DISUSUN OLEH
ELSA FITRIA APRIANI, M.FARM., APT
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
KIMIA 1
STRUKTUR ATOM DAN IKATAN KIMIA
Jumlah orbital dalam setiap kulit sama dengan n2, n adalah bilangan kuantum utama.
Contoh jumlah orbital pada kulit L (n=2) adalah 22 yaitu 4.
Untuk mempermudah, maka suatu orbital digambarkan dengan segi empat dan kedua
elektron yang terdapat dalam orbital ini berputar mengelilingi sumbu dengan arah
berlawanan yang digambarkan dengan 2 anak panah dan arahnya berlawanan.
Berdasarkan uraian arah rotasi, maka kita dappatt mengetahui bahwa dalam satu orbital
(kotak) maksimum memiliki 2 elektron. Berikut hubungan dari keempat bilangan
kuantum :
2. Orbital p
Orbital p memiliki nilai ℓ sebanyak tiga yaitu -1, 0 dan +1 sehingga orbital p terdiri atas
tiga orbital yaitu px, py dan pz.
3. Orbital d
Orbital d memiliki nilai ℓ sebanyak lima yaitu -2, -1, 0, +1, dan +2. Masing-masing
orbital dinyatakan sebagai dxy, dxz dan dyz sedangkan dua orbital lagi terletak pada
sumbu koordinat cartesius yang masing-masing orbital dinyataka sebagai dx2-y2 dan dz2.
Bentuk kelima orbital digambarkan sebagai berikut :
F. Konfigurasi Elektron
1. Aturan Aufbau
Aturan aufbau menyatakan urutan energi orbital dari yang rendah menuju energi yang
tinggi. Urutan bertambahnya energi orbital digambarkan pada gambar di bawah ini :
Nomor atom unsur K adalah 19. Sehingga jumlah elektron atom K sebanyak 19.
Jenis subkulit 1s, 2s, 2p, 3s, 3p, 4s.
Misalnya 12Mg mempunyai konfigurasi [Ne] 3s2 (Ne sudah memiliki 10 elektron berarti
kurang 2 elektron lagi).
2. Larangan Pauli
Elektron-elektron tidak boleh memiliki empat bilangan kuantum yang sama. Aturan ini
disebut Prinsip larangan Pauli. Makna dari larangan Pauli adalah jika elektron-elektron
memiliki ketiga bilangan kuantum (n, ℓ, m) sama maka elektron-elektron tersebut tidak
boleh berada dalam orbital yang sama pada waktu bersamaan. Akibatnya, setiap orbital
hanya dapat dihuni maksimum dua elektron dan arah spinnya harus berlawanan.
Jumlah elektron dalam setiap orbital maksimum dua dan jumlah orbital pada kulit ke-n
adalah n2 maka jumlah maksimum elektron pada kulit ke-n adalah 2n2.
3. Aturan Hund
Orbital-orbital dengan energi yang sama, masing-masing diisi terlebih dahulu oleh satu
elektron arah (spin) yang sama atau setelah semua orbital masing-masing terisi satu
elektron kemudian elektron akan memasuki orbital-orbital secara urut dengan arah
(spin) yang berlawanan.
3. Elektronegativitas
4. Afinitas Elektron
Afinitas elektron adalah energi yang menyertai proses penambahan 1 elektron pada
satu atom netral dalam wujud gas, sehingga terbentuk ion bermuatan –1. Afinitas
elektron juga dinyatakan dalam kJ mol–1. Unsur yang memiliki afinitas elektron
bertanda negatif, berarti mempunyai kecenderungan lebih besar dalam menyerap
elektron daripada unsur yang afinitas elektronnya bertanda positif. Makin negatif nilai
afinitas elektron, maka makin besar kecenderungan unsur tersebut dalam menyerap
elektron (kecenderungan membentuk ion negatif).
L. Teori Hibridisasi
Hibridisasi adalah proses pencampuran orbital-orbital atom membentuk orbital baru
dengan tingkat energi berada di antara orbital-orbital yang dicampurkan. Orbital hasil
pencampuran dinamakan orbital hibrida.
Contoh :
M.Gaya Antarmolekul
Gaya antarmolekul adalah gaya aksi di antara molekul-molekul yang menimbulkan tarikan
antarmolekul dengan berbagai tingkat kekuatan. Pada suhu tertentu, kekuatan tarikan
antarmolekul menentukan wujud zat, yaitu gas, cair, atau padat. Kekuatan gaya
antarmolekul lebih lemah dibandingkan ikatan kovalen maupun ikatan ion. Ikatan kimia
dan gaya antarmolekul memiliki perbedaan. Ikatan kimia merupakan gaya tarik menarik di
antara atom-atom yang berikatan, sedangkan gaya antarmolekul merupakan gaya tarik
menarik di antara molekul.
2. Gaya London
Gaya London adalah gaya yang terjadi pada atom atau molekul, baik polar maupun
nonpolar. Gaya London atau disebut juga gaya dispersi, yaitu gaya yang timbul akibat
dari pergeseran sementara (dipol sementara) muatan elektron dalam molekul homogen.
Gaya London adalah gaya antaraksi antaratom atau molekul yang memiliki dipol
sementara dengan jarak yang sangat berdekatan satu sama lain. Kekuatan gaya London
dipengaruhi oleh ukuran, bentuk molekul, dan kemudahan distorsi dari awan elektron.
