Anda di halaman 1dari 27

BAB 1

TINJAUAN TEORI PENYAKIT


JANTUNG KORONER

1.1 Tinjauan Medis


1.1.1 Pengertian PJK
Penyakit Arteri Koroner (Coronary Artery Disease) adalah penyakit yang
ditandai dengan adanya endapan lemak yang berkumpul di dalam sel yang
melapisi dinding suatu arteri koroner dan menyumbat aliran darah. Endapan lemak
(ateroma atau plak) terbentuk secara bertahap dan tersebar di percabangan besar
dari kedua arteri koroner utama, yang mengelilingi jantung dan menyediakan darah
bagi jantung. Proses pembentukan ateroma ini disebut aterosklerosis.
(www.medicastore.com)
Penyakit jantung koroner/ penyakit arteri koroner (penyakit jantung
artherostrofik) merupakan suatu manifestasi khusus dan arterosclerosis pada arteri
koroner. Plaque terbentuk pada percabangan arteri yang ke arah aterion kiri, arteri
koronaria kanan dan agak jarang pada arteri sirromflex. ( DepKes : 1993)
Penyakit jantung koroner adalah suatu penyakit dimana tersumbatnya aliran
pembuluh darah koroner jantung akibat penimbunan zat lemak (arteriosclerosis)
karena tidak cukupnya suplai darah yang mengandung oksigen untuk
menghidupkan jantung, maka terjadi ancaman otot jantung yang bisa menimbulkan
kematian mendadak (Ronald H. Sitorus : 2006)
PJK (Penyakit Jantung Koroner) adalah ketidakseimbangan antara kebutuhan
O2 miokardium dengan suplai) 2 yang disebabkan oleh proses arterosklerosis yang
merupakan kelainan digeneratif (Sarwono Waspadji; 1996 ; 1991).

1.1.2 Etiologi
Penyakit jantung koroner disebabkan karena ketidak seimbangan antara
kebutuhan O2 sel otot jantung dengan masukannya. Masukan O2 untuk sel otot
jantung tergantung dari O2 dalam darah dan pembuluh darah arteri koroner.
Penyaluran O2 yang kurang dari arteri koroner akan menyebabkan kerusakan sel
otot jantung. Hal ini disebabkan karena pembentukan plak arteriosklerosis. Sebab
lain dapat berupa spasme pembulouh darah atau kelainan kongenital.
Iskemia (kerusakan) yang berat dan mendadak akan menimbulkan kematian sel
otot jantung yaitu disebut infark jantung akut yang irreversibel (tidak dapat
sembuh kembali). Hal ini juga dapat menyebabkan gangguan fungsi jantung
dengan manifestasinya adalah nyeri.

1
1.1.3 Faktor resiko
Faktor resiko yang berkaitan dengan penyakit jantung koroner dapat di
golongkan secara logis sebagai berikut:
1. Sifat pribadi Aterogenik.
Sifat aterogenik mencakup lipid darah, tekanan darah dan diabetes melitus.
Faktor ini bersama-sama berperan besar dalam menentuak kecepatan artero-
genensis (Kaplan & Stamler, 1991).
2. Kebiasaan hidup atau faktor lingkungan yang tak di tentukan semaunya.
Gaya hidup yang mempredisposisi individu ke penyakit jantung koroner adalah
diet yang terlalu kaya dengan kalori, lemak jenuh, kolesterol, garam serta oleh
kelambanan fisik, penambahan berat badan yang tak terkendalikan, merokok
sigaret dan penyalah gunaan alkohol (Kaplan & Stamler, 1991).
3. Faktor resiko kecil dan lainnya.
Karena faktor resiko yang di tetapkan akhir-akhir ini tidak tampak menjelaskan
keseluruhan perbedaan dalam kematian karena penyakit jantung koroner, maka
ada kecurigaan ada faktor resiko utama yang tak diketahui bernar-benar ada.
Berbagai faktor resiko yang ada antara lain kontrasepsi oral, kerentanan
hospes, umur dan jenis kelamin (Kaplan & Stamler, 1991).

1.1.4 Fisiologi
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Jantung dapat bergerak
yaitu mengembang dan menguncup disebabkan oleh karena adanya rangsangan
yang berasal dari susunan syaraf otonom. Di jantung terdapat pembuluh darah
arteri koroner.
Arteri koroner adalah pembuluh darah yang menyuplai otot jantung, yang
mempunyai kebutuhan metabolisme tinggi terhadap oksigen dan nutrisi. Jantung
menggunakan 70% sampai 80% oksigen yang dihantarkan melalui arteri koroner ;
sebagai perbandingan, organ lain hanya menggunakan rata-rata seperempat
oksigen yang dihantarkan. Arteri koronaria muncul dari aorta dekat hulunya
diventrikel kiri. Dinding sisi kiri jantung disuplai dengan bagian yang lebih banyak
melalui arteri koronaria utama kiri, yang kemudian terpecah menjadi dua cabang
besar ke bawah ( arteri desendens anterior sinistra ) dan melintang (arteri
sirkumfleksa) sisi kiri jantung. Jantung kanan dipasok seperti itu pula dari arteri
koronaria dextra. Tidak seperti arteri lain arteri koronaria diperfusi selama
diastolik. (Smeltzer, 2001 : 721)

