Anda di halaman 1dari 9

PROSIDING PEMAPARAN HASIL PENELITIAN PUSAT PENELITIAN GEOTEKNOLOGI LIPI TAHUN 2014

“Peran Penelitian Geoteknologi untuk Menunjang Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia”

PENGARUH LIMBAH CAIR INDUSTRI BATIK


TERHADAP KUALITAS AIRTANAH DANGKAL
DI DAERAH LAWEYAN SURAKARTA
Rizka Maria1, Nyoman Sumawijaya1, Dadan Suherman1, dan Dyah Marganingrum1
1
Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Jl. Sangkuriang, Bandung 40135
Email: rizka_maria@yahoo.com

ABSTRAK

Kampung batik Laweyan adalah sentra industri batik rumah tangga yang terkenal di Kota Surakarta.
Permasalahannya tidak semua industri batik bisa menyalurkan limbahnya menuju IPAL komunal
sehingga limbah pencelupan dibuang ke sungai. Akibatnya beberapa sumur warga yang mengalami
pencemaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh limbah cair industri batik terhadap
airtanah dangkal dengan pendekatan identifikasi jarak antara lokasi sumur terhadap sumber
pencemar, tekstur tanah, arah aliran airtanah, dan kondisi geologi terhadap sumber pencemar.
Berdasarkan hasil analisa, kadar TSS tertinggi berada di sampel L-1 yaitu 57.20 mg/L dan terendah
adalah sampel L-7 dengan kadar 0.8 mg/L. Kadar COD tertinggi berada di sampel L-1, L-3,L-6,L-
10 yaitu 18.98 mg/L dan terendah adalah sampel L-8 dengan kadar 3.8 mg/L. Kondisi ini semakin
parah karena daerah ini tersusun oleh tanah yang bertekstur pasir serta permebilitas yang cukup cepat,
sehingga berpengaruh terhadap cepatnya infiltrasi limbah cair dari selokan ke dalam sumur. Hasil ini
dapat menjadi masukan bagi pemerintah untuk mengatasi masalah pencemaran airtanah di daerah
Laweyan.

Kata kunci : industri batik, limbah, pencemaran air

ABSTRACT

Kampung Batik Laweyan is a famous batik industrial center in Surakarta. The problem is that not
all the batik industry can drain off the waste to the communal wastewater, so that the residual of
dyeing waste water discharged into the river. This study aimed to determine the effect of batik
industrial wastewater to shallow groundwater with identification approach distance between the
location of the wells on the sources of pollution, soil texture, the direction of groundwater flow, and
geological conditions of the pollutant source. Based on the analysis results, the highest TSS levels
were in the sample L-1 is 57.20 mg /l and the lowest is the L-7 samples with levels of 0.8 mg / L. The
highest COD levels were in the sample L-1, L-3, L-6, L-10 is 18.98 mg / L and the lowest is a sample
of L- 8 with levels of 3.8 mg / L. This condition is getting worse because the area is composed of
sand and textured soil permeability fast enough, and therefore contributes to the rapid infiltration

591
ISBN: 978-979-8636-23-3

of liquid waste from the gutter into the well. These results can be input for the government to address
the problem of pollution of groundwater in the area Laweyan.

Keywords: batik industry, waste, water pollution

PENDAHULUAN

Kota Surakarta merupakan kawasan sentra indutri tekstil batik, baik dalam skala kecil atau besar

yang terkenal dengan batiknya sebagai penghasil batik asli indonesia. Diantara kawasan industri

batik yang terkenal di Kota surakarta adalah kawasan industri batik kampung batik Laweyan.