Contohnya pentana, neopentana.
3. Ikatan Hidrogen
Ikatan hidrogen merupakan ikatan yang terjadi antara atom hidrogen dengan atom
unsur lain yang memiliki keelektronegativitas tinggi seperti F,O, N dan Cl. Adanya
ikatan hidrogen menyebabkan beberapa keteraturan kenaikan titik didih.
1
unsur tersebut dengan x massa satu atom 12C.
12
Satuan untuk massa relatif unsur adalah sma (satuan massa atom)
1 sma setara dengan 1.6604 x 10-24 gram.
Contoh Soal :
Tentukan massa atom relatif unsur N dan Na bila diketahui massa rata-rata 1 atom =
14.0067 sma dan massa rata-rata 1 atom Na = 22.29 sma.
massa 1 atom N
a. Ar N : 1
x massa 1atom 12C
12
14.00667 sma
:
1 sma
: 14.0067
massa 1atom Na
b. Ar Na : 1
x massa 1atom 12C
12
22.29 sma
:
1 sma
: 22.29
Massa molekul relatif (Mr) suatu molekul X adalah perbandingan antara massa satu
1
molekul X dengan x massa satu atom 12C.
12
Massa 1 molekul atau senyawa X merupakan jumlah massa dari atom-atom penyusun
molekul X.
Dari data di atas ternyata, untuk massa S yang sama, perbandingan massa O yaitu 2 : 3,
yang merupakan bilangan bulat dan sederhana.
Contoh Soal :
Reaksi pembentukkan ammonia N2 (g) + 3H2 (g) 2NH3 (g)
Pada temperatur dan tekanan tertentu direaksikan 2 liter gas nitrogen dengan 3 liter gas
hidrogen.
a. Berapa liter gas nitrogen dan gas hidrogen yang bereaksi? Adakah zat yang tidak
bereaksi? Jika ada, zat apa dan berapa liter jumlahnya?
b. Berapa liter gas amonia yang terbentuk?
Penyelesaian.
Jika kita menggunakan data gas nitrogen 2 liter maka jumlah gas hidrogen adalah 6
liter, ini tidak mungkin karena gas hidrogen hanya ada 3 liter.
5. Hipotesis Avogadro
Hipotesis avogadro dikemukakan oleh Amadeo Avogadro. Hipotesis avogadro
berbunyi: “Pada temperatur dan tekanan yang sama, gas-gas yang volumenya
sama akan mempunyai jumlah molekul yang sama.”
Contoh Soal :
Pada temperatur dan tekanan tertentu, 1 liter gas oksigen mengandung 1.0 x 10 22
molekul gas oksigen. Pada temperatur dan tekanan yang sama :
a. Berapa banyak molekul gas klorin yang terdapat dalam 2 liter gas klorin ?
b. Berapa liter volume gas hidrogen klorida bila mengandung 5.0 x 1022 molekul ?
Penyelesaian :
a. Sesuai hipotesis avogadro maka 1 liter gas oksigen mengandung 1.0 x 10 22 molekul
sehingga 1 liter gas klorin juga mengandung 1.0 x 1022 molekul.
2 liter gas klorin akan mengandung 2 x 1.0 x 1022 molekul = 2.0 x 1022 molekul
D. Konsep Mol
Satu mol suatu zat adalah banyaknya partikel dalam suatu zat di mana jumlahnya sama
dengan banyaknya atom yang terdapat dalam 12 gram 12C.
Contoh Soal :
Berapa gramkah massa 2 mol gas amonia, NH3 (Ar H=1, N=14)?
Contoh Soal :
1) Pada suhu dan tekanan tertentu, 2 liter gas O2 (Mr = 32) massanya 3,2 gram.
Berapa volum 7,5 gram gas NO (Mr = 30 ) pada keadaan tersebut?
Volume gas O 2 MolO 2
=
Volume gas NO Mol NO
3.2
2 32
=
Volume gas NO 7.5
30
Volume NO = 5 Liter
2) Dalam suatu tabung yang bervolum 1 liter diisi 8 gram gas oksigen (O 2). Jika
pada keadaan yang sama tabung tersebut diisi gas nitrogen, (N 2) berapa massa gas
nitrogen tersebut? Ar N =14, O = 16
Karena volumenya sama maka mol gas oksigen = mol gas nitrogen
Mol gas oksigen = Mol gas nitrogen
gram O2 gram N 2
=
Mr O2 Mr N 2
8 gram N 2
=
2 x 16 2 x 14
8 x 28
gram N 2 = =7 gram
32
1
P : tekanan gas (atm) 1 mmHg = atm
760
V : volume gas (liter)
n : mol gas
R : tetapan gas ideal (= 0,082 liter atm/moloK)
T : suhu mutlak (= oC + 273)oK
Suhu 0oC (273 K) dan tekanan 1 atmosfer dikenal sebagai keadaan standar atau STP
(Standard Temperature and Pressure). Jadi volum 1 mol gas pada keadaan standar
disebut Volum Molar Standar.
Contoh Soal :
1) Hitunglah volum 2 mol gas oksigen pada keadaan standar.
Volum O2 = 2 mol x 22,4 liter/mol = 44,8 liter
2) Berapa liter volume 4 gram gas metana (CH 4) yang diukur pada temperatur 37oC
dan tekanan 750 mmHg?
