1.1.2 Etiologi
Penyakit jantung koroner disebabkan karena ketidak seimbangan antara
kebutuhan O2 sel otot jantung dengan masukannya. Masukan O2 untuk sel otot
jantung tergantung dari O2 dalam darah dan pembuluh darah arteri koroner.
Penyaluran O2 yang kurang dari arteri koroner akan menyebabkan kerusakan sel
otot jantung. Hal ini disebabkan karena pembentukan plak arteriosklerosis. Sebab
lain dapat berupa spasme pembulouh darah atau kelainan kongenital.
Iskemia (kerusakan) yang berat dan mendadak akan menimbulkan kematian sel
otot jantung yaitu disebut infark jantung akut yang irreversibel (tidak dapat
sembuh kembali). Hal ini juga dapat menyebabkan gangguan fungsi jantung
dengan manifestasinya adalah nyeri.
1
1.1.3 Faktor resiko
Faktor resiko yang berkaitan dengan penyakit jantung koroner dapat di
golongkan secara logis sebagai berikut:
1. Sifat pribadi Aterogenik.
Sifat aterogenik mencakup lipid darah, tekanan darah dan diabetes melitus.
Faktor ini bersama-sama berperan besar dalam menentuak kecepatan artero-
genensis (Kaplan & Stamler, 1991).
2. Kebiasaan hidup atau faktor lingkungan yang tak di tentukan semaunya.
Gaya hidup yang mempredisposisi individu ke penyakit jantung koroner adalah
diet yang terlalu kaya dengan kalori, lemak jenuh, kolesterol, garam serta oleh
kelambanan fisik, penambahan berat badan yang tak terkendalikan, merokok
sigaret dan penyalah gunaan alkohol (Kaplan & Stamler, 1991).
3. Faktor resiko kecil dan lainnya.
Karena faktor resiko yang di tetapkan akhir-akhir ini tidak tampak menjelaskan
keseluruhan perbedaan dalam kematian karena penyakit jantung koroner, maka
ada kecurigaan ada faktor resiko utama yang tak diketahui bernar-benar ada.
Berbagai faktor resiko yang ada antara lain kontrasepsi oral, kerentanan
hospes, umur dan jenis kelamin (Kaplan & Stamler, 1991).
1.1.4 Fisiologi
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Jantung dapat bergerak
yaitu mengembang dan menguncup disebabkan oleh karena adanya rangsangan
yang berasal dari susunan syaraf otonom. Di jantung terdapat pembuluh darah
arteri koroner.
Arteri koroner adalah pembuluh darah yang menyuplai otot jantung, yang
mempunyai kebutuhan metabolisme tinggi terhadap oksigen dan nutrisi. Jantung
menggunakan 70% sampai 80% oksigen yang dihantarkan melalui arteri koroner ;
sebagai perbandingan, organ lain hanya menggunakan rata-rata seperempat
oksigen yang dihantarkan. Arteri koronaria muncul dari aorta dekat hulunya
diventrikel kiri. Dinding sisi kiri jantung disuplai dengan bagian yang lebih banyak
melalui arteri koronaria utama kiri, yang kemudian terpecah menjadi dua cabang
besar ke bawah ( arteri desendens anterior sinistra ) dan melintang (arteri
sirkumfleksa) sisi kiri jantung. Jantung kanan dipasok seperti itu pula dari arteri
koronaria dextra. Tidak seperti arteri lain arteri koronaria diperfusi selama
diastolik. (Smeltzer, 2001 : 721)
2
1.1.5 Patofisiologi
Faktor-faktor resiko : merokok, obesitas,
kolesterol tinggi
Arteriosklerosis
Penurunan suplai O2
pH sel menurun
penurunan kontraktilitas
Penurunan
penurunan cardiac output curah jantung
pernafasan
Tidur sering
Gangguan Gangguan pola tidur terbangun
Kekurangan pola nafas
O2
Keterangan :
Penyakit jantung koroner dan micardiail infark merupakan respons iskemik dari
miokardium yang di sebabkan oleh penyempitan arteri koronaria secara permanen atau
tidak permanen. Oksigen di perlukan oleh sel-sel miokardial, untuk metabolisme aerob
di mana Adenosine Triphospate di bebaskan untuk energi jantung pada saat istirahat
membutuhakn 70 % oksigen. Banyaknya oksigen yang di perlukan untuk kerja jantung
di sebut sebagai Myocardial Oxygen Cunsumption (MVO2), yang dinyatakan oleh
percepatan jantung, kontraksi miocardial dan tekanan pada dinding jantung.
Jantung yang normal dapat dengan mudah menyesuaikan terhadap peningkatan
tuntutan tekanan oksigen dangan menambah percepatan dan kontraksi untuk menekan
3
volume darah ke sekat-sekat jantung. Pada jantung yang mengalami obstruksi aliran
darah miocardial, suplai darah tidak dapat mencukupi terhadap tuntutan yang terjadi.
Keadaan adanya obstruksi letal maupun sebagian dapat menyebabkan anoksia dan suatu
kondisi menyerupai glikolisis aerobic berupaya memenuhi kebutuhan oksigen.
Penimbunan asam laktat merupakan akibat dari glikolisis aerobik yang dapat
sebagai predisposisi terjadinya disritmia dan kegagalan jantung. Hipokromia dan
asidosis laktat mengganggu fungsi ventrikel. Kekuatan kontraksi menurun, gerakan
dinding segmen iskemik menjadi hipokinetik.
Kegagalan ventrikel kiri menyebabkan penurunan stroke volume, pengurangan
cardiac out put, peningkatan ventrikel kiri pada saat tekanan akhir diastole dan tekanan
desakan pada arteri pulmonalis serta tanda-tanda kegagalan jantung.
Kelanjutan dan iskemia tergantung pada obstruksi pada arteri koronaria
(permanen atau semntara), lokasi serta ukurannya. Tiga menifestasi dari iskemi
miocardial adalah angina pectoris, penyempitan arteri koronarius sementara, preinfarksi
angina, dan miocardial infark atau obstruksi permanen pada arteri koronari (Pusat
Pendidikan Tenaga Kesehatan Dep.kes, 1993).
4
Hal ini dilaksanakan dengan cara :
(1) Pemakaian trombolitik, biasanya pada PJK akut seperti
IJA
(2) Prosedur invasif (PI) non operatif
(3) Operasi (coronary artery surgeny CAS)
2. Melakukan pencegahan secara sekunder
(1) Obat-obat pencegahan yang sering dipakai adalah aspirin
(A) dengan dosis 375 mg, 160 mg sampai 80 mg. Dosis lebih rendah juga
bisa efektif.
(2) Dahulu dipakai antikoagulan oral (OAK) tapi sekarang
sudah ditinggalkan karena terbukti tak bermanfaat.
2. Pemeriksaan fisik
1) Breating (B1 = pernafasan)
Dispnea dengan atau tanpa aktivitas aktivitas, batuk produktif, riwayat
merokok.
Tanda : distres pernafasan, meningkat pada frekuensi/irama dan gangguan
kedalaman.
5
2) Bleeding (B2 = kardiovaskuler)
Riwayat hipertensi, riwayat penyakit jantung, kegemukan.
Tanda : takikardia, disritmia, tekanan darah normal, meningkat atau
menurun. Bunyi jantung mungkin normal ; S4 lambat atau murmur
sistolik transien lambat (disfungsi otot papilaris) mungkin ada saat
nyeri. Kulit atau membran mukosa lembab, dingin, pucat pada adanya
vasokontriksi.
3) Brain (B3 = persarafan)
Perubahan status mental, orientassi, pola bicara, afek, proses pikir
Tanda : nyeri kepala yang hebat
4) Blader (B4 = perkemihan)
Gangguan ginjal saat ini atau sebelumnya.
Tanda : disuria, oliguria, anuria poliuria sampai hematuria.
5) Bowel (B5 = pencernaan)
Tanda : mual, kehilangan nafsu makan, penurunan turgor kulit, muntah,
perubahan berat badan
6) Bone (B6 = tulang-otot-integumen)
Hipotensi postural, frekuensi jantung meningkat, takipnea.
6
5) Pantau irama jantung
R : Pasien mengalami peningkatan diatrimia yang mengancam hidup secara
akut yang terjadi terhadap respon ischemia
6) Pantau tanda vital tiap lima menit
R : Tekanan darah dapat meningkatkan secara dini sehubungan dengan
rangsangan simpatis
7) Pertahankan lingkungan nyaman dan tenang
R : Stress mental / emosi meningkatkan kerja miokard
8) Berikan O2 sesuai indikasi
R : Meningkatkan sediaan O2 untuk kebutuhan miokard
9) Berikan obat golongan nitrat dan beta bloker.
R : Obat golongan nitrat mempunyai efek cepat vasodilatasi beta bloken
menurunkan kerja miokard.
7
R : Dapat mengindikasikan penurunan aliran darah atau oksigenasi serebral
sebagai akibat penurunan curah jantung
4) Catat suhu kulit / warna, dan kualitas / kesamaan nadi perifer.
R : Kulit hangat, merah muda dan nadi kuat adalah indikator umum curah
jantung adekuat
5) Ukur : catat pemasukan, pengeluaran dan keseimbangan cairan.
R : Berguna dalam menentukan kebutuhan cairan atau mengidentifikasi
kelebihan cairan yang dapat mempengaruhi curah jantung / konsumsi
6) Jadwal istirahat / periode tidur tanpa gangguan. Bantu aktivitas perawatan diri.
R : Mencegah kelemahan / terlalu lelah dan stress kardiovaskuler berlebihan
7) Pantau program aktivitas, catat respons pasien, tanda vital sebelum / selama /
setelah aktivitas, terjadinya disritmia.
R : Latihan teratur merangsang sirkulasi / tonus kardiovaskuler berlebihan
8) Evaluasi adanya / derajat cemas / emosi
R : Reaksi emosi berlebihan dapat mempengaruhi tanda vital dan tahanan
vaskuler sistemik serta mempengaruhi fungsi jantung
9) Dorong penggunaan tehnik relaksasi contoh napas dalam, aktivitas senggang.
R : Tehnik relaksasi bertujuan untuk mempengaruhi fungsi jantung
10) Berikan O2 tambahan sesuai indikasi.
R : Meningkatkan oksigenasi maksimal, yang menurunkan kerja jantung, alat
dalam memperbaiki iskemia jantung dan disritmia
8
2) Auskultasi bunyi nafas, catat area yang menurun/tak ada bunyi napas dan
adanya bunyi tambahan contoh krekels atau ronki.
R : Krekels atau ronki dapat menunjukkan kaumulasi cairan atau obstruksi
jalan napas parsial
3) Observasi karakter batuk dan produksi sputum.
R : Udara atau cairan pada area pleural mencegah ekspansi lengkap
4) Lihat kulit dan membran mukosa untuk adanya sianosis.
R : Sianosis menunjukkan kondisi hipoksia sehubungan dengan gagak jantung
komplikasi paru
5) Tinggikan kepala tempat tidur, letakkan pada posisi duduk tinggi atau semi
fowler.
R : Merangsang fungsi pernapasan / ekspansi paru
6) Dorong pasien berpartipasi / bertanggung jawab selama latihan napas dalam,
gunakan alat bantu (meniup botol) dan batuk sesuai indikasi.
R : Membantu reekspasi / mempertahankan potensi jalan napas kecil
khususnya setelah melepaskan selang dada
7) Dorong pemasukan cairan maksimal dalam perbaikan jantung.
R : Hidrasi adekuat membantu pengenceran sekret, memudahkan ekspektoran
8) Beri obat analgesik sebelum pengobatan pernapasan sesuai indikasi.
R : Memudahkan gerakan dada dan menurunkan ketidaknyamanan sehubungan
dengan nyeri insisi
9) Catat respons terhadap (latihan napas dalam atau pengobatan pernapasan, catat
bunyi napas, batuk / produksi sputum.
R : Catat keefektifan terapi atau kebutuhan untuk intervensi lebih agresif
10) Berikan tambahan O2 dengan kanula atau masker sesuai indikasi.
R : Meningkatkan pengiriman O2 ke paru untuk kebutuhan sirkusi khususnya
pada gangguan ventilasi
9
3) Irama dalam batas normal
4) Tidak adanya angina
Intervensi dan Rasional :
1) Catat irama jantung, tekanan darah dan nadi sebelum, selama dan sesudah
melakukan aktivitas.
R : mengindikasikan kerja jantung
2) Anjurkan pada pasien agar lebih banyak beristirahat terlebih dahulu.
R : mengurangi beban kerja jantung
3) Anjurkan pada pasien agar tidak “ngeden” pada saat buang air besar.
R : untuk menghindari peningkatan kerja jantung
4) Jelaskan pada pasien tentang tahap- tahap aktivitas yang boleh dilakukan oleh
pasien.
R : menghindari kerja jantung yang tiba-tiba berat
10
R : mendorong pasien untuk mengontrol tes gejala, untuk meningkatkan
kepercayaan pada program medis dan mengintregasikan kemampuan dalam
persepsi diri.
5) Berikan sedatif, tranquilizer sesuai indikasi.
R : mungkin diperlukan untuk mambantu pasien rileks sampai secara fisik
mampu untuk membuat strategi koping adekuat.
1.2.3 Evaluasi
1. Nyeri dada berkurang wajah rileks respirasi 12-24x/menit, nadi 80-100 x/menit
2. Klien menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas
3. Tidak ada sianosis dan pernafasan cuping hidung
4. Setelah di lakukan tindakan perawatan klien menunjukkan peningkatan
kemampuan dalam melakukan aktivitas
5. Setelah dilakukan tindakan keperawatan ansietas/cemas pasien berkurang/ hilang
11
BAB 2
2.1 PENGKAJIAN
Pengkajian tgl : 25 Januari 2012 Jam : 10.00 am
Tanggal MRS : 24 Januari 2012 NO. RM : 388043
Ruang : IPI Dx. Masuk : PJK IMA
Agama
Keluhan utama :: Islam Penanggung biaya : Biaya Sendiri
Pasien mengeluh nyeri dada terasa tembus ke punggung dan perut terasa mual dan
Riwayat Sakit dan Kesehatan
12
Irama jantung: Reguler Ireguler S1/S2 tunggal: Ya Tidak
Nyeri dada: Ya Tidak
Bunyi jantung: Normal Murmur Gallop Lain-lain, ………….
CRT: < 3 dt > 3 dt
Kardiovasker
Penglihatan (mata)
Pupil : Isokor Anisokor Lain-lain:
Sclera/Konjungtiva : Anemis Ikterus Lain-lain:
Pendengaran/Telinga
Penginderaan
13
Masalah: - gangguan eliminasi urine
Nafsu makan: Baik Menurun Frekuensi:3 x/hari
Porsi makan: Habis Tidak Jelaskan:
Minum: ±500 cc/hari Jenis: air putih, sirup
Mulut dan Tenggorokan
Mulut: Bersih Kotor Berbau
Mukosa Lembab Kering Stomatitis
Tenggorokan Sakit menelan/nyeri tekan Kesulitan menelan
Pembesaran tonsil Lain-lain:
Pencernaan
Abdomen
Perut Tegang Kembung Ascites Nyeri tekan, lokasi:
Peristaltik: 8 x/mnt
Pembesaran hepar Ya Tidak
Pembesaran lien Ya Tidak
Buang air besar: - Teratur: Ya Tidak
Konsistensi: padat Bau: + Warna: kuning
Lain-lain:
Masalah: -
14
Kemampuan pergerakan sendi: Bebas Terbatas
Kekuatan otot: 5S 5
5S 5
5 : beban maksimal
Mulkuloskeletal/Integumen
4 : beban minimal
3 : ada kontraksi, dapat melawan gravitasi
2 : ada kontraksi, ada gerakan, tidak dapat melawan gravitasi
1 : hanya ada kontraksi
0 : tidak ada kontraksi
Ekstrimitas atas : Patah tulang Peradangan Tidak ada kelainan
Ekstrimitas bawah : Patah tulang Peradangan Tidak ada kelainan
Kulit
Warna kulit: Ikterus Sianotik Kemerahan Pucat Hiperpigmentasi
Turgor: Baik Cukup Jelek, Jelaskan:
Odema: Ada Tidak ada Lokasi:
Lain-lain :
Masalah: -
15
2.2 ANALISA DATA
16
Composmentis Peningkatan asam laktat
pH sel menurun
Penurunan kontraktilitas
17
output ditandai dengan pasien mengatakan tubuh lemas, Ku pasien
lemah, TD : 170/100 mmHg, P : 88 x/mnt, N: 24 x/mnt, Ekstremitas
dingin/pucat
18
2.4 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
20
Penurunan curah jantung Setelah dilakukan 1. Pantau / catat kecenderungan 1. Hipotensi dapat terjadi
2
berhubungan dengan penurunan tindakan keperawatan frekuensi jantung dan TD akibat kekurangan cairan,
cardiac output ditandai dengan Ku selama 3x24 jam khususnya mencatat distritmia, gagal jantung /
pasien lemah, TD : 170/100 mmHg, Pasien menunjukkan hipotensi. syok Indikator
P : 88 x/mnt, N: 24 x/mnt, peningkatan toleransi keseimbangan cairan tubuh
Ekstremitas dingin/pucat aktivitas dengan 2. Pantau / catat disritmia 2. Distritmia yang mengancam
kriteria hasil : jantung observasi respon hidup dapat terjadi
- Melaporkan / pasien terhadap distritmia, sehubungan dengan
menunjukkan contoh penurunan TD. ketidakseimbangan
toleransi elektrolit, iskemia
aktivitas miokardia, atau gangguan
- Menunjukkan pada konduksi elektrikal
peningkatan jantung
toleransi 3. Observasi perubahan status 3. Dapat mengindikasikan
aktivitas mental / orientasi / gerakan penurunan aliran darah atau
- Berpartisipasi atau refleks tubuh. oksigenasi serebral sebagai
dalam aktivitas akibat penurunan curah
yang jantung
memaksimalkan 4. Catat suhu kulit / warna, dan 4. Kulit hangat, merah muda
atau kualitas / kesamaan nadi dan nadi kuat adalah
21
meningkatkan perifer. indikator umum curah
fungsi jantung. jantung adekuat
- TD (110/60- 5. Ukur / catat pemasukan, 5. Berguna dalam menentukan
120/80) mmHg, pengeluaran dan kebutuhan cairan atau
RR (12-24) keseimbangan cairan. mengidentifikasi kelebihan
x/menit cairan yang dapat
mempengaruhi curah
jantung / konsumsi
22
sistemik serta
mempengaruhi fungsi
jantung
9. Dorong penggunaan tehnik 9. Tehnik relaksasi bertujuan
relaksasi contoh napas untuk mempengaruhi fungsi
dalam, aktivitas senggang. jantung
23
2.5 TINDAKAN KEPERAWATAN
2 26-01-2012
11.00 1. Memantau kecenderungan frekuensi jantung
dan TD
2. Memantau disritmia jantung observasi
respon pasien terhadap distritmia
3. Mengobservasi perubahan status mental /
orientasi / gerakan atau refleks tubuh.
4. Mencatat suhu kulit / warna, dan kualitas /
kesamaan nadi perifer.
5. Mengobservasi dan mencatat pemasukan,
pengeluaran dan keseimbangan cairan.
6. Menjadwal istirahat / periode tidur tanpa
gangguan. Membantu aktivitas perawatan
diri.
7. memantau program aktivitas, mencatat
respons pasien, tanda vital sebelum / selama
24
/ setelah aktivitas, terjadinya disritmia.
8. Mengevaluasi adanya / derajat cemas /
emosi
9. Mendorong penggunaan nafas dalam
10. Memberikan O2 5 Lpm
2.6 EVALUASI
25
Nama Pasien : Tn. B
Umur : 50 tahun
No. Reg : 388043
NO No.DX TGL/JAM EVALUASI TTD
1 1 25-01-2012
12 .00 S : Pasien mengatakan nyeri berkurang,
skala nyeri 4
O : - wajah rileks
- respirasi 24x/menit
- nadi 100 x/menit
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi nomor 1 – 8 dilanjutkan di
Ruang Rawat Inap
DAFTAR PUSTAKA
26
Brunner, Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. EGC : Jakarta
Carpenito, Linda Juall. (2002). Diagnosa Keperawatan. EGC : Jakarta
Doengoes, Marilynn. E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawat Pasien. EGC : Jakarta
Massjoer, Arif dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Media Aesculapios :
Jakarta
Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit. EGC : Jakarta
Sowden, A. Linda. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatrik. EGC : Jakarta
27