Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dengue Hemmorhagic Fever (DHF) adalah penyakit infeksi yang

disebabkan oleh virus dengue dengan tanda dan gejala demam, nyeri otot,

nyeri sendi disertai lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia (Rohim,

2004).

Sekitar 2,5 milyar (2/5 penduduk dunia) mempunyai resiko untuk

terkena infeksi virus Dengue. Lebih dari 100 negara tropis dan subtropis

pernah mengalami letusan demam berdarah. Kurang dari 500.000 kasus setiap

tahun di rawat di RS dan ribuan orang meninggal (Mekadiana, 2007).

Sebagian pasien DHF yang tidak tertangani dapat mengalami Dengue

Syok Sindrom yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini dikarenakan pasien

mengalami deficit volume cairan akibat meningkatnya permeabilitas kapiler

pembuluh darah sehingga darah menuju keluar pembuluh. Sebagai akibatnya

hampir 35% paien DHF yang terlambat ditangani di RS mengalami syok

hipovolemik hingga meninggal.


1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Setelah proses pembelajaran, diharapkan mahasiswa mampu melakukan asuhan


keperawatan pada klien dengan Demam Berdarah.

1.2.2 Tujuan Khusus

Mahasiswa mampu memahami:


a. Definisi Demam Berdarah

b. Etiologi Demam Berdarah

c. Patofisiologi Demam Berdarah


d. Klasifikasi Demam Berdarah
e. Manifestasi klinis Demam Berdarah
f. Pencegahan Demam Berdarah
f. Pemeriksaan Penunjang Demam Berdarah
g. Komplikasi Demam Berdarah
h. Penatalaksanaan Demam Berdarah
i. Asuhan Keperawatan pada pasien Demam Berdarah.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Demam Berdarah

2.2.1 Pengertian

Demam dengue disebabkan oleh virus dengue yang termasuk dalam

genus flavi virus merupakam virus dengan diameter 30nm. Terdapat 4 serotipe

virus yaitu den 1, den 2, den 3, den 4 yang semua dapat menyebabkan DHF. Ke-

4 serotipe ditemukan di Indonesia dengan den 3 merupakan serotype terbanyak

(Sudoyo, 2006).

2.2.2. Etiologi

Penyebab Dengue Hemmorhagic Fever (DHF) dinamakan virus

dengue tipe 1, tipe 2, tipe 3,tipe 4. Vektor dari DHF adalah Aedes aegypti, aedes

albopictus, aedes aobae, aedes cooki, aedes hakanssoni, aedes

polynesis, aedes pseudoscutellaris, aedes rotumae (Sumarmo, 2005).

Virus dengue termasuk Flavivirus secara serologi terdapat 4 tipe yaitu

tipe1, tipe 2, tipe 3, tipe 4. Dikenal 3 macam arbovirus Chikungunyam

Onyong-nyong dari genus Togavirus dan West Nile Fever dari genus Flavivirus,

yang mengakibatkan gejala demam dan ruam yang mirip DB (Widagdo, 2011).

2.2.3. Manifestasi Klinik

Menurut Wahidayat (2005) manifestasi klinis DHF sebagai berikut :

Demam tinggi (2-7 hari), perdarahan (petekia, purpura, epiktasis, perdarahan

gusi), pembesaran hati (hepatomegali), tekanan darah menurun,

pembesaran kelenjar limfa, gelisah, timbul sianosis di sekitar mulut, muntah,

melena.
2.2.4. Klasifikasi

Menurut Suriadi (2010) derajat penyakit DHF diklasifikasikan menjadi

4 golongan, yaitu :

a. Derajat I : demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Uji

tourniquet positif, trombositopenia dan hemokonsentrasi.

b. Derajat II : sama dengan derajat I, ditambah gejala peerdarahan spontan.

c. Derajat III : ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi

lemah dan cepat (> 120 x/mnt) tekanan nadi sempit (< 120 mmHg).

d. Derajat IV : nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teratur.

2.2.5. Patofisiologi

Virus dengue masuk ke dalam tubuh kemudian akan beraksi dengan

antibody dan terbentukalah kompleks virus antibody, dalam sirkulasi akan

mengaktivasi system komplemen, akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a

dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan

merupakan mediator kuat sebagai faktor meningginya pemeabilitas dinding

pembuluh darah. Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan

berkurangnya volume plasma, sehingga terjadi hipotensi, hemokonsentrasi,

dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok) (Suriadi, 2010).