750
P = 750 mmHg = atm
760
T = 37oC = (37 +273) K = 310 K
massa C H 4 4
n= mol = mol = 0.25 mol
MrC H4 16
R = 0.082 L atm/mol K
PV = nRT
nRT
V=
P
0.25 x 0.082 x 310
= 750
760
E. Molaritas (M)
Molaritas menyatakan banyaknya mol zat terlarut dalam satu liter larutan.
Contoh Soal :
Berapa molaritas larutan jika 4.5 gram C6H12O6 ada di dalam 250 mL larutan?
Mol zat terlarut
Molaritas larutan :
Volume larutan
4.5
: 180 = 0.1 M
0.25
Contoh Soal :
1) Suatu senyawa hidrokarbon terdiri atas 80 % massa karbon dan 20% massa hidrogen.
Tentukanlah rumus empiris hidrokarbon tersebut! (Ar H = 1 dan C = 12).
Perbandingan % atau perbandingan massa = massa C : massa H = 80 : 20
Perbandingan mol
80 20
Mol C : Mol H = :
12 1
= 6.67 : 20
=1:3
Jadi, rumus empiris senyawa hidrokarbon tersebut adalah CH3.
2) Suatu oksida NxOy mengandung 30,43 % nitrogen dan 69,56 % oksigen. Jika oksida
tersebut mempunyai Mr = 92, tentukan rumus molekulnya!(Ar N = 14 dan O = 16).
KIMIA 3
TERMOKIMIA
Pertukaran energi antara sistem dan lingkungan dapat berupa pertukaran kalor (q) atau
bentuk energi lainnya yang secara kolektif disebut kerja (w). Adanya pertukaran energi
tersebut akan mengubah jumlah energi yang terkandung dalam sistem
∆ E=q+ w
Nilai q dan w bisa positif atau negatif tergantung apakah sistem menerima atau
melepaskan kalor dan melakukan atau menerima kerja. Jika menerima kalor maka nilai q
positif dan jika menerima kerja maka nilai w positif dan sebaliknya.
Sistem dapat digolongkan dalam sistem terbuka, sistem tertutup, sistem adiabatik, dan
sistem terisolasi.
a. Sistem Terbuka
Sistem di mana selama sistem tersebut mengalami proses dapat melakukan pertukaran
materi dan kalor. Misalnya: sebutir batu kapur (CaCO 3) dimasukkan dalam larutan HCl
pada gelas kimia terbuka. Selama reaksi berlangsung, dilepaskan gas CO2 ke udara
bebas, sehingga massa sistem berubah. Kalor yang dibebaskan akan diserap oleh gelas
kimia dan udara di sekitarnya. Akhirnya terjadi perpindahan kalor dari sistem ke
lingkungan.
b. Sistem Tertutup
Sistem yang tidak mengalami perubahan massa selama proses berlangsung, tetapi dapat
terjadi pertukaran kalor dengan lingkungannya. Misalnya: es diletakkan di dalam
erlenmeyer. Selama es mencair, masssa es dan air yang terbentuk tidak berubah, karena
udara di atas es (air kering) dan air tidak ada yang menguap. Pada peristiwa ini terjadi
c. Sistem Terisolasi
Sistem yang tidak dapat mengadakan interaksi baik berupa kalor, kerja, maupun materi
dengan lingkungannya. Misalnya: Campuran reaksi di dalam kalorimeter Bom. Di
dalam kalorimeter biasanya dilakukan reaksi pembakaran. Suhu air di luar kalorimeter
diatur secara elektronik agar selalu sama dengan kalorimeter, sehingga selama reaksi
berjalan tidak ada kalor yang dapat keluar atau masuk kalorimeter.
d. Sistem Adiabatik
Sistem yang selama mengalami proses tidak dapat melakukan pertukaran kalor dengan
lingkungan. Sistem ini dapat melakukan kerja ke lingkungan atau menerima dari
lingkungan. Misalnya: proses di dalam termos.
2. Reaksi Endoterm
Reaksi endoterm adalah reaksi yang berlangsung di mana ada perpindahan kalor dari
lingkungan ke sistem. Pada reaksi endoterm ini diserap sejumlah energi pada sistem
sehingga entalpi sistem akan bertambah dan perubahan entalpinya akan bertanda positif
(ΔH > 0). Karena lingkungan mengalami pengurangan kalor sehingga suhu lingkungan
akan turun dan terasa dingin. Sistem akan menyerap kalor dari lingkungan
E. Persamaan Termokimia
Persamaan reaksi yang mengikutsertakan perubahan entalpinya disebut persamaan
termokimia.
Contoh :
1. Pada pembakaran sempurna 1 mol gas metana (CH4) pada suhu 298 K dan tekanan 1
atm dibebaskan kalor sebesar 802,3 kJ. Maka persamaan reaksi termokimianya adalah :
CH4(g) + 2O2(g) ⎯→ CO2(g) + 2H2O(g) ΔHo = -802,3 kJ/mol
Kata “dibebaskan” menyatakan bahwa reaksi tergolong reaksi eksoterm sehingga ΔH
bertanda (-).
2. Pada reaksi penguraian 1 mol air menjadi gas hidrogen dan gas oksigen yang dilakukan
pada suhu 298 K dan tekanan 1 atm ternyata diperlukan kalor sebesar 286 kJ. Maka
persamaan termokimianya adalah :
H2O(l) ⎯→ H2(g) + 1⁄2O2(g) ΔHo = +286 kJ/mol
Kata “diperlukan” menunjukkan bahwa reaksi tergolong reaksi endoterm sehingga ΔH
bertanda (+).
