Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

IBADAH
Ditulis untuk memenuhi Tugas kuliah Fiqh dan Ushul Fiqh
Dosen pengampu: Muzayyin,M.E

Oleh
Kelompok 6 :
Fathur Rohim (E20191065)
Nabilatuz Zahro (E20191070)
Lutfia Oktavianisa (E20191073)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PERBANKAN SYARI`AH 2
Jl. Mataram no.1 Mangli, Jember, Kode Pos 68136 Telp (0331) 487550.
Tahun 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah


menganugerahkan rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya, sehingga pemakalah
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Ibadah dengan tepat waktu.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW. yang telah mengarahkan kita ke jalan yang terang
benderang yakni ajaran Islam. Makalah ini kami susun untuk memenuhi salah
satu tugas mata Kuliah Fiqih dan Ushul Fiqih di Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Jember.
Selama penyusunan makalah ini, pemakalah banyak mendapat bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini pemakalah
menyampaikan terima kasih kepada Bapak Muzayyin selaku Dosen Pengampu
Mata Kuliah Fiqih dan Ushul Fiqh dan teman-teman yang telah banyak
memberikan motivasi dalam menyelesaikan makalah ini.
Pemakalah menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat kami perlukan demi perbaikan penyusunan makalah di masa yang akan
datang.
Akhirnya,kami berharap agar penulisan makalah ini dapat bermanfaat
bagi pemakalah khususnya dan bagi para pembaca umumnya. Amin.

Jember, 05 maret 2020

penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN......................................................................4
A. Latar Belakang............................................................................4
B. Rumusan Masalah.......................................................................5
C. Tujuan..........................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................6
A. Ibadah.........................................................................................6
B. Thaharah (bersuci).......................................................................7
C. Shalat...........................................................................................12
D. Zakat............................................................................................15
E. Puasa............................................................................................15
F. Haji……………………………………………………………...16

BAB III PENUTUP...............................................................................16


Kesimpulan..............................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................16

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Yang pertama kami disini membahas tentang berbagai macam rukun islam.
Yaitu diantaranya shalat, puasa, zakat, dan haji. Kami disini akan sedikit
menjabarkan tentang shalat, puasa, zakat, dan haji mengenai mazhab para imam
imam.

Semua kaum muslim sepakat bahwa solat merupakan salah satu dari lima
rukun islam yang disebutkan dalam sabda Rasulullah Saw. “ islam dibangun di atas
lima fondasi (rukun)”. Dan sesungguhnya shalat diwajibkan kepada kaum muslim
sehari lima waktu yaitu sebanyak 17 rakaat. Keajiban itu tidak gugur bagi semua
mukallaf, melainkan orang yang sudah meninggal dunia.

 zakat adalah jumlah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang yang
beragama Islam dan diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya (fakir
miskin dan sebagainya) menurut ketentuan yang telah ditetapkan oleh syarak. Zakat
merupakan rukun ketiga dari Rukun Islam.

Dari segi bahasa : puasa berarti menahan (imsak) dan mencegah(kaff) dari


sesuatu. Menurut syarak (syara’) : puasa berarti menahan diri dari hal-hal yang
membatalkannya dengan niat yang dilakukan oleh orang bersangkutan pada siang
hari, mulai terbit fajar sampai terbenam matahari.

Para ulama bahwa haji adalah salah satu rukun islam. Yang diwajibkan
adalah yang merdeka , baligh, dan mempunyai kemampuan dalam umur sekali.

Bagi yang sudah mampu harus menyegerakan dan bagi yang belum boleh
menundanya. Kami disini sedikit banyak menguraikan perbedaan yang terjadi pada
empat mazhab.

4
B. Rumusan Masalah
 Apa yang dimaksud dengan ibadah dan bagaimana kita melakukannya?
 Apa yang di maksud dengan Thaharah dan bagaimana kita melakukannya?
 Apa yang di maksud dengan Shalat dan bagaimana kita melakukannya?
 Apa yang dimaksud dengan zakat dan bagaimana kita melakukannya?
 Apa yang di maksud dengan Puasa dan bagaimana kita melakukannya?
 Apa yang di maksud dengan Haji dan bagaimana kita melakukannya?

