
1. Pada pembakaran sempurna 1 mol gas metana (CH4) pada suhu 298 K dan tekanan 1
atm dibebaskan kalor sebesar 802,3 kJ. Maka persamaan reaksi termokimianya adalah :
CH4(g) + 2O2(g) ⎯→ CO2(g) + 2H2O(g) ΔHo = -802,3 kJ/mol
Kata “dibebaskan” menyatakan bahwa reaksi tergolong reaksi eksoterm sehingga ΔH
bertanda (-).
2. Pada reaksi penguraian 1 mol air menjadi gas hidrogen dan gas oksigen yang dilakukan
pada suhu 298 K dan tekanan 1 atm ternyata diperlukan kalor sebesar 286 kJ. Maka
persamaan termokimianya adalah :
H2O(l) ⎯→ H2(g) + 1⁄2O2(g) ΔHo = +286 kJ/mol
Kata “diperlukan” menunjukkan bahwa reaksi tergolong reaksi endoterm sehingga ΔH
bertanda (+).

F. Perubahan Entalpi Standar (ΔHo)


Harga perubahan entalpi selalu dipengaruhi oleh keadaan lingkungan sekitar seperti suhu
dan tekanan. Perubahan entalpi reaksi yang diukur pada suhu 298 K dan tekanan 1 atm

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 36


disepakati sebagai perubahan entalpi standar yang dinyatakan dengan simbol ΔH o. Satuan
yang sering digunakan adalah Joule dan Kalori. 1 kalori setara dengan 4.2 joule.
Sedangkan 1 joule setara dengan 0.24 kalori. Jenis atau macam-macam perubahan entalpi
antara lain perubahan entalpi pembentukan standar, perubahan entalpi penguraian standar,
dan perubahan entalpi pembakaran standar.
1. Perubahan Entalpi Pembentukan Standar (∆ H of )
Perubahan entalpi pembentukan standar adalah kalor yang dilepaskan atau dibutuhkan
pada reaksi pembentukan satu mol senyawa dari unsur-unsurnya yang diukur pada
keadaan standar (298 K dan 1 atm). Satuan perubahan entalpi pembentukan standar
adalah Joule/mol atau Kal/mol
Contoh Soal :
a. Tuliskan persamaan termokimia ∆ H of H2O = -241.8 kJ/mol
H2(g) + 1⁄2O2(g) ⎯→ H2O(g) ∆ H of = -241,8 kJ/mol
b. Tuliskan persamaan termokimia dari pembentukan 16 gram Fe2O3(s) yang
dibebaskan kalor 83,4 kJ
gram 16
Jumlah mol Fe2O3 = = = 0.1 mol
mol 160
ΔH pembentukan 0,1 mol Fe2O3 = -83,4 kJ
−83.4
∆ H of Fe2O3 = = -834 kJ/mol
0.1

2. Perubahan Entalpi Penguraian Standar (∆ H od )


Perubahan entalpi penguraian standar adalah kalor yang dilepaskan atau yang
diperlukan pada reaksi penguraian satu mol senyawa menjadi unsur-unsurnya yang
diukur pada keadaan standar (298 K dan 1 atm).
Karena reaksi penguraian merupakan kebalikan dari reaksi pembentukan maka entalpi
penguraian suatu senyawa menjadi unsur-unsurnya sama besarnya dengan entalpi
pembentukan senyawa tersebut dari unsur-unsurnya tetapi berlawanan tanda.
Contoh Soal :
Diketahui persamaan termokimia pembentukan CO2(g) sebagai berikut.
C(s) + O2(g) ⎯→ CO2(g) ∆ H of = -393,5 kJ/mol
Tentukan persamaan termokimia penguraian CO2 tersebut di atas!
∆ H of CO2 = -393.5 kJ/mol

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 37


∆ H od CO2 = +393.5 kJ/mol
maka persamaan termokimia penguraian CO2 adalah:
CO2(s) ⎯→ C(s) + O2(g) ∆ H od = +393,5 kJ/mol

3. Perubahan Entalpi Pembakaran Standar ( ∆ H oc )


Perubahan entalpi pembakaran standar adalah kalor yang dilepaskan atau diperlukan
pada pembakaran sempurna satu mol suatu zat (unsur atau senyawa) pada keadaan
standar (298 K dan 1 atm). Dalam ilmu kimia, pembakaran adalah mereaksikan suatu
zat dengan oksigen.
Contoh Soal :
Tuliskan persamaan termokimia dari reaksi pada pembakaran 54 gram glukosa yang
dibebaskan kalor sebesar 846 kJ
gram 54
jumlah mol C6H12O6 = = =0.3 mol
Mr 180
ΔH untuk 0,3 mol C6H12O6 = -846 kJ
−846
∆ H oc C6H12O6 = =¿ - 2280 kJ/mol
0.3
Jadi persamaan termokimianya
C6H12O6(s) + 6O2(g) ⎯→ 6CO2(g) + 6H2O(l) ΔH = -2820 kJ/mol

G. Menentukan Harga Perubahan Entalpi


Harga perubahan entalpi (ΔH) suatu reaksi dapat ditentukan dengan cara
1. Melakukan eksperimen, menggunakan suatu alat bernama kalorimeter.
Pengukuran jumlah kalor yang dilepaskan atau yang diterima pada suatu reaksi kimia
disebut kalorimetri. Sedang alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor disebut
kalorimeter. Jumlah kalor yang diserap atau dilepaskan larutan dapat ditentukan dengan
mengukur perubahan suhunya. Jumlah kalor tersebut dapat dirumuskan secara
sederhana sebagai berikut :

Dimana :
q = jumlah kalor reaksi (joule/kilojoule)
m = massa zat (gram)

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 38


c = kalor jenis air, yaitu kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 gram
zat
sebesar 1oC atau 1K (joule gr-1 oC-1/joule gr-1 K-1)
ΔT = perubahan suhu (Takhir – Tawal)
Contoh Soal :
Dalam kalorimeter terdapat zat yang bereaksi secara eksotermik dan ternyata 0,1 kg air
yang mengelilinginya mengalami kenaikan suhu sebesar 5oC. Jika kalor jenis air = 4,18
J gr-1 oC-1 maka berapakah kalor reaksi zat tersebut?
q = m x c x ΔT
q = 100 gr x 4,18 j.gr-1.oC-1 x 5oC
q = 2090 joule
q = 2,090 kJ

2. Menggunakan hukum Hess (hukum penjumlahan kalor).


Hukum Hess dikemukakan oleh Henri Hess dari Swiss-Rusia yang merumuskan
penemuannya berdasarkan hasil-hasil percobaan tentang kalor reaksi sebagai berikut
kalor reaksi yang dilepaskan atau diserap oleh suatu reaksi tidak tergantung dari
jalannya reaksi tetapi tergantung dari kondisi awal zat-zat yang bereaksi dan
kondisi akhir zat-zat hasil reaksi.
Menurut pernyataan Hukum Hess di atas maka kita dapat mengartikan bahwa harga ΔH
dari suatu reaksi yang berlangsung satu tahap akan sama dengan harga ΔH jika reaksi
itu berlangsung beberapa tahap/cara.
Contoh :
CO2(g) dapat dibuat dengan satu tahap/cara dan dapat juga dibuat dengan dua tahap.
a. Satu tahap : C(s) + O2(g) ⎯→ CO2(g) ΔH1 = a kJ
(secara langsung)
b. Dua tahap : C(s) + ½O2(g) ⎯→ CO(g) ΔH2 = b kJ
(tidak langsung) CO(g) + ½O2(g) ⎯→ CO2(g) ΔH3 = c kJ
C(s) + O2(g) ⎯→ CO2(g) ΔH1 = ΔH2 + ΔH3
atau
C(s) + O2(g) ⎯→ CO2(g) a = b + c
Tahapan reaksi di atas dapat dibuat dalam bentuk diagram siklus dan diagram tingkat
energi.

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 39


Contoh Soal :
Diketahui:
a. ½N2(g) + O2(g) ⎯→ NO2 (g) ΔH = +33,85 kJ/mol
b. NO(g) + ½O2(g) ⎯→ NO2 (g) ΔH = -56,52 kJ/mol
Tentukan entalpi reaksi dari ½N2(g) + ½O2(g) ⎯→ NO2 (g) ΔH = .... kJ/mol
Jawab:
Perubahan entalpi di atas dapat diperoleh dengan menyusun dan menjumlahkan kedua
reaksi tersebut yang sudah diketahui harganya, yaitu reaksi (1) ditulis tetap, sedang
reaksi (2) dibalik.

Jadi: ½N2(g) + O2(g) ⎯→ NO2(g) ΔH = +33,85 kJ/mol


NO2(g) ⎯→ NO(g) + ½O2(g) ΔH = +56,52 kJ/mol +
½N2(g) + O2(g) ⎯→ NO(g) + ½O2(g) ΔH = +90,37 kJ/mol atau
½N2(g) + ½O2(g) ⎯→ NO(g) ΔH = +90,37 kJ/mol

3. Menggunakan data perubahan entalpi pembentukan standar (∆ H of ¿


Entalpi pembentukan standar suatu senyawa dapat memberikan kemudahan dalam
menentukan perubahan entalpi reaksi. Prinsipnya adalah : “Besarnya perubahan
entalpi reaksi sama dengan selisih jumlah perubahan entalpi pembentukan zat
hasil reaksi dikurangi jumlah perubahan entalpi pembentukan zat pereaksi,
masing-masing dikalikan dengan koefisien dalam persamaan reaksi”.