Dimana :
q = jumlah kalor reaksi (joule/kilojoule)
m = massa zat (gram)
Contoh Soal :
Jika diketahui
Molekul yang terdiri atas tiga atom atau lebih (molekul poliatom) maka digunakan
pengertian energi ikatan rata-rata yaitu energi rata-rata ikatan yang diperlukan untuk
menguraikan atau mendissosiasikan 1 mol molekul senyawa menjadi atom-atom
penyusunnya.
Reaksi kimia merupakan proses pemutusan dan pembentukkan ikatan. Proses ini selalu
disertai perubahan energi. Perubahan entalpi dapat dicari dari selisih antara ΔH
pemutusan ikatan dan Δh pembentukan ikatan.
Contoh Soal :
Dengan menggunakan tabel energi ikatan rata-rata hitunglah energi yang dibebaskan
reaksi hidrogenasi 1 mol gas etena!
Jawab:
reaksi C2H4(g) + H2(g) ⎯→ C2H6(g)
pemutusan ikatan
4 mol C–H : 4 x 410 = 1640
1 mol C=C : 1 x 607 = 607
1 mol H–H : 1 x 431 = 431 +
x = 2678
pembentukan ikatan
6 mol C–H : 6 x 410 = 2460
1 mol C–C : 1 x 343 = 343 +
y = 2.803
ΔH = x – y
= 2678 – 2803 = -125
Jadi ΔHreaksi = -125 kJ/mol
Laju reaksi (v) dapat dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi tiap
satuan waktu. Selama reaksi kimia berlangsung, jumlah reaktan semakin berkurang ketika
produk mulai terbentuk. Oleh karena itu, laju reaksi dinyatakan sebagai laju berkurangnya
konsentrasi reaktan atau bertambahnya konsentrasi produk tiap satuan waktu. Satuan untuk
laju reaksi adalah (mol/L.waktu) atau (M/waktu).
Misalnya reaksi A → B
Pada reaksi tersebut, dengan bertambahnya waktu reaksi, jumlah molekul A semakin
berkurang dan jumlah molekul B semakin bertambah. Laju pengurangan konsentrasi reaktan
(molekul A) atau laju pertambahan konsentrasi produk (molekul B) dinyatakan sebagai
berikut:
3. Suhu
Pada umumnya reaksi akan berlangsung lebih cepat jika suhu dinaikkan. Jika suhu
dinaikkan, maka energi kinetik molekul-molekul reaktan akan bertambah. Semakin
bertambahnya energi kinetik menyebabkan molekul-molekul reaktan bergerak lebih cepat
sehingga tumbukan antarmolekul reaktan yang bereaksi juga lebih sering terjadi.
Akibatnya reaksi akan berlangsung lebih cepat.
4. Katalisator
Katalisator adalah zat yang ikut bereaksi mempercepat laju reaksi, tetapi setelah reaksi
berhenti akan terbentuk zat katalisator kembali. Katalisator akan menurunkan energi
aktivasi, dengan demikian reaksi akan berlangsung lebih cepat.
Tentukan :
a. Orde reaksi terhadap NO
b. Orde reaksi terhadap Br2
c. Orde reaksi total
d. Persamaan laju reaksinya
e. Tetapan laju reaksi (k)
Penyelesaian :
Misal persamaan laju reaksi v = k [NO]m [Br2]n
a. Untuk menentukan orde reaksi terhadap NO digunakan data [Br2] yang sama yaitu
percobaan 1 dan 4
2. Orde Satu
3. Orde Dua
Suatu reaksi dikatakan berorde dua terhadap salah satu pereaksi jika laju reaksi merupakan
pangkat dua dari konsentrasi pereaksi itu.
KIMIA 5
KESETIMBANGAN KIMIA
A. KESETIMBANGAN DINAMIS
Kesetimbangan dinamis adalah kesetimbangan yang terjadi karena adanya perubahan dua
arah. Kesetimbangan dinamis terjadi ketika laju reaksi maju sama dengan laju reaksi balik.
2. Suhu
- Jika suhu sistem kesetimbangan dinaikkan, kesetimbangan akan bergeser ke arah
reaksi endoterm (ΔH positif).
- Jika suhu sistem kesetimbangan diturunkan, kesetimbangan akan bergeser ke arah
reaksi eksoterm (ΔH negatif).
3. Katalis
Note :
Tetapan kesetimbangan konsentrasi (Kc) hanya berlaku untuk zat yang berbentuk fase gas
(g) dan larutan (aq) saja.
Contoh :
Diketahui reaksi kesetimbangan :
SiO2 (s) + 4 HF (g) ↔ SiF4 (g) + 2 H2O (g)
Dalam ruang satu liter disediakan 5 mol SiO 2 dan 10 mol HF. Pada keadaan setimbang
terdapat 2 mol SiF4. Tentukan besarnya tetapan kesetimbangan konsentrasi (Kc) !