C. Tujuan
 Menjelaskan pengertian ibadah dan bagaimana cara melakukannya
 Menjelaskan pengertian Thaharah dan bagaimana cara melakukannya
 Menjelaskan pengertian Shalat dan bagaimana cara melakukannya
 Menjelaskan pengertian zakat dan bagaimana cara melakukannya
 Menjelaskan pengertian Puasa dan bagaimana cara melakukannya
 Menjelaskan pengertian Haji dan bagaimana cara melakukannya

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ibadah

jika ada seseorang yang ingin masuk Islam, maka dia harus
melakukan hal berikut:

Pertama, mengucapkan kalimat syahadat,' asyhadu Alla


Ilaha illallah, wa asyhadu Anna Muhammad Rasulullah (aku
bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa
Muhammad adalah Rasulullah); kedua, melepaskan diri dari
semua Agama selain Islam; ketiga, meyakini keesaan Allah
dalam hatinya-insyaallah akan kami uraikan lebih lanjut¹. Islam
adalah agama yang diridhai Allah, sesuai firman-nya;

‫ين ِع ْندَ هَّللا ِ اإْل ِسْ اَل ُم‬


َ ‫ۗ إِنَّ ال ِّد‬.
Yang artinya:” sesungguhnya agama yang diridhai Allah
adalah Islam.” (Q.S 3:19)

Dalam ayat yang lain Dia juga berfirman;

‫َو َمن َي ْب َت ِغ َغي َْر ٱإْل ِسْ ٰ َل ِم دِي ًنا َف َلن ُي ْق َب َل ِم ْن ُه‬

Yang artinya:”barang siapa yang mencari agama selain


Islam, maka sekali-kali tidak akan diterima (agama itu)
darinya.”(Q.S 3:85)

6
jika telah melakukan ketiga hal itu berarti seseorang telah
masuk Islam dan haram dibunuh, ditangkap anak keturunannya,
serta dirampas harta kekayaan nya. Di samping itu,semua yang
telah berlalu darinya, berupa pengabaian hak-hak Allah akan di
ampuni, berdasarkan pada firman-nya;

ِ ِ ‫ق‬
َ َ‫ين َك َف ُر وا إِ ْن َي ْن َت ُه وا يُ ْغ َف ْر هَلُ ْم َم ا قَ ْد َس ل‬
‫ف‬ َ ‫ُل ل لَّ ذ‬
ْ
2

Yang artinya:”katakan kepada orang-orang kafir, 'jika


mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan
mengampuni dosa-dosa mereka yang sudah lalu,”' (Q.S 8:38)

Dan pada sabda Rasulullah Saw.," Aku perintahkan untuk


menerangi orang-orang sehingga mereka bersaksi bahwa tiada
Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah,
mendirikan salat dan Mengeluarkan zakat. Jika mereka telah
mengerjakannya, maka darah dan harta mereka akan di pelihara
dariku, (kecuali mereka melakukan kesalahan-kesalahan yang
boleh dihukum) menurut Islam. Dan hisab mereka diserahkan
kepada Allah." (HR. Bukhari dan Muslim)²

Juga sabda Rasulullah Saw.," Islam itu memutuskan apa


yang terjadi sebelumnya."

Selanjutnya, dia diwajibkan mandi untuk membersihkan


diri sebelum masuk Islam. Hal itu didasarkan pada hadist bahwa
nabi Saw pernah menyuruh mandi tsumamah bin Atsal dan Qais
bin Ashim, ketika keduanya memeluk Islam. Dan dalam sebuah

1
Syaikh sidi Abdul Qadir Al Jailani, fiqih tasawuf, Bandung: Pustaka hidayah, 1422H). Hal 82
22
. Syaikh sidi Abdul Qadir Al Jailani, fiqih tasawuf, Bandung: Pustaka hidayah, 1422H). Hal 83

7
riwayat disebutkan," potonglah rambut kekufuran dari dirimu dan
mandilah"

B. Thaharah (Bersuci)

Thaharah menurut bahasa berarti suci atau bersih. Sedang


menurut syara’ mengandung banyak tafsir, diantaranya sesuatu
yang menjadikan seseorang boleh sholat, misal wudhu, mandi,
tayammum dan menghilangkan najis. Allah SWT berfirman :
(QS.74 ayat 4) dan (QS.5 ayat 6) hadist nabi (bersuci adalah
sebagian dari iman).¹

Macam macam Thaharah (Bersuci)

a. Bersuci dari hadast, baik hadas besar ataupun hadas kecil


dan ini khusus berkaitan dengan badan seperti wudhu,
mandi, dan tayammum

b. Bersuci dari kotoran, dan ini dilakukan pada badan, baju


dan tempat dengan menghilangkan najisnya.

