Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KGD

SISTEM PENANGGULANGAN BENCANA TERPADU

DI SUSUN OLEH:

NIA DEWI ANDINI

WINDAWATI

RIVALDI

SITI ARIANA RAHMAWATI

YOGI PRATAMA

SITI HARIATUL HAFIFAH

YUYUN UMMI RAHMAWATI

(TINGKAT 3B)

AKADEMI KEPERAWATAN ISLAMIC VILLAGE TANGERANG TAHUN


AKADEMIK 2019/2020

Jl. Islamic Raya Kelapa Dua Tangerang 15810


Telepon / Fax : 021-5462852, Website : www.akperisvill.ac.id
Email : info@akperisvill.ac.id, akperislamicvillage@yahoo.co.id
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. Bahwa kami telah
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Sistem Penanggulangan Bencana Terpadu”
untuk melaksanakan tugas mata kuliah Keperawatan Kegawat Daruratan.
Makalah ini kami tulis berdasarkan hasil pencarian kami dari beberapa sumber.
Makalah ini di harapkan dapat dipahami dan dimengerti oleh pembaca. Sudah tentu
makalah ini masih jauh dari sempurna dan juga masih banyak kekurangannya. Maka
saran, petunjuk  pengarahan, dan bimbingan dari berbagai pihak sangat kami harapkan.

Semoga makalah ini mendapat Ridho dari Allah SWT, dan bisa bermanfaat bagi kita
semua.

Tangerang, 18 Februari 2020

Kelompok
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


1.2 TUJUAN
1.3 MANFAAT

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 PENGERTIAN

2.2 UH

2.3 UHGI

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

3.2 SARAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Sejak tsunami Aceh tahun 2004 sampai sepanjang tahun 2010 ini Indonesia
seakan sedang melakukan maraton bencana dari satu pulau ke pulau lain dan dari satu
provinsi ke provinsi lain. Pada awal tahun 2010, setelah letusan Gunung Arp Merapi
merdea, tanah air Indonesia kembali diguncang bencana alam besar, yakni gempa bumi di
Yogyakarta serta tsunami di kawasan Jawa Barat dan sebagian Jawa Tengah. Sementara
itu, bencana yang berkaitan dengan fenomena geologi seperti semburan lumpur panas di
Porong, Sidoarjo, belum berhenti. Kemudian pada akhir tahun 2010, merapi kembali
menyalak yang lebih ganas diikuti oleh tsunami Mentawai dan banjir bandang di
beberapa wilayah seperti di Wasior, Irian Jaya (Pirton,2019).
Kita memang hidup dikawasan rawan bencana. Karena itu, upaya-upaya
pemahaman yang mendalam tentang bahaya-bahaya kebumian (geo-hazard) dan konsep
penanganan bencana yang ditimbulkannya sangat penting untuk terus-menerus
ditingkatkan. Dalam peraturan tentang organisasi tata laksana kepemerintahan di bidang
energi dan sumber daya mineral, aspek terkait geo-hazards ini tercakup dalam istilah
bencana geologi. Dalam peraturan tersebut, salah satu satuan kerja di bawah Badan
Geologi bernama Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (Pirton,2019).

1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu, untuk mengetahui tentang sistem
penanggulangan bencana terpadu yang sangat penting untuk diterapkan dikehidupan
sehari-hari.
1.2.2 Tujuan Khusus
Selain untuk menyelesaikan tugas keperawatan kegawat daruratan, makalah ini
bertujuan untuk:
1) Mengetahui pengertian bencana alam
2) Mengetahui potensi bencana
3) Mengetahui kriteria bencana
4) Mengidentifikasi korban bencana
5) Mengetahui hakikat penanggulangan bencana
6) Mengetahui prinsip-prinsip penanggulangan bencana
7) Mengetahui tahapan penanggulangan bencana
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Bencana Alam


Bencana atau disaster adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam
dan mengganggu kehidupan serta penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor
alam dan faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis yang terjadi secara tiba-tiba.

