Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sacara umum trauma melahirkan didefinisikan sebagai benturan,
tekanan, atau singgungan yang menimbulkan dampak berupa perlukaan baik
luka terbuka, tertutup, maupun luka memar. Tekanan bisa berasal dari benda
tumpul maupun benda tajam. Trauma tidak hanya bersifat fisik melainkan bisa
berupa tekanan psikologis yang lebih banyak berefek pada kelainan psikologis
seperti rasa cemas, gelisah, takut, sulit tidur sampai depresi. Secara khusus
trauma dalam kehamilan adalah trauma yang berdampak tidak hanya pada ibu
tetapi juga pada janinnya.
Berdasarkan akibat yang ditimbulkan, trauma bisa diklasifikasi
sebagai trauma mayor dan trauma minor. Trauma mayor adalah trauma yang
dampaknya mengancam kehidupan, memerlukan perawatan di rumah sakit,
menimbulkan cacat fisik yang permanen sampai disabilitas atau menyebabkan
kehidupan janin terganggu sedangkan Trauma minor adalah trauma yang tidak
memenuhi kriteria mayor atau trauma yang hanya berdampak ringan seperti
luka memar, lecet, nyeri, atau luka tajam yang penanganannya selesai dengan
penjahitan dan tidak memerlukan pemondokan.
Ibu hamil memang rentan terhadap trauma karena perubahan-
perubahan anatomis dan fisiologis selama kehamilan. Pada kehamilan muda,
dengan kenaikkan kadar BHCG, maka mual dan muntah adalah gejala yang
hampir selalu dijumpai. Demikian juga kenaikan volume plasma yang lebih
besar dibanding kenaikan korpuskuli darah menyebabkan terjadinya
pengenceran darah yang berakibat terjadi penurunan tekanan darah. Penurunan
tekanan darah juga mengakibatkan keluhan pusing. Pada kehamilan yang lebih
tua, dengan makin membesarnya uterus, maka perut lebih menonjol ke depan
dan terjadilah hiperlordosis lumbalis.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penulisan ini penulis
membuat rumusan masalah yang berkaitan dengan asuhan keperawatan Fistula
Genetalia demi tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi ibu hamil di
Indonesia.

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penulisan ini adalah untuk mengetahui asuhan
keperawatan Fistula Genetalia.
2. Tujuan Khusus
1. Memahami asuhan keperawatan Fistula Genetalia.
2. Menerapkan asuhan keperawatan Fistula Genetalia.

D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
1. Bagi Institusi Pendidikan
Penulisan ini dapat dijadikan masukan kepada pendidik dan
mahasiswa, serta menambah wawasan baru tentang asuhan
keperawatan Fistula Genetalia.
2. Bagi Ilmu keperawatan
Penulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan
mahasiswa khususnya pada ilmu keperawatan sehingga dapat
memberikan pelayanan yang maksimal.
2. Manfaat Praktis
1. Bagi Praktek Keperawatan
Hasil penulisan ini dapat dijadikan sumber informasi dalam upaya
meningkatkan pelayanan kesehatan.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Fistula Genetalia


Fistula adalah terjadinya hubungan antara rongga alat dalam
dengan dunia luar. Fistula Genetalis adalah terjadinya hubungan antara
traktus genitalia dengan traktus urinarius atau, gastrointestinal dan
dapat ditemukan satu atau gabungan dua kelainan secara bersamaan.

B. Jenis Fistula Genetalia


a. Fistula Vesikovaginal
Fistula terbentuk antara vagina dengan kandung kemih. Disebut
juga fistula kandung kemih.
b. Fistula Ureterovaginal
Fistula terbentuk antara vagina dan ureter (saluran yang membawa
urine dari ginjal ke kandung kemih).
c. Fistula Uretrovaginal
Fistula terbentuk antara vagina dengan uretra (saluran kemih).
Nama lainnya adalah fistula uretra.
d. Fistula Kolovaginal
Fistula terbentuk antara vagina dengan usus besar.
e. Fistula Enterovaginal
Fistula terbentuk antara usus halus dengan vagina.

C. Etiologi
1. Fistula Vesiko Vagina
Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya Fistula Vesiko
Vagina antara lain :
a. Komplikasi Obstetrik, yaitu terjadi karena persalinan.
1) Karena robekan oleh forceps, alat-alat yang meleset atau
karena sectio sesare.

