Ekonomi Kapitalisme
Terpecahnya kepribadian manusia modern
adalah kunci pelarian individu dari kebebasan.
Keterpecahan ini, oleh Fromm, dilacak penyebabnya
pada perubahan kepribadian manusia yang muncul
bersamaan dengan berkembangnya ekonomi
kapitalisme. Ekonomi kapitalisme memiliki ciri yang
menekankan aktivitas individualistik (hlm. 112).
Dengan demikian, individu dituntut untuk menentukan
nasibnya sendiri. Keberhasilan atau kegagalan dari
apa dan bagaimana cara ia melakukan itu adalah
urusan individu sendiri semata.
2
Ketidakbermaknaan dan ketidakberdayaan
mengubah sistem besar yang melingkupinya,
menjadikan individu merasa kecil dan tak berarti. Pada
titik ini, individu modern haus akan ilusi kebebasan
yang tidak saja memberikan ruang bagi inisiatif dan
tanggung jawab pribadi, tapi sekaligus membuatnya
punya arti. Namun, ilusi itu tentu tak pernah kunjung
terwujud.
Ilusi
Namun, dengan begitu, ia paling tidak, merasa
mampu mengalahkan sumber ketidakberdayaannya
tersebut. Di sisi lain, identifikasi yang otomatis
terhadap dunia luar mengindikasikan bahwa ia tak
menganggap dunia luar sebagai ancaman (hlm. 189).
Ketiga mekanisme pelarian diri ini memiliki tujuan
yang sama, yakni membuat individu memiliki arti bagi
eksistensinya di dunia abstrak kapitalisme. Dan
serentak juga menghindarkan perasaan tak berdaya,
tak berarti, dan kesepian yang timbul karena
kebebasan diri.
3
Dalam arti primordial, kebebasan lebih terasa
sederhana. Apabila manusia sadar bahwa kebebasan
membutuhkan berbagai perangkat yang menjadikan
kebebasan itu leluasa digerakkan, ilusi untuk
menciptakan pelarian tentu tak perlu. Sebab,
kebebasan mutlak--juga pelarian mutlak--tidak pernah
betul-betul terjadi dalam kenyataan. Di tengahnya,
manusia hanyalah makhluk yang tidak pernah bebas
dan tak pernah pula tidak bebas.
Achmad Chusairi,
Anggota Forum Kajian Bebas Sekolah, Yogyakarta
Tulisan ini diambil dari majalah Ummat, No. 25
Thn. II, 9 Juni 1997/4 Safar 1418 H.