Bersuci dari hadas kecil (Istinja’)

Jika seorang muslin hendak pergi ke WC, lepaskan segala


sesuatu yang ada lafadz allah, missal cincin dan lain lain. Ketika
masuk dahulukan kaki kiri seraca berucap :

Hal itu didasarkan pada hadist nabi “Sesungguhnya kebun


ini sangat lebat, maka mohonlah perlindungan kepada allah dari
setan, dan hendaklah salah dari seorang kalian berdoa “aku
berlindung kepada allah dari kekejian dan najis kotor setan yang
terkutuk”.

33
.H. Moch. Anwar, Fiqih Islam Tarjamah Matan Taqrib, (Bandung: PT Alma’arif,
1987), hal. 9

8
Kata istinja’ berasal dari ungkapan ….., maka seakan akan
bagi yang istinja’ menghilangkan kotoran yang terjadi pada
dirinya. Istinja’ wajib dilakukan karena keluarnya kotoran
menggunakan air maupun batu dan bisa semaknanya yakni dari
setiap benda yang keras, suci, bisa menghilangkan najis dan
bukan termasuk benda yang terhormat.⁴

Dan hendaklah dia menutup kepala dan badannya serta


tidak mengangkat bajunya terlalu tinggi. Hendaklah bersandar
pada kaki kiri, karena itu dapat mempermudah keluarnya
kotoran, tidak berbicara, dan tidak pula menjawab salam yang
ditujukan kepadanya. Dia tetap boleh membaca hamdalah ketika
bersin, tidak menghadapkan wajah ke langit, tidak tertawa dan
menertawakan.

Bagi orang yang hendak buang hajat, berkewajiban


menghindari menghadap kiblat yang sekarang dikenal dengan
nama ka’bah dan juga dilarang membelakanginya jika buang
hajat di tanah lapang.

Adab bagi orang yang hendak buang hajat yaitu


menghindari kencing atau buang air besar ditempat yang air itu
diam atau tidak mengalir. Sedangkan pada air mengalir yang
sedikit makruh hukumnya. Menghindari buang hajat di bawah
pohon yang bisa berbuah, baik saat berbuah maupun

tidak. Dan jauhi juga kencing dan buang air besar di jalan yang
dilewati manusia, tempat yang teduh dimusim kemarau dan juga
tempay panas(kena sinar matahari)di waku musim hujan.

4
Al-Jawi, Muhammad Nawawi. 2000. Maroqil 'ubudiyah. Surabaya: mutiara ilmu
Surabaya

9
Bersuci dari hadas besar

Mandi menurut bahasa ialah mengalirnya air pada sesuatu


(baik di badan maupun lainnya) secara mutlak baik dengan niat
maupun tidak. Adapun pengertian mandi menurut tinjauan
Syara'.5 ialah mengalirnya air pada seluruh anggota badan
disertai dengan niat yang dikhususkan (sesuai dengan apa yang
menyebabkan orang tersebut mandi).

Fardhu Fardhu nya mandi

1. Niat , jadi bagi orang yang junub ia harusa niat


menghilangkan janabah atau hadas besar dan sebagainya.
Demikian juga bagi orang yang haid, atau nifas ia harus
niat menghilangkan hadas sebab haid atau nifas. Adapun
niat tersebut harus dibarengkan dengan awal melakukan
fardu nya mandi yaitu sewaktu memulai membasuh yang
pertama kali pada anggota badan bagian atas atau bawah.
2. Menghilangkan najis, bila pada anggota badan orang yang
mandi terdapat najis , tidak cukup hnya dengan sekali
basuhan untuk menghilangkan hadas dan najis.