2.2 Potensi Bencana


1. Bencana banjir
Banjir baik yang berupa genangan atau banjir bandang bersifat merusak, aliran
arus air yang tidak terlalu dalam tetapi cepat dan bergolak (turbulent) dapat
menghanyutkan manusia, hewan dan tumbuhan.
2. Bencana tanah longsor
Gerakan tanah atau tanah longsor yang mampu merusak lingkungannya baik
akibat gerakan tanah dibawahnya atau karena penimbunan akibat longsor tersebut.
3. Bencana letusan gunung api
4. Bencana Gempa Bumi
Adalah getaran partikel batuan atau goncangan pada kulit bumi yang
disebabkan oleh pelepasan energi secara tiba-tiba akibat aktivitas tektonik
(gempa bumi tektonik) dan rekahan akibat naiknya fluida (magma, gas uap
dll) dari dalam bumi menuju kepermukaan, disekitar gunung api, getaran tersebut
menyebabkan kerusakan dan runtuhnya struktur bangunan yang menimbulkan
keruntuhan, disamping itu pula dampak lain yang ditimbulkan adalah kebakaran,
kecelakaan industri dan transfortasi, banjir akibat runtuhnya bendungan dan
tanggul.
5. Bencana Tsunami
Gelombang air laut yang membawa material baik berupa sisa-sisa bangunan,
tumbuhan dan material lainnya menghempas segala sesuatu yang berdiri didatran
pantai dengan kekuatan dahsyat. Bangunan-bangunan yang mempunyai dimensi
lebar dinding sejajar dengan garis pantai atau tegak lurus dengan arah datangnya
gelombang akan mendapat tekanan yang paling kuat sehingga akan mengalami
kerusakan yang paling parah.
6. Bencana Kebakaran
Kebakaran yang terjadi dipengaruhi oleh faktor alam berupa cuaca yang
kering serta faktor manusia baik yang disengaja maupun tidak, sedangkan
kerusakan yang ditimbulkan berupa kerusakan lingkungan, korban jiwa dan
harta benda dampak samping yang diakibatkan kebakaran adalah asap yang dapat
mempengaruhi kesehatan serta gangguan aktifitas penerbangan.
7. Bencana Kekeringan
Kekeringan akan berdampak bagi kesehatan manusia, tanaman serta hewan
baik secara langsung maupun tidak langsung dampak dari bencana kekeringan ini
seringkali secara gradual/lambat, sehingga apabila tidak dipantau secara terus
menerus akan mengakibatkan bencana berupa hilangnya bahan pangan akibat
tanaman pangan ternak mati, petani kehilangan mata pencaharian, sehingga
berdampak urbanisasi.
8. Bencana Angin Siklon Tropis
Tekanan dan hisapan serta tenaga angin meniup selama beberapa jam dapat
mengakibatkan kerusakan pada bangunan dan sarana umum kebanyakan angin
topan disertai hujan deras yang dapat menimbulkan bencana lain seperti tanah
longsor dan banjir.
9. Bencana Wabah Penyakit
Wabah penyakit menular berdampak kepada masyarakat yang sangat luas
10. Bencana Kegagalan Teknologi
Pada skala besar dapat mengancam kestabilan ekologi secara global, ledakan
instalasi dapat menyebabkan korban jiwa, luka-luka dan kerusakan infrastruktur,
kebakaran, pencemaran udara, sumber air minum, tanaman, pertanian serta
terganggunya kestabilan ekologi secara global.

2.3 Kriteria Bencana


1. Kriteria Bencana alam pada skala Tingkat Nasional.
a. Bencana yang terjadi menyebabkan mekanisme sistem pemerintahan di
daerah tersebut, baik dalam kawasan satu provinsi atau lebih tidak
berfungsi.
b. Infrastruktur di kawasan daerah yang terkena bencana mengalami rusak
berat dan tidak berfungsi.
c. Korban manusia baik yang meninggal maupun luka, serta kerusakan
bangunan dan rumah tempat tinggal sangat banyak sehingga menyebabkan
unsur-unsur BPBD Provinsi/BPBD Kabupaten/Kota tidak mampu
mengatasi akibat bencana tersebut.
d. Hasil data korban dan kerusakan daerah yang sangat banyak, selanjutnya
Presiden menetapkan Bencana Nasional.
2. Kriteria Bencana alam pada Skala Tingkat Provinsi.
a) Bencana alam yang terjadi tidak menyebabkan lumpuhnya mekanisme
sistem pemerintahan di kawasan daerah yang terkena bencana.
b) Infrastruktur hanya sebagian kecil yang tidak berfungsi.
c) Korban manusia dan kerusakan daerah yang timbul, unsur-unsur BPBD
Provinsi masih mampu mengatasi.
d) Unsur-unsur BPBD Provinsi masih mampu mengatasi terhadap korban
manusia dan kerusakan daerah yang timbul.
3. Kriteria Bencana alam pada skala Tingkat Kabupaten/Kota.
a. Bencana yang terjadi tidak menyebabkan lumpuhnya mekanisme sistem
pemerintahan di kawasan daerah yang terkena bencana.
b. Infrastruktur yang ada di kawasan tersebut semua berfungsi.
c. Unsur-unsur BPBD Kabupaten/Kota mampu mengatasi terhadap
timbulnya korban manusia maupun kerusakan daerah.
2.4 Korban Bencana
1. Manusia. Korban manusia akibat suatu bencana baik yang mengalami luka
ringan, luka berat dan meninggal dunia.
2. Harta Benda. Korban harta benda akibat bencana dapat berupa hilangnya atau
rusaknya harta benda, tempat tinggal, hewan serta sarana dan prasarana umum
lainnya.
3. Lingkungan hidup. Kerusakan ataupun hilangnya sarana prasarana lingkungan
yang menyangkut kepentingan hidup masyarakat secara umum.
2.5 Hakikat Penanggulangan Bencana
Secara umum musibah ada dua macam. Pertama, musibah karena faktor alam yang
merupakan bagian ketentuan dari Allah SWT yang tidak mungkin ditolak. Misalnya
musibah gempa bumi, gunung meletus, tsunami, dan lain-lain. Jika musibah ini terjadi
kita harus sabar dan ridha baik bagi korban ataupun keluarga korban, karena bagi seorang
muslim qadha merupakan ujian dari Allah SWT.
Kedua, musibah merupakan akibat dari kemaksiatan manusia dan pelanggaran mereka
terhadap aturan Allah swt. Karena itu, nyaris umat Islam tidak pernah merasa bersalah,
apalagi berdosa atas setiap musibah yang menimpanya. padahal boleh jadi itu justru yang
ditimpakan oleh Allah SWT.
Firman Allah “Hendaklah kamu memutuskan perkara diantara mereka menurut apa
yang diturunkan oleh Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Berhati-
hatilah kamu terhadap mereka supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebagian
apa yang telah Allah turunkan kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah
diturunkan Allah), ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah berkehendak menimpakan
musibah kepada mereka akibat sebagian dosa-dosa mereka.Sesungguhnya kebanyakan
manusia itu fasik (QS al-Maidah [5]: 49).

2.6 Prinsip-Prinsip Penanggulangan Bencana


Seluruh prosedur penanggulangan bencana sebagaimana dijelaskan di atas pada
dasarnya merujuk dan harus mengarah pada prinsip-prinsip penanggulangan untuk
bencana yang telah dirumuskan oleh para ahli, adapun prinsip-prinsip tersebut adalah:
1. Cepat dan tepat
Di Indonesia banyak sekali bencana, macam-macam bencana alam di
Indonesia antara lain banjir, tanah longsor, gunung meletus. Sudah sewajarnya
kalau penanggulangan bencana harus dilakukan secara tepat dan tepat, sebab bila
tidak akan mengakibatkan lebih banyak korban dan lebih banyak kerugian.
2. Prioritas
Harus mengetahui mana yang diprioritaskan dalam prosesnya, sudah tentu jika
penyelamatan nyawa harus selalu didahulukan dibandikan penyelamatan harta
benda dan seterusnya berdasarkan skala prioritas.
3. Koordinasi
Merupakan bentuk koordinasi antara Pemerintah dan Masyarakat harus
mampu melakukan hubungan yang baik dan saling mendukung. Penanggulangan
bencana pun harus mengusung ketepaduan dalam berbagai sektor sebab tidak
mungkin dilakukan oleh satu sektor saja.
4. Berdaya guna
Jangan sampai penangangan bencana hanya merupakan upaya sia-sia yang
membuang waktu, tenaga, dan biaya yang tentunya sangat besar. Penanganan
bencana harus berdaya guna bagi kesejahteraan masyarakat pasca bencana dan
rasa trauma atas bencana yang terjadi.
5. Transparansi 
Transparansi bahwa segala bentuk penangulangan bencana harus terbuka dan
dapat dipertanggungjawabkan. Akuntabilitas maksudnya adalah
pertanggungjawaban secara terbuka dan sesuai dengan etika dan hukum.
6. Kemitraan
Tidak hanya tanggung jawab pemerintah saja yang dalam menanggulangi
bencana, akan tetapi semua lapisan masyarakat juga harus ikut serta. Oleh karena
itu, pemerintah dan masyarakat harus mampu menjalin kemitraan yang baik.
Kemitraan tersebut bisa dengan cara pemerintah bekerjasama dengan masyarakat
membentuk Posdaya penanggulangan bencana di Daerah sekitar.
7. Pemberdayaan
Pemberdayaan merupakan bentuk peningkatan dan pemahaman kepada
masyarakat dalam bentuk sosialisasi dan pembelajaran praktis terkait dengan
langkah antisipasi, penyelamatan dan pemulihan bencana. Umumnya langkah
pemberdayaan dilakukan dengan cara mengadakan pelatihan-pelatihan dan
seminar mengenai bencana di kawasan rawan bencana.
8. Non diskriminatif
Adapun bentuk prinsip ini jelas bahwa tidak ada pembedaan suku, ras, agama
dan budaya yang menjadikan proses penangangan bencana tidak seimbang antara
satu dengan lainya. Proses penanganan bencana kepada siapa pun harus dilakukan
secara adil dan seimbang.
9. Non proletisi
Maksudnya adalah larangan pemanfaat penanggulangan bencana sebagai
upaya untuk meraih suatu bentuk kepentingan tertentu, seperti cara pemberian
bantuan dengan tujuan memperoleh keuntungan pribadi dan lain sebagainya.
10. Ketepaduan
Dalam penanggulangan bencana tentunya tidak bisa dilakukan hanya oleh satu
pihak saja, misalnya penanggulangan bencana adalah tanggungjawab Pemerintah
saja. Anggapan semacam ini merupakan anggapan yang salah. Penanggulangan
bencana merupakan tanggungjawab berbagai pihak dari pemerintah, masyarakat
dan lembaga swadaya lainya. Oleh karena itu, penanggulangan bencana harus pula
ada keterpaduan dari berbagai lini tersebut.
11. Berhasil Guna
Setiap penanggulangan bencana pasti membutuhkan yang namanya biaya,
waktu dan tenaga. Penanggulangan bencana tidaklah mudah, biaya yang
dikeluarkan untuk rehabilitasi dan rekontroksi sangatlah besar. Demikian halnya
dengan waktu dan tenaga, penanggulangan bencana mesti menghabiskan waktu
berbulan-bulan dan jumlah tenaga yang dikeluarkan juga tidak terbatas. Oleh
karena itu, dalam penanggulangan bencana agar seluruh biaya, waktu dan tenaga
yang dikeluarkan tidak sia-sia haruslah mampu berhasil guna yang sifatnya
berkepanjangan.
12. Akuntabilitas
Dalam penanganan bencana seringkali menggunakan anggaran negara yang
tidak sedikit jumlahnya. Selain anggaran negara umumnya pihak yang terkena
bencana akan mendapat berbagai bantuan dari lembaga-lembaga sosial lainnya.
Oleh karena itu, khususnya bagi pihak yang terlibat langsung dalam proses
penanggulangan bencana setiap kegiatan yang dilakukan haruslah jelas, terarah
dan dapat dipertanggungjawabkan.

2.7 Tahapan Penanggulangan Bencana


1. Pra Bencana.
a. Dalam situasi tidak terjadi bencana.
Perencanaan penanggulangan bencana meliputi :
1) Pengenalan dan pengkajian ancaman bencana.
2) Pemahaman kerentanan masyarakat.
3) Analisa kemungkinan dampak bencana.
4) Pilihan tindakan pengurangan resiko bencana.
5) Penentuan mekanisme kesiapan dan penanggulangan dampak bencana.
6) Alokasi tugas, kewewenangan dan sumber daya yang tersedia.
7) Penyusunan rencana penanggulangan bencana dikoordinasikan dengan :
BNPB untuk tingkat nasional, BPBD untuk tingkat Provinsi, BPBD untuk
tingkat Kabupaten/Kota dan ditetapkan oleh pemerintah dan pemerintah
daerah sesuai dengan kewenangannya untuk jangka waktu 5 tahun.
8) Rencana penanggulangan bencana ditinjau secara berkala setiap 2 tahun
sekali atau sewaktu waktu bila terjadi bencana.
9) Penyusunan rencana penanggulangan bencana dilakukan berdasarkan
pedoman yang ditetapakan oleh kepala BNPB.
Pengurangan resiko bencana dilakukan untuk mengurangi ancaman dan
kerentanan serta meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menghadapai
bencana melalui kegiatan :

1) Pengenalan dan pemantauan resiko bencana.