Contoh Soal :
Jika diketahui

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 40


∆ H of C2H5OH(l) = -266 kJ/mol
∆ H of CO2(g) = -394 kJ/mol
∆ H of H2O(l) = -286 kJ/mol
Hitunglah ΔH untuk reaksi C2H5OH (l) + 3O2 (g) ⎯→ 2CO2 (g) + 3H2O (l)
Jawab
ΔHreaksi = ∆ H of reaksi−∆ H of pereaksi
ΔHreaksi = [(2 . ∆ H of CO2) + (3 . ∆ H of H2O)] - [(1 . ∆ H of C2H5OH) + (3 . ∆ H of O2)]
= [(2 . (-394)) + (3 . (-286))] - [(1. (-266)) + (3 . 0)]
ΔHreaksi = -1380 kJ/mol

4. Menggunakan data energi ikatan


Energi ikatan adalah energi yanh diperlukan untuk memutuskan ikatan kimia dalam 1
mol suatu senyawa dalam fase gas pada keadaan standar menjadi atom-atom gasnya.
Energi ikatan disebut juga energi disosiasi sehingga diberi lambang D.
Misalnya untuk menentukan ikatan 1 mol gas hidrogen menjadi atom-atom H bebas
diperlukan energi sebanyak 431 kJ/mol. Ini berarti bahwa energi ikatan H - H dalam
molekul H2 adalah 436 kJ.
Reaksi penguraian H2(g) dapat ditulis
H2(g) ⎯→ H(g) + H(g) ΔH = +436 kJ/mol
Jadi DH-H = 436 kJ/mol
Daftar energi disosiasi ikatan molekul diatomik pada suhu 25oC dan tekanan 1 atm.

Molekul yang terdiri atas tiga atom atau lebih (molekul poliatom) maka digunakan
pengertian energi ikatan rata-rata yaitu energi rata-rata ikatan yang diperlukan untuk
menguraikan atau mendissosiasikan 1 mol molekul senyawa menjadi atom-atom
penyusunnya.

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 41


Misalnya pada penguraian/dissosiasi 1 mol NH 3 menjadi atom-atomnya diperlukan
energi sebesar 1172 kJ. Reaksi penguraian NH3 tersebut dapat ditulis :
NH3(g) ⎯→ N(g) + 3H(g) ΔH = +1172 kJ
Dalam molekul NH3 terdapat 3 ikatan N - H. Maka energi ikatan rata-rata per mol
ikatan N - H adalah sebesar 391 kJ yang berasal dari satu per tiga energi totalnya.
Berikut ini daftar-daftar energi ikatan rata-rata :

Reaksi kimia merupakan proses pemutusan dan pembentukkan ikatan. Proses ini selalu
disertai perubahan energi. Perubahan entalpi dapat dicari dari selisih antara ΔH
pemutusan ikatan dan Δh pembentukan ikatan.

Contoh Soal :
Dengan menggunakan tabel energi ikatan rata-rata hitunglah energi yang dibebaskan
reaksi hidrogenasi 1 mol gas etena!
Jawab:
reaksi C2H4(g) + H2(g) ⎯→ C2H6(g)
pemutusan ikatan
4 mol C–H : 4 x 410 = 1640
1 mol C=C : 1 x 607 = 607
1 mol H–H : 1 x 431 = 431 +
x = 2678
pembentukan ikatan
6 mol C–H : 6 x 410 = 2460
1 mol C–C : 1 x 343 = 343 +
y = 2.803
ΔH = x – y
= 2678 – 2803 = -125
Jadi ΔHreaksi = -125 kJ/mol

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 42


KIMIA 4
LAJU REAKSI

Laju reaksi (v) dapat dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi tiap
satuan waktu. Selama reaksi kimia berlangsung, jumlah reaktan semakin berkurang ketika
produk mulai terbentuk. Oleh karena itu, laju reaksi dinyatakan sebagai laju berkurangnya
konsentrasi reaktan atau bertambahnya konsentrasi produk tiap satuan waktu. Satuan untuk
laju reaksi adalah (mol/L.waktu) atau (M/waktu).

Misalnya reaksi A → B
Pada reaksi tersebut, dengan bertambahnya waktu reaksi, jumlah molekul A semakin
berkurang dan jumlah molekul B semakin bertambah. Laju pengurangan konsentrasi reaktan
(molekul A) atau laju pertambahan konsentrasi produk (molekul B) dinyatakan sebagai
berikut:

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 43


Laju reaksi molekul A diberi tanda negatif yang menunjukkan bahwa jumlah molekul A
berkurang dengan bertambahnya waktu. Sebaliknya, laju reaksi molekul B diberi tanda
positif yang menunjukkan bahwa jumlah molekul B bertambah dengan bertambahnya waktu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi


1. Konsentrasi
Semakin besar konsentrasi, semakin banyak molekul-molekul reaktan yang bereaksi
sehingga semakin besar kemungkinan terjadinya tumbukan antarmolekulnya. Dengan
demikian, semakin besar pula terjadinya reaksi atau reaksi berlangsung lebih cepat.
2. Luas Permukaan
Semakin kecil ukuran reaktan yang berupa zat padat maka semakin luas permukaan
molekul sehingga semakin banyak tempat terjadinya tumbukan antarmolekulnya dan laju
reaksi akan semakin cepat.

3. Suhu
Pada umumnya reaksi akan berlangsung lebih cepat jika suhu dinaikkan. Jika suhu
dinaikkan, maka energi kinetik molekul-molekul reaktan akan bertambah. Semakin
bertambahnya energi kinetik menyebabkan molekul-molekul reaktan bergerak lebih cepat
sehingga tumbukan antarmolekul reaktan yang bereaksi juga lebih sering terjadi.
Akibatnya reaksi akan berlangsung lebih cepat.
4. Katalisator
Katalisator adalah zat yang ikut bereaksi mempercepat laju reaksi, tetapi setelah reaksi
berhenti akan terbentuk zat katalisator kembali. Katalisator akan menurunkan energi
aktivasi, dengan demikian reaksi akan berlangsung lebih cepat.

Persamaan Laju Reaksi

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 44


Contoh soal :
Pada temperatur 273oC, gas brom dapat bereaksi dengan nitrogen monoksida menurut
persamaan reaksi:
2 NO (g) + Br2 (g) → 2 NOBr (g)

Data hasil eksperimen dari reaksi itu adalah sebagai berikut:

Tentukan :
a. Orde reaksi terhadap NO
b. Orde reaksi terhadap Br2
c. Orde reaksi total
d. Persamaan laju reaksinya
e. Tetapan laju reaksi (k)

Penyelesaian :
Misal persamaan laju reaksi v = k [NO]m [Br2]n
a. Untuk menentukan orde reaksi terhadap NO digunakan data [Br2] yang sama yaitu
percobaan 1 dan 4

Orde reaksi terhadap NO = 2


b. Untuk menentukan orde reaksi terhadap Br2 digunakan data [NO] yang sama yaitu
percobaan 1 dan 2

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 45


Orde reaksi terhadap Br2 = 1
c. Orde reaksi total = m + n = 2 + 1 = 3
d. Persamaan laju reaksi
v = k [NO]m [Br2]n
v = k [NO]2 [Br2]1
e. Untuk menentukan harga k, salah satu data hasil percobaan misalnya data percobaan 1.

Macam-macam orde reaksi :


1. Orde Nol
Reaksi dikatakan berorde nol terhadap salah satu pereaksinya apabila perubahan
konsentrasi pereaksi tersebut tidak mempengaruhi laju reaksi.

2. Orde Satu

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 46


Suatu reaksi dikatakan berorde satu terhadap salah satu pereaksinya jika laju reaksi
berbanding lurus dengan konsentrasi pereaksi itu.

3. Orde Dua
Suatu reaksi dikatakan berorde dua terhadap salah satu pereaksi jika laju reaksi merupakan
pangkat dua dari konsentrasi pereaksi itu.

KIMIA 5
KESETIMBANGAN KIMIA

A. KESETIMBANGAN DINAMIS
Kesetimbangan dinamis adalah kesetimbangan yang terjadi karena adanya perubahan dua
arah. Kesetimbangan dinamis terjadi ketika laju reaksi maju sama dengan laju reaksi balik.

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 47


Kesetimbangan dinamis memiliki ciri-ciri yaitu :
1. Reaksi berlangsung terus menerus dengan arah yang berlawanan
2. Terjadi pada ruangan tertutup, suhu dan tekanan tetap.
3. Laju reaksi ke arah hasil reaksi (Laju Maju) dan ke arah pereaksi (Laju Balik) adalah
sama.
4. Tidak terjadi perubahan makroskopis tetapi perubahan mikroskopis tetap berlangsung.
5. Setiap komponen tetap ada.

B. KESETIMBANGAN HOMOGEN DAN HETEROGEN


1. Kesetimbangan Homogen
Kesetimbangan dimana pereaksi dan produk reaksi berada pada fase yang sama.
Contoh : 2 SO2 (g) + O2 (g) ↔ 2 SO3 (g)
2. Kesetimbangan Heterogen
Kesetimbangan dimana pereaksi dan produk reaksi berada pada fase yang beda.
Contoh : CaCO3 (s) ↔ CaO (s) + CO2 (g)

C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESETIMBANGAN


1. Konsentrasi
- Jika konsentrasi pereaksi diperbesar, kesetimbangan akan bergeser ke arah produk
(kanan).
- Jika konsentrasi produk diperbesar, kesetimbangan akan bergeser ke arah pereaksi
(kiri).

2. Suhu
- Jika suhu sistem kesetimbangan dinaikkan, kesetimbangan akan bergeser ke arah
reaksi endoterm (ΔH positif).
- Jika suhu sistem kesetimbangan diturunkan, kesetimbangan akan bergeser ke arah
reaksi eksoterm (ΔH negatif).
3. Katalis

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 48


Katalis adalah zat yang dapat mempercepat berlangsungnya reaksi tapi tidak ikut
bereaksi.
4. Tekanan dan Volume
Perubahan tekanan dan volume hanya mempengaruhi kesetimbangan yang melibatkan
fase gas.
- Jika tekanan diperbesar maka volume akan diperkecil menyebabkan
kesetimbangan akan bergeser ke arah yang jumlah koefisiennya lebih kecil.
- Jika tekanan diperkecil maka volume akan diperbesar menyebabkan
kesetimbangan akan bergeser ke arah yang jumlah koefisiennya lebih besar.