2.2.6. Komplikasi

Menurut Widagdo (2012) komplikasi DBD adalah sebagai berikut :

a. Gagal ginjal.

b. Efusi pleura.

c. Hepatomegali.

d. Gagal jantung

2.2.7. Pemeriksaan laboratorium

Menurut Hindra (2004) pemeriksaan penunjangnya adalah:

a. Pemeriksaan darah tepi.

b. Pemeriksaan jumlah trobosit

c. Pemeriksaan limfosit apical

d. Pemeriksaan hematokrit

e. Uji serologi dengue Ig M dan Ig G

2.2 Asuhan Keperawatan


Kasus
Seorang laki-laki berusia 25 tahun menjalani MRS hari ke-2 diagnosa DHF dengan
keluhan demam, nyeri pada punggung dan tulang hilang timbul, kepala pusing. TD
o o
110/70 mmHg, rentang suhu 38 -39 C sudah terjadi hampir 2 hari SMRS dan saat ini
o
38,5 C. Uji torniket positif, petekie (+), mual (+), muntah (+), BAB terakhir encer.
Nilai lab: Ht 55,3%, Hb 20g/dL, LED 50mm/jam, Leukosit 5700/µL. Pasien saat ini
merasa lemas dan tidak mampu melakukan aktivitas fisik
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
 Pasien
 Nama : Tn. A
 Umur : 25 tahun
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Pendidikan : .SMA
 Pekerjaan : Pegawai swasta
 Status perkawinan : Menikah
 Agama : Hindu
 Suku : Bali
 Alamat : Jl. Imam bonjol. No. 14 Denpasar
 Tanggal masuk : 28 Mei 2017
 Tanggal pengkajian : 30 Mei 2017
 Sumber Informasi : pasien dan keluarga
 Diagnosa masuk : .DHF
 Penanggung
 Nama : Ny. K
 Hubungan dengan pasien : Istri
2. Riwayat keluarga
 Genogram (kalau perlu) :-
3. Status kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
 Keluhan utama (saat MRS dan saat ini): pasien mengeluh demam, nyeri
pada punggung dan tulang hilang timbul, kepala pusing.
 Alasan masuk Rumah Sakit dan perjalanan Penyakit saat ini: saat masuk
rumah sakit pasien mengeluh demam, nyeri pada punggung dan tulang
hilang timbul, kepala pusing. Saat ini pasien merasa lemas dan tidak
mampu melakukan aktifitas fisik
 Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
Apakah sebelum masuk rumah sakit pasien minum obat penurun
panas/parasetamol?
b. Status Kesehatan Masa Lalu
 Apakah sebelumnya pasien sudah pernah menderita DHF?
 Apakah sebelumnya pasien pernah dirawat karena penyakit tertentu?
 Apakah sebelumnya pasien memiliki riwayat alergi obat atau makanan?
 Apakah sebelumnya pasien pernsh memiliki riwayat tranfusi?
 Apakah pasien memiliki kebiasaan merokok, minum kopi dan pengguna
alkohol?
4. Riwayaan Penyakit Keluarga :
 Apakah ada keluarga pasien dalam satu rumah yang saat ini mengalami
DHF?
 Apakah ada tetangga atau keluarga dalam jarak rumah yang berdekatan
saat ini mengalami DHF?
5. Diagnosa Medis dan therapy: DHF
6. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan:
 Apakah saat sakit pasien akan minum obat dan pergi ke petugas
kesehatan terdekat?
 Apakah menurut pasien kesehatan itu penting?
b. Nutrisi/ metabolic:
 Setelah masuk rumah sakit pasien mengalami mual (+) dan muntah (+)
 Menilai apakah pasien mengalami perubahan porsi dan nafsu makan
sebelum dan setelah sakit?
 Menilai bagaimana konsumsi makanan dan cairan pasien setelah sakit?
c. Pola eliminasi
Berdasarkan pengkajian pasien mengalami BAB terakhir encer
d. Pola aktivitas dan latihan (ADL dan latihan)
- Menilai apakah pasien mampu melakukan aktivitas dan latihan seperti
perawatan diri, makan, mandi, toileting, berpakaian, mobilisasi, dan
berpindah secara mandiri atau dibantu
- Pasien mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas
e. Pola tidur dan istirahat
 Menilai frekuensi dan durasi periode istirahat dan tidur pasien sebelum
dan setelah sakit
 Apakah ada masalah yang dirasakan saat tidur?
f. Pola kognitif-perseptual
Berdasarkan pada kasus Pasien merasa nyeri pada punggung dan tulang
yang hilang timbul