Sebagian besar masyarakat di wilayah ini menggantungkan perekonomiannya dari industri batik

rumah tangga (Gambar 1). Permasalahannya adalah tidak semua industri batik memiliki instalasi

pengolahan air limbah (IPAL) sehingga air limbah sisa pencelupan dibuang ke sungai atau selokan

sehingga mencemari sumur warga yang ada disekitar sungai atau selokan (http://wonosobokab.go.id,

2014). Menurut Hudiyono (1999) limbah cair tekstil dimungkinkan juga mengandung logam berat

dalam jumlah relatif kecil, serta zat aktif permukaan yang sukar diuraikan secara alami seperti fenol,

formaldehid, dan klor benzol. Perkembangan industri batik juga mendatangkan masalah dan kerugian

pada lingkungan. Hal ini disebabkan selama pengelolaannya menghasilkan limbah cair dalam jumlah

cukup besar, yang pada akhirnya dibuang ke badan perairan. Secara umum limbah cair industri tekstil

mempunyai karakteristik berwarna, pH tinggi, kadar BOD, COD, suhu, padatan terlarut dan

tersuspensi tinggi. Pencemaran air oleh industri batik pada umumnya disebabkan oleh proses-proses

basah yang menghasilkan bahan buangan yang dapat mencemari air (Hudiyono, 1999). Proses basah

industri batik yaitu terutama untuk pencucian batik yang telah diolah dengan air panas untuk

menghilangkan malam. Penghilangan kanji memberikan BOD paling banyak dibandingkan dengan

proses-proses lain. Pemasakan dan maserasi kapas serta pemucatan kain akan menghasilkan asam,

basa, COD, BOD, padatan tersuspensi dan zat-zat kimia (Astirin, 2000).

Produk tekstil di Laweyan adalah industri batik skala rumah tangga. Permasalahan yang terjadi di

Laweyan adalah pencemaran lingkungan yang terjadi di badan air dan sumur penduduk. Selama ini

hasil samping dari pengolahan tekstil tersebut yang berupa limbah cair dibuang ke dalam badan

perairan. Proses pembuangan limbah yang secara terus menerus dialirkan melalui selokan menuju ke

aliran sungai Banaran dan sungai Jenes. Padahal sebagian besar penduduk di daerah Laweyan dan

592
PROSIDING PEMAPARAN HASIL PENELITIAN PUSAT PENELITIAN GEOTEKNOLOGI LIPI TAHUN 2014
“Peran Penelitian Geoteknologi untuk Menunjang Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia”

Banaran dalam memenuhi kebutuhan air minum dilakukan dengan mengambil airtanah dangkal

berupa sumur gali.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh limbah cair industri batik terhadap airtanah

dangkal dengan pendekatan identifikasi jarak antara lokasi sumur terhadap sumber pencemar, tekstur

tanah, arah aliran airtanah, dan kondisi geologi terhadap sumber pencemar.

Gambar 1 . Industri batik skala rumah tangga di Laweyan Surakarta

LOKASI PENELITIAN

Lokasi pelaksanaan penelitian ini di Desa Laweyan Kecamatan Laweyan Kota Surakarta.

Pengambilan sampel dilakukan pada sumur airtanah dangkal, sumur bor dan sungai. Jumlah sampel

airtanah yang diambil 23 sampel (Gambar 2). Limbah cair industri batik di daerah Laweyan sebagian

ada yang diolah dalam IPAL komunal sebelum dibuang ke sungai dan sebagian ada yang dibuang

langsung ke selokan. Sungai tempat pembuangan limbah yaitu Sungai Jenes (Gambar 3). Akibat

pembuangan limbah cair tersebut dikhawatirkan dapat mencemari sumur penduduk, sehingga

airtanah yang sebagian besar untuk kebutuhan domestik menjadi turun kualitasnya dan tidak dapat

digunakan sesuai dengan peruntukannya.

593
ISBN: 978-979-8636-23-3

Gambar 2. Lokasi pengambilan conto airtanah di Laweyan dan Banaran

Gambar 3. Pembuangan limbah batik yang langsung ke sungai Jenes

METODE

Kerangka Pemikiran

Pencemaran air oleh industri batik pada umumnya disebabkan oleh proses basah yang menghasilkan

bahan buangan yang dapat mencemari air. Proses basah industri batik yaitu terutama untuk pencucian

batik yang telah diolahdengan air panas untuk menghilangkan malam ataupun untuk mencuci bekas

soga dan indigo (pewarna batik). Penghilangan kanji memberikan BOD paling banyak dibandingkan

dengan proses-proses lain. Pemasakan dan maserasi kapas serta pemucatan kain akan menghasilkan

asam, basa, COD, BOD, padatan tersuspensi dan zat-zat kimia (Astirin dan Winarno, 2000).

594
PROSIDING PEMAPARAN HASIL PENELITIAN PUSAT PENELITIAN GEOTEKNOLOGI LIPI TAHUN 2014
“Peran Penelitian Geoteknologi untuk Menunjang Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia”

Metodologi

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode diskriptif. Untuk dapat melukiskan

keadaan atau kondisi yang terjadi di daerah penelitian maka dilakukan survey/ pengamatan, secara

langsung di lapangan kemudian dilengkapi dengan analisis laboratorium.

KONDISI GEOLOGI, HIDROLOGI, HIDROGEOLOGI, MORFOLOGI DAN JENIS

TANAH

a. Geologi

Berdasarkan Peta Geologi lembar Surakarta 1408-3 dan Giritontro 1407-6 skala 1:100.000, satuan

penyusun batuan setempat adalah Batuan Gunungapi Merapi. Pengambilan titik sampling airtanah

berada pada dua jenis batuan yang berbeda. Lokasi sampling Laweyan Surakarta terletak pada

Formasi Aluvium (Qa) dengan jenis batuan Terdiri dari endapan sedimen klastik aluvial dengan

material endapan sedimen sungai seperti lempung, lumpur, lanau, pasir, kerikil, kerakal, berangkal

yang berumur Holosen (Gambar 4).

Gambar 4. Lokasi pengambilan conto airtanah dan kondisi geologi di Laweyan dan Banaran

Kondisi hidrologi daerah penelitian meliputi air permukaan yang berupa sungai Banaran dan Sungai

Jenes dan beberapa selokan - selokan kecil. Berdasarkan muka air tanahnya Sungai Banaran dan

Sungai jenes sebagai muara dari aliran air dari selokan kecil termasuk dalam jenis sungai perennial,

595
ISBN: 978-979-8636-23-3

yaitu sungai yang mengalirkan airnya sepanjang tahun karena muka air tanahnya tidak pernah di

bawah dasar sungai. Berdasarkan analisis awal peta geologi dan hidrogeologi daerah penelitian

tersusun oleh batulempung hitam, lumpur, lanau dan pasir halus sampai sedang. Kelulusannya

sedang sampai tinggi berkisar 10 -2 m/hari. Kondisi akuifer bawah permukaan ini akan berpengaruh

terhadap jalannya polutan kedalam aliran airtanah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Arah aliran airtanah dangkal di daerah Laweyan dan Banaran bergerak dari daerah muka air yang

tinggi ke yang lebih rendah. Gerakan aliran airtanah berupa garis-garis aliran yang digambarkan

tegak lurus pada kontur airtanah. Secara garis rinci arah aliran airtanah dangkal di sekitar di daerah

Laweyan terlihat pada gambar 5.

Gambar 5. Arah aliran airtanah di Laweyan

Berdasarkan gambar 5 terdapat dua lokasi dimana elevasi muka airtanah memusat menuju satu titik

yang semakin rendah yaitu sungai Jenes yang mengalir pada daerah laweyan dan banaran. Salah satu

faktor yang juga mempengaruhi kualitas airtanah yaitu karakteristik lahan tersebut seperti

kemiringan lereng dan tekstur. Kemiringan lereng permukaan lahan mempengaruhi gerakan airtanah

596
PROSIDING PEMAPARAN HASIL PENELITIAN PUSAT PENELITIAN GEOTEKNOLOGI LIPI TAHUN 2014
“Peran Penelitian Geoteknologi untuk Menunjang Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia”

secara vertikal dan lateral mengikuti bentuk kesetimbangan karena adanya kemiringan permukaan

lereng preatik atau gradien hidrolik. Semakin miring suatu lereng, semakin cepat airtanah itu akan

mengalir, semakin mudah bahan-bahan terlarut yang ikut terangkut ke lereng di bawahnya sehingga

cepat pencemaran yang terjadi pada airtanah. Kemiringan lereng di daerah laweyan dan banaran

cenderung datar – bergelombang. Arah aliran airtanah menuju pada topografi rendah yaitu sungai.

