Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

CARSINOMA COLON

DI RUANG ANGGREK
RUMAH SAKIT BALADHIKA HUSADA (DKT) JEMBER

LAPORAN PENDAHULUAN KOMPREHENSIF

Oleh
Istna Abidah
Mardiyah NIM
152310101070

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2018
BAB 1. KONSEP DASAR PENYAKIT

1.1 Anatomi Fisiologi Colon


Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara
usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari
feses. Usus besar terdiri dari :
a) Kolon asendens (kanan)
b) Kolon transversum
c) Kolon desendens (kiri)
d) Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna
beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus
besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini
penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa
menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya
terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah
diare.

Gambar 1.1 Colon


Usus buntu atau sekum dalam istilah anatomi adalah suatu kantung yang
terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar.
Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil.
Sebagian besar herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan
karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya
digantikan oleh umbai cacing.
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar
(setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat
penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan
di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens
penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air
besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di
dalam rectum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk
melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan
dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika
defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses
akan terjadi.
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan
limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit)
dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot
sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar
BAB), yang merupakan fungsi utama anus.

1.2 Definisi Penyakit


Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang
tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis
lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan
(invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan
yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen
vital yang mengontrol pembagian sel, dan fungsi lainnya (Gale, 2000).
Kanker kolon adalah suatu bentuk keganasan dari masa abnormal atau
neoplasma yang muncul dari jaringan epithelial dari colon (Brooker, 2001).
Colorectal Cancer atau dikenal sebagai Ca. Colon atau Kanker Usus Besar
adalah suatu bentuk keganasan yang terjadi pada kolon, rektum, dan appendix
(usus buntu).
Kanker kolon atau usus besar adalah tumbuhnya sel kanker yang ganas di
dalam permukaan usus besar atau rektum (Boyle & Langman, 2000).
Kanker kolon adalah pertumbuhan sel yang bersifat ganas yang tumbuh
pada kolon dan menginvasi jaringan sekitarnya (Tambayong, 2000).
Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kanker
kolon adalah suatu pertumbuhan kanker kolon yang bersifat ganas dan merusak
sel DNA dan jaringan sehat disekitar kolon (usus besar).

1.3 Epidmiologi
Di Negara maju, kanker ini menduduki peringkat ke tiga setelah kanker
paru-paru dan prostat pada pria, dan kedua setelah kanker payudara pada wanita.
Lebih dari 156.000 orang terdiagnosa setiap tahunnya, kira- kira setengah dari
jumlah tersebut meninggal setiap tahunnya, meskipun sekitar tiga dari empat
pasien dapat diselamatkan dengan diagnosis dini dan tindakan segera. Angka
kelangsungan hidup di bawah lima tahun adalah 40% sampai 50%, terutama
karena terlambat dalam diagnosis dan adanya metastase. Kebanyakan orang
asimtomatis dalam jangka waktu lama dan mencari bantuan kesehatan hanya bila
mereka menemukan perubahan pada kebiasaan defekasi atau perdarahan rektal.

1.4 Etiologi
Penyebab dari pada kanker Colon tidak diketahui. Diet dan pengurangan
waktu peredaran pada usus besar (Aliran depan feces) yang meliputi faktor
kausatif. Petunjuk pencegahan yang tepat dianjurkan oleh Amerika Cancer
Society, The National Cancer Institute, dan organisasi kanker lainnya. Faktor
resiko telah teridentifikasi. Faktor resiko untuk kanker kolon
1. Usia lebih dari 40 tahun
2. Darah dalam feses
3. Riwayat polip rektal atau polip kolon
4. Adanya polip adematosa atau adenoma villus
5. Riwayat keluarga dengan kanker kolon atau poliposis dalam keluarga
6. Riwayat penyakit usus inflamasi kronis
7. Diet tinggi lemak, protein, daging dan rendah serat.
Makanan-makanan yang pasti di curigai mengandung zat-zat kimia yang
menyebabkan kanker pada usus besar. Makanan tersebut juga mengurangi waktu
peredaran pada perut,yang mempercepat usus besar menyebabkan terjadinya
kanker. Makanan yang tinggi lemak terutama lemak hewan dari daging
merah,menyebabkan sekresi asam dan bakteri anaerob, menyebabkan timbulnya
kanker didalam usus besar. Daging yang di goreng dan di panggang juga dapat
berisi zat-zat kimia yang menyebabkan kanker. Diet dengan karbohidrat murni
yang mengandung serat dalam jumlah yang banyak dapat mengurangi waktu
peredaran dalam usus besar.