SiO2 (s) + 4 HF (g) ↔ SiF4 (g) + 2 H2O (g)
Mula-mula : 5 10 - -
Reaksi : 2 8 2 2
Setimbang : 3 2 2 2
2 4 2
Kc=[ Si F 4 ]
() ( )
[ H ¿¿ 2 o] 1 2
= ¿¿ ¿
[ H F4]
SiO2 tidak digunakan karena fasenya solid (s)
E. DERAJAD DISOSIASI
Derajad disosiasi merupakan perbandingan antara jumlah mol yang terurai dengan jumlah
mol mula-mula. Besarnya derajad disosiasi dirumuskan sebagai berikut :
Contoh :
Perhatikan reaksi kesetimbangan berikut:
PCl5 (g) ↔ PCl3 (g) + Cl2 (g)
Bila dalam ruang 2 liter, 8 mol gas PCl5 berdisosiasi 75 %, tentukan besarnya harga
tetapan kesetimbangan konsentrasi (Kc)
Penyelesaian
Banyaknya mol PCl5 yang terurai = 75 % x 8 mol = 6 mol
Reaksi : PCl5 (g) ↔ PCl3 (g) + Cl2 (g)
Mula-mula : 8 - -
Reaksi : 6 6 6
Setimbang : 2 6 6
6 6 ❑
Kc=[ PCl 3 ]
()
[Cl ¿¿ 2] 2 2
=
( )
¿
[P Cl 5] ¿¿
Contoh :
Dalam ruang 2 liter terdapat 5 mol gas amonia yang terurai sesuai reaksi :
Kp=(P N 2)❑ ¿¿
Contoh :
Zat AB terurai menurut reaksi :
2 AB (g) ↔ 2A (g) + B2 (g) Kc : 2.5 x 10-2
Tentukan harga Kp pada suhu 27 C (R = 0.082) !
Penyelesaian
Kp=Kc ¿
KIMIA 6
LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT
SIFAT KOLIGATIF LARUTAN
KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN
Larutan elektrolit dibagi menjadi 2, yaitu elektrolit kuat dan elektrolit lemah
Elektrolit Kuat Elektrolit Lemah
Terionisasi sempurna Terionisasi sebagian
Menghantarkan arus listrik Menghantarkan arus listrik
Lampu menyala terang Lampu menyala redup
Terdapat gelembung gas Terdapat gelembung gas
Contoh : NaCl, KCl, NaOH, HCl, H2SO4 Contoh : CH3COOH, NH4OH, HCN
= [2s]2 [s]
= 4s2 . s = 4s3
Setelah Dicampur :
[Pb2+] = 2.5 mmol / (250+750mL) = 2.5 x 10-3 M
[I-] = 0.75 / (250+750 mL) = 7.5 x 10-4
PbI2 ↔ Pb2+ + 2I-
2.5 x 10-3 7.5 x 10-4
KIMIA 7
ASAM DAN BASA
b. Asam Lemah
[H+] = √ Ka x Ma pH = - log [H+]
Keterangan :
[H+] = Konsentrasi ion H+
Ka = Tetapan Asam
Ma = Molaritas asam
Contoh :
Berapa Larutan CH3COOH 0,1M (Ka CH3COOH = 1 x 10-5)
[H+] = √ 1 x 10−5 x 10−1
2. Basa
a. Basa Kuat
[OH-] = b x Mb pOH = - log [OH-] pH = 14 – pOH
Keterangan :
[OH-] = Konsentrasi ion OH-
b = Banyaknya ion OH-
Mb = Molaritas basa
Contoh :
Berapa pH larutan NaOH 0.01 M ?
[OH-] = 1 x 0.01
[OH-] = 0.01
Maka pH adalah
pOH = - log [0.01]
= - log [1 x 10-2]
=2
pH = 14 -2
= 12
b. Basa Lemah
[OH-] = √ Kb x Mb pOH = - log [OH-] pH = 14 – pOH
Keterangan :
[OH-] = Konsentrasi ion OH-
Kb = Tetapan basa
Mb = Molaritas basa
Contoh :
Berapa Larutan NH4OH 0,1M (Kb NH4OH = 1 x 10-5)
[OH-] = √ 1 x 10−5 x 10−1
[OH-] = √ 10−6
[OH-] = 10-3
Maka pH larutan adalah
pOH = - log [10-3]
=3
pH = 14 – 3
= 11
C. INDIKATOR pH
1. Kertas Lakmus
- Kertas Lakmus Merah
Asam akan berwarna merah, Basa akan berwarna biru.
- Kertas Lakmus Biru
150 mmol
[H+] = 1.8 x 10-5 x
100 mmol
+ -5
[H ] = 1.8 x 10 x 1.5
[H+] = 2.7 x 10-5
pH = - log [2.7 x 10-5]
= 5 – log 2.7
10 mmol
[OH-] = 10-5 x (garam mengikat 2 jadi mol garam di kali 2)
2 x 5 mmol
[OH-] = 10-5
[OH-] = 10-5
F. HIDROLISIS
Hidrolisis berasal dari kata hidro yang berarti air dan analisis yang berarti peruraian. Jadi
hidrolisis garam adalah peristiwa penguraian garam oleh air menjadi asam dan atau basa
pembentuknya.
Note :
Larutan hidrolisis TIDAK MENYISAKAN REAKTAN. Semua reaktan habis bereaksi.
Larutan hidrolisis terbentuk dari :
1. Asam kuat + Basa lemah
Kw
[H+] =
√ Kb
Keterangan
x Mg atau [H+] = √ Kh x Mg
Kw = nilainya 10-14
Mg = Molaritas garam
Kh = tetapan hidrolisis
Contoh :
Sebanyak 10,7 gram garam NH4Cl (Mr = 53,5) dilarutkan dalam air hingga volume
larutan menjadi 500 ml.
