Anda di halaman 1dari 2

A.

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang ditandai
dengan peningkatan kadar gula darah atau hiperglikemia karena produksi
insulin yang terganggu sehingga terjadi ketidakseimbangan antara kebutuhan
dan produksi insulin dalam tubuh (Tarwoto 2012). Prevalensi DM di dunia
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, penderita DM pada tahun 2015
terdapat 382 juta orang. Diperkirakan penderita DM mencapai 642 juta pada
tahun 2040 (IDF, 2015). Jumlah penderita DM di Jawa Tengah mengalami
peningkatan dari 15,77% di tahun 2015 menjadi 22,1% di tahun 2016 dan
menduduki peringkat ke-2 penyakit tidak menular setelah hipertensi (Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2016).
Peningkatan prevalensi DM akan meningkatkan prevalensi ulkus
dibetikum dan berisiko terjadinya infeksi serta berakhir dengan amputasi atau
kematian. Prevalensi penderita ulkus diabetikum di Indonesia sekitar 15%
dengan risiko amputasi sebesar 30% dan angka mortalitas sebesar 32%.
Perawatan ulkus dibetikum sangat diperlukan untuk mengurangi risiko
terjadinya amputasi dan mortalitas (Priantono 2014).
Perawatan ulkus dibetikum paling sering menggunakan larutan NaCl 0,9%
atau larutan antbiotik (Kristiyaningrum & Suwarto 2013). Cairan NaCl 0,9%
merupakan cairan fisiologis yang efektif untuk perawatan luka karena sesuai
dengan kandungan garam tubuh. Penelitian yang dilakukan Kristiyaningrum
& Suwarto (2013) menyatakan bahwa penggunaan NaCl 0,9% lebih efektif
dibandingkan NaCl 40% terhadap penyembuhan luka kaki diabetes. Selain
menggunakan cairan tersebut ada juga tumbuhan yang dapat dijadikan obat
dalam perawatan luka kaki dibetes, salah satunya yaitu daun sirih merah.
Sehingga perlu dikembangkan menggunakan obat herbal yang relatif murah
namun aman dalam perawatan luka ulkus diabetes (Amalia 2009).
Sirih merah yang mengandung tanin, flavonoid, saponin dan minyak astiri
berfungsi sebagai antibakteri dapat menjdi alternatif dalam mengatasi infeksi
yang terjadi pada luka diabetikum (Amalia 2009). Kandungan tanin bersifat
antibakteri dengan cara mengganggu permeabilitas sel bakteri dan berperan
sebagai astringen yang dapat menyebabkan penutupan pori-pori kulit,
memperkeras kulit, menghentikan eksudat dan pendarahan yang ringan
(Middleton 2000). Kandungan flavonoid berpengaruh sebagai antiinflamasi,
antioksidan, antialergen, dan antikarsinogen (Fithriyah 2013). Kandungan
saponin memiliki kemampuan sebagai pembersih atau antiseptik yang
berfungsi membunuh atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme (Mackay
2003). Minyak atsiri mengandung kavikol dan phenol yang berguna sebagai
antimikroba, antibakteri dan disinfektan (Moeljanto 2003).
Berdasarkan data dari perawat, bahwa perawatan luka ulkus DM di ruang
Dahlia kelas III RS Prof. Dr. Goeteng Teroenadibrata baru menggunakan
larutan NaCl sehingga membutuhkan alternatif lain yang memberikan
manfaat lebih baik pada proses penyembuhan luka dengan bahan yang mudah
didapatkan di lingkungan sekitar dan harga yang murah sehingga tidak
memberatkan pasien.

2. Tujuan
Tujuan penulisan ini untuk menganalisis manfaat perawatan luka ulkus DM
menggunakan larutan NaCl 0,9% dan rebusan daun sirih merah terhadap
proses penyembuhan luka.

Anda mungkin juga menyukai