2
1.1.5 Patofisiologi
Faktor-faktor resiko : merokok, obesitas,
kolesterol tinggi

Arteriosklerosis

Spasme arteri koroner

Penurunan suplai O2

Iskemia miokard Nyeri dada

Perubahan reversibel sel dan jaringan

Peningkatan asam laktat

pH sel menurun

penurunan kontraktilitas
Penurunan
penurunan cardiac output curah jantung

penurunan perfusi jaringan

Akstremitas Muskulus Cerebral System urine

Sianosis Kelemahan Oliguria


Gangguan perfusi
jaringan
Intoleran Gangguan
aktivitas eliminasi urine

pernafasan
Tidur sering
Gangguan Gangguan pola tidur terbangun
Kekurangan pola nafas
O2

Keterangan :
Penyakit jantung koroner dan micardiail infark merupakan respons iskemik dari
miokardium yang di sebabkan oleh penyempitan arteri koronaria secara permanen atau
tidak permanen. Oksigen di perlukan oleh sel-sel miokardial, untuk metabolisme aerob
di mana Adenosine Triphospate di bebaskan untuk energi jantung pada saat istirahat
membutuhakn 70 % oksigen. Banyaknya oksigen yang di perlukan untuk kerja jantung
di sebut sebagai Myocardial Oxygen Cunsumption (MVO2), yang dinyatakan oleh
percepatan jantung, kontraksi miocardial dan tekanan pada dinding jantung.
Jantung yang normal dapat dengan mudah menyesuaikan terhadap peningkatan
tuntutan tekanan oksigen dangan menambah percepatan dan kontraksi untuk menekan

3
volume darah ke sekat-sekat jantung. Pada jantung yang mengalami obstruksi aliran
darah miocardial, suplai darah tidak dapat mencukupi terhadap tuntutan yang terjadi.
Keadaan adanya obstruksi letal maupun sebagian dapat menyebabkan anoksia dan suatu
kondisi menyerupai glikolisis aerobic berupaya memenuhi kebutuhan oksigen.
Penimbunan asam laktat merupakan akibat dari glikolisis aerobik yang dapat
sebagai predisposisi terjadinya disritmia dan kegagalan jantung. Hipokromia dan
asidosis laktat mengganggu fungsi ventrikel. Kekuatan kontraksi menurun, gerakan
dinding segmen iskemik menjadi hipokinetik.
Kegagalan ventrikel kiri menyebabkan penurunan stroke volume, pengurangan
cardiac out put, peningkatan ventrikel kiri pada saat tekanan akhir diastole dan tekanan
desakan pada arteri pulmonalis serta tanda-tanda kegagalan jantung.
Kelanjutan dan iskemia tergantung pada obstruksi pada arteri koronaria
(permanen atau semntara), lokasi serta ukurannya. Tiga menifestasi dari iskemi
miocardial adalah angina pectoris, penyempitan arteri koronarius sementara, preinfarksi
angina, dan miocardial infark atau obstruksi permanen pada arteri koronari (Pusat
Pendidikan Tenaga Kesehatan Dep.kes, 1993).

1.1.6 Manifestasi klinik


1. Nyeri dada yang khas (seperti ditekan benda berat dan menjalar keleher,
lengan kanan dan punggung) dapat disebabkan oleh angina pectoris stabil
(APS), angina pectoris tak stabil atau IMA
2. Sesak nafas
3. Perasaan melayang dan pingsan
4. Ditemukan bising jantung dan pembesaran jantung

1.1.7 Pemeriksaan penunjang


1. EKG : gelombang T terbalik, depresi segmen ST
2. Pemeriksaan radiologi : pembesaran ventrikel ST
3. Echocardiografi
4. Pemeriksaan Lab : kolesterol, trigliserida meningkat
1.1.8 Penatalaksanaan
Tindakan yang dilakukan :
1. Mengatasi iskemia
1) Medikamentosa
Obat-obat yang diberikan : nitrat (N) propandol, pindalol, antagonis
calsium (Ca A)
2) Revaskularisasi

4
Hal ini dilaksanakan dengan cara :
(1) Pemakaian trombolitik, biasanya pada PJK akut seperti
IJA
(2) Prosedur invasif (PI) non operatif
(3) Operasi (coronary artery surgeny CAS)
2. Melakukan pencegahan secara sekunder
(1) Obat-obat pencegahan yang sering dipakai adalah aspirin
(A) dengan dosis 375 mg, 160 mg sampai 80 mg. Dosis lebih rendah juga
bisa efektif.
(2) Dahulu dipakai antikoagulan oral (OAK) tapi sekarang
sudah ditinggalkan karena terbukti tak bermanfaat.

