Anda di halaman 1dari 4

MAKALAH KEBENCANAAN

“GREEN HOUSE”

Disusun Oleh :
Naila Sistharani (1800034048)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
2018/2019
Akhir – akhir ini bencana sering terjadi di bumi ini. Banjir, gempa, kekeringan, longsor,
pemanasan global, dan sebagainya. Berdasarkan data dari BNPB, pada tahun 2019 telah terjadi
bencana sebanyak 1.586 kali (1 Januari 2019 – 30 April 2019) di Indonesia. Melihat data
tersebut pasti ada kontribusi manusia dalam kejadian tersebut dan sebenarnya kita sebagai
manusia mempunyai cara untuk mencegah hal tersebut terjadi. Seperti banjir, banyak
masyarakat yang masih mengabaikan tersebut dengan membuang sampah ke saluran air,
akibatnya terjadilah bencana tersebut. Namun mirisnya masih ada masyarakat yang
menyalahkan pemerintah akan hal ini padahal merekalah yang masih melakukan “rutinitas” itu.
Selain itu, kekeringan yang terjadi dapat ditimbulkan karena pohon telah dibabat habis oleh
perusahaan – perusahaan yang ingin mendirikian usahanya. Sebenarnya hal – hal seperti ini
dapat kita cegah atau setidaknya meminimalisir untuk terjadi. Salah satunya dengan penerapan
Green House atau rumah ramah lingkungan.

Dengan membangun sebuah Green House, maka banyak hal yang harus diperhatikan seperti di
bawah ini :

1. Lokasi
Saat akan membangun rumah maka hal pertama yang harus diperhatikan adalah lokasi.
Banyak pertimbangan yang harus dilakukan saat menentukan lokasi seperti, apakah
lingkungan sekitarnya baik, sekolah, tempat ibadah, rumah sakit, transportasi umum,
akses untuk masuk ke lokasi tersebut, dan masih banyak lagi. Selain itu, kondisi tanah
juga harus diperhatikan tersusun atas jenis apa. Dan dengan mengetahui lokasi rumah,
setidaknya dapat dipikirkan bencana apa kira – kira yang dapat menimpa disana.
2. Material Bangunan
Dengan menerapkan “Green House” maka material yang digunakan tentu material yang
ramah lingkungan. Salah satunya dengan cara menghemat penggunaan material kayu,
dengan melakukan hal ini maka kita juga mengurangi penebangan pohon di luar sana.
Sebagai contoh, rangka atap yang biasa menggunakan kayu dapat diganti dengan baja
ringan. Selain itu pengurangan penggunaan material plastic tentu dapat mengurangi
jumlah limbah yang sulit dihancurkan.
3. Hemat Energi Listrik
Banyak kampanye menyerukan untuk hemat energy ternyata mempunyai banyak
dampak bagi lingkungan. Sebagai contoh, pemakaian AC (Air Conditioner) ternyata
memiliki dampak negative bagi lingkungan. Seperti yang kita tahu, AC mengeluarkan
senyawa bernama CFC yang menyebabkan lapisan ozon bumi menipis, bayangkan jika
setiap rumah menggunakan AC maka lapisan ozon kita akan makin tergerus. Cara lain
agar dapat mendapat udara segar adalah dengan membuat ventilasi / lubang angina
yang besar sehingga udara dapat masuk, selain itu menggunakan jendela yang besar
juga dapat menjadi alternative lain. Selain AC peralatan elektronik lainnya juga harus
digunakan sepatutnya, jika tidak dipakai segera dimatikan.
4. Menggunakan Energi Alternatif
Salah satu cara yang telah diterapkan masyarakat yaitu dengan menggunakan panel
surya, hal ini tentu sangat menguntungkan bagi lingkungan. Salah satu kegunaan panel
surya yang sering saya temui adalah digunakan sebagai pemanas air. Di daerah ibukota
Jakarta pun lampu jalanan sudah menerapkan hal ini, pada siang hari lampu jalanan
akan mati dan mengisi panel surya sedangkan pada malam hari akan menyala.
5. Hemat Air
Masih sering masyarakat membuang airnya, seperti selang yang sudah tidak dipakai
tidak dimatikan, setelah mencuci piring lupa dimatikan dan sebagainya. Menghemat air
sangatlah penting karena bisa saja ketika musim kemarau terjadi kekeringan. Selain
dengan menghamat air, membuat lubang resapan pun dapat berguna. Contoh lain
setelah mencuci sayur misalnya, air cucian tadi dapat digunakan untuk menyiram
tanaman.
6. Membuat Taman
Selain menyejukkan rumah, taman juga berdampak besar bagi lingkungan. Dengan
adanya taman maka air hujan akan dialirkan dan diserap oleh akar, menjaga kesuburan
dan kestabilan tanah, dan juga memberikan lebih banyak oksigen. Ini dapat mencegah
terjadinya tanah longsor, banjir, maupun kekeringan.
7. Pengelolaan Limbah
Masih banyak masyarakat yang tidak mengelola limbahnya dengan benar seperti
membuangnya sembarangan, padahal kita sendiri tahu apa akibatnya jika terus
melakukan hal tersebut. Memilah limbah dapat menjadi solusi yang baik, misalnya
dengan mendaur ulang limbah menjadi hal yang baru dapat mengurangi limbah yang
akan dibuang ke tempat pembuangan terakhir.

Dengan menerapkan metode Green House maka kita akan meminimalisir bencana yang
datang akibat ulah manusia. Mengetahui lokasi selain dapat mengetahui bencana apa yang
sekiranya dapat dating juga dapat mengetahui lokasi yang aman untuk mengevakuasi diri saat
terjadi bencana. Material bangunan yang dipakai seperti kayu dapat diganti dengan material
lain seperti baja ringan upaya ini mendukung untuk mengurangi adanya penebangan pohon
yang dapat menyebabkan bencana seperti banjir atau tanah longsor. Selain itu ditebangnya
pohon dapat mengganggu keseimbangan ekosistem disana. Membuat taman selain
menyejukkan, jika terjadi gempa dapat menjadi ruang terbuka untuk berlindung.

Hemat energi, menggunakan energy alternative pun sangat berpengaruh pada


lingkungan. Dikutip dari The Straits Times pada Rabu (3/7/2019), ilmuwan sudah tahu Antartika
mencair dengan kecepatan yang meningkat, seperti Kutub Utara, karena percepatan
pembuangan dari gletser dan sungai-sungai es, yang mendorong perlahan-lahan ke pantai.
Dapat diketahui bahwa salah satu penyebab mencairnya es di daerah kutub adalah pemanasan
global yang berasal dari rumah penduduk, gedung bertingkat, pabrik, dan lainnya. Oleh sebab
itu dengan menghemat energy dan menggunakan energy alternative kita dapat mengurangi
senyawa – senyawa berbahaya yang dikeluarkan agar tidak menipiskan lapisan ozon yang dapat
mengakibatkan pemanasan global dan mencairnya es di kutub.

Kesimpulannya, metode Green House sangatlah bermanfaat bagi lingkungan dan juga
dapat mengurangi resiko bencana.

Anda mungkin juga menyukai