3. Meratakan air hingga sampai seluruh rambut dan kulit


badan. Tidak ada perbedaan antara rambut yang terdapat
di kepala maupun

5
seperangkat peraturan berdasarkan ketentuan Allah tentang
tingkah laku manusia yang diakui dan diyakini berlaku, serta
mengikat untuk semua umat yang beragama Islam.

10
tumbuh di anggota badan yang lainnya. Dan tidak ada
perbedaan pula antara rambut yang tumbuh jarang jarang
maupun lebat. Sedang yang dimaksud kulit adalah bagian
luar/muka kulit.

Sunnah-Sunnah mandi

1. Membaca basmalah
2. Wudhu sebelum mandi dengan sempurna. Dan orang yang
mandi dalam wudhunya niat melakukan kesunnatan
mandi, niat demikian itu apabila sewaktu ia jinabat tidak
berhadast kecil. Sedang apabila ia sedang berhadas, maka
ia dalam wudhu nya niat menghilangkan hadas kecil
3. Menjalankan tangnnya hingga sampai ke seluruh anggota
badan
4. Muwaalah (susul menyusul dengan urut segera)
5. Mendahulikan anggota yang kanan dari pada yang kiri

Wudhu

Fardhu fardhu wudhu

1. Niat,yaitu menghendaki sesuatu dalam hati bersamaan


dengan melakukan sesuatu. Jika dilafadzkan melalui lisan
dan diiringi dengan keyakinan dalam hati, maka itu lebih
baik, tetapi jika dilafadzkan hanya dalam hati itu sudah
cukup. Niat dilakukan ketika membasuh permulaan dari
wajah, yakni melakukan niat harus bersamaan membasuh
bagisan dari wajah tidak bersamaan dengan terbasuhnya
seluruh wajah, tidak sebelum atau sesudah membasuh
wajah.
2. Membasuh seluruh muka dengan air. Batas membasuh
muka yang wajib adalah dari tempat tumbuhnya rambut

11
kepala bagian atas hingga tulang dagu bagian bawah,
lintangnya adalah telinga satu sampai telinga yang lain.
3. Membasuh kedua tangan sampai siku dan wajib
menghilangkan kotoran yang ada dibawah kuku yang
dapat mencegah masuknya atau meresapnya air hingga ke
bagian yang ada dibawah kuku.
4. Mengusap sebagian kepala atau cukup mengusap sebagian
rambut yang masih dalam batasan kepala , boleh juga
meletakkan tangannya yang basah pada rambut kemudian
digerak gerakkan.
5. Membasuh kedua kaki beserta kedua mata kaki.
6. Tertib antara keempat anggota wudhu dengan cara yang
tertera dalam alqur’an yaitu membasuh wajah, kedua
tangan, mengusap kepala, dan membasuh kaki
7. Muwalat, yaitu berurutan dalam melakukannya sehingga
tidak diselingi pekerjaan lain.

Sunnah-sunnah wudhu

1. Membaca basmalah pada saat permulaan wudhu. Apabila


meninggalkan membaca basmalah pada awal wudhu maka
boleh membacanya di tengah, sedangkan apabila sudah
selesai maka tidak disunnahkan membaca basmalah
2. Mencuci kedua telapak tangan sampai pergelangan
sebelum berkumur dan disunnahkan mencucinya tiga kali
bila meragukan kesuciannya.
3. Berkumur, dilakukan setelah mencuci tangan dan sudah
dianggap cukup memperoleh kesunnahan berkumur
dengan hanya memasukkan air ke mulut baik ia memutar
mutarkan dalam mulutnya lalu dikeluarkan atau tidak,
tetapi lebih sempurna air dikeluarkan setelah berkumur.