1.2.2 Tinjauan Asuhan Keperawatan


1.2.1 Pengkajian
1. Anamnesa
1) Biodata
Terjadi tiga kali lebih sering pada pria dibanding wanita.
2) Keluhan utama
Nyeri dada yang berat, sesak nafas, mual, muntah, nyeri kepala yang hebat,
kelemahan.
3) Riwayat penyakit masa lalu
Riwayat hipertensi, merokok pengguna alkohol, pola hidup yang tidak sehat.
4) Riwayat kesehatan masa lalu
Keluarga yang menderita riwayat hipertensi, penyakit jantung, kegemukan
5) Pola aktivitas sehari-hari
Banyak makan makanan yang mengandung lemak tinggi, kebiasaan
merokok, minum alkohol serta serta tidak rutin dalam melakukan aktivitas
olahraga.
6) Keadaan umum pasien
Keadaan umum lemah dan dapat membaik.

2. Pemeriksaan fisik
1) Breating (B1 = pernafasan)
Dispnea dengan atau tanpa aktivitas aktivitas, batuk produktif, riwayat
merokok.
Tanda : distres pernafasan, meningkat pada frekuensi/irama dan gangguan
kedalaman.

5
2) Bleeding (B2 = kardiovaskuler)
Riwayat hipertensi, riwayat penyakit jantung, kegemukan.
Tanda : takikardia, disritmia, tekanan darah normal, meningkat atau
menurun. Bunyi jantung mungkin normal ; S4 lambat atau murmur
sistolik transien lambat (disfungsi otot papilaris) mungkin ada saat
nyeri. Kulit atau membran mukosa lembab, dingin, pucat pada adanya
vasokontriksi.
3) Brain (B3 = persarafan)
Perubahan status mental, orientassi, pola bicara, afek, proses pikir
Tanda : nyeri kepala yang hebat
4) Blader (B4 = perkemihan)
Gangguan ginjal saat ini atau sebelumnya.
Tanda : disuria, oliguria, anuria poliuria sampai hematuria.
5) Bowel (B5 = pencernaan)
Tanda : mual, kehilangan nafsu makan, penurunan turgor kulit, muntah,
perubahan berat badan
6) Bone (B6 = tulang-otot-integumen)
Hipotensi postural, frekuensi jantung meningkat, takipnea.

1.2.2 Rencana Asuhan Keperawatan


1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemik miocard
Tujuan :
Nyeri dada berkurang wajah rileks respirasi 12-24x/menit, nadi 80-100 x/menit
Kriteria hasil :
1) Menyatakan nyeri hilang atau tak ada.
2) Menunjukkan postur tubuh rileks, kemampuan istirahat / tidur dengan cukup.
Intervensi keperawatan:
1) Anjurkan klien untuk memberi tahu perawat jika terjadi nyeri dada.
R : Nyeri dan penurunan curah jantung dapat merangsang saraf simpati untuk
mengeluarkan norep rinoprin yang meningkatkan kemajuan penyakit.
2) Kaji dan catat respon pasien
R : Menurunkan kebutuhan oksigen miokard untuk meminimalkan resiko
nekrosis
3) Anjurkan pasien untuk bedrest total selama periode nyeri
R : Memberikan informasi tentang kemajuan penyakit.
4) Tinggikan kepala tempat tidur bila klien sesak
R : Memudahkan pertukaran gas untuk menurunkan hipoksia.

6
5) Pantau irama jantung
R : Pasien mengalami peningkatan diatrimia yang mengancam hidup secara
akut yang terjadi terhadap respon ischemia
6) Pantau tanda vital tiap lima menit
R : Tekanan darah dapat meningkatkan secara dini sehubungan dengan
rangsangan simpatis
7) Pertahankan lingkungan nyaman dan tenang
R : Stress mental / emosi meningkatkan kerja miokard
8) Berikan O2 sesuai indikasi
R : Meningkatkan sediaan O2 untuk kebutuhan miokard
9) Berikan obat golongan nitrat dan beta bloker.
R : Obat golongan nitrat mempunyai efek cepat vasodilatasi beta bloken
menurunkan kerja miokard.