2) Perencanaan partisipatif penanggulangan bencana.
3) Pengembangan budaya sadar bencana.
4) Peningkatan komitmen terhadap pelaku penanggulangan bencana.
5) Penerapan upaya fisik dan non fisik dan pengaturan penanggulangan
bencana.
6) Untuk melakukan upaya pengurangan resiko bencana dilakukan
penyusunan rencana aksi pengurangan resiko baik secara nasional maupun
daerah.
Pencegahan dilakukan dengan cara mengurangi ancaman dan kerentanan pihak
yang terancam bencana dengan melakukan kegiatan meliputi :

1) Identifikasi dan pengenalan secara pasti terhadap sumber bahaya/ancaman


bencana.
2) Kontrol terhadap penguasaan dan pengelolaan sumber daya alam yang
secara tiba-tiba berpotensi menjadi sumber bencana.
3) Pemantauan penggunaan tehnologi.
4) Penataan ruang dan pengelolaan lingkungan hidup.
5) Penguatan ketahanan sosial masyarakat.
Pemaduan dalam Perencanaan Pembangunan. Dilakukan oleh pemerintah atau
pemerintah daerah melalui koordinasi,integrasi dan sinkronisasi dengan cara
mencantumkan unsur-unsur rencana penanggulangan bencana kedalam rencana
pembangunan pusat dan daerah.
Persyaratan Analisis Resiko Bencana. Setiap kegiatan pembangunan yang
mempunyai resiko tinggi yang dapat menimbulkan bencana dilengkapi analisis
resiko bencana sebagai bagian dari usaha penanggulangan bencana sesuai
kewenangannya, dan ditetapkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB) yang ditunjukkan dalam dokumen yang disyahkan oleh pejabat
pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-undangan, selanjutnya BNPB
melakukan pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaannya.

Pelaksanaan dan penegakan tata ruang. Dilakukan untuk mengurangi resiko


bencana yang mencakup pemberlakuan peraturan tentang penataan ruang,
standard keselamatan dan penerapan sanksi terhadap pelanggar dimana
pemerintah secara berkala melaksanakan pemantauan & evaluasi.

Pendidikan dan Pelatihan serta Persyaratan Standard Teknis Penanggulangan


Bencana. Dilaksanakan dan ditetapkan oleh pemerintah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.

2. Dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana.


a. Kesiap siagaan. Kesiap siagaan dalam situasi terdapat potensi terjadinya
bencana dilakukan melalui:
1) Penyusunan dan uji coba rencana penanggulangan darurat bencana.
2) Pengorganisasian, pemasangan dan pengujian sistim peringatan dini.
3) Penyediaan dan penyiapan barang pasokan pemenuhan kebutuhan dasar.
4) Pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan dan geladi tentang mekanisme
tanggap darurat.
5) Penyiapan lokasi evakuasi.
6) Penyusunan data akurat, informasi dan pemutahiran prosedur tetap tanggap
darurat bencana.
7) Penyediaan dan penyiapan bahan, barang dan peralatan untuk pemenuhan
pemulihan prasarana dan sarana.
b. Peringatan Dini. Dilakukan untuk pengambilan tindakan cepat dan tepat dalam
rangka mengurangi resiko terkena bencana serta mempersiapkan tindakan
tanggap darurat dan dilakukan melalui:
1) Pengamatan gejala bencana.
2) Analisis hasil pengamatan gejala bencana.
3) Pengambilan keputusan oleh pihak yang berwenang.
4) Penyebar luasan informasi tentang peringatan bencana.
5) Pengambilan tindakan oleh masyarakat.
c. Mitigasi. Dilakukan untuk mengurangi resiko bencana bagi masyarakat yang
berada pada kawasan rawan bencana, yang dilakukan melalui:
1) Pelaksanaan tata ruang yang berdasarkan analisis resiko bencana.
2) Pengaturan pembangunan, pembangunan infrastruktur dan tata bangunan.
3) Penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan dan pelatihan baik secara
konvensional maupun modern.
3. Tanggap Darurat.
a. Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi kerusakan dan sumber daya
dilakukan untuk mengidentifikasi:
1) Cakupan lokasi bencana.
2) Jumlah korban.
3) kerusakan prasarana dan sarana.
4) Gangguan terhadap fungsi pelayanan umum serta pemerintahan.
5) Kemampuan sumber daya alam maupun buatan.
b. Penentuan status keadaan darurat bencana. Keadaan darurat bencana
dilaksanakan oleh pemerintah atau pemerintah daerah sesuai dengan tingkatan
bencana untuk tingkat nasional ditetapkan oleh Presiden, tingkat Provinsi oleh
Gubernur dan tingkat Kabupaten/Kota oleh Bupati/Wali kota. Pada saat status
keadaan darurat bencana ditetapkan BNPB dan BPBD memiliki kemudahan
akses dibidang:
1) Pengerahan sumber daya manusia.
2) Pengerahan peralatan.
3) Pengerahan logistik.
4) Imigrasi, cukai dan karantina.
5) Perijinan.
6) Pengadaan barang dan jasa.
7) Pengelolaan dan pertanggung jawaban uang / barang.
8) Penyelamatan.
9) Komando untuk memerintahkan instansi/lembaga.
c. Penyelamatan dan Evakuasi Korban. Pada tahap ini dilakukan dengan
memberikan pelayanan kemanusiaan yang timbul akibat bencana yang terjadi
pada suatu daerah melalui upaya:
1) Pencarian dan penyelamatan korban
2) pertolongan darurat.
3) Evakuasi korban dan pemakaman korban yang meninggal dunia.
4) Pemenuhan Kebutuhan Dasar. Dalam tahap ini pemerintah harus
menyediakan kebutuhan dasar meliputi:
a) Kebutuhan air bersih dan sanitasi.
b) Pangan.
c) Sandang.
d) Pelayanan kesehatan.
e) Pelayanan Psikososial.
f) Penampungan dan tempat hunian.
5) Perlindungan terhadap kelompok rentan. Dilakukan dengan memberikan
prioritas kepada kelompok rentan berupa penyelamatan, evakuasi,
pengamanan, pelayanan kesehatan dan psikososial. Adapun yang termasuk
kelompok rentan terdiri atas :
a) Bayi, balita dan anak-anak.
b) Ibu yang sedang mengandung dan menyusui.
c) penyandang cacat.
d) Lanjut usia.
6) Pemulihan prasarana dan sarana vital. Pemulihan prasarana dan sarana vital
bertujuan berfungsinya prasarana dan sarana vital dengan segera, agar
kehidupan masyarakat tetap berlangsung, dilakukan dengan
memperbaiki/menggantikan kerusakan akibat bencana.
4. Pasca Bencana
Dalam penanganan penanggulangan bencana ditahap pasca bencana dilakukan
kegiatan rehabilitas dan rekonstruksi.
a. Rehabilitasi
1) Perbaikan lingkungan daerah bencana.
2) Perbaikan prasarana dan sarana umum.
3) Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat.
4) Pemulihan sosial psycologis.
5) Pelayanan kesehatan.
6) Rekonsiliasi dan resolusi konflik.
7) Pemulihan sosial ekonomi budaya.
8) Pemulihan keamanan dan ketertiban.
9) Pemulihan fungsi pemerintah.
10) Pemulihan fungsi pelayanan publik.
11) Ketentuan lain mengenai rehabilitasi diatur dengan peraturan pemerintah.
b. Rekonstruksi.
Dilakukan melalui kegiatan pembangunan yang lebih baik meliputi :
1) Pembangunan kembali sarana dan prasarana.
2) Pembangunan kembali sarana sosial masyarakat.
3) Membangkitkan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat.
4) Penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang lebih
baik dan tahan bencana.
5) Partisipasi dan peran serta lembaga organisasi kemasyarakatan, dunia usaha
dan masyarakat.
6) Peningkatan kondisi sosial, ekonomi dan budaya.
7) Peningkatan fungsi pelayanan publik.
8) Peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat.
9) Ketentuan lain mengenai rekonstruksi diatur dengan peraturan pemerintah.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian pcristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oieh
faktor alam dan/atau faktor nonalam ulah tangan manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda serta
dampak psikologis.
Beberapa potensi bencana yang perlu diwaspadai antara lain bencana banjir,
bencana tanah longsor, bencana letusan gunung api, bencana Gempa Bumi, Bencana
Tsunami, Bencana Kebakaran, Bencana Kekeringan. Kekeringan, Bencana Angin
Siklon Tropis, Bencana Wabah Penyakit dan Bencana Kegagalan Teknologi.
3.2 Saran
Meskipun makalah ini masih belum sempurna, maka disarankan kepada
pembaca kiranya dapat mempelajari dan mengetahui prinsip dasar penanggulangan
bencana. Dengan demikian dapat turut serta dalam pengendalian dini bencana yang
akan terjadi.
DAFTAR PUSTAKA

Ns. Lumbantoruan Pirton, M.Kep


https://id.scribd.com/doc/146250813/Makalah-Sistem-Penanggulangan-Bencana

Anda mungkin juga menyukai