12
4. Istinsyaq menghirup air ke dalam hidung. Sudah dianggap
cukup mendapat kesunnahan dengan memasukkan air ke
dalam hidung baik ia menghirup sekuatnya hingga sampai
ke rongga hidung lalu dikeluarkan atau tidak.
5. Mengusap seluruh batas kepala
6. Mengusap keua telinga. Adapun cara sunnah mengusap
kedua daun telinga ialah memasukkan jari telunjuk ke
telinga bagian dalam lalu diputar putar pada lipatan lipatan
daun telinga.
7. Memasukkan air ke dalam sela sela jenggotnya laki laki
yang lebat.
8. Mengusap sela sela jari (membasahi celah celahnya) baik
jari tangan maupun jari kaki
9. Mendahulukan tangan kanan maupun kaki kanan dari pada
yang sebelah kiri
10. Bersuci dengan sebanyak tiga kali
11. Bersambung / berturut turut.

Yang Membatalkan Wudhu

1. Sesuatu yang keluar dari salah satu dua jalan muka dan
belakang, baik yang biasa keluar seperti kencing, mmadzi, 6
wadi,7 kotoran, dan angin (kentut) dan sesuatu yang tidak
biasa keluar seperti batu, darah dan nanah
2. Tidur pada posisi dimana pantat tidak menetap diatas
tanah yang ia duduk diatasnya.
3. Hilangnya akal, maksudnya tidak sadarkan diri sebab
mabuk, sakit, gila, ayan atau sebab yang lain
4. Bersentuhan seorang laki laki terhadap perempuan lain
yang bukan muhrimnya walaupun perempuan itu tak
bernyawa

13
6

5. Menyentuh alat kelamin manusia dengan telapak tangan


bagian dalam, baik milik sendiri ataupun orang lain
C. Sholat

Pengertian sholat menurut bahasa ialah berdoa. Sedangkan


menurut syara’ ialah beberapa ucapan dan perbuatan yang
diawali dengan ucapan takbir dan diakhiri dengan ucapan salam,
dengan memenuhi beberapa syarat yang telah ditentukan.

Adapun sholat yang difardlukan itu ada 5. Masing masing dari


lima tersebut, harus dikerjakan pada awal waktu (tepat masuk
waktu dimulainya sholat) yang mana keharusan mengerjakannya
harus leluasa hingga sampai pada batas sisa waktu yang masih
ada/cukup untuk mengerjakan shalat. Maka dengan demikian
menjadi sempitlah waktu keharusan mengerjakannya.

1. Sholat Dhuhur

Imam nawawi berkata “disebut shalat dhuhur itu tampak


terang dikerjakan pada tengah tengah siang hari. Adapun waktu
sholat dhuhur ialah condongnya matahari dari tengah-
temgahnya langit. Dan condongnya matahari dari tengah tengah
langit itu bisa diketahui dengan melihat pindahnya baying baying
kea rah timur, setelah bayang bayang pendek itu mengecil surut
habis, yang mana hal itu sebagai pertanda atas puncaknya
kenaikan matahari.

6
air yang keluar dari kemaluan, air ini bening dan lengket.
Keluarnya air ini disebabkan syahwat yang muncul ketika
seseorang memikirkan atau membayangkan jima' (hubungan
seksual) atau ketika pasangan suami istri bercumbu rayu (biasa
diistilahkan dengan foreplay/pemanasan).

14
Adapun akhir waktunya sholat dhuhur ialah ketika bayang
bayang setiap setiap sesuatu telah menjadi sama sepadan
dengan benda tersebut, selain baying baying sewaktu
condongnya matahari.

2. Sholat ‘Ashar

Disebut shoalat ashar sebab ia menyongsong dating waktu


terbenamnya matahari.adapun permulaan waktu shalat ‘ashar
ialah bertambahnya bayang bayang melebihi di atas bayang
bayang yang sepadan dengan benda.

Shalat ‘Ashar mmiliki 5 waktu yakni :

1. Waktu yang utama , yakni mengerjakan shalat tepat pada


awal waktu
2. Waktu ikhtiar (longgar). Akhir waktu ikhtiar dalam shalat
‘ashar ialah ketika sudah mencapai dua kali bayang
bayang suatu benda
3. Waktu jawazm yaitu waktu yang masih dianggap boleh
mengerjakan sholat, waktuya yakni ketika sudah sampai
dating waktu terbenamnya matahari
4. Waktu yang masih dianggap boleh mengerjakan sholat
tanpa ada hukum makruh. Yakni waktu semenjak dari
menjadinya bayang bayang, dua kali sepadan daripada
bendanya sampai waktu keluarnya mega kuning
5. Waktu haram mengerjakan sholat. Yakni mengakhirkan
waktu mengerjakan sholat hingga sampai pada sedikit sisa
waktu yang tidak uat unutuk digunakan mengerjakan
sholat.
3. Sholat Maghrib