2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan


inotropik akibat iscemia miokard, gangguan frekuensi /irama dan konduksi
elektrikal,
Tujuan :
1) Klien menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas
2) TD (110/60-120/80) mmHg
3) RR (12-24) x/menit
Kriteria hasil :
1) Melaporkan / menunjukkan toleransi aktivitas
2) Menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas
3) Berpartisipasi dalam aktivitas yang memaksimalkan atau meningkatkan fungsi
jantung.
Intervensi :
1) Pantau / catat kecenderungan frekuensi jantung dan TD khususnya mencatat
hipotensi.
R : Hipotensi dapat terjadi akibat kekurangan cairan, distritmia, gagal jantung /
syok
2) Pantau / catat disritmia jantung observasi respon pasien terhadap distritmia,
contoh penurunan TD.
R : Distritmia yang mengancam hidup dapat terjadi sehubungan dengan
ketidakseimbangan elektrolit, iskemia miokardia, atau gangguan pada konduksi
elektrikal jantung
3) Observasi perubahan status mental / orientasi / gerakan atau refleks tubuh.

7
R : Dapat mengindikasikan penurunan aliran darah atau oksigenasi serebral
sebagai akibat penurunan curah jantung
4) Catat suhu kulit / warna, dan kualitas / kesamaan nadi perifer.
R : Kulit hangat, merah muda dan nadi kuat adalah indikator umum curah
jantung adekuat
5) Ukur : catat pemasukan, pengeluaran dan keseimbangan cairan.
R : Berguna dalam menentukan kebutuhan cairan atau mengidentifikasi
kelebihan cairan yang dapat mempengaruhi curah jantung / konsumsi
6) Jadwal istirahat / periode tidur tanpa gangguan. Bantu aktivitas perawatan diri.
R : Mencegah kelemahan / terlalu lelah dan stress kardiovaskuler berlebihan
7) Pantau program aktivitas, catat respons pasien, tanda vital sebelum / selama /
setelah aktivitas, terjadinya disritmia.
R : Latihan teratur merangsang sirkulasi / tonus kardiovaskuler berlebihan
8) Evaluasi adanya / derajat cemas / emosi
R : Reaksi emosi berlebihan dapat mempengaruhi tanda vital dan tahanan
vaskuler sistemik serta mempengaruhi fungsi jantung
9) Dorong penggunaan tehnik relaksasi contoh napas dalam, aktivitas senggang.
R : Tehnik relaksasi bertujuan untuk mempengaruhi fungsi jantung
10) Berikan O2 tambahan sesuai indikasi.
R : Meningkatkan oksigenasi maksimal, yang menurunkan kerja jantung, alat
dalam memperbaiki iskemia jantung dan disritmia

3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan


ventilasi (nyeri/kelemahan otot)
Tujuan :
1) Respirasi 12-24x/menit
2) TD (110/60-120/80) mmHg
3) Tidak ada sianosis dan pernafasan cuping hidung.
Kriteria hasil :
1) Mempertahankan pola napas normal / efektif bebas sianosis dan tanda / gejala
lain dari hipoksia dengan bunyi nafas sama secara bilateral, area baru bersih.
2) Menunjukkan reekspansi lengkap dengan tak ada pneumotorak / hemotorak.
Intervensi :
1) Evaluasi frekuensi pernapasan dan kedalaman.
R : Pengenalan dini dan pengobatan ventilasi abnormal dapat mencegah
komplikasi

8
2) Auskultasi bunyi nafas, catat area yang menurun/tak ada bunyi napas dan
adanya bunyi tambahan contoh krekels atau ronki.
R : Krekels atau ronki dapat menunjukkan kaumulasi cairan atau obstruksi
jalan napas parsial
3) Observasi karakter batuk dan produksi sputum.
R : Udara atau cairan pada area pleural mencegah ekspansi lengkap
4) Lihat kulit dan membran mukosa untuk adanya sianosis.
R : Sianosis menunjukkan kondisi hipoksia sehubungan dengan gagak jantung
komplikasi paru
5) Tinggikan kepala tempat tidur, letakkan pada posisi duduk tinggi atau semi
fowler.
R : Merangsang fungsi pernapasan / ekspansi paru
6) Dorong pasien berpartipasi / bertanggung jawab selama latihan napas dalam,
gunakan alat bantu (meniup botol) dan batuk sesuai indikasi.
R : Membantu reekspasi / mempertahankan potensi jalan napas kecil
khususnya setelah melepaskan selang dada
7) Dorong pemasukan cairan maksimal dalam perbaikan jantung.
R : Hidrasi adekuat membantu pengenceran sekret, memudahkan ekspektoran
8) Beri obat analgesik sebelum pengobatan pernapasan sesuai indikasi.
R : Memudahkan gerakan dada dan menurunkan ketidaknyamanan sehubungan
dengan nyeri insisi
9) Catat respons terhadap (latihan napas dalam atau pengobatan pernapasan, catat
bunyi napas, batuk / produksi sputum.
R : Catat keefektifan terapi atau kebutuhan untuk intervensi lebih agresif
10) Berikan tambahan O2 dengan kanula atau masker sesuai indikasi.
R : Meningkatkan pengiriman O2 ke paru untuk kebutuhan sirkusi khususnya
pada gangguan ventilasi

4. Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara


suplai dan kebutuhan oksigen, adanya jaringan yang nekrotik dan iskemi pada
miokard
Tujuan :
setelah di lakukan tindakan perawatan klien menunjukkan peningkatan
kemampuan dalam melakukan aktivitas
Kriteria hasil :
1) Tekanan darah dalam batas normal
2) Nadi dalam batas normal (80-100x/mnt)

9
3) Irama dalam batas normal
4) Tidak adanya angina
Intervensi dan Rasional :
1) Catat irama jantung, tekanan darah dan nadi sebelum, selama dan sesudah
melakukan aktivitas.
R : mengindikasikan kerja jantung
2) Anjurkan pada pasien agar lebih banyak beristirahat terlebih dahulu.
R : mengurangi beban kerja jantung
3) Anjurkan pada pasien agar tidak “ngeden” pada saat buang air besar.
R : untuk menghindari peningkatan kerja jantung
4) Jelaskan pada pasien tentang tahap- tahap aktivitas yang boleh dilakukan oleh
pasien.
R : menghindari kerja jantung yang tiba-tiba berat

5. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman terhadap konsep diri


(gangguan citra/kemampuan), respon patofisiologis.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan ansietas/cemas pasien berkurang/ hilang
Kriteria Hasil :
1) Menyatakan kesadaran perasaan ansietas dan cara sehat sesuai
2) Melaporkan ansietas menurun sampai tingkat yang dapat diatasi
3) Menyatakan masalah tentang efek penyakit pada pola hidup, posisi dalam
keluarga dan masyarakat
4) Menunjukkan strategi koping efektif/ketrampilan pemecahan masalah
Intervensi :
1) Jelaskan tujuan tes dan prosedur, contoh tes stress.
R : menurunkan cemas dan takut terhadap diagnosa dan prognosis.
2) Tingkatakan ekspresi perasaan dan takut, contoh menolak, depresi dan
marah.
R : perasaan tidak diekspresikan dapat menimbulakan kekacauan internal dan
efek gambaran diri.
3) Dorong keluarga dan teman untuk menggangap pasien seperti sebelumnya.
R : meyakinkan pasien bahwa peran dalam keluarga dan kerja tidak berubah.
4) Beritahu pasien program medis yang telah dibuat untuk
menurunkan/membatasi serangan akan datang dan meningkatkan stabilitas
jantung.

10
R : mendorong pasien untuk mengontrol tes gejala, untuk meningkatkan
kepercayaan pada program medis dan mengintregasikan kemampuan dalam
persepsi diri.
5) Berikan sedatif, tranquilizer sesuai indikasi.
R : mungkin diperlukan untuk mambantu pasien rileks sampai secara fisik
mampu untuk membuat strategi koping adekuat.

1.2.3 Evaluasi
1. Nyeri dada berkurang wajah rileks respirasi 12-24x/menit, nadi 80-100 x/menit
2. Klien menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas
3. Tidak ada sianosis dan pernafasan cuping hidung
4. Setelah di lakukan tindakan perawatan klien menunjukkan peningkatan
kemampuan dalam melakukan aktivitas
5. Setelah dilakukan tindakan keperawatan ansietas/cemas pasien berkurang/ hilang

11
BAB 2

2.1 PENGKAJIAN
Pengkajian tgl : 25 Januari 2012 Jam : 10.00 am
Tanggal MRS : 24 Januari 2012 NO. RM : 388043
Ruang : IPI Dx. Masuk : PJK IMA

Nama : Tn. B Jenis Kelamin : L


Identitas

Umur : 50 tahun Status Perkawinan : Kawin

Agama
Keluhan utama :: Islam Penanggung biaya : Biaya Sendiri

Pasien mengeluh nyeri dada terasa tembus ke punggung dan perut terasa mual dan
Riwayat Sakit dan Kesehatan

bertambah saat terlalu banyak minum air, skala nyeri 7

Riwayat penyakit saat ini :


Mulai tanggal 24 Januari 2012 pasien merasa sesak nafas, Nyeri dada terasa tembus ke
punggung. Pasien langsung dibawa ke IGD Rumah Sakit Baptis Kediri lalu dianjurkan
opname di IPI.

Penyakit yang pernah diderita :


PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum: lemah Kesadaran: composmentis
Tanda vital TD: 170/100mmHg Nadi: 88x/mnt Suhu Badan: 370 C RR: 24x/mnt

Pola nafas: irama:  Teratur  Tidak teratur


Jenis  Dispnoe  Kussmaul  Ceyne Stokes Lain-lain:
Suara nafas:  Vesikuler  Stridor  Wheezing  Ronchi Lain-lain:
Pernafasan

Sesak nafas  Ya  Tidak Batuk:  Ya  Tidak


Alat bantu nafas : nasal kanul oksigen 5L/mnt
Lain – lain : -
Masalah: Gangguan pola nafas