D. TETAPAN KESETIMBANGAN KONSENTRASI (Kc)


pA + qB ↔ rC + sD
Rumus Kc adalah sebagai berikut :
[C ]r [ D] s
Kc=
[ A ]p [B ]q
Keterangan :
Kc : Tetapan kesetimbangan konsentrasi
[A], [B], [C], [D] : Konsentrasi (M)
p, q, r, s : Koefisien / pangkat dlm rumus Kc

Note :
Tetapan kesetimbangan konsentrasi (Kc) hanya berlaku untuk zat yang berbentuk fase gas
(g) dan larutan (aq) saja.

Contoh :
Diketahui reaksi kesetimbangan :
SiO2 (s) + 4 HF (g) ↔ SiF4 (g) + 2 H2O (g)
Dalam ruang satu liter disediakan 5 mol SiO 2 dan 10 mol HF. Pada keadaan setimbang
terdapat 2 mol SiF4. Tentukan besarnya tetapan kesetimbangan konsentrasi (Kc) !
SiO2 (s) + 4 HF (g) ↔ SiF4 (g) + 2 H2O (g)
Mula-mula : 5 10 - -
Reaksi : 2 8 2 2
Setimbang : 3 2 2 2

2 4 2
Kc=[ Si F 4 ]
() ( )
[ H ¿¿ 2 o] 1 2
= ¿¿ ¿
[ H F4]
SiO2 tidak digunakan karena fasenya solid (s)

E. DERAJAD DISOSIASI
Derajad disosiasi merupakan perbandingan antara jumlah mol yang terurai dengan jumlah
mol mula-mula. Besarnya derajad disosiasi dirumuskan sebagai berikut :

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 49


mol zat yang terurai
α=
mol zat mula−mula
Harga derajad disosiasi terletak antara 0 dan 1, jika :
- α = 0 berarti tidak terjadi penguraian
- α = 1 berarti terjadi penguraian sempurna
- 0 < α < 1 berarti disosiasi pada reaksi setimbang (disosiasi sebagian)

Contoh :
Perhatikan reaksi kesetimbangan berikut:
PCl5 (g) ↔ PCl3 (g) + Cl2 (g)
Bila dalam ruang 2 liter, 8 mol gas PCl5 berdisosiasi 75 %, tentukan besarnya harga
tetapan kesetimbangan konsentrasi (Kc)
Penyelesaian
Banyaknya mol PCl5 yang terurai = 75 % x 8 mol = 6 mol
Reaksi : PCl5 (g) ↔ PCl3 (g) + Cl2 (g)
Mula-mula : 8 - -
Reaksi : 6 6 6
Setimbang : 2 6 6

6 6 ❑
Kc=[ PCl 3 ]
()
[Cl ¿¿ 2] 2 2
=
( )
¿
[P Cl 5] ¿¿

F. TETAPAN KESETIMBANGAN TEKANAN (Kp)


Tetapan kesetimbangan berdasarkan tekanan (Kp) merupakan hasil kali tekanan parsial
gas-gas hasil reaksi dibagi dengan hasil kali tekanan parsial gas-gas pereaksi, masing-
masing tekanan parsial gas dipangkatkan koefisiennya.
pA + qB ↔ rC + sD
Rumus Kp adalah sebagai berikut :
Kp=(Pc)r ¿ ¿
Keterangan :
Kp : Tetapan kesetimbangan tekanan
PA, PB, PC, PD : Tekanan parsial masing-masing zat
p, q, r, s : Koefisien / pangkat dlm rumus Kp

Tetapan kesetimbangan tekanan hanya berlaku pada fase gas (g).

Tekanan parsial masing-masing gas dapat dihitung dengan rumus berikut :


mol A
PA= x P total
mol total

Contoh :
Dalam ruang 2 liter terdapat 5 mol gas amonia yang terurai sesuai reaksi :

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 50


2 NH3 (g) ↔ N2 (g) + 3H2 (g)
Pada keadaan setimbang terdapat 2 mol NH3. Tentukan harga Kp jika tekanan total sebesar
2 atm !
Penyelesaian
Reaksi : 2 NH3 (g) ↔ N2 (g) + 3H2 (g)
Mula-mula : 5 - -
Reaksi : 3 1.5 4.5
Setimbang : 2 1.5 4.5

Mol total : 2 + 1.5 + 4.5 = 8 mol


mol NH 3 2
P NH 3= x P total= x 2atm=0.5
mol total 8
mol N 2 1.5
P N 2= x P total= x 2 atm=0.375
mol total 8
mol H 2 4.5
PH2= x Ptotal = x 2 atm=1.125
mol total 8

Kp=(P N 2)❑ ¿¿

G. HUBUNGAN ANTARA Kp DENGAN Kc


Kp=Kc ¿
Keterangan :
Kp : Tetapan kesetimbangan tekanan gas
Kc : Tetapan kesetimbangan konsentrasi
R : Tetapan gas (0.082)
T : Suhu (Kelvin)
Δn : Selisih koefisien (produk – pereaksi)

Contoh :
Zat AB terurai menurut reaksi :
2 AB (g) ↔ 2A (g) + B2 (g) Kc : 2.5 x 10-2
Tentukan harga Kp pada suhu 27 C (R = 0.082) !
Penyelesaian
Kp=Kc ¿

KIMIA 6
LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT
SIFAT KOLIGATIF LARUTAN
KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 51


A. LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT
Larutan Elektrolit Larutan Non Elektrolit
Dapat menghantarkan listrik Tidak dapat menghantarkan listrik
Terjadi proses ionisasi (terurai menjadi Tidak terjadi proses ionisasi
ion-ion)
Lampu dapat menyala terang atau redup Lampu tidak menyala dan tidak ada
dan ada gelembung gas gelembung gas
Contoh : NaCl, CH3COOH, H2SO4, Contoh : Larutan gula, urea, alkohol,
MgCl2 glukosa

Larutan elektrolit dibagi menjadi 2, yaitu elektrolit kuat dan elektrolit lemah
Elektrolit Kuat Elektrolit Lemah
Terionisasi sempurna Terionisasi sebagian
Menghantarkan arus listrik Menghantarkan arus listrik
Lampu menyala terang Lampu menyala redup
Terdapat gelembung gas Terdapat gelembung gas
Contoh : NaCl, KCl, NaOH, HCl, H2SO4 Contoh : CH3COOH, NH4OH, HCN

B. SIFAT KOLIGATIF LARUTAN


- Molaritas (M)
Molaritas adalah satuan konsentrasi yang menyatakan banyaknya mol zat terlarut
dalam satu liter larutan.
mol
M=
Liter
- Molalitas (m)
Molalitas adalah satuan konsentrasi yang menyatakan banyaknya mol zat terlarut
dalam satu kilogram pelarut.
gram zat
m = Mr zat
kg pelarut
- Fraksi Mol (X)
Fraksi mol adalah satuan konsentrasi yang menyatakan banyaknya mol zat terlarut atau
pelarut dalam jumlah mol larutan.
mol terlarut
X terlarut =
mol terlarut +mol pelarut
mol pelarut
X pelarut =
mol terlarut +mol pelarut
X terlarut + X pelarut = 1

Non Elektrolit Elektrolit Keterangan


Penurunan Tekanan P = X pelarut . P0 P = P . X terlarut . P = Tekanan uap larutan
o

Uap (P) P = P0 – P i P0 = Tekanan uap pelarut murni


P = Po . X terlarut i = faktor van’t Hoff
Kenaikan Titik Didih Tb = Kb . m Tb = Kb . m . i Kb = Tetapan kenaikan titik

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 52


(Tb) didih larutan
m = molalitas
i = faktor van’t Hoff
Penurunan Titik Beku Tf = Kf . m Tf = Kf . m . i Kf = Tetapan penurunan titik
(Tf) beku larutan
m = molalitas
i = faktor van’t Hoff
Tekanan Osmosis () =M.R.T =M.R.T.i M = Molaritas
R = Tetapan Gas (0.082)
T = Suhu (Kelvin)
i = faktor van’t Hoff

- Faktor Van’t Hoff


i = 1 + (n – 1) α
i = faktor van’t hoff
n = jumlah ion, contoh : NaCl ↔ Na+ + Cl- maka n = 2
α = derajat ionisasi

C. KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN (ksp)


Jumlah maksimum zat yang dapat larut dalam sejumlah tertentu pelarut/larutan
disebut kelarutan (solubility), yang diberi lambang s. Kelarutan ini biasa dinyatakan dalam
satuan molar atau gram/liter.
Ksp merupakan hasil kali konsentrasi ion-ion dari senyawa elektrolit yang sukar
larut dalam larutan jenuhnya yang masing-masing dipangkatkan koefisiennya menurut
persamaan reaksi ionisasinya.
Contoh : xAB ↔ yA+ + zB-
Ksp AB = [A+]Y [B-]Z

- Hubungan Kelarutan (s) dan Hasil Kali Kelarutan (Ksp)


Contoh :
1. AgCl memiliki kelarutan s mol/liter. Berapakah Ksp AgCl?
AgCl ↔ Ag+ + Cl-
s s s
Ksp AgCl = [Ag+] [Cl-]
= s x s = s2

2. Ag2CrO4 memiliki kelarutan s mol/liter. Berapakah Ksp Ag2CrO4?


Ag2CrO4 ↔ 2Ag+ + CrO42-
s 2s s
Ksp Ag2CrO4 = [Ag ] [CrO42-]
+ 2

= [2s]2 [s]
= 4s2 . s = 4s3

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 53


- Pengaruh Ion Sejenis Terhadap Kelarutan
Contoh :
Berapa kelarutan AgCl (Ksp AgCl = 10-10) bila dilarutkan dalam larutan AgNO3 1 M?
AgNO3 ↔ Ag+ + NO3-
1M 1M 1M
AgCl ↔ Ag+ + Cl-
s 1 s
Ksp AgCl = [Ag+] [Cl-]
10-10 = 1 x s
s = 10-10

- Hubungan Ksp dengan pH Larutan


Contoh :
pH larutan jenuh Mg(OH)2 adalah 9. Berapakah Ksp Mg(OH)2?
pH = 9  pOH = 14 – 9 = 5
[OH-] = 10-5

Mg(OH)2 ↔ Mg2+ + 2OH-


½ 10-5 10-5
Ksp = [Mg2+] [OH-]2
= [½ 10-5 ] [10-5]2
= [½ 10-5 ] [10-10]
= ½ 10-15 = 5 x 10-16