Untuk mengetahui ada atau tidaknya konsentrasi limbah cair industri tekstil di airtanah dangkal

(sumur) maka dilakukan analisis kualitas airtanah di sekitar daerah penelitian. Parameter airtanah

yang dianalisis untuk mengetahui pengaruh limbah cair industri tekstil dan mebel terhadap kualitas

airtanah meliputi sifat fisik (TSS) dan sifat kimia (NH3-N, COD). Pengujian kualitas airtanah di

Desa Laweyan dilakukan pada 8 titik lokasi pengamatan (Tabel 1) yang dipilih secara representatif.

Lokasi pengamatan sampel airtanah juga memperhatikan arah aliran airtanah, jarak sumur pengamat

dan sumber pencemar.

Tabel 1. Hasil analisis kimia airtanah di daerah Laweyan

Parameter HASIL ANALISIS Batas Baku Mutu


No
(mg/lt) L-1 L-3 L-6 L-7 L-8 L-9 L-10 L-13 Nilai Peraturan
PP 82/2001,
1 TSS 57.20 31.20 9.6 0.8 1.28 76 3.2 1.2 50 kelas I
PP 82/2001,
2 NH3-N 0.43 0.07 0.11 0.25 0.14 0.54 0.17 0.14 10 kelas I
PP 82/2001,
3 COD 18.98 18.98 18.98 7.59 3.8 11.39 18.98 15.18 10 kelas I

Sumber : Data primer hasil analisis laboratorium Puslit Geoteknologi LIPI

Pengambilan sampel airtanah meliputi parameter fisik dan kimia yang langsung dianalisis

laboratorium. Dari hasil pengujian sampel airtanah menunjukkan bahwa ada beberapa parameter

fisik berupa TSS, dan parameter kimia berupa COD telah melebihi ambang batas baku mutu.

Beberapa analisis menganai pamater kimia air adalah sebagai berikut :

1. Padatan tersuspensi total (TSS = Total Suspended Solid)

Meteri yang tersuspensi adalah materi yang mempunyai ukuran lebih besar daripada molekul/ion

terlarut (Slamet, 1996). Zat padat tersuspensi dapat mengendap apabila keadaan air cukup tenang,

ataupun mengapung apabila sangat ringan, materi inipun dapat disaring. Ambang batas baku mutu

TSS adalah 50 mg/l, kadar TSS tertinggi berada di sampel L-1 yaitu 57.20 mg/L dan terendah adalah

597
ISBN: 978-979-8636-23-3

sampel L-7 dengan kadar 0.8 mg/L. Materi tersuspensi mempunyai efek yang kurang baik terhadap

kualitas air karena menyebabkan kekeruhan dan mengurangi cahaya yang dapat masuk ke dalam air.

Apabila jumlah materi tersuspensi ini dalam jumlah banyak dan kemudian mengendap dalam tubuh

manusia, maka dapat menimbulkan berbagai penyakit diantaranya adalah batu ginjal (Slamet, 1996).

2. COD (Chemical Oxygen Demand)

COD (Chemical Oxygen Demand), yaitu uji untuk menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan

oleh bahan oksidasi, misalnya kalium dikhromat, untuk mengoksidasi bahan-bahan organik (Fardiaz,

1992). Makin banyak kalium dikhromat yang dipakai pada reaksi oksidasi, berarti makin banyak

oksigen yang diperlukan, ini berarti bahwa air makin banyak tercemar oleh bahan buangan organik.