12
Irama jantung:  Reguler  Ireguler S1/S2 tunggal:  Ya  Tidak
Nyeri dada:  Ya  Tidak
Bunyi jantung:  Normal  Murmur  Gallop  Lain-lain, ………….
CRT:  < 3 dt  > 3 dt
Kardiovasker

JVP :  Normal  Meningkat


Akral:  Hangat  Panas  Dingin kering Dingin
basah
CVP :
Lain – lain : -
Masalah: Risiko Penurunan Curah Jantung

GCS Eye: 4 Verbal: 5 Motorik: 6 Total: 15


Refleks fisiologis:  Patella  Triceps  Biceps lain-lain: ….......
Refleks patologis:  Babinsky  Brudzinsky  Kernig lain-lain………..
Persyaratan

Tanda peningkatan TIK :  Nyeri kepala  Pusing  Keinginan muntah


Lain-lain: -
Istirahat / tidur: 8 jam/hari
Gangguan tidur: tidak bisa tidur menahan sakit
Masalah: Gangguan pola tidur

Penglihatan (mata)
Pupil :  Isokor  Anisokor  Lain-lain:
Sclera/Konjungtiva :  Anemis  Ikterus  Lain-lain:
Pendengaran/Telinga
Penginderaan

Gangguan pendengaran :  Ya  Tidak


Lain-lain: -
Penciuman (Hidung)
Bentuk :  Normal  Tidak Jelaskan:
Gangguan Penciuman :  Ya  Tidak Jelaskan:
Lain-lain: -
Masalah: -
Perkemihan

Kebersihan:  Bersih  Kotor


Urin: Jumlah:500 cc/hr: Warna: kuning Bau: +
Alat bantu (kateter, dan lain-lain): memakai kateter
Kandung kencing: Membesar  Ya  Tidak
Nyeri tekan  Ya  Tidak
Gangguan:  Anuria  Oliguri  Retensi  Inkontinensia
 Nokturia  Inkontinensia  Lain-lain:
Lain – lain : -

13
Masalah: - gangguan eliminasi urine
Nafsu makan:  Baik  Menurun Frekuensi:3 x/hari
Porsi makan:  Habis  Tidak Jelaskan:
Minum: ±500 cc/hari Jenis: air putih, sirup
Mulut dan Tenggorokan
Mulut:  Bersih  Kotor  Berbau
Mukosa  Lembab  Kering  Stomatitis
Tenggorokan  Sakit menelan/nyeri tekan  Kesulitan menelan
 Pembesaran tonsil  Lain-lain:
Pencernaan

Abdomen
Perut  Tegang  Kembung  Ascites  Nyeri tekan, lokasi:
Peristaltik: 8 x/mnt
Pembesaran hepar  Ya  Tidak
Pembesaran lien  Ya  Tidak
Buang air besar: - Teratur:  Ya  Tidak
Konsistensi: padat Bau: + Warna: kuning
Lain-lain:
Masalah: -

Tyroid Membesar  Ya  Tidak


Hiperglikemia  Ya  Tidak Hipoglikemia  Ya  Tidak
Endokrin

Luka gangren  Ya  Tidak Pus  Ya  Tidak


Jelaskan:
Masalah: -

14
Kemampuan pergerakan sendi:  Bebas  Terbatas
Kekuatan otot: 5S 5
5S 5

5 : beban maksimal
Mulkuloskeletal/Integumen

4 : beban minimal
3 : ada kontraksi, dapat melawan gravitasi
2 : ada kontraksi, ada gerakan, tidak dapat melawan gravitasi
1 : hanya ada kontraksi
0 : tidak ada kontraksi
Ekstrimitas atas :  Patah tulang  Peradangan  Tidak ada kelainan
Ekstrimitas bawah :  Patah tulang  Peradangan  Tidak ada kelainan
Kulit
Warna kulit:  Ikterus  Sianotik  Kemerahan  Pucat  Hiperpigmentasi
Turgor:  Baik Cukup  Jelek, Jelaskan:
Odema:  Ada  Tidak ada Lokasi:
Lain-lain :
Masalah: -

Data penunjang (Lab, Foto, USG, dll)


Darah lengkap :
Kimia darah : WBC 25.5 K/ul
BUN 27 mg/dl Gran 21.9
RDW 15.6 %
GDS 102 mg/dl HGB 14.1 g/dl
Creat 1.22 mg/dl PLT 197 K/ul
Na+ 143 mE q/l
K+ 3.99 mE q/l
Chlorides 105 mE q/l
Terapi:
Tiazid 200mg-0-0
Vaclo I tab
Inj fluxum 0,6 u SC BID
Rendapid 0 – 0 – 40mg Farsorbid I vial drip
Diazepam 0 – 0 – 5mg
Cardioaspirin 100mg – 0 – 0

Daftar Masalah Keperawatan:


1. Nyeri Akut
2. Penurunan curah jantung
3. Gangguan Pola Nafas
4. Gangguan pola tidur

15
2.2 ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI Masalah Keperawatan /


Kolaboratif
Ds : Pasien mengeluh nyeri Faktor resiko Nyeri akut
dada seperti ditekan
Arteriosclerosis
benda berat dan
Spasme arteri koroner
menjalar keleher,
lengan kanan dan Penurunan suplai O2
Iskemia miokard
punggung, skala nyeri 6
Do : - KU pasien lemah Perubahan reversible sel
jaringan
- Kesadaran

16
Composmentis Peningkatan asam laktat

pH sel menurun

Penurunan kontraktilitas

Ds: pasien mengatakan tubuh Penurunan cardiac output


lemas
Penurunan curah jantung
Do : - Ku pasien lemah Resiko komplikasi penurunan
- TD : 170/100 curah jantung
mmHg Nyeri akut
- P : 88 x/mnt
- N: 24 x/mnt
- Urine : 450
cc/hr
- Ekstremitas
dingin/pucat

2.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Tanggal Diagnosa Keperawatan / Kolaboratif


1. 25-01-2012 Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan akibat adanya
trombosis, arteriosklerosis ditandai dengan Pasien mengeluhkan nyeri
dada tembus punggung yang hilang timbul terutama saat beraktivitas,
skala nyeri 7, KU pasien lemah, kesadaran Composmentis
2. 25-01-2012 Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan cardiac

17
output ditandai dengan pasien mengatakan tubuh lemas, Ku pasien
lemah, TD : 170/100 mmHg, P : 88 x/mnt, N: 24 x/mnt, Ekstremitas
dingin/pucat

18
2.4 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. B


Umur : 50 tahun
No. Reg : 388043
DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL TTD
NO
1 Nyeri akut berhubungan dengan Setelah dilakukan 1. Anjurkan klien untuk memberi 1. Nyeri dan penurunan curah
iskemia jaringan akibat adanya tindakan keperawatan tahu perawat jika terjadi nyeri jantung dapat merangsang
trombosis, arteriosklerosis ditandai 3x24 jam nyeri dada dada. saraf simpati untuk
dengan Pasien mengeluhkan nyeri berkurang dengan mengeluarkan norep rinoprin
dada tembus punggung yang hilang kriteria hasil: yang meningkatkan kemajuan
timbul terutama saat beraktivitas, - Menyatakan penyakit.
skala nyeri 7, KU pasien lemah, nyeri hilang 2. Pantau dan catat respon pasien. 2. menurunkan kebutuhan
kesadaran Composmentis atau tak ada oksigen miokard untuk
- Menunjukkan meminimalkan resiko
postur tubuh nekrosis
rileks, 3. Anjurkan pasien untuk bedrest 3. Memberikan informasi
kemampuan total selama periode nyeri tentang kemajuan penyakit.
istirahat / tidur 4. Tinggikan kepala tempat tidur 4. Memudahkan pertukaran gas
19
dengan cukup. bila klien sesak untuk menurunkan hipoksia
- wajah rileks 5. Pantau tanda vital tiap lima 5. Tekanan darah dapat
respirasi 12- menit meningkatkan secara dini
24x/menit, sehubungan dengan
nadi 80-100 rangsangan simpatis
x/menit 6. Pertahankan lingkungan 6. Stress mental / emosi
10) nyaman dan tenang meningkatkan kerja miokard

7. Kolaborasi dengan dokter 7. Meningkatkan sediaan O2


untuk pemberian O2 sesuai untuk kebutuhan miokard
indikasi
8. Kolaborasi dengan dokter 8. Obat golongan nitrat
untuk pemberian obat mempunyai efek cepat
golongan nitrat dan beta vasodilatasi beta bloken
bloker. menurunkan kerja miokard.

DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL TTD


NO

20
Penurunan curah jantung Setelah dilakukan 1. Pantau / catat kecenderungan 1. Hipotensi dapat terjadi
2
berhubungan dengan penurunan tindakan keperawatan frekuensi jantung dan TD akibat kekurangan cairan,
cardiac output ditandai dengan Ku selama 3x24 jam khususnya mencatat distritmia, gagal jantung /
pasien lemah, TD : 170/100 mmHg, Pasien menunjukkan hipotensi. syok Indikator
P : 88 x/mnt, N: 24 x/mnt, peningkatan toleransi keseimbangan cairan tubuh
Ekstremitas dingin/pucat aktivitas dengan 2. Pantau / catat disritmia 2. Distritmia yang mengancam
kriteria hasil : jantung observasi respon hidup dapat terjadi
- Melaporkan / pasien terhadap distritmia, sehubungan dengan
menunjukkan contoh penurunan TD. ketidakseimbangan
toleransi elektrolit, iskemia
aktivitas miokardia, atau gangguan
- Menunjukkan pada konduksi elektrikal
peningkatan jantung
toleransi 3. Observasi perubahan status 3. Dapat mengindikasikan
aktivitas mental / orientasi / gerakan penurunan aliran darah atau
- Berpartisipasi atau refleks tubuh. oksigenasi serebral sebagai
dalam aktivitas akibat penurunan curah
yang jantung
memaksimalkan 4. Catat suhu kulit / warna, dan 4. Kulit hangat, merah muda
atau kualitas / kesamaan nadi dan nadi kuat adalah