10−14
+
[H ] =
+
√ 10−5
x 4 x 10−1
[H ] = √ 4 x 10−10
[H+] = 2 x 10−5
pH = - log [2 x 10-5]
= 5 – log 2
Kw = nilainya 10-14
Mg = Molaritas garam
Kh = tetapan hidrolisis
Contoh :
100 ml larutan NaOH 0,1 M dicampur dengan 25 ml larutan CH 3COOH 0,4 M. (Ka
CH3COOH = 10-5)
a. Berapa pH larutan masing-masing sebelum dicampur?
b. Berapa pH larutan setelah dicampur?
Jawab
b. pH larutan campuran
CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O
M 10 mmol 10 mmol
R 10 mmol 10 mmol 10 mmol 10
mmol
S - - 10 mmol 10
mmol
Konsentrasi garam CH3COONa
M = 10 mmol / (100 + 25 mL)
= 0.08 M
pH campuran
Kw
[OH-] =
√ Ka
x Mg
10−14
-
-
[OH ] =
√ 10 −5
x 8 x 10
[OH-] = √ 8 x 10−11
[OH-] = 2 x 10−5.5 x √2
A. REAKSI REDOKS
Reaksi redoks adalah reaksi yang terjadi perubahan bilangan oksidasi. Reaksi redoks
mencakup reaksi reduksi dan oksidasi.
Reaksi reduksi adalah reaksi yang terjadi penurunan bilangan oksidasi melalui
penangkapan elektron, contohnya : Cu2+ (aq) + 2e → Cu (s)
Reaksi oksidasi adalah reaksi yang terjadi peningkatan bilangan oksidasi melalui
pelepasan elektron, contohnya : Zn (s) → Zn2+ (aq) + 2e
Reaksi autoredoks, atau reaksi disproporsionasi adalah reaksi dimana suatu zat dapat
mengalami reaksi reduksi dan oksidasi. Contoh :
Cl2 (g) + 2 KOH (aq) → KBr (aq) + KClO (aq) + 2 H2O (l)
C. SEL ELEKTROKIMIA
Elektode merupakan bagian penting dalam elektrokimia. Elektode ada dua, yaitu elektode
katoda dan elektode anoda. Muatan anoda dan katoda sangat tergantung dari jenis sistem
sel, yaitu sel potensial atau sel elektrolisis.
Di katoda terjadi reaksi reduksi. Sedangkan reaksi oksidasi terjadi di anoda.
Notasi sel elektrokimia → Anoda // Katoda
Contoh : Zn / Zn2+ // Cu2+ / Cu
↑
Jembatan garam
D. DERET VOLTA
Li - K – Ba – Ca – Na – Mg – Al – Mn – Zn – Cr – Fe – Ni – Co – Sn – Pb – (H) – Cu –
Ag – Pt – Au.
Semakin ke kiri H semakin mudah teroksidasi (reduktor), semakin aktif, semakin mudah
melepas elektron. Semakin ke kanan H semakin mudah tereduksi (oksidator), semakin
tidak aktif, semakin susah melepas elektron.
Unsur sebelah kiri dapat mereduksi yg disebelah kanannya (reaksi spontan). Yg kanan tdk
dapat mereduksi sebelah kiri (reaksi tdk spontan).
E. POTENSIAL SEL
Esel = E kanan – E kiri atau Esel = E katoda – E anoda
Potensial sel dikatakan berjalan secara SPONTAN jika nilai Esel POSITIF.
E katoda > E anoda
Sistem Koloid adalah suatu campuran berfase dua yaitu fase terdispersi dan fase pendispersi
dengan ukuran partikel terdispersi berkisar antara 1 nm sampai dengan 100 nm.
Kondensasi Dispersi
Pembuatan Koloid :
1. Cara Kondensasi
Pembuatan koloid secara kondensasi yaitu partikel-partikel larutan diubah menjadi partikel
besar yang berukuran koloid. Adapun cara pembentukan koloid secara kondensasi adalah
sebagai berikut :
a. Cara Hidrolisis
Sol Fe(OH)3 dibuat dengan cara menambahkan larutan FeCl3 pada air panas.
FeCl3 (aq) + 3H2O (l) → Fe(OH)3 (sol) + 3HCl (aq)
b. Dekomposisi Rangkap
Sol AgBr dibuat dengan menambahkan larutan AgNO3 dengan KBr. Selanjutnya
KNO3 yang terbentuk dihilangkan dengan cara dialisis lalu ditambahkan gelatin
sebagai emulsi.
AgNO3 (aq) + KBr (aq) → AgBr (sol) + KNO3 (aq)
2. Cara Dispersi
Pembuatan koloid dengan cara dispersi merupakan pemecahan partikel-partikel kasar
menjadi partikel yang lebih halus atau lebih kecil dapat dilakukan secara mekanik,
peptisasi atau dengan loncatan bunga listrik (cara busur Bredig).
a. Cara Mekanik
Butir-butir kasar suspensi digerus dengan lumpung atau penggiling koloid sampai
diperoleh tingkat kehalusan tertentu kemudian diaduk dengan medium dispersi.
Contoh Sol belerang dibuat dengan menggerus serbuk belerang bersama-sama dengan
suatu zat inert (seperti gula pasir), kemudian mencampur serbuk halus itu dengan air
membentuk hidrosol.
b. Cara Homogenisasi
Menggunakan alat atau mesin homogenisasi. Contoh : pembuatan susu. Partikel lemak
dari susu diperkecil sampai ukuran koloid dengan cara melewatkan melalui lubang
berpori dengan tekanan tinggi. Jika ukuran partikel sudah sesuai dengan ukuran koloid
selanjutnya didispersikan ke dalam medium pendispersinya
c. Cara Peptisasi
Agar-agar dipeptisasi oleh air
Nitroselulosa dipeptisasi oleh aseton
Karet dipeptisasi oleh bensin
Endapan Al(OH)3 dipeptisasi oleh AlCl3
Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S
d. Cara Busur Bredig (Dispersi Elektrolitik)
Sifat-sifat Koloid
1. Gerak Brown
Jika diamati dalam cahaya, partikel koloid akan bergerak secara terus menerus dan acak
(zig-zag). Gerakan partikel koloid ini disebut sebagai Gerak Brown. Gerak Brown ini
dipengaruhi oleh ukuran partikel dan suhu. Semakin besar ukuran partikel koloid, maka
gerak Brown akan semakin lambat dan sebaliknya semakin kecil partikel koloid, gerak
Brown akan semakin cepat. Untuk suhu, semakin tinggi suhu sistem koloid maka gerak
Brown akan semakin cepat dan sebaliknya semakin rendah suhu sistem koloid maka gerak
Brown akan semakin lambat.Gerak Brown bermanfaat untuk menjaga kestabilan partikel
koloid dalam medium pendispersinya sehingga tidak akan terjadi pengendapan partikel
koloid yang disebabkan oleh adanya gaya gravitasi.
2. Efek Tyndall
Koloid dapat menghamburkan cahaya. Proses penghamburan cahaya pada sistem koloid
disebut dengan Efek Tyndall. Efek Tyndall terjadi disebabkan oleh partikel-partikel koloid
yang cukup besar untuk memantulkan dan menghamburkan sinar ke sekitarnya. Contoh :
warna langit siang hari (penghamburan cahaya oleh molekul udara di atmosfer
menyebabkan langit berwarna biru), cahaya kendaraan akan dihamburkan oleh kabut atau
udara sehingga cahaya lampu akan tampak lebih terang.
3. Sifat Listrik
Kestabilan koloid ditentukan oleh muatan listrik yang dikandung partikel koloid. Pada
umumnya partikel koloid mempunyai muatan yang sejenis yang mengakibatkan timbulnya
gaya tolak menolak antarpartikel koloid. Gaya tolak menolak ini akan mengakibatkan
partikel koloid tidak saling bergabung dan mengendap sehinffa partikel koloid akan
menjadi stabil.
4. Koagulasi
Koloid dapat mengalami koagulasi atau penggumpalan atau membentuk endapan. Ada
beberapa cara untuk melakukan koagulasi diantaranya :
a. Cara Fisik/Mekanik
Pemurnian Koloid
1. Dialisis
Pada proses pembuatan koloid sering dijumpai adanya ion pengganggu yang mengganggu
kestabilan koloid. Ion-ion pengganggu ini dapat dihilangkan melalui proses Dialisis.
Dialisis merupakan proses pemurnian koloid. Contoh proses dialisis yang terjadi di dalam
tubuh manusia adalah kerja ginjal.
2. Ultrafiltrasi
Medium pendispersinya dipaksa menembus membran semipermeabel dengan bantuan
pompa air atau pompa vakum.
3. Elektroforesis
Elektroforesis adalah proses pemisahan koloid yang bermuatan dengan bantuan arus listrik
sehingga partikel koloid akan mengalir ke elektroda yang muatannya berlawanan dan
mengalami koagulasi pada elektroda tersebut. Contoh : pencampuran koloid Fe(OH) 3 yang
berwarna merah dengan As2S3 berwarna kuning, jika suatu elektroda yang bermuatan
listrik dimasukkan ke dalam campuran maka Fe(OH)3 akan menuju katoda sehingga
Fe(OH)3 bermuatan negatif dan As2S3 mengumpul di anoda sehingga As2S3 bermuatan
positif.
A. HALOGEN
- Pembuatan :
Klor dibuat dengan cara oksidasi menggunakan campuran MnO2, NaCl dan H2SO4
pekat serta elektrolisis dengan NaCl.
Brom dibuat dengan cara oksidasi menggunakan gas Cl2.
Iodium dibuat dengan cara reduksi dengan menambahkan NaHSO3.
B. GAS MULIA
- Unsur periode ketiga terdiri atas Natrium, Magnesium, Aluminium, Silikon, Fosfor,
Belerang dan Klor.
- Jari-jari atom dari Na ke Cl makin kecil berarti makin mudah menerima elektron atau
sifat oksidatornya makin kuat.
- Makin ke kiri sifat logamnya makin kuat. Na, Mg dan Al (logam), Si (semilogam), P,
S dan Cl (non logam)
- Sifat basa makin ke kiri makin kuat.
- Pembuatan :
Natrium dibuat dengan cara elektrolisis leburan NaCl.
Magnesium dibuat dengan cara elektrolisis lelehan MgCl2.
Aluminium dibuat dengan cara elektrolisis dari bauksit yang murni.
Silikon dibuat dengan cara mereduksi SiO2 dengan karbon.
Fosfor dibuat dengan proses wohler menggunakan SiO2.
- Pembuatan :
Tembaga dibuat dengan proses redoks.