g. Pola persepsi diri/konsep diri
Menanyakan pada pasien selama sakit apakah ada peruubahan peran, harga
diri, gambaran diri, ideal diri dan identitas diri
h. Pola seksual dan reproduksi
Apakah selama sakit pasien mengalami perubahan dalam pemenuhan
kebutuhan seksual
i. Pola peran-hubungan
Apakah terjadi perubahan peran hubungan dalam keluarga dan peran sosial
selama pasien sakit dan dirawat di rumah sakit?
j. Pola manajemen koping stress
Menilai apakah pasien mengungkapkan keluhan yang dirasakan baik pada
petugas kesehatan maupun keluarga
k. Pola keyakinan-nilai
Menilai apakah pasien mampu melakukan persembahyangan selama sakit
atau hanya berdoa di tempat tidur
7. Riwayat Kesehatan dan Pemeriksaan fisik
Keadaan umum :  Baik  Sedang  Lemah
Kesadaran: Composmentis
TTV TD: 110/70 Nadi : tidak dikaji
0
Suhu: 38,5 C RR: tidak dikaji
A. Kulit :
- Inspeksi : Menilai warna kulit, melihat ada tidaknya edema dan
lesi
- Palpasi : Menilai ada tidaknya edema, menilai ada tidaknya nyeri
tekan, menilai akral pasien pana, hangat atau dingin
B. Kepala:
- Inspeksi : Melihat keadaan rambut dan kulit kepala, melihat ada
tidaknya lesi
- Palpasi : Menilai ada tidaknya nyeri tekan dan edema
C. Mata
- Inspeksi : Menilai apakah pandangan kabur atau tidak, menilai
warna konjuctiva dan sklera
- Palpasi : - D.
Telinga
- Inspeksi : Melihat apakah telinga simetris, menilai ada tidaknya lesi
- Palpasi :-
E. Hidung
- Inspeksi : Melihat ada tidaknya lesi, melihat apakah terdapat sekret,
saat anak bernafas terdapat cuping hidung
- Palpasi :-
F. Mulut
- Inspeksi : Melihat warna mukosa mulut dan serta apakah mukosa
mulut lembab atau kering
- Palpasi :-
G. Leher
- Inspeksi : Melihat ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid pada
leher
- Palpasi : Menilai ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid atau
kelenjar limfe
H. Dada
Payudara
- Inspeksi :
Areola : Menilai warna areola
Puting : Menilai apakah puting susu menonjol atau tidak
- Palpasi :-
Paru-paru
- Inspeksi : Menilai apakah gerakan dada kanan dan kiri simetris
- Palpasi : Menilai bagaimana retraksi dinding dada
- Auskultasi : Menilai suara nafas klien (suara nafas anak mengi)
Jantung
- Inspeksi : Menilai apakah iktus kordis terlihat atau tidak
- Palpasi : Menilai tempat terabanya iktus kordis
- Auskultasi : Menilai suara jantung dan menilai apakah ada suara
tambahan
I. Abdomen
- Inspeksi : Melihat keadaan perut dan tidaknya asites
- Palpasi : Menilai ada tidaknya nyeri tekan
- Perkusi : Apakah suara perkusi perut timfani atau tidak
- Auskultasi : Menilai bunyi bising usus
J. Sistem gastrointestinal
Pasien mengalami mual (+) dan muntah (+)
K. Sistem muskuloskeletal
Berdasarkan kasus pasien mengeluh nyeri otot dan punggung hilang timbul
L. Genetalia
- Inspeksi : Melihat kebersihan genitalia
M. Anus dan rektum
- Inspeksi : Melihat keadaan dan kebersihan anus dan rektum
N. Muskuloskeletal
- Mengkaji refleks kaki dengan tes pattela
O. Neurologi
- Menilai tingkat kesadaran pasien (Composmentis)
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Data laboratorium yang berhubungan
Hematokrit: 55,3% (normal: 35-45%)
HB: 20g/dl. (normal 13-16g/dl)
LED: 50 mm/jam
Leukosit : 5700/uL (normal: 5000-10.000/uL) Plt: 34.000/uL (normal: 150-400)
9. Analisa Data
No Tgl Data Etiologi Masalah
1. 30 Mei DS: Pasien Gigitan nyamuk aedes Kekurangan
2017 merasa lemas aegypti Volume Cairan
dan tidak
mampu Masuknya virus dengue
melakukan dalam tubuh
aktivitas fisik.
DO: Hasil Kontak dengan antibodi
pemeriksaan lab
yang Virus berekasi dengan
menunjukan: antibodi
- Ht: 55,3%
- Hb: 20 g/dl Terbentuknya kompleks
- LED : virus antibodi
5700/µL
- Plt: 34.000 Aktivasi C3 & C5
/µL Pelepasan C3a & C5a