21
meningkatkan perifer. indikator umum curah
fungsi jantung. jantung adekuat
- TD (110/60- 5. Ukur / catat pemasukan, 5. Berguna dalam menentukan
120/80) mmHg, pengeluaran dan kebutuhan cairan atau
RR (12-24) keseimbangan cairan. mengidentifikasi kelebihan
x/menit cairan yang dapat
mempengaruhi curah
jantung / konsumsi

6. Jadwal istirahat / periode 6. Mencegah kelemahan /


tidur tanpa gangguan. Bantu terlalu lelah dan stress
aktivitas perawatan diri. kardiovaskuler berlebihan
7. Pantau program aktivitas, 7. Latihan teratur merangsang
catat respons pasien, tanda sirkulasi / tonus
vital sebelum / selama / kardiovaskuler berlebihan
setelah aktivitas, terjadinya
disritmia.
8. Evaluasi adanya / derajat 8. Reaksi emosi berlebihan
cemas / emosi dapat mempengaruhi tanda
vital dan tahanan vaskuler

22
sistemik serta
mempengaruhi fungsi
jantung
9. Dorong penggunaan tehnik 9. Tehnik relaksasi bertujuan
relaksasi contoh napas untuk mempengaruhi fungsi
dalam, aktivitas senggang. jantung

10. Berikan O2 tambahan 10. Meningkatkan oksigenasi


sesuai indikasi. maksimal, yang
menurunkan kerja jantung,
alat dalam memperbaiki
iskemia jantung dan
disritmia

23
2.5 TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. B


Umur : 50 tahun
No. Reg : 388043
NO No.DX TGL/JAM TINDAKAN KEPERAWATAN TTD
1 1 25-01-2012
11.00 1. Menganjurkan klien untuk memberi tahu
perawat jika terjadi nyeri dada.
2. Mengobservasi dan mencatat respon pasien.
3. Menganjurkan pasien untuk bedrest total
selama periode nyeri
4. Meninggikan kepala tempat tidur bila klien
sesak
5. Memantau tanda vital tiap lima menit
6. Mempertahankan lingkungan nyaman dan
tenang
7. Memberi O2 5 Lpm
12.00 8. Memberikan obat Diazepam 0 – 0 – 5mg,
Cardioaspirin 100mg – 0 – 0

2 26-01-2012
11.00 1. Memantau kecenderungan frekuensi jantung
dan TD
2. Memantau disritmia jantung observasi
respon pasien terhadap distritmia
3. Mengobservasi perubahan status mental /
orientasi / gerakan atau refleks tubuh.
4. Mencatat suhu kulit / warna, dan kualitas /
kesamaan nadi perifer.
5. Mengobservasi dan mencatat pemasukan,
pengeluaran dan keseimbangan cairan.
6. Menjadwal istirahat / periode tidur tanpa
gangguan. Membantu aktivitas perawatan
diri.
7. memantau program aktivitas, mencatat
respons pasien, tanda vital sebelum / selama

24
/ setelah aktivitas, terjadinya disritmia.
8. Mengevaluasi adanya / derajat cemas /
emosi
9. Mendorong penggunaan nafas dalam
10. Memberikan O2 5 Lpm

2.6 EVALUASI

25
Nama Pasien : Tn. B
Umur : 50 tahun
No. Reg : 388043
NO No.DX TGL/JAM EVALUASI TTD
1 1 25-01-2012
12 .00 S : Pasien mengatakan nyeri berkurang,
skala nyeri 4
O : - wajah rileks
- respirasi 24x/menit
- nadi 100 x/menit
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi nomor 1 – 8 dilanjutkan di
Ruang Rawat Inap

2 2 26-01-2012 S : - Pasien mengatakan sudah tidak


12 .00 lemas dan bias sedikit beraktivitas
O : - TD 140/80 mmHg
- RR 24 x/menit
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi nomor 1 – 10 dilanjutkan di
Ruang Rawat Inap

DAFTAR PUSTAKA

26
Brunner, Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. EGC : Jakarta
Carpenito, Linda Juall. (2002). Diagnosa Keperawatan. EGC : Jakarta
Doengoes, Marilynn. E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawat Pasien. EGC : Jakarta
Massjoer, Arif dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Media Aesculapios :
Jakarta
Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit. EGC : Jakarta
Sowden, A. Linda. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatrik. EGC : Jakarta

27

Anda mungkin juga menyukai