- Hubungan Ksp dengan Pengendapan


1. Bila Qc > Ksp → Telah terjadi pengendapan (larutan lewat jenuh)
2. Bila Qc = Ksp → Belum ditemukan adanya endapan (larutan tepat jenuh)
3. Bila Qc < Ksp → Tidak terjadi pengendapan (larutan tidak jenuh)
Contoh :
Sebanyak 250 ml larutan Pb(NO3)2 10-2 M dicampur dengan 750 ml larutan KI 10-3 M.
Apakah dalam campuran ini sudah ditemukan adanya endapan? (Ksp PbI2 = 6 . 10-9)
Sebelum dicampur :
Pb(NO3)2 ↔ Pb2+ + 2NO3-
2.5 mmol 2.5 mmol 5 mmol
+
KI ↔ K + I-
0.75 mmol 0.75 mmol 0.75 mmol

Setelah Dicampur :
[Pb2+] = 2.5 mmol / (250+750mL) = 2.5 x 10-3 M
[I-] = 0.75 / (250+750 mL) = 7.5 x 10-4
PbI2 ↔ Pb2+ + 2I-
2.5 x 10-3 7.5 x 10-4

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 54


Q PbI2 = [Pb2+] [I-]2
= [2.5 x 10-3] [7.5 x 10-4]2
= 2.5 x 10-3 x 56.25 x 10-8
= 140 x 10-11
= 1,4 x 10-9
Qc < Ksp → Tidak terjadi pengendapan

KIMIA 7
ASAM DAN BASA

A. TEORI ASAM DAN BASA


1. Arrhenius
- Asam : Senyawa yang ketika dilarutkan dalam air akan terionisasi menghasilkan
ion H+.
Contoh : HCl → H+ + Cl-

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 55


- Basa : Senyawa yang ketika dilarutkan dalam air akan terionisasi menghasilkan ion
OH-.
Contoh : NaOH → Na+ + OH-
2. Bronsted-Lowry
- Asam : Zat yang bertindak sebagai donor proton (memberi ion H+).
Contoh : H2SO4 → H+ + HSO4-
- Basa : Zat yang bertindak sebagai aseptor proton (menerima ion H+).
Contoh : NH3 + H+ → NH4+
3. Lewis
- Asam : Zat yang bertindak sebagai aseptor elektron (menerima pasangan elektron).
- Basa : Zat yang bertindak sebagai donor elektron (memberikan pasangan elektron).
Contoh :

B. MENENTUKAN pH ASAM DAN BASA


1. Asam
a. Asam Kuat
[H+] = a x Ma pH = - log [H+]
Keterangan :
[H+] = Konsentrasi ion H+
a = Banyaknya ion H+
Ma = Molaritas asam
Contoh :
Berapa pH larutan H2SO4 0.01 M ?
[H+] = 2 x 0.01
[H+] = 0.02
Maka pH adalah
pH = - log [0.02]
= - log [2 x 10-2]
= 2 – log 2

b. Asam Lemah
[H+] = √ Ka x Ma pH = - log [H+]
Keterangan :
[H+] = Konsentrasi ion H+
Ka = Tetapan Asam
Ma = Molaritas asam
Contoh :
Berapa Larutan CH3COOH 0,1M (Ka CH3COOH = 1 x 10-5)
[H+] = √ 1 x 10−5 x 10−1

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 56


[H+] = √ 10−6
[H+] = 10-3
Maka pH larutan adalah
pH = - log [10-3]
=3

2. Basa
a. Basa Kuat
[OH-] = b x Mb pOH = - log [OH-] pH = 14 – pOH
Keterangan :
[OH-] = Konsentrasi ion OH-
b = Banyaknya ion OH-
Mb = Molaritas basa
Contoh :
Berapa pH larutan NaOH 0.01 M ?
[OH-] = 1 x 0.01
[OH-] = 0.01
Maka pH adalah
pOH = - log [0.01]
= - log [1 x 10-2]
=2
pH = 14 -2
= 12

b. Basa Lemah
[OH-] = √ Kb x Mb pOH = - log [OH-] pH = 14 – pOH
Keterangan :
[OH-] = Konsentrasi ion OH-
Kb = Tetapan basa
Mb = Molaritas basa
Contoh :
Berapa Larutan NH4OH 0,1M (Kb NH4OH = 1 x 10-5)
[OH-] = √ 1 x 10−5 x 10−1
[OH-] = √ 10−6
[OH-] = 10-3
Maka pH larutan adalah
pOH = - log [10-3]
=3
pH = 14 – 3
= 11

C. INDIKATOR pH
1. Kertas Lakmus
- Kertas Lakmus Merah
Asam akan berwarna merah, Basa akan berwarna biru.
- Kertas Lakmus Biru

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 57


Asam akan berwarna merah, Basa akan berwarna biru.
2. Indikator Universal

D. TITRASI ASAM BASA


Titrasi adalah metode analisa kuantitatif untuk menentukan kadar (konsentrasi) satu
larutan yang belum ditetapkan.
ASAM + BASA → GARAM + AIR
Rumus Titrasi => A x Ma x Va = B x Mb x Vb
Keterangan :
A = Banyaknya ion H+
B = Banyaknya ion OH-
Ma = Konsentrasi asam
Mb = Konsentrasi basa
Va = Volume asam
Vb = Volume basa
Contoh :
Sebanyak 34,5 ml larutan NaOH yang belum diketahui konsentrasinya dititrasi dengan
larutan H2SO4 0,05 M, jika volum larutan H2SO4 0,05 M yang diperlukan hingga mencapai
ekuivalen adalah 27,5 ml. Hitung molaritas NaOH tersebut!
2 NaOH + H2SO4 ⎯→ Na2SO4 + 2 H2O
A x Ma x Va = B x Mb x Vb
2 x 0.05 x 27.5 = 1 x Mb x 34.5
Mb = 2.75 / 34.5 = 0.0797
Maka konsentrasi NaOH adalah 0.0797 M

Jenis Titrasi Asam Basa :


1. Asam kuat + Basa kuat

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 58


2. Asam kuat + Basa lemah

3. Asam lemah + Basa kuat

4. Asam lemah + Basa lemah

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 59


E. LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)
Larutan penyangga (buffer) disebut juga larutan penahan atau larutan dapar. Disebut
penyangga/penahan, karena larutan ini mempunyai sifat dapat menyangga/menahan pH
larutan tersebut dari pengaruh penambahan sedikit asam, sedikit basa atau pengenceran.
Note :
Larutan buffer selalu menyisakan reaktan yang bersifat lemah baik asam lemah ataupun
basa lemah dalam reaksinya.
Macam-macam Buffer :
1. Larutan Buffer Asam
Buffer asam adalah larutan yang berisi campuran antara asam lemah dengan basa
konjugasinya atau garamnya (cara langsung) atau campuran antara asam lemah dengan
basa kuat (cara tidak langsung).
Contoh :
CH3COOH + CH3COO- (asam lemah dan basa konjugasinya)
CH3COOH + CH3COONa (asam lemah dan garamnya)
CH3COOH + NaOH (asam lemah dan basa kuat)
Rumus :
mol asam
[H+] = Ka x
mol garam
Contoh :
Berapakah pH campuran dari 500 ml larutan CH3COOH 0,5 M + 200 ml larutan KOH
0,5 M Ka CH3COOH = 1,8 x 10-5
CH3COOH + KOH → CH3COOK + H2O
M 250 mmol 100 mmol
R 100 mmol 100 mmol 100 mmol 100 mmol
S 150 mmol - 100 mmol 100 mmol

150 mmol
[H+] = 1.8 x 10-5 x
100 mmol
+ -5
[H ] = 1.8 x 10 x 1.5
[H+] = 2.7 x 10-5
pH = - log [2.7 x 10-5]
= 5 – log 2.7

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 60


2. Larutan Buffer Basa
Buffer basa adalah larutan yang berisi campuran antara basa lemah dengan asam
konjugasinya atau garamnya (cara langsung) atau campuran antara basa lemah dengan
asam kuat (cara tidak langsung).
Contoh :
NH3 + NH4+ (basa lemah dan asam konjugasinya)
NH4OH + NH4Cl (basa lemah dan garamnya)
NH4OH + HCl (basa lemah dan asam kuat)
Rumus :
mol basa
[OH-] = Kb x
mol garam
Contoh :
Berapakah pH campuran dari 100 ml larutan NH4OH 0,2 M + 50 ml larutan H 2SO4 0,1
M Kb NH4OH = 10-5
2NH4OH + H2SO4 → (NH4)2SO4 + 2H2O
M 20 mmol 5 mmol
R 10 mmol 5 mmol 5 mmol 10 mmol
S 10 mmol - 5 mmol 10 mmol

10 mmol
[OH-] = 10-5 x (garam mengikat 2 jadi mol garam di kali 2)
2 x 5 mmol
[OH-] = 10-5
[OH-] = 10-5

pOH = - log [10-5] pH = 14 – 5 = 9


=5

F. HIDROLISIS
Hidrolisis berasal dari kata hidro yang berarti air dan analisis yang berarti peruraian. Jadi
hidrolisis garam adalah peristiwa penguraian garam oleh air menjadi asam dan atau basa
pembentuknya.
Note :
Larutan hidrolisis TIDAK MENYISAKAN REAKTAN. Semua reaktan habis bereaksi.
Larutan hidrolisis terbentuk dari :
1. Asam kuat + Basa lemah
Kw
[H+] =
√ Kb
Keterangan
x Mg atau [H+] = √ Kh x Mg

Kw = nilainya 10-14
Mg = Molaritas garam
Kh = tetapan hidrolisis
Contoh :
Sebanyak 10,7 gram garam NH4Cl (Mr = 53,5) dilarutkan dalam air hingga volume
larutan menjadi 500 ml.

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 61


a. Tentukan konsentrasi larutan NH4Cl!
b. Jika Kb NH4OH = 1 x 10-5 berapa pH larutan garam tersebut?
Jawab
a. Konsentrasi NH4Cl
mol gram 10.7
M= = = =0.4
volume Mr x vo lume 53.5 x 0.5
b. NH4Cl adalah garam dengan asam kuat sehingga digunakan rumus :
Kw
[H+] =
√ Kb
x Mg

10−14
+
[H ] =
+
√ 10−5
x 4 x 10−1

[H ] = √ 4 x 10−10
[H+] = 2 x 10−5

pH = - log [2 x 10-5]
= 5 – log 2

2. Basa kuat + Asam lemah


Kw
[OH-] =

Keterangan
Ka
x Mg atau [OH-] = √ Kh x Mg

Kw = nilainya 10-14
Mg = Molaritas garam
Kh = tetapan hidrolisis
Contoh :
100 ml larutan NaOH 0,1 M dicampur dengan 25 ml larutan CH 3COOH 0,4 M. (Ka
CH3COOH = 10-5)
a. Berapa pH larutan masing-masing sebelum dicampur?
b. Berapa pH larutan setelah dicampur?
Jawab

a. Larutan NaOH 0.1 M


[OH-] = b x Mb
= 1 x 10-1
pOH = 1
pH = 14 – 1 = 13

Larutan CH3COOH 0.4 M


[H+] = √ Ka x Ma
[H+] = √ 10−5 x 4 x 10−1
[H+] = √ 4 x 10−6
[H+] = 2 x 10−3
pH = - log [2 x 10-3]

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 62


= 3 – log 2

b. pH larutan campuran
CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O
M 10 mmol 10 mmol
R 10 mmol 10 mmol 10 mmol 10
mmol
S - - 10 mmol 10
mmol
Konsentrasi garam CH3COONa
M = 10 mmol / (100 + 25 mL)
= 0.08 M
pH campuran
Kw
[OH-] =
√ Ka
x Mg

10−14

-
-
[OH ] =
√ 10 −5
x 8 x 10

[OH ] = √ 10−9 x 8 x 10−2


−2

[OH-] = √ 8 x 10−11
[OH-] = 2 x 10−5.5 x √2

pOH = - log [2 x 10−5.5 x √2]


pOH = 5.5 – log 2 √ 2

pH = 14 – (5.5 – log 2 √ 2 ¿ = 8.5 + log 2 √ 2

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 63


KIMIA 8
SEL ELEKTROKIMIA

A. REAKSI REDOKS
Reaksi redoks adalah reaksi yang terjadi perubahan bilangan oksidasi. Reaksi redoks
mencakup reaksi reduksi dan oksidasi.
Reaksi reduksi adalah reaksi yang terjadi penurunan bilangan oksidasi melalui
penangkapan elektron, contohnya : Cu2+ (aq) + 2e → Cu (s)
Reaksi oksidasi adalah reaksi yang terjadi peningkatan bilangan oksidasi melalui
pelepasan elektron, contohnya : Zn (s) → Zn2+ (aq) + 2e
Reaksi autoredoks, atau reaksi disproporsionasi adalah reaksi dimana suatu zat dapat
mengalami reaksi reduksi dan oksidasi. Contoh :
Cl2 (g) + 2 KOH (aq) → KBr (aq) + KClO (aq) + 2 H2O (l)

B. PENYETARAAN REAKSI REDOKS


Cara penyetaraan reaksi redoks dengan cara perubahan bilangan oksidasi (biloks)
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
a. menyetarakan unsur-unsur yang mengalami perubahan bilangan oksdasi
b. menentukan biloks unsur-unsur tersebut dan menentukan perubahannya
c. menyamakan kedua perubahan biloks
d. menentukan jumlah muatan di ruas kiri dan di ruas kanan
e. menyamakan muatan dengan cara :
 jika muatan di ruas kiri lebih negatif maka menambahkan ion H+ sebanyak perbedaan
muatan (ini berarti reaksi berlangsung dalam suasana asam)
 jika muatan di ruas kanan lebih positif maka menambahkan ion OH- sebanyak
perbedaan muatan (ini berarti reaksi berlangsung dalam suasana basa)
f. menyamakan atom hidrogen di ruas kiri dan kanan dengan cara menambahkan H2O.
Contoh :
Reaksi : MnO4- + Br- → Mn2+ + Br2
Tahap 1 : MnO4- + 2Br- → Mn2+ + Br2
Tahap 2 : MnO4- + 2Br- → Mn2+ + Br2

Tahap 3 : MnO4- x 2 dan Br- x 5, sehingga persamaan menjadi: 2 MnO4- + 10 Br- → 2


Mn2+ + 5 Br2
Tahap 4 : 2 MnO4- + 10 Br- → 2 Mn2+ + 5 Br2 (muatan di ruas kiri -12 dan kanan +4)
Tahap 5 : di sebelah kiri lebih bermuatan negatif maka ditambahkan ion H + sebanyak 16
buah, supaya muatannya sama dengan disebelah kanan +4.
16 H+ + 2 MnO4- + 10 Br- → 2 Mn2+ + 5 Br2
Tahap 6 : 16 H+ + 2 MnO4- + 10 Br- → 2 Mn2+ + 5 Br2 + 8 H2O

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 64


Periksa jumlah atom di ruas kiri dan kanan, jika sudah setara berarti reaksinya betul.
Karena jumlah atom di sebelah kiri dan kanan sudah sama, serta muatannya juga sama
maka persamaan akhirnya adalah: 16 H+ + 2 MnO4- + 10 Br- → 2 Mn2+ + 5 Br2 + 8 H2O

C. SEL ELEKTROKIMIA
Elektode merupakan bagian penting dalam elektrokimia. Elektode ada dua, yaitu elektode
katoda dan elektode anoda. Muatan anoda dan katoda sangat tergantung dari jenis sistem
sel, yaitu sel potensial atau sel elektrolisis.
Di katoda terjadi reaksi reduksi. Sedangkan reaksi oksidasi terjadi di anoda.
Notasi sel elektrokimia → Anoda // Katoda
Contoh : Zn / Zn2+ // Cu2+ / Cu

Jembatan garam

D. DERET VOLTA
Li - K – Ba – Ca – Na – Mg – Al – Mn – Zn – Cr – Fe – Ni – Co – Sn – Pb – (H) – Cu –
Ag – Pt – Au.
Semakin ke kiri H semakin mudah teroksidasi (reduktor), semakin aktif, semakin mudah
melepas elektron. Semakin ke kanan H semakin mudah tereduksi (oksidator), semakin
tidak aktif, semakin susah melepas elektron.
Unsur sebelah kiri dapat mereduksi yg disebelah kanannya (reaksi spontan). Yg kanan tdk
dapat mereduksi sebelah kiri (reaksi tdk spontan).

E. POTENSIAL SEL
Esel = E kanan – E kiri atau Esel = E katoda – E anoda
Potensial sel dikatakan berjalan secara SPONTAN jika nilai Esel POSITIF.
E katoda > E anoda

F. JENIS-JENIS SEL ELEKTROKIMIA


1. Sel Galvani / Sel Volta
2. Sel Elektrolisis
Sel Volta Sel Elektrolisis
Muatan Katoda Positif Negatif
Muatan Anoda Negatif Positif
Reaksi Katoda Reduksi Reduksi
Reaksi Anoda Oksidasi Oksidasi
Arah aliran elektron Anoda ke Katoda Katoda ke Anoda

G. HUKUM FARADAY (F)


Q=xt
Q
F=
96500
Keterangan :
Q = Muatan listrik (Coulomb)

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 65


 = Arus listrik (Ampere)
t = waktu (detik)
F = Faraday

Perlu diingat : 1 F = 1 mol elektron


Katoda akan menghasilkan e ndapan logam sedangkan Anoda akan menghasilkan gas
Contoh :
Berapakah massa logam perak yang diendapkan jika arus listrik sebesar 5 ampere
dialirkan ke dalam larutan AgNO3 selama 2 jam? (Ar Ag = 108)
AgNO3 ↔ Ag+ + NO3-
Reaksi Katoda : Ag+ + e- → Ag
Reaksi Anoda : 2H2O → 4H+ + 4e- + O2
Q =  x t = 5 x 2 x 3600 (detik) = 36000 Coulomb
Q 36000
F= = = 0.373
96500 96500
Mol elektron = 0.373
Reaksi Katoda menghasilkan endapan logam :
Ag+ + e- → Ag
0.373

Gram Ag = mol x Mr = 0.373 x 108 = 40.29 gram

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 66


KIMIA 9
SISTEM KOLOID

Sistem Koloid adalah suatu campuran berfase dua yaitu fase terdispersi dan fase pendispersi
dengan ukuran partikel terdispersi berkisar antara 1 nm sampai dengan 100 nm.

Perbedaan Larutan, Koloid dan Suspensi :


Aspek yang
Larutan Koloid Suspensi
dibedakan
Bentuk campuran Homogen Secara makroskopis Heterogen
homogen tetapi
secara mikroskopis
heterogen
Bentuk dispersi Dispersi molekul Dispersi padatan Dispersi padatan
Penulisan (aq) (s) (s)
Ukuran partikel < 1 nm 1 – 100 nm >100 nm
Fase Satu fase Dua fase Dua fase
Fisik Jernih Keruh Keruh
Pemisahan Tidak memisah jika Tidak memisah jika Memisah jika
didiamkan didiamkan didiamkan
Penyaringan Tidak dapat disaring Dapat disaring Dapat disaring
dengan penyaring dengan kertas saring
ultra biasa
Kestabilan Sangat stabil Relatif stabil Tidak stabil

Kondensasi Dispersi

Larutan Koloid Suspensi

Pembuatan Koloid :
1. Cara Kondensasi
Pembuatan koloid secara kondensasi yaitu partikel-partikel larutan diubah menjadi partikel
besar yang berukuran koloid. Adapun cara pembentukan koloid secara kondensasi adalah
sebagai berikut :
a. Cara Hidrolisis
Sol Fe(OH)3 dibuat dengan cara menambahkan larutan FeCl3 pada air panas.
FeCl3 (aq) + 3H2O (l) → Fe(OH)3 (sol) + 3HCl (aq)
b. Dekomposisi Rangkap
Sol AgBr dibuat dengan menambahkan larutan AgNO3 dengan KBr. Selanjutnya
KNO3 yang terbentuk dihilangkan dengan cara dialisis lalu ditambahkan gelatin
sebagai emulsi.
AgNO3 (aq) + KBr (aq) → AgBr (sol) + KNO3 (aq)

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 67


c. Reaksi Redoks
2H2S (g) + SO2 (g) → 3S (s) + 2H2O (l)
d. Reaksi Substitusi
Reaksi substitusi terjadi karena adanya pertukaran ion dalam zat-zat pereaksinya.
2H3AsO3 (aq) + 3H2S (g) → As2S3 (s) + 6H2O (l)
e. Reaksi Penggaraman
Sol garam yang sukar larut seperti AgCl, AgBr, PbI 2, BaSO4 dapat membentuk partikel
koloid dengan pereaksi yang encer.
AgNO3 (aq) (encer) + NaCl (aq) (encer) → AgCl (s) + NaNO3 (aq) (encer)
f. Penggantian Pelarut
Cara ini dilakukan untuk menurunkan kelarutan suatu zat terlarut dengan cara
mengganti medium pendispersinya sehingga fase terdispersi yang semula larut akan
menjadi berukuran koloid. Misalnya pada pembuatan sol belerang. Belerang dapat
larut dalam etanol membentuk larutan. Agar terbentuk sol belerang maka belerang
harus dilarutkan dalam air sehingga partikel belerang akan terkondensasi membentuk
partikel koloid (sol belerang).

2. Cara Dispersi
Pembuatan koloid dengan cara dispersi merupakan pemecahan partikel-partikel kasar
menjadi partikel yang lebih halus atau lebih kecil dapat dilakukan secara mekanik,
peptisasi atau dengan loncatan bunga listrik (cara busur Bredig).
a. Cara Mekanik
Butir-butir kasar suspensi digerus dengan lumpung atau penggiling koloid sampai
diperoleh tingkat kehalusan tertentu kemudian diaduk dengan medium dispersi.
Contoh Sol belerang dibuat dengan menggerus serbuk belerang bersama-sama dengan
suatu zat inert (seperti gula pasir), kemudian mencampur serbuk halus itu dengan air
membentuk hidrosol.
b. Cara Homogenisasi
Menggunakan alat atau mesin homogenisasi. Contoh : pembuatan susu. Partikel lemak
dari susu diperkecil sampai ukuran koloid dengan cara melewatkan melalui lubang
berpori dengan tekanan tinggi. Jika ukuran partikel sudah sesuai dengan ukuran koloid
selanjutnya didispersikan ke dalam medium pendispersinya
c. Cara Peptisasi
 Agar-agar dipeptisasi oleh air
 Nitroselulosa dipeptisasi oleh aseton
 Karet dipeptisasi oleh bensin
 Endapan Al(OH)3 dipeptisasi oleh AlCl3
 Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S
d. Cara Busur Bredig (Dispersi Elektrolitik)

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 68


Jenis Koloid Berdasarkan Fase Terdispersi dan Pendispersi
Fase Medium Nama Koloid Contoh
Terdispersi Pendispersi
Padat Padat Sol Padat Kaca berwana, intan
hitam
Padat Cair Sol Cair (sol) Cat, tinta, sol emas,
tepung dalam air, sol
belerang, sol kanji,
sol sabun
Padat Gas Aerosol Padat Asap, debu, udara
Cair Padat Emulsi Padat (Gel) Jelly, keju,
margarine, mentega,
mutiara, agar-agar,
selai
Cair Cair Emulsi Susu, mayones,
lotion, santan,
minyak ikan
Cair Gas Aerosol Cair Awan, kabut, cat
semprot, semprotan
parfum, obat
nyamuk semprot
Gas Padat Buih Padat Batu apung,
marsmallow,
styrofoam, karet
busa
Gas Cair Buih Busa sabun, krim
kocok, krim putih
telur kocok

Jenis Koloid Berdasarkan Ion Teradsorpsi pada Partikel Koloid


1. Koloid Positif
Partikel koloid mengadsorpsi ion positif
2. Koloid Negatif
Partikel koloid mengadsorpsi ion negatif

Jenis Koloid Berdasarkan Interaksi Zat Terdispersi dan Medium Pendispersi


1. Koloid Liofil
Sistem koloid yang fase terdispersinya suka menarik medium pendispersinya disebut
koloid liofil. Koloid ini umumnya lebih kental dibandingkan mendium pendispersinya.
Interaksi antara zat terdispersi dan medium pendispersinya kuat. Contohnya : Lem karet,
kanji, sabun, agar, susu, santan.
2. Koloid Liofob
Sistem koloid yang fase terdispersinya tidak suka menarik medium pendispersinya disebut
koloid liofob. Koloid ini mempunyai kekentalan yang hampir sama dengan medium

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 69


pendispersinya. Interaksi antara zat terdispersi dan medium pendispersi lemah. Contoh :
Sol belerang, sol emas, sol AgCl, sol CaCO3, sol Fe(OH)3.

Koloid Liofil Koloid Liofob


Mengadsorpsi mediumnya Tidak mengadsorpsi mediumnya
Dapat dibuat dengan konsentrasi yang relatif Hanya stabil pada konsentrasi kecil
besar
Tidak mudah menggumpal Mudah menggumpal
Viskositas lebih besar daripada mediumnya Viskositas hampir sama dengan mediumnya
Tegangan permukaan kecil Tegangan permukaan mirip medium
pendispersinya
Bersifat reversibel Bersifat tidak reversibel
Efek Tyndall lemah Efek Tyndall lebih jelas
Tidak menunjukkan gerak Brown Menunjukkan gerak Brown yang jelas
Partikel tidak dapat dilihat dengan mikroskop Partikel dapat dilihat dengan mikroskop ultra
ultra
Tidak menunjukkan peristiwa elektroforesis Menunjukkan peristiwa elektroforesis

Sifat-sifat Koloid
1. Gerak Brown
Jika diamati dalam cahaya, partikel koloid akan bergerak secara terus menerus dan acak
(zig-zag). Gerakan partikel koloid ini disebut sebagai Gerak Brown. Gerak Brown ini
dipengaruhi oleh ukuran partikel dan suhu. Semakin besar ukuran partikel koloid, maka
gerak Brown akan semakin lambat dan sebaliknya semakin kecil partikel koloid, gerak
Brown akan semakin cepat. Untuk suhu, semakin tinggi suhu sistem koloid maka gerak
Brown akan semakin cepat dan sebaliknya semakin rendah suhu sistem koloid maka gerak
Brown akan semakin lambat.Gerak Brown bermanfaat untuk menjaga kestabilan partikel
koloid dalam medium pendispersinya sehingga tidak akan terjadi pengendapan partikel
koloid yang disebabkan oleh adanya gaya gravitasi.
2. Efek Tyndall
Koloid dapat menghamburkan cahaya. Proses penghamburan cahaya pada sistem koloid
disebut dengan Efek Tyndall. Efek Tyndall terjadi disebabkan oleh partikel-partikel koloid
yang cukup besar untuk memantulkan dan menghamburkan sinar ke sekitarnya. Contoh :
warna langit siang hari (penghamburan cahaya oleh molekul udara di atmosfer
menyebabkan langit berwarna biru), cahaya kendaraan akan dihamburkan oleh kabut atau
udara sehingga cahaya lampu akan tampak lebih terang.
3. Sifat Listrik
Kestabilan koloid ditentukan oleh muatan listrik yang dikandung partikel koloid. Pada
umumnya partikel koloid mempunyai muatan yang sejenis yang mengakibatkan timbulnya
gaya tolak menolak antarpartikel koloid. Gaya tolak menolak ini akan mengakibatkan
partikel koloid tidak saling bergabung dan mengendap sehinffa partikel koloid akan
menjadi stabil.
4. Koagulasi
Koloid dapat mengalami koagulasi atau penggumpalan atau membentuk endapan. Ada
beberapa cara untuk melakukan koagulasi diantaranya :
a. Cara Fisik/Mekanik

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 70


Pengadukan, pemanasan atau pendinginan
b. Cara Penambahan Zat Elektrolit
Contoh : Asam asetat dapat mengkoagulasikan partikel-partikel karet alam dalam
lateks
c. Pencampuran dua jenis sistem koloid yang bermuatan berlawanan
Contoh : Campuran Fe(OH)3 yang bermuatan positif dengan As2S3 yang bermuatan
negatif akan menggumpal.
5. Adsorpsi
Partikel koloid memiliki sifat adsorpsi (penyerapan) terhadap partikel atau ion atau
senyawa yang lain. Contoh peristiwa adsorpsi adalah penyerapan air oleh kapur tulis.
Contoh lainnya adalah sol Fe(OH)3 dalam mengadsorpsi ion positif sehingga koloid
bermuatan positif sedangkan sol As2S3 mengadsorpsi ion negatif sehingga koloid
bermuatan negatif. Adsorpsi koloid ini digunakan dalam proses pemurnian gula tebu,
pembuatan obat norit dan proses penjernihan air minum.

Pemurnian Koloid
1. Dialisis
Pada proses pembuatan koloid sering dijumpai adanya ion pengganggu yang mengganggu
kestabilan koloid. Ion-ion pengganggu ini dapat dihilangkan melalui proses Dialisis.
Dialisis merupakan proses pemurnian koloid. Contoh proses dialisis yang terjadi di dalam
tubuh manusia adalah kerja ginjal.
2. Ultrafiltrasi
Medium pendispersinya dipaksa menembus membran semipermeabel dengan bantuan
pompa air atau pompa vakum.
3. Elektroforesis
Elektroforesis adalah proses pemisahan koloid yang bermuatan dengan bantuan arus listrik
sehingga partikel koloid akan mengalir ke elektroda yang muatannya berlawanan dan
mengalami koagulasi pada elektroda tersebut. Contoh : pencampuran koloid Fe(OH) 3 yang
berwarna merah dengan As2S3 berwarna kuning, jika suatu elektroda yang bermuatan
listrik dimasukkan ke dalam campuran maka Fe(OH)3 akan menuju katoda sehingga
Fe(OH)3 bermuatan negatif dan As2S3 mengumpul di anoda sehingga As2S3 bermuatan
positif.