Disebut sholat maghrib sebab dikerjakannya sholat maghrib


itu sewaktu matahari terbenam. Adapun waktu sholat maghrib

15
itu Cuma satu yakni waktu terbenamnya matahari, yakni secara
keseluruhan. Dan tidaklah mengapa masih berlangsungnya sorot
sinar matahari sesudah terbenamnya. Imam Nawawi
mengatakan bahwa waktu sholat maghrib itu berlangsung
panjang hingga terbenamnya mega merah.

4. Sholat Isyak

Kata isya’ adalah sebuah nama bagi permulaan munculnya gelap


malam. Sedang shalat isyakdisebut isya’ karena dikerjakannya
waktu sholat sewaktu malam sedang gelap. Adapun permulaan
waktu shalat isya’ adalah ketika telah terbenamnya mega merah.
Adapun bagi Negara yang tidak mungkin mengalami
tenggelamnya mega merah, maka waktu dimulainya shalat isya’
bagi penduduk negeri tersebut adalah sehabis tenggelamnya
matahari lewat suatu masa yang mana mega merah yang
terdapat di negeri terdekat penduduk negeri tersebut sedang
tenggelam.

Pada shalat isya’ terdapat dua waktu :

1. Waktu ikhtiar (longgar) , akhir waktunya shalat isya’


didalam waktu ikhtiar adalah berlangsung hingga sampai
pada sepertiga waktu malam.
2. Waktu jawaz (waktu yang masih dianggap boleh
mngerjakan sholat) berlangsung hingga sampai terbitnya
fajar shadiq. Yaitu fajar yang tersebar luas cahaya fajarnya
dalam keadaan melintang (antara arah selatan dan utara
dibagian belahan langit seblah timur menuju kea rah atas
langit).
5. Shalat Subuh

Kata Subuh menurut tinjauan bahasa mempunyai arti


“permulaan siang hari” dan disebut subuh karena dikerjakannya

16
sewaktu tiba permulaan siang hari. Dan pada shalat subuh itu
terdapat juga 5 waktu :

1. Waktu yang utama, yaitu awal masuk shalat subuh


2. Waktu ikhtiar. Permulaan waktu shalat subuh itu semenjak
munculnya fajar kedua (fajar shadiq), sedang akhir waktu
shalat subuh di waktu ikhtiar ialah sampai pada hari mulai
terang
3. Waktu jawaz , akhir waktu shalat subuh didalam waktu
jawaz dengan disertai hukum makruh, ialah sampai
mendekati saat terbitnya matahari
4. Waktu jawaz tanpa disertai hukum makruh. Yaitu
masuknya waktu subuh hingga pada munculnya warna
merah dilangit sebelum terbitnya matahari
5. Waktu haram, yaitu mengakhirkan sholat hingga pada sisa
waktu yang tidak muat untuk mengerjakan sholat subuh.
D. ZAKAT

Kata zakat menurut bahasa artinya bertambah/ berkembang.


Sedang menurut syara’ adalah sebuah nama bagi suatu harta
tertentu, didapat (keluarkan) dengan cara tertentu, menurut cara
tretentu, diberikan kepada golongan tertentu pula.

Dan wajib menegeluarkan zakat dalam 5 hal :

1. Binatang ternak (yangberkaki empat) artinya binatang


seperti unta , lembu , kambing dan kerbau itu yang utama
2. Beberapa benda berharga, yang dimaksud disini adalah
emas dan perak
3. Beberapa tanaman, yang dimaksud yaitu beberapa bahan
pokok
4. Beberapa buah buah an
5. Beberapa harta dagangan

17
E. PUASA

Puasa menurut bahasa artinya “menahan diri”. Sedang


menurut syara’ ialah menahan diri dari hal hal yang
membatalakan puasa, dengan disertai niat tertentu , dikerjalan
sepanjang hari, oleh orang yang bisa diterima puasanya, yaitu
orang yang beragama islam, berakal sehat, suci dari haid dan
nifas.