Dengan demikian maka seberapa jauh tingkat pencemaran air dapat ditentukan. Ambang batas baku

mutu COD adalah 10 mg/l, kadar COD tertinggi berada di sampel L-1, L-3,L-6,L-10 yaitu 18.98

mg/L dan terendah adalah sampel L-8 dengan kadar 3.8 mg/L. Dari peringkat tersebut ada dua sampel

yaitu sampel L-7 danL-8yang nilainya berada di bawah ambang batas.

Berdasarkan analisis arah aliran airtanah dan hasil kimia airtanah dari seluruh sampel air, diketahui

ada beberapa kadar TSS dan COD air sumur telah melampaui ambang batas mutu kriteria yang telah

ditetapkan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembuangan limbah cair industri patik rumah tangga

di Laweyan berdampak pada kualitas airtanah. Kondisi ini semakin parah karena daerah ini tersusun

oleh tanah yang bertekstur pasir serta permebilitas yang cukup cepat, sehingga berpengaruh terhadap

cepatnya infiltrasi limbah cair dari selokan ke dalam sumur. Hal ini terjadi karena daerah ini memiliki

litologi endapan sedimen klastik tanah dengan tekstur berpasir relatif tidak efisien sebagai penyaring

(filter), karena jumlah air yang melewatinya lebih banyak. Fakta pencemaran ini semakin diperkuat

hasil wawancara dengan penduduk dimana air sumur di daerah mereka ada yang berbau amis, setelah

didiamkan semalam terdapat endapan berwarna coklat kekuningan, menimbulkan kerak pada panci

dan warna air yang keruh

KESIMPULAN

Berdasarkan kondisi geologi yang berupa endapan sedimen klastik tanah dengan tekstur tanah

berpasir serta cara penanganan limbahnya maka air tanah dangkal di Desa Laweyan mempunyai

tingkat kerentanan tinggi terjadinya pencemaran dari limbah cair industri batik.

598
PROSIDING PEMAPARAN HASIL PENELITIAN PUSAT PENELITIAN GEOTEKNOLOGI LIPI TAHUN 2014
“Peran Penelitian Geoteknologi untuk Menunjang Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia”

Hal ini didukung oleh hasil analisis kimia sejumlah conto air tanah dangkal diketahui ada beberapa

kadar TSS dan COD air sumur telah melampaui ambang batas mutu yang dipengaruhi oleh faktor

jenis limbah buangan dan kondisi geologi yang mendukung proses infiltrasi zat pencemar

REKOMENDASI

Untuk menghindari dampak efek negatif terhadap kesehatan masyarakat desa Laweyan dari

mengkonsumsi air tanah yang tercemar limbah industri maka dierekomendasikan perlu ditambah lagi

lokasi IPAL Komunal di daerah Laweyan. Karena kemampuan pengrajin yang rendah untuk

menangani limbah secara baik maka pemerintah daerah harus membantu mereka dalam menangani

limbahnya.

UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Kepala Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, anggota tim

penelitian DIPA, teknisi laboratorium dan semua pihak yang telah membantu kelancaran penelitian

ini.

DAFTAR PUSTAKA

Astirin, O. P. dan K. Winarno. 2000. Upaya Perbaikan Limbah Cair Industri Batik Dengan

Pemanfaatan Ekstrak Yeast. Penelitian. Surakarta: FMIPA Universitas Sebelas Maret.

Fardiaz, S.. 1992. Polusi Air dan Udara. Diterbitkan Dalam Kerjasama Dengan Pusat Antar

Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor. Yogyakarta: Kanisius.

Hudiyono, Maryani dan M.Harini. 1999. Kajian Kualitas dan Kuantitas Pseudomonas aeruginosa

yang terdapat dalam Limbah Industri Batik. Laporan Penelitian. Surakarta: Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

http://wonosobokab.go.id/index.php/berita/seputar-jawa-tengah/item/1149-waduh-batik-laweyan-

mencemari-sungai-di-solo/1149-waduh-batik-laweyan-mencemari-sungai-di-solo, 14

September 2014

Suripin, 2002, Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Andi, Yogyakarta

Slamet, Juli Soemirat. 1996. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University

599

Anda mungkin juga menyukai