Peningkatan permaibilitas
dinding pembuluh darah

Perembesan plasma keluar


menuju ekstravaskuler

Kekurangan volume
cairan
2. 30 Mei DS : Pasien Virus masuk sirkulasi Hipertemi
2017 mengeluh
demam
Menempel di sel fagosit
DO : mononuklear
- Suhu tubuh
o
38,5 C
(normal: 36,5 Masuk & menginfeksi sel
o
fagosit
– 37,5 C)
- Kulit pasien
terasa panas Virus bereplikasi di dalam
saat disentuh sel fagosit

Aktivasi sel T helper, T


sitotoksis & sistem
komplemen

Merangsang mikrofag
melepaskan IL-1, TNF-α
& IFN-γ (pirogen
endogen)

Aktivasi IL-1 di
hipotalamus

10
Endothelium hipotalamus
meningkatkan produksi
prostaglandin &
neurotransmiter

Prostaglandin berikatan
dengan neuron prepiotik
di hipotalamus

Peningkatan thermostatic
set poin

Peningkatan suhu >


o
37,5 C

Hipertemi

B. Diagnosa Keperawatan (berdasarkan prioritas):


1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan mekanisme
regulasi ditandai dengan peningkatan hematokrit.
2. Hipertermi berhubungan dengan penyakit DHF ditandai dengan kulit
panas ketika disentuh.
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin,Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan

Sistem Imunologi. Jakarta: Salemba Medika

Carpenito, Lynda Jual-Moyet. 2008. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10.

Jakarta: EGC.

Doengoes, Marilyn. 2005. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawat Pasien. Jakarta: EGC.

Elizabeth, Corwin. 2006. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC

Grace, Pierce A, Borley, Neil R. 2006. Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta : Erlangga

Hindra, Satari. 2004. Demam Berdarah. Jakarta : Puspa Swara.

DAFTAR PUSTAKA
Centers for Disease Control and Prevention. 2008. Vaksinasi Cacar Air.
http://www.immunize.org/vis/in_var.pdf

Djuanda, Adhi (1993). Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin, Edisi Kedua, FK Universitas
Indonesia, Jakarta, 1993.

Dumasari, Ramona.2008. Varicella Dan Herpes Zooster. Departemen Ilmu Kesehatan Kulit
Dan Kelamin. Universitas Sumatra Utara.

Finn, Adam 2005. Hot Topics In Infection And Immunity In Children II. New York: Spinger

Hadinegoro , dkk. 2010. Terapi Asiklovir Pada Anak Dengan Varisela Tanpa Penyulit .
Departemen Ilmu Kesehatan Anak, RS Dr Cipto Mangunkusumo, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta. Sari Pediatri, Vol. 11, No. 6, April 2010

Joanne M. McCloskey Dochterman. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC).


Elsevier. Mosby

Kurniawan, dkk. 2009. Varicela Zoster Pada Anak. Medicinus · Vol. 3 No. 1 Februari 2009 –
Mei 2009

Mehta. 2006. Pyoderma gangrenosum on varicella lesions. Clinical and Experimental


Dermatology.Volume 32, pages 215–217, 27 November 2006

NANDA.2014. Nursing Diagnoses definitions and clasification 2015-2017 10th edition.


Wiley Blackwell

Prabhu, Smitha. 2009. Chilhood Herpes Zoster : A Clustering Of Ten Cases. Indian Journal
Of Dermatology.Vol : 54 Page 62-64

Rampengan, T.H. 2008. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak, Edisi 2, jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai