581 2010 1 SM PDF
581 2010 1 SM PDF
ABSTRAK
Kampung batik Laweyan adalah sentra industri batik rumah tangga yang terkenal di Kota Surakarta.
Permasalahannya tidak semua industri batik bisa menyalurkan limbahnya menuju IPAL komunal
sehingga limbah pencelupan dibuang ke sungai. Akibatnya beberapa sumur warga yang mengalami
pencemaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh limbah cair industri batik terhadap
airtanah dangkal dengan pendekatan identifikasi jarak antara lokasi sumur terhadap sumber
pencemar, tekstur tanah, arah aliran airtanah, dan kondisi geologi terhadap sumber pencemar.
Berdasarkan hasil analisa, kadar TSS tertinggi berada di sampel L-1 yaitu 57.20 mg/L dan terendah
adalah sampel L-7 dengan kadar 0.8 mg/L. Kadar COD tertinggi berada di sampel L-1, L-3,L-6,L-
10 yaitu 18.98 mg/L dan terendah adalah sampel L-8 dengan kadar 3.8 mg/L. Kondisi ini semakin
parah karena daerah ini tersusun oleh tanah yang bertekstur pasir serta permebilitas yang cukup cepat,
sehingga berpengaruh terhadap cepatnya infiltrasi limbah cair dari selokan ke dalam sumur. Hasil ini
dapat menjadi masukan bagi pemerintah untuk mengatasi masalah pencemaran airtanah di daerah
Laweyan.
ABSTRACT
Kampung Batik Laweyan is a famous batik industrial center in Surakarta. The problem is that not
all the batik industry can drain off the waste to the communal wastewater, so that the residual of
dyeing waste water discharged into the river. This study aimed to determine the effect of batik
industrial wastewater to shallow groundwater with identification approach distance between the
location of the wells on the sources of pollution, soil texture, the direction of groundwater flow, and
geological conditions of the pollutant source. Based on the analysis results, the highest TSS levels
were in the sample L-1 is 57.20 mg /l and the lowest is the L-7 samples with levels of 0.8 mg / L. The
highest COD levels were in the sample L-1, L-3, L-6, L-10 is 18.98 mg / L and the lowest is a sample
of L- 8 with levels of 3.8 mg / L. This condition is getting worse because the area is composed of
sand and textured soil permeability fast enough, and therefore contributes to the rapid infiltration
591
ISBN: 978-979-8636-23-3
of liquid waste from the gutter into the well. These results can be input for the government to address
the problem of pollution of groundwater in the area Laweyan.
PENDAHULUAN
Kota Surakarta merupakan kawasan sentra indutri tekstil batik, baik dalam skala kecil atau besar
yang terkenal dengan batiknya sebagai penghasil batik asli indonesia. Diantara kawasan industri
batik yang terkenal di Kota surakarta adalah kawasan industri batik kampung batik Laweyan.
Sebagian besar masyarakat di wilayah ini menggantungkan perekonomiannya dari industri batik
rumah tangga (Gambar 1). Permasalahannya adalah tidak semua industri batik memiliki instalasi
pengolahan air limbah (IPAL) sehingga air limbah sisa pencelupan dibuang ke sungai atau selokan
sehingga mencemari sumur warga yang ada disekitar sungai atau selokan (http://wonosobokab.go.id,
2014). Menurut Hudiyono (1999) limbah cair tekstil dimungkinkan juga mengandung logam berat
dalam jumlah relatif kecil, serta zat aktif permukaan yang sukar diuraikan secara alami seperti fenol,
formaldehid, dan klor benzol. Perkembangan industri batik juga mendatangkan masalah dan kerugian
pada lingkungan. Hal ini disebabkan selama pengelolaannya menghasilkan limbah cair dalam jumlah
cukup besar, yang pada akhirnya dibuang ke badan perairan. Secara umum limbah cair industri tekstil
mempunyai karakteristik berwarna, pH tinggi, kadar BOD, COD, suhu, padatan terlarut dan
tersuspensi tinggi. Pencemaran air oleh industri batik pada umumnya disebabkan oleh proses-proses
basah yang menghasilkan bahan buangan yang dapat mencemari air (Hudiyono, 1999). Proses basah
industri batik yaitu terutama untuk pencucian batik yang telah diolah dengan air panas untuk
menghilangkan malam. Penghilangan kanji memberikan BOD paling banyak dibandingkan dengan
proses-proses lain. Pemasakan dan maserasi kapas serta pemucatan kain akan menghasilkan asam,
basa, COD, BOD, padatan tersuspensi dan zat-zat kimia (Astirin, 2000).
Produk tekstil di Laweyan adalah industri batik skala rumah tangga. Permasalahan yang terjadi di
Laweyan adalah pencemaran lingkungan yang terjadi di badan air dan sumur penduduk. Selama ini
hasil samping dari pengolahan tekstil tersebut yang berupa limbah cair dibuang ke dalam badan
perairan. Proses pembuangan limbah yang secara terus menerus dialirkan melalui selokan menuju ke
aliran sungai Banaran dan sungai Jenes. Padahal sebagian besar penduduk di daerah Laweyan dan
592
PROSIDING PEMAPARAN HASIL PENELITIAN PUSAT PENELITIAN GEOTEKNOLOGI LIPI TAHUN 2014
“Peran Penelitian Geoteknologi untuk Menunjang Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia”
Banaran dalam memenuhi kebutuhan air minum dilakukan dengan mengambil airtanah dangkal
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh limbah cair industri batik terhadap airtanah
dangkal dengan pendekatan identifikasi jarak antara lokasi sumur terhadap sumber pencemar, tekstur
tanah, arah aliran airtanah, dan kondisi geologi terhadap sumber pencemar.
LOKASI PENELITIAN
Lokasi pelaksanaan penelitian ini di Desa Laweyan Kecamatan Laweyan Kota Surakarta.
Pengambilan sampel dilakukan pada sumur airtanah dangkal, sumur bor dan sungai. Jumlah sampel
airtanah yang diambil 23 sampel (Gambar 2). Limbah cair industri batik di daerah Laweyan sebagian
ada yang diolah dalam IPAL komunal sebelum dibuang ke sungai dan sebagian ada yang dibuang
langsung ke selokan. Sungai tempat pembuangan limbah yaitu Sungai Jenes (Gambar 3). Akibat
pembuangan limbah cair tersebut dikhawatirkan dapat mencemari sumur penduduk, sehingga
airtanah yang sebagian besar untuk kebutuhan domestik menjadi turun kualitasnya dan tidak dapat
593
ISBN: 978-979-8636-23-3
METODE
Kerangka Pemikiran
Pencemaran air oleh industri batik pada umumnya disebabkan oleh proses basah yang menghasilkan
bahan buangan yang dapat mencemari air. Proses basah industri batik yaitu terutama untuk pencucian
batik yang telah diolahdengan air panas untuk menghilangkan malam ataupun untuk mencuci bekas
soga dan indigo (pewarna batik). Penghilangan kanji memberikan BOD paling banyak dibandingkan
dengan proses-proses lain. Pemasakan dan maserasi kapas serta pemucatan kain akan menghasilkan
asam, basa, COD, BOD, padatan tersuspensi dan zat-zat kimia (Astirin dan Winarno, 2000).
594
PROSIDING PEMAPARAN HASIL PENELITIAN PUSAT PENELITIAN GEOTEKNOLOGI LIPI TAHUN 2014
“Peran Penelitian Geoteknologi untuk Menunjang Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia”
Metodologi
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode diskriptif. Untuk dapat melukiskan
keadaan atau kondisi yang terjadi di daerah penelitian maka dilakukan survey/ pengamatan, secara
TANAH
a. Geologi
Berdasarkan Peta Geologi lembar Surakarta 1408-3 dan Giritontro 1407-6 skala 1:100.000, satuan
penyusun batuan setempat adalah Batuan Gunungapi Merapi. Pengambilan titik sampling airtanah
berada pada dua jenis batuan yang berbeda. Lokasi sampling Laweyan Surakarta terletak pada
Formasi Aluvium (Qa) dengan jenis batuan Terdiri dari endapan sedimen klastik aluvial dengan
material endapan sedimen sungai seperti lempung, lumpur, lanau, pasir, kerikil, kerakal, berangkal
Gambar 4. Lokasi pengambilan conto airtanah dan kondisi geologi di Laweyan dan Banaran
Kondisi hidrologi daerah penelitian meliputi air permukaan yang berupa sungai Banaran dan Sungai
Jenes dan beberapa selokan - selokan kecil. Berdasarkan muka air tanahnya Sungai Banaran dan
Sungai jenes sebagai muara dari aliran air dari selokan kecil termasuk dalam jenis sungai perennial,
595
ISBN: 978-979-8636-23-3
yaitu sungai yang mengalirkan airnya sepanjang tahun karena muka air tanahnya tidak pernah di
bawah dasar sungai. Berdasarkan analisis awal peta geologi dan hidrogeologi daerah penelitian
tersusun oleh batulempung hitam, lumpur, lanau dan pasir halus sampai sedang. Kelulusannya
sedang sampai tinggi berkisar 10 -2 m/hari. Kondisi akuifer bawah permukaan ini akan berpengaruh
Arah aliran airtanah dangkal di daerah Laweyan dan Banaran bergerak dari daerah muka air yang
tinggi ke yang lebih rendah. Gerakan aliran airtanah berupa garis-garis aliran yang digambarkan
tegak lurus pada kontur airtanah. Secara garis rinci arah aliran airtanah dangkal di sekitar di daerah
Berdasarkan gambar 5 terdapat dua lokasi dimana elevasi muka airtanah memusat menuju satu titik
yang semakin rendah yaitu sungai Jenes yang mengalir pada daerah laweyan dan banaran. Salah satu
faktor yang juga mempengaruhi kualitas airtanah yaitu karakteristik lahan tersebut seperti
kemiringan lereng dan tekstur. Kemiringan lereng permukaan lahan mempengaruhi gerakan airtanah
596
PROSIDING PEMAPARAN HASIL PENELITIAN PUSAT PENELITIAN GEOTEKNOLOGI LIPI TAHUN 2014
“Peran Penelitian Geoteknologi untuk Menunjang Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia”
secara vertikal dan lateral mengikuti bentuk kesetimbangan karena adanya kemiringan permukaan
lereng preatik atau gradien hidrolik. Semakin miring suatu lereng, semakin cepat airtanah itu akan
mengalir, semakin mudah bahan-bahan terlarut yang ikut terangkut ke lereng di bawahnya sehingga
cepat pencemaran yang terjadi pada airtanah. Kemiringan lereng di daerah laweyan dan banaran
cenderung datar – bergelombang. Arah aliran airtanah menuju pada topografi rendah yaitu sungai.
Untuk mengetahui ada atau tidaknya konsentrasi limbah cair industri tekstil di airtanah dangkal
(sumur) maka dilakukan analisis kualitas airtanah di sekitar daerah penelitian. Parameter airtanah
yang dianalisis untuk mengetahui pengaruh limbah cair industri tekstil dan mebel terhadap kualitas
airtanah meliputi sifat fisik (TSS) dan sifat kimia (NH3-N, COD). Pengujian kualitas airtanah di
Desa Laweyan dilakukan pada 8 titik lokasi pengamatan (Tabel 1) yang dipilih secara representatif.
Lokasi pengamatan sampel airtanah juga memperhatikan arah aliran airtanah, jarak sumur pengamat
Pengambilan sampel airtanah meliputi parameter fisik dan kimia yang langsung dianalisis
laboratorium. Dari hasil pengujian sampel airtanah menunjukkan bahwa ada beberapa parameter
fisik berupa TSS, dan parameter kimia berupa COD telah melebihi ambang batas baku mutu.
Meteri yang tersuspensi adalah materi yang mempunyai ukuran lebih besar daripada molekul/ion
terlarut (Slamet, 1996). Zat padat tersuspensi dapat mengendap apabila keadaan air cukup tenang,
ataupun mengapung apabila sangat ringan, materi inipun dapat disaring. Ambang batas baku mutu
TSS adalah 50 mg/l, kadar TSS tertinggi berada di sampel L-1 yaitu 57.20 mg/L dan terendah adalah
597
ISBN: 978-979-8636-23-3
sampel L-7 dengan kadar 0.8 mg/L. Materi tersuspensi mempunyai efek yang kurang baik terhadap
kualitas air karena menyebabkan kekeruhan dan mengurangi cahaya yang dapat masuk ke dalam air.
Apabila jumlah materi tersuspensi ini dalam jumlah banyak dan kemudian mengendap dalam tubuh
manusia, maka dapat menimbulkan berbagai penyakit diantaranya adalah batu ginjal (Slamet, 1996).
COD (Chemical Oxygen Demand), yaitu uji untuk menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan
oleh bahan oksidasi, misalnya kalium dikhromat, untuk mengoksidasi bahan-bahan organik (Fardiaz,
1992). Makin banyak kalium dikhromat yang dipakai pada reaksi oksidasi, berarti makin banyak
oksigen yang diperlukan, ini berarti bahwa air makin banyak tercemar oleh bahan buangan organik.
Dengan demikian maka seberapa jauh tingkat pencemaran air dapat ditentukan. Ambang batas baku
mutu COD adalah 10 mg/l, kadar COD tertinggi berada di sampel L-1, L-3,L-6,L-10 yaitu 18.98
mg/L dan terendah adalah sampel L-8 dengan kadar 3.8 mg/L. Dari peringkat tersebut ada dua sampel
Berdasarkan analisis arah aliran airtanah dan hasil kimia airtanah dari seluruh sampel air, diketahui
ada beberapa kadar TSS dan COD air sumur telah melampaui ambang batas mutu kriteria yang telah
ditetapkan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembuangan limbah cair industri patik rumah tangga
di Laweyan berdampak pada kualitas airtanah. Kondisi ini semakin parah karena daerah ini tersusun
oleh tanah yang bertekstur pasir serta permebilitas yang cukup cepat, sehingga berpengaruh terhadap
cepatnya infiltrasi limbah cair dari selokan ke dalam sumur. Hal ini terjadi karena daerah ini memiliki
litologi endapan sedimen klastik tanah dengan tekstur berpasir relatif tidak efisien sebagai penyaring
(filter), karena jumlah air yang melewatinya lebih banyak. Fakta pencemaran ini semakin diperkuat
hasil wawancara dengan penduduk dimana air sumur di daerah mereka ada yang berbau amis, setelah
didiamkan semalam terdapat endapan berwarna coklat kekuningan, menimbulkan kerak pada panci
KESIMPULAN
Berdasarkan kondisi geologi yang berupa endapan sedimen klastik tanah dengan tekstur tanah
berpasir serta cara penanganan limbahnya maka air tanah dangkal di Desa Laweyan mempunyai
tingkat kerentanan tinggi terjadinya pencemaran dari limbah cair industri batik.
598
PROSIDING PEMAPARAN HASIL PENELITIAN PUSAT PENELITIAN GEOTEKNOLOGI LIPI TAHUN 2014
“Peran Penelitian Geoteknologi untuk Menunjang Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia”
Hal ini didukung oleh hasil analisis kimia sejumlah conto air tanah dangkal diketahui ada beberapa
kadar TSS dan COD air sumur telah melampaui ambang batas mutu yang dipengaruhi oleh faktor
jenis limbah buangan dan kondisi geologi yang mendukung proses infiltrasi zat pencemar
REKOMENDASI
Untuk menghindari dampak efek negatif terhadap kesehatan masyarakat desa Laweyan dari
mengkonsumsi air tanah yang tercemar limbah industri maka dierekomendasikan perlu ditambah lagi
lokasi IPAL Komunal di daerah Laweyan. Karena kemampuan pengrajin yang rendah untuk
menangani limbah secara baik maka pemerintah daerah harus membantu mereka dalam menangani
limbahnya.
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Kepala Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, anggota tim
penelitian DIPA, teknisi laboratorium dan semua pihak yang telah membantu kelancaran penelitian
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Astirin, O. P. dan K. Winarno. 2000. Upaya Perbaikan Limbah Cair Industri Batik Dengan
Fardiaz, S.. 1992. Polusi Air dan Udara. Diterbitkan Dalam Kerjasama Dengan Pusat Antar
Hudiyono, Maryani dan M.Harini. 1999. Kajian Kualitas dan Kuantitas Pseudomonas aeruginosa
yang terdapat dalam Limbah Industri Batik. Laporan Penelitian. Surakarta: Fakultas
http://wonosobokab.go.id/index.php/berita/seputar-jawa-tengah/item/1149-waduh-batik-laweyan-
mencemari-sungai-di-solo/1149-waduh-batik-laweyan-mencemari-sungai-di-solo, 14
September 2014
Suripin, 2002, Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Andi, Yogyakarta
Slamet, Juli Soemirat. 1996. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University
599