Fardhunya puasa ada 4 perkara :

1. Niat, dalam hati. Maka jika puasa yang dikerjakan itu puasa
fardhu, seperti puasa ramadhan atau puasa nadzar , maka
harus menjatuhkan iat puasa tersebut di malam hari
2. Menahan diri dari makan dan minum, walaupun yang
dimakan atai diminum sedikit saat dalam keadaan sengaja.
3. Menahan melakukan persetubuhan secara sengaja
4. Meninggalkan muntah dengan sengaja. Maka seandainya
muntah nuntah itu tidak tertahankan lagi oleh seseorang
lalu keluar sendrinya tanpa sengaja maka puasa orang
tersebut tidak batal puasa

F. HAJI

Kata haji menurut bahasa ialah suatu tujuan, sementara


menurut syara’ ialah pergi menuju ke baitullah di tanah haram
makkah untuk menunaikan ibadah.

Syarat –syarat kewajiban menunaikan ibadah haji ada 7 perkara :

1. Islam
2. Sudah baligh
3. Berakal sehat

18
4. Orang yang merdeka
5. Adanya bekal untuk pergi haji
6. Harus ada kendaraan yang layak digunakan untuk pergi
haji
7. Tiada hambatan yang serius dijalan, maksudnya kamanan
untuk pergi kesana terjamin.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

jika ada seseorang yang ingin masuk Islam, maka dia harus
melakukan hal berikut:

Pertama, mengucapkan kalimat syahadat,' asyhadu Alla Ilaha


illallah, wa asyhadu Anna Muhammad Rasulullah (aku bersaksi
bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa
Muhammad adalah Rasulullah); kedua, melepaskan diri dari
semua Agama selain Islam; ketiga, meyakini keesaan Allah
dalam hatinya-insyaallah akan kami uraikan lebih lanjut.

Thaharah menurut bahasa berarti suci atau bersih. Sedang


menurut syara’ mengandung banyak tafsir, diantaranya sesuatu
yang menjadikan seseorang boleh sholat, misal wudhu, mandi,
tayammum dan menghilangkan najis.

sholat menurut bahasa ialah berdoa. Sedangkan menurut syara’


ialah beberapa ucapan dan perbuatan yang diawali dengan
ucapan takbir dan diakhiri dengan ucapan salam, dengan
memenuhi beberapa syarat yang telah ditentukan.

zakat menurut bahasa artinya bertambah/ berkembang. Sedang


menurut syara’ adalah sebuah nama bagi suatu harta tertentu,

19
didapat (keluarkan) dengan cara tertentu, menurut cara tretentu,
diberikan kepada golongan tertentu pula.

Puasa menurut bahasa artinya “menahan diri”. Sedang menurut


syara’ ialah menahan diri dari hal hal yang membatalakan puasa,
dengan disertai niat tertentu , dikerjalan sepanjang hari, oleh
orang yang bisa diterima puasanya, yaitu orang yang beragama
islam, berakal sehat, suci dari haid dan nifas.

haji menurut bahasa ialah suatu tujuan, sementara menurut


syara’ ialah pergi menuju ke baitullah di tanah haram makkah
untuk menunaikan ibadah.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Jailani, Syaikh Abdul Qadir.Muhammad Abdul Ghofar (Ed.). 1422H


Fiqih tasawuf: Al-Ghunyah Li Thalibi Thariq al-Haaq fi al-akhlaq wa at-
Tashawuf wa al-Adab Al-Islamiyah. Bandung: pustaka hidayah.

Muhammad, syekh Al-'Allamah bin Qasim al-Ghazi, ibnoe Adam (Ed.).


2018. Fath Al Qarib Al-Mujib . Jawa barat: Mukjizat.

Al Jamal, Ibrahim Muhammad. 1994. Fiqhul Mar'atil Muslimah. Jakarta:


pustaka Amani Jakarta.

Al-Jawi, Muhammad Nawawi. 2000. Maroqil 'ubudiyah. Surabaya:


mutiara ilmu Surabaya.

20
21

Anda mungkin juga menyukai