3
2) Karena nekrosis tekanan, dimana jaringan tertekan lama
antara kepala anak dan sympisis seperti pada persalinan
dengan panggul sempit, hydrocepalus atau kelainan letak.
Kalau pembukaan belum lengkap dapat terjadi fistula
cervicalis atau fistel ureter, sedangkan pada pembukaan
lengkap biasanya terjadi fistula vesico vaginalis.
Pengawasan kehamilan yang baik disertai pimpinan dan
penanganan persalinan yang baik pula akan mengurangi
jumlah fistel akibat persalinan. Fistel karena perlukaan
atau robekan terjadi segera setelah partus, sedangkan fistel
karena nekrosis (partus lama) terjadi 4-7 hari post partum.
b. Operasi Ginekologi, terjadi pada :
1) Karsinoma, terutama karsinoma servisis uteri.
2) Karena penyinaran : baru timbul 2-5 tahun setelah
penyinaran.
3) Karena operasi ginekologis : pada histerektomi abdominal
dan vaginal atau operasi untuk prolaps dapat terjadi
perlukaan vesika urinaria. Pada histerektomi totalis dapat
terjadi lesi dari ureter atau kandung kemih.
c. Fistula Traumatik, terjadi pada :
1) Pada abortus kriminalis
2) Perlukaan oleh benda-benda runcing, misalnya karena
terjatuh pada benda yang runcing.
3) Karena alat-alat : kateter, sonde, kuret
d. Penyebab lain yang jarang ditemukan seperti kondisi
peradangan saluran pencernaan, penyakit chronis, trauma yang
berasal dari benda asing dan kelainan kongenital.
2. Fistula Recto Vaginal
a. Cedera selama proses melahirkan
b. Penyakit Crohn atau penyakit peradangan usus lainnya.
c. Pengobatan kanker atau radiasi di daerah pinggul.

4
d. Operasi yang melibatkan vagina, perineum, rektum dan anus
berikut komplikasinya.
e. Penyebab lainnya seperti infeksi anus atau rektum;
diverkulitis; ulcerative colitis; atau cedera vagina lain yang
tidak disebabkan proses melahirkan.

D. Klasifikasi
1. Fistula VesikoVaginal
Terdapat 2 jenis fistula vesikovaginalis, yaitu :
a. Simple vesicovaginal fistulae
- Ukuran fistula < 2-3 cm dan terletak supratrigonal.
- Tidak ada riwayat radiasi atau keganasan
- Panjang vagina normal
b. Complicated vesicovaginal fistulae
- Mempunyai riwayat radiasi sebelumnya
- Terdapat keganasan pelvis
- Vagina pendek
- Ukuran fistula > 3 cm
- Mengenai trigonum vesika urinaria
2. Fistula Recto Vaginal
Sejumlah faktor yang berhubungan dengan fistula rektovaginal
dapat digunakan untuk mengklasifikasikan fistula termasuk ukuran,
lokasi, dan penyebab fistula. Faktor-faktor yang untuk
mengklasifikasikan fistula ke fistula simple atau kompleks.
a. Simple rektovaginal fistula
- Rendah atau pertengahan vagina septum<2,5 cm dengan
diameter
- Karena trauma atau infeksi.
b. Kompleks rektovaginal fistula
- Tinggi rektovaginal septum> 2,5 cm dengan diameter
- Karena penyakit radang usus, radiasi, atau neoplasma
sebelumnya gagal perbaikan.

5
E. Patofisiologi
Salah satu etiologi dari terbentuknya fistel adalah dari
pembedahan. biasanya karena terjadi kurangnya ke sterilan alat atau
kerusakan intervensi bedah yang merusak abdomen. Maka kuman akan
masuk kedalam peritoneum hingga terjadinya peradangan pada
peritoneum sehingga keluarnya eksudat & fibrinosa (abses) ,
terbentuknya abses biasanya disertai dengan rasa nyeri pada lokasi
abses.
Infeksi biasanya akan meninggalkan jaringan parut dalam
bentuk pita jaringan (perlengketan dan adesi), karena adanya
perlengketan maka akan terjadinya kebocoran pada permukaan tubuh
yang mengalami perlengketan sehingga akan menjadi sambungan
abnormal diantara permukaan tubuh. Maka dari dalam fistel akan
mengeluarkan drain atau & feses. Karena terjadinya kebocoran pada
permukaan tubuh yang mengalami perlengketan maka akan menyumbat
usus dan gerakan peristaltik usus akan berkurang sehingga cairan akan
tertahan didalam usus halus dan usus besar (yang bisa menyebabkan
edema). Jika tidak di tangani secara cepat maka cairan akan merembes
kedalam rongga peritoneum sehingga terjadinya dehidrasi.