Besi dibuat dengan proses tanur tinggi
A. STRUKTUR INTI
x
zA
Atom yang memiliki jumlah proton sama tetapi jumlah neutronnya berbeda disebut
Isotop.
Contoh :
12
6C dan 146C
Proton : 6 6
Neutron : 12-6 = 6 14-6 = 8
Atom yang memiliki jumlah (proton + neutron) sama tetapi jumlah protonnya berbeda
disebut Isobar.
Contoh :
14
6C dan 147 N
Proton + Neutron : 14 14
Proton : 6 7
C. PELURUHAN
Proses peluruhan dari unsur radioaktif menjadi unsur lain disebut Peluruhan. Kecepatan
peluruhan unsur radioaktif mengikuti kinetika orde satu dan tidak dipengaruhi oleh
temperatur maupun tekanan.
Rumus Peluruhan adalah sebagai berikut :
Ao kt
log =
A 2.303
atau
A
=¿
Ao
0.693
k=
t1
2
Keterangan :
Ao : Banyaknya zat mula-mula
A : Banyaknya zat yang tersisa pada saat t waktu
t : Waktu peluruhan
t1/2 : Waktu paruh (waktu yg diperlukan zat untuk meluruh sehingga zat aktif tinggal
separuh bagian)
k : Konstanta peluruhan (waktu -1)
Contoh Soal :
1. Suatu zatt radioaktif X mempunyai waktu paruh 2 tahun. Jika zat radioaktif X tersebut
mula-mula 20 gram, berapa gram zat radioaktif X yang tertinggal setelah 6 tahun?
Cara Pertama
Pertama cari k terlebih dahulu
0.693 0.693
k= = =0.3465tahu n−1
t1 2 tahun
2
2. Sebanyak 0.02 gram X disimpan sehingga sisanya tinggal 0.01 gram. Jika waktu
paruh X adalah 5 hari, tentukan lama X disimpan?
A
=¿
Ao
0.01
=¿
0.02
1 1 5t
=
2 2
t
=1
5
t=5 hari
2. RANTAI TERTUTUP
D. GUGUS FUNGSI
3. ALKANOL (ALKOHOL)
Alkanol (alkohol) mengandung gugus fungsi hidroksil (R-OH). Menurut IUPAC,
penamaan alkohol diperoleh dengan cara mengganti akhiran –a pada alkana rantai
terpanjang dengan akhiran –ol misalnya CH3OH (metanol).
4. ALKOKSIALKANA (ETER)
Alkoksialkana mengandung gugus fungsi eter (R-O-R). Eter merupakan turunan dari
alkohol dimana atom H pada –OH diganti dengan gugus alkil –OR.
6. ALKANON (KETON)
F. ISOMER
b. Isomer Posisi
Isomer yang disebabkan oleh perbedaan posisi (letak) gugus fungsinya.
2. ISOMER RUANG
a. Isomer Geometri (cis-trans)
Kedudukan yang sejajar dengan ikatan rangkap disebut bentuk cis sedangkan
kedudukan yang berseberangan dengan ikatan rangkap disebut bentuk trans.
b. Isomer Optik
Isomer yang disebabkan oleh perbedaan arah pemutaran bidang polarisasi cahaya.
Zat yang memutar bidang polarisasi cahaya ke kanan (searah dengan jarum jam)
disebut dengan bentuk dekstro (d) atau +, sedangkan zat yang memutar bidang
polarisasi cahaya ke kiri (berlawanan arah jarum jam) disebut bentuk levo (l) atau
-. Terjadinya isomer optis salah satunya disebabkan oleh adanya atom C asimetris
yaitu atom C yang mengikat 4 atom/gugus yang berbeda.
2. Reaksi Adisi
Reaksi pemutusan ikatan rangkap menjadi ikatan tunggal. Contoh :
3. Reaksi Eliminasi
Reaksi pembentukan ikatan rangkap. Contoh :
4. Reaksi Oksidasi
Reaksi yang melibatkan oksidator seperti KMnO4.
- Alkohol Primer → Aldehid → Asam Karboksilat
5. Reaksi Reduksi
Reaksi yang melibatkan reduktor seperti H2. Reaksi ini berkebalikan dari reaksi
oksidasi.
- Asam karboksilat → Aldehid → Alkohol Primer
- Keton → Alkohol Sekunder
6. Reaksi Esterifikasi
Reaksi antara asam karboksilat dan alkohol yang menghasilkan senyawa ester
Sifat-sifat benzena :
1. Kurang reaktif
2. Tidak mudah mengalami reaksi adisi, oksidasi dan reduksi.
3. Dapat mengalami reaksi substitusi
D. PROTEIN
Protein merupakan senyawa yang massa molekul relatifnya besar dan tersusun dari
rangkaian asam-asam amino. Asam amino mengandung 2 gugus fungsional yaitu gugus
karboksil (-COOH) dan gugus amin (-NH2). Karena gugus amin bersifat basa dan gugus
karboksil bersifat asam maka asam amino ini bersifat amfoter.
E. LEMAK
Makin banyak asam lemak jenuh maka makin tinggi titik leburnya dan sebaliknya.
F. NITROGEN
1. Amonia NH3, merupakan bahan pembuatan pupuk
2. Hidrazina N2H4, merupakan bahan pembentuk busa
3. Amonium Sulfat (NH4)2SO4, digunakan dalam pengolahan air dan pembuatan pupuk