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 71


KIMIA 10
KIMIA UNSUR

A. HALOGEN

- Golongan yang sangat reaktif dalam menerima elektron


- Keelektronegatifan halogen makin ke atas makin besar.
- Jari-jari atom halogen makin keatas makin kecil sehingga gaya tarik menariknya
makin kecil. Titik didih dan titik lelehnya makin ke atas makin kecil kecuali HF
memiliki titik didih tinggi karena dapat berikatan hidrogen.
- Wujud halogen : Fluor dan klor (gas), brom (cair), iodium dan astatin (padat)
- Halogen bertindak sebagai oksidator kuat. Makin keatas makin kuat oksidatornya bisa
dilihat dari data potensial reduksinya
F2 + 2e- → 2F- ; Eo = +2,87 V
Cl2 + 2e- → 2Cl- ; Eo = +1,36 V
Br2 + 2e- → 2Br- ; Eo = +1,07 V
I2 + 2e- → 2I- ; Eo = +0,54 V
- Halogen (bebas/diatomik) yang berada diatas dapat bereaksi dengan halida (ion
halida) yang berada dibawahnya. Contoh reaksi yang dapat berlangsung adalah F 2 +
2Cl- → 2F- + Cl2
- Halogen memiliki bilangan oksidasi lebih dari satu kecuali fluor.
- Keasamannya makin ke bawah makin kuat.
- Asam oksihalida bersifat oksidator. Makin banyak atom O yang diikat maka oksidator
makin kuat, begitu pula dengan keasamannya. HClO < HClO2 < HClO3 < HClO4
- Kegunaan :
 CCl2F2 (Freon) : pendingin pada lemari es dan AC
 NaF (Natrium fluorida) : obat penguat pada kayu
 DDT (Dikloro Difenil Trikloro Etana) : insektisida
 PVC (Polivinil klorida) : bahan plastik untuk pipa pralon
 NaClO (kaporit) : desinfektan
ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 72
 KClO3 : bahan untuk korek api
 KCl : Pupuk
 NaBr : Obat penenang

- Pembuatan :
 Klor dibuat dengan cara oksidasi menggunakan campuran MnO2, NaCl dan H2SO4
pekat serta elektrolisis dengan NaCl.
 Brom dibuat dengan cara oksidasi menggunakan gas Cl2.
 Iodium dibuat dengan cara reduksi dengan menambahkan NaHSO3.

B. GAS MULIA

- Radon bersifat radioaktif.


- Energi ionisasinya sangat tinggi sehingga sukar bereaksi dengan unsur lain.
- Titik leleh dan titik didihnya sangat rendah namun baik titik leleh dan titik didihnya
makin ke bawah makin tinggi.
- Bersifat monoatomik

C. ALKALI DAN ALKALI TANAH

- Alkali golongan 1A, Alkali tanah golongan 2A.


- Mudah melepaskan elektron.
- Bersifat sebagai reduktor kuat. Sifat reduksinya makin ke kiri makin kuat dan makin
ke bawah makin kuat. Jadi sifat reduktor alkali lebih kuat dari alkali tanah.
- Mudah bereaksi dengan air kecuali Be.
- Oksidanya dalam air bersifat basa sehingga disebut oksida basa. Contoh :
Na2O + H2O → 2 NaOH
- Logam alkali tanah dapat bereaksi dengan gas nitrogen pada suhu. Sedangkan alkali
hanya logam Li yang dapat bereaksi dengan gas nitrogen.

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 73


- Logam alkali sifat kelogamannya lebih kuat dibandingkan alkali tanah. Makin ke
bawah makin kuat sifat logamnya.
- Kegunaan :
 NaOH : Soda api, bahan baku pembuatan sabun, detergen
 Na2CO3 : Natrium karbonat, bahan soda untuk minuman
 NaHCO3 : Natrium bikarbonat, soda kue.
 MgO : Magnesium oksida, Obat mag
 MgSO4 : Magnesium sulfat, Obat diare
 CaO : Kalsium oksida, kapur tohor
 CaC2 : Kalsium karbida, membuat gas asetilen
- Pembuatan :
 Logam alkali dan alkali tanah dibuat dengan elektrolisis cairan garamnya.

D. UNSUR PERIODE KETIGA

- Unsur periode ketiga terdiri atas Natrium, Magnesium, Aluminium, Silikon, Fosfor,
Belerang dan Klor.
- Jari-jari atom dari Na ke Cl makin kecil berarti makin mudah menerima elektron atau
sifat oksidatornya makin kuat.
- Makin ke kiri sifat logamnya makin kuat. Na, Mg dan Al (logam), Si (semilogam), P,
S dan Cl (non logam)
- Sifat basa makin ke kiri makin kuat.
- Pembuatan :
 Natrium dibuat dengan cara elektrolisis leburan NaCl.
 Magnesium dibuat dengan cara elektrolisis lelehan MgCl2.
 Aluminium dibuat dengan cara elektrolisis dari bauksit yang murni.
 Silikon dibuat dengan cara mereduksi SiO2 dengan karbon.
 Fosfor dibuat dengan proses wohler menggunakan SiO2.

E. UNSUR TRANSISI PERIODE KEEMPAT

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 74


- Bersifat logam.
- Bilangan oksidasi positif dan umumnya lebih dari satu.
- Dapat membentuk senyawa kompleks. Contoh K4[Fe(CN)6] namanya kalium (IV)
heksasianidoferat, [CoCl2(NH3)4]Cl namanya tetraamin dikloro kobalt (III) klorida.
- Pada umumnya senyawanya berwarna.
- Dapat digunakan sebagai katalisator.

- Pembuatan :
 Tembaga dibuat dengan proses redoks.
 Besi dibuat dengan proses tanur tinggi

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 75


KIMIA 11
UNSUR-UNSUR RADIOAKTIF

A. STRUKTUR INTI
x
zA

Z = Nomor atom = jumlah proton = jumlah elektron


X = Nomor massa = Jumlah proton + jumlah neutron.

Atom yang memiliki jumlah proton sama tetapi jumlah neutronnya berbeda disebut
Isotop.
Contoh :
12
6C dan 146C
Proton : 6 6
Neutron : 12-6 = 6 14-6 = 8

Atom yang memiliki jumlah (proton + neutron) sama tetapi jumlah protonnya berbeda
disebut Isobar.
Contoh :
14
6C dan 147 N
Proton + Neutron : 14 14
Proton : 6 7

Atom yang memiliki jumlah neutron yang sama disebut Isoton.


Contoh :
14
6C dan 168O
Proton : 6 8
Neutron : 14-6 = 8 16-8 = 8

B. JENIS EMISI RADIASI OLEH INTI RADIOAKTIF


Massa
Radiasi Muatan Simbol Tipe
Pendekatan ()
Alfa 4 +2 α ( 42He ) Partikel
Beta 0 -1 β ( −10e ) Partikel
Radiasi Elektro
Gamma 0 0 γ
magnetik
ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 76
Neutron 1 0 ( 10n ) Partikel
1 1
Proton 1 +1 1 p (1 H )
Partikel
Positron 0 +1 ( 01e ) Partikel

C. PELURUHAN
Proses peluruhan dari unsur radioaktif menjadi unsur lain disebut Peluruhan. Kecepatan
peluruhan unsur radioaktif mengikuti kinetika orde satu dan tidak dipengaruhi oleh
temperatur maupun tekanan.
Rumus Peluruhan adalah sebagai berikut :
Ao kt
log =
A 2.303
atau
A
=¿
Ao

0.693
k=
t1
2

Keterangan :
Ao : Banyaknya zat mula-mula
A : Banyaknya zat yang tersisa pada saat t waktu
t : Waktu peluruhan
t1/2 : Waktu paruh (waktu yg diperlukan zat untuk meluruh sehingga zat aktif tinggal
separuh bagian)
k : Konstanta peluruhan (waktu -1)

Contoh Soal :
1. Suatu zatt radioaktif X mempunyai waktu paruh 2 tahun. Jika zat radioaktif X tersebut
mula-mula 20 gram, berapa gram zat radioaktif X yang tertinggal setelah 6 tahun?
Cara Pertama
Pertama cari k terlebih dahulu
0.693 0.693
k= = =0.3465tahu n−1
t1 2 tahun
2

Kedua cari log Ao/A


Ao kt 0.3465 x 6
log = = =0.9027
A 2.303 2.303
Lalu cari A
Ao
=antilog 0.9027=8
A
Ao 20
A= = =2.5
8 8

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 77


Cara Kedua
A
=¿
Ao
A
=¿
20
A 13
=
20 2
A 1
=
20 8
20
A= =2.5
8
Jadi zat radioaktif yang tertinggal setelah 6 tahun adalah 2.5 gram.

2. Sebanyak 0.02 gram X disimpan sehingga sisanya tinggal 0.01 gram. Jika waktu
paruh X adalah 5 hari, tentukan lama X disimpan?
A
=¿
Ao
0.01
=¿
0.02
1 1 5t
=
2 2
t
=1
5
t=5 hari

D. PENGGUNAAN ISOTOP RADIOAKTIF


1. Radioisotop untuk analisis
a. Analisis Pengaktifan
Bermacam-macam zat dalam jumlah sedikit dapat dianalisis dengan pengaktifan
neutron. Penyinaran neutron pada sampel dapat mengubah beberapa atom menjadi
isotop radioaktif sehingga dapat diketahui konsentrasi masing-masing zat
penyusunnya.
b. Analisis dengan Metode Pelarutan Isotop
Kelarutan air dalam benzena atau hidrokarbon yang lain sangat kecil jika diukur
dengan metode fisika atau kimia saja. Dengan jumlah tertentu dari isotop radioaktif
tritium (3H) sebagai tritium oksida, dapat diketahui kelarutan air dalam benzena
atau hidrokarbon yang lain dengan cara mengukur aktivitasnya.
2. Radioisotop sebagai Perunut (Pelacak)
Radioisotop yang biasa digunakan sebagai perunut antara lain 3H, 11C, 13N, 15O, 22Na,
24
Na, 32P, 45Ca, 59Fe, 60Co, 64Cu, 82Br, 131I dan 203Hg.