6
Fistula Genetalia

Terjadinya Pembedahan Resiko tinggi infeksi

Peritoneum terjadi peradangan Terjadinya kebocoran pada


Permukaan tubuh yang menga
lami penyumbatan usus
Keluarnya eksudat fibrinosa (abses)

Dehidrasi
Nyeri

Cemas

F. Manifestasi Klinis
1. Fistula Vesiko Vaginal
Secara klinis gejala Fistula Vesiko Vagina mengalami
inkontinen urine dan tidak ada rasa nyeri. Komplikasi yang sering
terjadi yaitu adanya iritasi pada daerah perineum dan paha atas,
dermatitis kronis, infeksi saluran kemih serta penumpukkan kristal
(Calculi pada buli-buli), amenorrhoe sekunder sebagai akibat
sentral oleh karena depresi berat dan endometritis. Juga dapat
terjadi striktura / stenosis vagina yang merupakan gejala yang
sering bersamaan dengan fistula.
Fistula sebagai akibat trauma obstetrik dapat timbul segera
setelah persalinan atau beberapa lama setelah persalinan,
sedangkan fistula akibat tindakan operasi ginekologi 5 - 14 hari
pasca bedah.

7
Pada fistula yang kecil urine dapat merembes sedikit. Gejala
paling sering dari Fistula Vesiko Vagina adalah inkontinensia total
involunter yaitu adanya iritasi daerah vulva dan seringnya terjadi
ISK. Trias gejala yang timbul setelah tindakan pembedahan : sekret
air kencing, nyeri perut dan kenaikan suhu badan dapat dipastikan
adanya Fistula Vesiko Vagina.
2. Fistula Recto Vaginal
Gejala dari fistula recto vaginal antara lain yaitu :
a. Keluarnya gas, tinja atau nanah dari vagina.
b. Segala sesuatu yang keluar dari vagina berbau tajam.
c. Infeksi saluran kemih atau vagina kambuhan.
d. Iritasi atau nyeri pada vulva, vagina serta area diantara vagina
dan anus (perineum).
e. Terasa nyeri ketika berhubungan seksual striktura / stenosis
vagina yang merupakan gejala yang sering bersamaan dengan
fistula.

Fistula sebagai akibat trauma obstetrik dapat timbul segera


setelah persalinan atau beberapa lama setelah persalinan,
sedangkan fistula akibat tindakan operasi ginekologi 5 - 14 hari
pasca bedah.
Pada fistula yang kecil urine dapat merembes sedikit. Gejala
paling sering dari Fistula Vesiko Vagina adalah inkontinensia total
involunter yaitu adanya iritasi daerah vulva dan seringnya terjadi
ISK. Trias gejala yang timbul setelah tindakan pembedahan : sekret
air kencing, nyeri perut dan kenaikan suhu badan dapat dipastikan
adanya Fistula Vesiko Vagina.
3. Fistula Recto Vaginal
Gejala dari fistula recto vaginal antara lain yaitu :
a. Keluarnya gas, tinja atau nanah dari vagina.
b. Segala sesuatu yang keluar dari vagina berbau tajam.
c. Infeksi saluran kemih atau vagina kambuhan.

8
d. Iritasi atau nyeri pada vulva, vagina serta area diantara vagina
dan anus (perineum).
e. Terasa nyeri ketika berhubungan seksual

G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes pewarnaan Urine (Test Metilen Biru)
Dilakukan jika dengan pemeriksaan Spekulum lokasi Fistel sukar
ditentukan. Beberapa kasa diletakkan dalam vagina, kemudian
kandung kemih diisi dengan metilen biru melalui kateter sebanyak
30-50 cc. Setelah 3 – 5 menit kasa dalam vagina dikeluarkan satu
per satu dengan mudah dapat terlihat adanya cairan metilen biru
dan sekaligus dapat mengetahui lokasi Fistula Vesiko Vagina.
2. Cara lain yang hampir sama yaitu ( Test Tampon Moir )
Disini digunakan untuk membedakan antara Fistula Utero Vagina
yang kecil dan Fistula Vesiko Vagina.
Caranya : 150 – 200 cc larutan metilen biru dimasukkan dalam
kandung kemih, sebelumnya sudah dimasukkan 3 tampon dalam
vagina. Pasien kemudian disuruh jalan-jalan selama 10-15 menit,
kemudian tampon dikeluarkan. Jika tampon bagian bawah basah
dan berwarna biru maka kebocoran dari urethra. Jika bagian tengah
basah dan berwarna kebiruan berarti dari Fistula Vesiko Vagina.
Jika bagian atas yang basah tetapi tidak berwarna biru berarti dari
ureter.
3. Endoskopi ( Cystoscopy )
Dapat membedakan lokasi dan ukuran Fistel serta derajat reaksi
radang sekitar Fistel. Banyak Fistel yang terjadi sesudah tindakan
histerektomi dan lokasi biasanya dibelakang cela intra uterin dan
berhubungan dengan dinding anterior vagina.
4. Pemeriksaan Radiologis
IVP dilakukan untuk membedakan Fistula Vesiko Vagina atau
Obstruksi Ureter dengan retrograde Pyelogram paling bermakna
untuk menentukan adanya Fistula Vesiko Vagina. Retrograde

9
Pyelogram dilakukan jika pada IVP ditemukan keadaan yang
abnormal atau lokasi Fistula sukar ditentukan

H. Penatalaksanaan
1. Medis
Pengobatan yang dapat dilakukan yaitu dengan cara operasi.
Operasi untuk kasus ini tanpa komplikasi memiliki tingkat
keberhasilan 90%. Operasi ini sukses dapat memungkinkan
perempuan untuk hidup normal dan memiliki anak lagi. Perawatan
pasca operasi sangat penting untuk mencegah infeksi. Beberapa
wanita yang tidak bersedia untuk operasi ini, dapat mencari
pengobatan alternatif yang disebut urostomy (pengumpulan urine
dipakai setiap hari).
Manfaat terbesar dari perawatan bedah adalah bahwa banyak
wanita dapat kembali bergabung bersama keluarga mereka,
masyarakat dan tanpa ada rasa malu dari kondisi mereka karena
bocor dan bau.

2. Keperawatan
a. Pra Operasi: Persiapan fisik, laboratorium, antibioka
profilaksis, persiapan kolon bila perlu.
b. Waktu reparasi, tergantung sebab trauma operasi segera, saat
operasi tersebut, atau ditunda jika diketahui pasca operasi.
c. Pasca Operasi: drainase urine kateter terpasang.

I. Komplikasi
1. Ureter obstruksi, dapat berupa obstruksi karena terjahit atau terlipat
akibat jahitan di sekitar ureter. Dapat diketahui dengan evaluasi
cystoskopi.
2. Perdarahan vesika, dapat terjadi akibat perlukaan mukosa vesika.
Bekuan dapat menyumbat katheter sehingga distensi vesika yang

10
berlebihan mengakibatkan jaringan yang baru dijahit terbuka.
Bekuan ini dapat dibersihkan dengan penghisap melalui uretra.
3. Infeksi , terjadi karena invasi kuman daerah genital, umumnya gram
negatip. Antibiotika profilaksis diberikan sebelum operasi.
4. Fistula terbuka, kegagalan penutupan fistula biasanya diketahui hari
7 – 10, penderita mengeluh ngompol kembali. Ganti katheter dengan
ukuran lebih besar memastikan urine dapat keluar dengan lancar,
penutupan spontan diharapkan dapat terjadi. Jika tetap bocor,
dilakukan operasi ulang setelah 3 bulan.
5. Inkontinensia , pada vesika yang kontraktur terjadi gangguan pada
sfingter, meskipun fistula sudah tertutup baik, penderita tidak dapat
menahan kencing, urine keluar spontan.

11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Asuhan Keperawatan Fistula Genetalia


1. Pengkajian
Dilaksanakan pada klien dengan kelainan menstruasi selain dilakukan
pengkajian secara umum, juga dilakukan pengkajian khusus yang ada
hubungannya dengan kelainan menstruasi, adapun hal-hal yang perlu
dikaji adalah :
1) Pertama kali mendapat
menstruasi, lama menstruasi, banyaknya darah, siklus teratur atau
tidak dan beberapa hari siklus.
2) Ada tidakannya rasa nyeri saat
menstruasi.
3) Riwayat keluarga, apakah ada
yang mempunyai penyakit yang sama.
4) Riwayat Obstetri
5) Riwayat Perkawinan
6) Kebiasaan hidup sehari-hari
7) Penyakit yang pernah di derita
8) Pengetahuan klien dan keluarga
tentang penyakit dan perawatan.
9) Gejala gastro intestinal : tidak
nafsu makan, mual, muntah.
10) Ada atau tidaknya pusing, sakit
kepala, kurang konsentrasi.
11) Adanya kelelahan, banyak
keringat.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa,
proses inflamasi.

12
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan
penurunan daya tahan tubuh, proses pembedahan.
3. Kecemasan berhubungan dengan perubahan
status kesehatan.

3. Intervensi
Diagnosa 1 : Nyeri b.d iritasi mukosa, proses inflamasi
Tujuan : Dapat mengatasi nyeri yang dirasakan oleh pasien.
Kriteria hasil :
a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan teknik nonfarmokologi untuk mengurangi nyeri).
b. Menyatakan rasa nyaman saat nyeri berkurang.
c. Mampu mengenali skala nyeri.
d. Tidak mengalami gangguan tidur.
No Intervensi Rasional
1. Melakukan pengkajian nyeri. Mengetahui skala nyeri.
2. Mengobservasi reaksi komunikasi Mengetahui pengalaman nyeri
terapeutik untuk mengetahui pasien.
pengalaman nyeri pasien.

3. Memberikan informasi tentang Agar pasien mengetahui tentang


nyeri. rasa nyerinya.

Diagnosa 2 : Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan daya


tahan tubuh.
Tujuan : Pasien tidak mengalami infeksi.
Kriteria hasil :
a. Pasien bebas dari gejala
infeksi.
b. Menunjukkan kemampuan
untuk mencegah timbulnya infeksi.

13
c. Menunjukkan perilaku hidup
sehat.
No Intervensi Rasional
1. Bersihkan lingkungan setelah Agar lingkungan pasien bersih.
dipakai pasien.

2. Membatasi pengunjung bila perlu. Agar pasien tidak terkontaminasi


virus dari luar.

3. Cuci tangan sesudah dan sebelum Mengurangi kemungkinan


melakukan tindakan keperawatan. pasien terkontaminasi dari
kuman yang berada ditangan.

Diagnosa 3 : Ansietas berhubungan dengan status kesehatan.


Tujuan : Pasien dapat mengatasi kecemasannya.
Kriteria hasil :
a. Pasien mampu mengidentifikasi dan menunjukkan teknik untuk
mengontrol cemas.
b. Pasien mampu mengungkapkan gejala cemas.
c. TTV dalam batas normal.
d. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh menunjukkan
berkurangnya kecemasan.
No Intervensi Rasional
1. Menggunakan pendekatan yang Agar terjalin pendekatan yang
menenangkan diinginkan

2. Mendukung pasien untuk Membantu mengurangi kece-


mengungkapkan perasaan masan.
ketakutan dan persepsi

3. Menemani pasien untuk Agar pasien tidak merasa


memberikan keamanan dan kesepian.
mengurangi rasa takut.

14
4. Evaluasi
1. Rasa nyeri berkurang.
2. Klien merasa nyaman.
3. Klien dapat menggunakan
obat dengan benar.
4. Rasa cemas berkurang
dengan pengertian yang telah diberikan.

BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan data – data diatas pada askep fistula genetalia ada tiga
diagnosa keperawatan yang mungkin muncul yaitu meliputi: Nyeri
berhubungan dengan iritasi mukosa, proses inflamasi. Resiko tinggi infeksi
berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh, proses pembedahan.
Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
Dari ketiga diagnosa fistula genetalia menurut kami diagnosa nyeri
adalah yang paling banyak dialami dan membutuhkan penanganan khusus,
bukan berarti diagnosa-diagnosa yang lain tidak di alami oleh penderita fistula
genetalia. Namun dalam hal ini nyeri adalah kunci dari berbagai diagnosa,
nyeri dapat membuat pasien menjadi resiko tinggi infeksi, nyeri juga dapat
membuat pasien merasa cemas.
Nyeri pada pasien fistula genetalia disebabkan oleh perritoneum
terjadi peradangan yang menyebabkan keluarnya eksudat fibrinosa (abses)
sehingga terjadi nyeri. Adanya keputusan penyelesaian berdasarkan NIC dan
NOC intervensi yang bertujuan agar pasien merasakan berkurangnya nyeri.

15
Intervensi yang akan dilakukan dari diagnosa kerusakan integritas
kulit adalah menganjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar,
jaga kebersihan kulit pasien agar selalu bersih, memonitor kulit pasien apakah
ada kemerahan pada kulitnya atau tidak, dan berikan posisi yang mengurangi
tekanan pada luka. Sedangkan intervensi yang dilakukan dari diagnosa nyeri
yaitu melakukan pengkajian skala nyeri, mengobservasi reaksi komunikasi
terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien, dan berikan informasi
tentang nyeri tersebut.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Fistula adalah terjadinya hubungan antara rongga alat dalam dengan dunia
luar. Fistula Genetalis adalah terjadinya hubungan antara traktus genitalia dengan
traktus urinarius atau, gastrointestinal dan dapat ditemukan satu atau gabungan
dua kelainan secara bersamaan. Penatalaksanaan dengan cara :
1. Medis
Pengobatan yang dapat dilakukan yaitu dengan cara operasi. Operasi untuk
kasus ini tanpa komplikasi memiliki tingkat keberhasilan 90%. Operasi ini sukses
dapat memungkinkan perempuan untuk hidup normal dan memiliki anak lagi.
Perawatan pasca operasi sangat penting untuk mencegah infeksi. Beberapa wanita
yang tidak bersedia untuk operasi ini, dapat mencari pengobatan alternatif yang
disebut urostomy (pengumpulan urine dipakai setiap hari).
Manfaat terbesar dari perawatan bedah adalah bahwa banyak wanita dapat
kembali bergabung bersama keluarga mereka, masyarakat dan tanpa ada rasa malu
dari kondisi mereka karena bocor dan bau.

16
2. Keperawatan
Pra Operasi : Persiapan fisik, laboratorium, antibioka profilaksis, persiapan
kolon bila perlu.
Waktu reparasi : tergantung sebab trauma operasi segera, saat operasi
tersebut, atau ditunda jika diketahui pasca operasi.
Pasca Operasi : drainase urine kateter terpasang.terpasang

B. Saran
a. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa agar dapat meningkatkan pengetahuannya tentang
macam-macam penyakit terutama pada system urinarius dan juga
meningkatkan kemampuan dalam pembuatan asuhan keperawatan pada
pasien khususnya dengan inkontinensia.
b. Bagi Perawat
Diharapkan bagi perawat agar dapat meningkatkan keterampilan dalam
memberikan asuhan keperawatan serta pengetahuannya sehingga dapat
memberikan asuhan keperawatan yang optimal terkhususnya pada pasien
inkontinensia.
c. Bagi Dunia Keperawatan
Meningkatkan profesionalitas sebagai seorang perawat sehingga
diharapkan asuhan keperawatan ini dapat terus diperbaiki kekurangannya
dan dapat menambah pengetahuan yang lebih baik bagi dunia
keperawatan, serta dapat diaplikasikan untuk mengembangkan kompetensi
dalam keperawatan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nuratif, Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta

Iman, B susanto. Inkontinensia Urin pada Perempuan. Dalam: Maj Kedokt indon.
Volume 58 No 7. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2008.
H. 258-64

Errol Norwitz & John Schorge. At a Glance Obstetri & Ginekologi. Jakarta. H. 40

Santoso BI. 2009. Fistula Genitalia, Urogenikologi l, Uriginikologi Rekonstruksi


Obstet dan ginekol FK-UI: Jakarta.

18

Anda mungkin juga menyukai