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 78


KIMIA 12
KIMIA ORGANIK

A. JENIS IKATAN ATOM C DALAM RANTAI KARBON


1. IKATAN TUNGGAL (ALKANA CnH2n+2)
Ikatan antara 2 atom C dengan menggunakan sepasang elektron bersama.

2. IKATAN RANGKAP DUA (ALKENA CnH2n)


Ikatan antara 2 atom C dengan menggunakan 2 pasang elektron bersama.

3. IKATAN RANGKAP TIGA (ALKUNA CnH2n-2)


Ikatan antara 2 atom C dengan menggunakan 3 pasang elektron bersama.

B. BENTUK RANTAI KARBON


1. RANTAI TERBUKA (ALIFATIS)

2. RANTAI TERTUTUP

C. POSISI ATOM C PADA RANTAI KARBON


Berdasarkan jumlah atom C yang diikat, posisi atom C dapat dibedakan menjadi empat
macam:
1. Atom C primer, yaitu atom C yang terikat dengan 1 atom C lain
2. Atom C sekunder yaitu atom C yang terikat dengan 2 atom C lain
3. Atom C tersier yaitu atom C yang terikat dengan 3 atom C lain
4. Atom C kuartener, yaitu atom C yang terikat dengan 4 atom C lain
Perhatikan posisi atom-atom C dalam rantai karbon di bawah ini!

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 79


Atom C primer : atom C nomor 1, 6, 7, 8, 9
Atom C sekunder : atom C nomor 2 dan 4
Atom C tersier : atom C nomor 5
Atom C kuartener : atom C nomor 3

D. GUGUS FUNGSI

E. TATA NAMA SENYAWA ORGANIK


1. ALKANA, ALKENA DAN ALKUNA

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 80


2. HALOALKANA
Haloalkana adalah senyawa alkana yang salah satu atau lebih atom H diganti dengan
atom halogen (F, Cl, Br, I).

3. ALKANOL (ALKOHOL)
Alkanol (alkohol) mengandung gugus fungsi hidroksil (R-OH). Menurut IUPAC,
penamaan alkohol diperoleh dengan cara mengganti akhiran –a pada alkana rantai
terpanjang dengan akhiran –ol misalnya CH3OH (metanol).

4. ALKOKSIALKANA (ETER)
Alkoksialkana mengandung gugus fungsi eter (R-O-R). Eter merupakan turunan dari
alkohol dimana atom H pada –OH diganti dengan gugus alkil –OR.

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 81


5. ALKANAL (ALDEHID)
Alkanal mengandung gugus fungsi aldehid. Menurut IUPAC, penamaan alkanal
diperoleh dengan cara mengganti akhiran –a pada alkana rantai terpanjang dengan
akhiran –al.

6. ALKANON (KETON)

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 82


Alkanon mengandung gugus fungsi keton. Menurut IUPAC, penamaan alkanon
diperoleh dengan cara mengganti akhiran –a pada alkana rantai terpanjang dengan
akhiran –on.

7. ASAM ALKANOAT (ASAM KARBOKSILAT)


Asam karboksilat mengandung gugus fungsi karboksil. Menurut IUPAC, penamaan
asam alkanoat diperoleh dengan cara mengganti akhiran –a pada alkana rantai
terpanjang dengan akhiran –oat.

8. ALKIL ALKANOAL (ESTER)


Alkil alkanoat mengandung gugus fungsi ester ( ). Menurut IUPAC, penamaan alkil
alkanoat diperoleh dengan cara mengganti awalan asam dengan nama gugus alkil
pengganti H pada RCOOH diikuti nama gugus karboksilatnya.

F. ISOMER

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 83


1. ISOMER STRUKTUR
Isomer struktur adalah isomer yang disebabkan oleh perbedaan struktur ikatan pada
atom-atomnya.
a. Isomer Rangka
Isomer yang disebabkan oleh perbedaan kerangka karbonnya.

b. Isomer Posisi
Isomer yang disebabkan oleh perbedaan posisi (letak) gugus fungsinya.

c. Isomer Gugus Fungsi


Isomer yang disebabkan oleh perbedaan gugus fungsinya.

2. ISOMER RUANG
a. Isomer Geometri (cis-trans)
Kedudukan yang sejajar dengan ikatan rangkap disebut bentuk cis sedangkan
kedudukan yang berseberangan dengan ikatan rangkap disebut bentuk trans.

b. Isomer Optik
Isomer yang disebabkan oleh perbedaan arah pemutaran bidang polarisasi cahaya.
Zat yang memutar bidang polarisasi cahaya ke kanan (searah dengan jarum jam)
disebut dengan bentuk dekstro (d) atau +, sedangkan zat yang memutar bidang
polarisasi cahaya ke kiri (berlawanan arah jarum jam) disebut bentuk levo (l) atau
-. Terjadinya isomer optis salah satunya disebabkan oleh adanya atom C asimetris
yaitu atom C yang mengikat 4 atom/gugus yang berbeda.

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 84


KIMIA 13
SENYAWA ORGANIK

A. REAKSI PEMBENTUKAN SENYAWA ORGANIK


1. Reaksi Substitusi
Reaksi yang melibatkan penggantian atom. Contoh :

2. Reaksi Adisi
Reaksi pemutusan ikatan rangkap menjadi ikatan tunggal. Contoh :

3. Reaksi Eliminasi
Reaksi pembentukan ikatan rangkap. Contoh :

4. Reaksi Oksidasi
Reaksi yang melibatkan oksidator seperti KMnO4.
- Alkohol Primer → Aldehid → Asam Karboksilat

- Alkohol Sekunder → Keton


ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 85
- Alkohol Tersier tidak dapat mengalami oksidasi

5. Reaksi Reduksi
Reaksi yang melibatkan reduktor seperti H2. Reaksi ini berkebalikan dari reaksi
oksidasi.
- Asam karboksilat → Aldehid → Alkohol Primer
- Keton → Alkohol Sekunder
6. Reaksi Esterifikasi
Reaksi antara asam karboksilat dan alkohol yang menghasilkan senyawa ester

7. Reaksi Kondensasi dan Hidrolisis


Reaksi kondensasi adalah reaksi yang menghasilkan air. Sedangkan reaksi hidrolisis
adalah reaksi yang memerlukan air.

B. BENZENA DAN TURUNANNYA


Benzena merupakan senyawa hidrokarbon yang mempunyai rumus molekul C6H6.
Keenam rantai karbon membentuk rantai tertutup dengan ikatan rangkap yang berselang-
seling.

Sifat-sifat benzena :
1. Kurang reaktif
2. Tidak mudah mengalami reaksi adisi, oksidasi dan reduksi.
3. Dapat mengalami reaksi substitusi

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 86


Turunan dari Benzena adalah sebagai berikut :

Posisi substitusi dari Benzena :

Kegunaan Turunan Benzena :


1. Nitrobenzena : Digunakan untuk pembuatan anilina
2. Nitrotoluena : Digunakan untuk bahan peledak
3. Asam Benzena Sulfonat : Digunakan untuk pembuatan detergen sintetik
4. Fenol : Digunakan sebagai bahan baku aspirin dan plastik
5. Asam Benzoat : Digunnakan untuk sintesis zat warna dan juga pengawet bahan
makanan karena mempunyai sifat antiseptik
6. Etil Benzena : Digunakan untuk pembuatan stirena sebagai bahan baku pembuatan
plastik
7. Metil Salisilat : Digunakan sebagai penyedap atau pengharum

8. Sulfonamid : Sebagai zat antiinfeksi

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 87


C. KARBOHIDRAT
Karbohidrat dibuat oleh tanaman melalui proses fotosintesis.

Berdasarkan proses hidrolisisnya, karbohidrat dibedakan menjadi :


1. Monosakarida, karbohidrat yang tidak dapat di hidrolisis menjadi lebih kecil lagi.

2. Disakarida, karbohidrat yang jika dihidrolisis menghasilkan 2 monosakarida


- Sukrosa → Glukosa + Fruktosa
- Laktosa → Glukosa + Galaktosa
- Maltosa → Glukosa + Glukosa
3. Oligosakarida, karbohidrat yang jika dihidrolisis menghasilkan 2-10 monosakarida
4. Polisakarida, karbohidrat yang jika dihidrolisis menghasilkan lebih dari 10
monosakarida. Contoh : Pati, Selulosa

D. PROTEIN
Protein merupakan senyawa yang massa molekul relatifnya besar dan tersusun dari
rangkaian asam-asam amino. Asam amino mengandung 2 gugus fungsional yaitu gugus
karboksil (-COOH) dan gugus amin (-NH2). Karena gugus amin bersifat basa dan gugus
karboksil bersifat asam maka asam amino ini bersifat amfoter.

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 88


Berikut ini adalah senyawa asam amino :

Beberapa reaksi warna protein :


1. Reaksi Biuret
Jika terbentuk warna merah muda atau ungu maka terdapat protein.
2. Reaksi Milion
Terbentuk warna merah jika mengandung protein
3. Reaksi Xantoprotein
Terbentuk warna kuning hingga jingga jika protein mengandung asam amino yang
mengandung inti benzena
4. Tes terhadap Belerang (Pb)
Terbentuk endapan cokelat sampai hitam jika terdapat protein.

E. LEMAK

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 89


Lemak merupakan komponen utama pada sel penyimpan lemak. Lemak cair sering disebut
sebagai minyak. Minyak dan lemak adalah ester gliserol dengan asam-asam lemak baik
jenuh maupun tidak jenuh.

Makin banyak asam lemak jenuh maka makin tinggi titik leburnya dan sebaliknya.

F. NITROGEN
1. Amonia NH3, merupakan bahan pembuatan pupuk
2. Hidrazina N2H4, merupakan bahan pembentuk busa
3. Amonium Sulfat (NH4)2SO4, digunakan dalam pengolahan air dan pembuatan pupuk

ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT Page 90

Anda mungkin juga menyukai