1.5 Klasifkasi
Klasifikasi kanker kolon dapat ditentukan dengan sistem TNM (T =
kanker kolon, N = kelenjar getah bening regional, M =jarak metastese).
T Kanker kolon primer
TO Tidak ada kanker kolon
TI Invasi hingga mukosa atau sub mukosa
T2 Invasi ke dinding otot
T3 Kanker kolon menembus dinding otot
N Kelenjar limfa
N0 tidak ada metastase
N1 Metastasis ke kelenjar regional unilateral
N2 Metastasis ke kelenjar regional bilateral
N3 Metastasis multipel ekstensif ke kelenjar regional
M Metastasis jauh
MO Tidak ada metastasis jauh
MI Ada metastasis jauh
Klasifikasi kanker kolon menurut modifikasi DUKES adalah sebagai
berikut :
A kanker hanya terbatas pada mukosa dan belum ada metastasis.
B1 kanker telah menginfiltrasi lapisan muskularis mukosa.
B2 kanker telah menembus lapisan muskularis sampai lapisan propria.
C1 kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening
sebanyak satu sampai empat buah.
C2 kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening
lebih dari 5 buah.
D kanker telah mengadakan metastasis regional tahap lanjut dan
penyebaran yang luas & tidak dapat dioperasi lagi.

Stadium pada pasien kanker kolon menurut Syamsu Hidyat (1197)


diantaranya:
1. Stadium I bila keberadaan sel-sel kanker masih sebatas pada lapisan
dinding usus besar (lapisan mukosa).
2. Stadium II terjadi saat sel-sel kanker sudah masuk ke jaringan otot di
bawah lapisan mukosa.
3. Pada stadium III sel kanker sudah menyebar ke sebagian kelenjar limfe
yang banyak terdapat di sekitar usus.
4. Stadium IV terjadi saat sel-sel kanker sudah menyerang seluruh kelenjar
limfe atau bahkan ke organ-organ lain.

1.6 Patofisiologi/Patologi
Penyebab jelas kanker usus besar belum diketahui secara pasti, namun
makanan merupakan faktor yang penting dalam kejadian kanker tersebut. Yaitu
berkorelasi dengan faktor makanan yang mengandung kolesterol dan lemak
hewan tinggi, kadar serat yang rendah, serta adanya interaksi antara bakteri di
dalam usus besar dengan asam empedu dan makanan, selain itu dapat juga
dipengaruhi oleh minuman yang beralkohol, khususnya bir.
Kanker kolon dan rektum terutama berjenis histopatologis (95%)
adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel dalam usus = endotel). Munculnya
kanker kolon biasanya dimulai sebagai polip jinak, yang kemudian dapat menjadi
ganas dan menyusup, serta merusak; jaringan normal dan meluas ke dalam
struktur sekitarnya. Kanker kolon dapat berupa masa polipoid, besar, tumbuh ke
dalam lumen, dan dengan cepat meluas ke sekitar usus sebagai striktura annular
(mirip cincin). Lesi annular lebih sering terjadi pada bagi rektosigmoid,
sedangkan lesi polipoid yang datar lebih sering terjadi pada sekum dan kolon
asendens. Kanker kolon dapat menyebar melalui :
1. Infiltrasi langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung
kemih (vesika urinaria).
2. Penyebaran lewat pembuluh limfe limfogen ke kelenjar limfe perikolon
dan mesokolon.
3. Melalui aliran darah, hematogen biasanya ke hati karena kolon
mengalirkan darah balik ke sistem portal.
1.7 Manifstasi Klinis
1. Kanker kolon kanan
a. Isi kolon berupa cairan
b. Obstruksi
c. Melena
d. Nyeri dangkal abdomen
e. Anemia
f. Mucus jarang terlihat
g. Pada orang yang kurus, kanker kolon kolon kanan mungkin dapat teraba,
tetapi jarang pada stadium awal. Penderita mungkin mengalami perasaan
tidak enak pada abdomen, dan kadang – kadang pada epigastrium.
2. Kanker kolon kiri dan rectum
a. Cenderung menyebabkan perubahan defekasi
b. Diare
c. Nyeri kejang
d. Kembung
e. Sering timbul gangguan obstruksi
f. Feses dapat kecil dan berbentuk seperti pita
g. Mucus maupun darah segar sering terlihat pada feses.
h. Anemia
i. Keinginan defekasi atau sering berkemih
j. Gejala yang mungkin dapat timbul pada lesi rectal adalah evakuasi feses
yang tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian, serta
feses berdarah (Gale, 2000).

1.8 Pemerksaan Penunjang

1. Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi perlu dilakukan baik sigmoidoskopi maupun
kolonoskopi. Gambaran yang khas karsinoma atau ulkus akan dapat dilihat
dengan jelas pada endoskopi, dan untuk menegakkan diagnosis perlu dilakukan
biopsi.
2. Radiologis
Pemeriksan radiologis yang dapat dilakukan antara lain adalah foto dada
dan foto kolon (barium enema). Foto dada dilakukan untuk melihat apakah ada
metastasis kanker ke paru. Pemeriksaan dengan enema barium mungkin dapat
memperjelas keadaan kanker kolon dan mengidentifikasikan letaknya. Tes ini
mungkin menggambarkan adanya kebuntuan pada isi perut, dimana terjadi
pengurangan ukuran kanker kolon pada lumen. Luka yang kecil kemungkinan
tidak teridentifikasi dengan tes ini. Enema barium secara umum dilakukan setelah
sigmoidoscopy dancolonoscopy.
3. Computer Tomografi (CT)
Computer tomografi membantu memperjelas adanya massa dan luas dari
penyakit. Chest X-ray dan liver scan mungkin dapat menemukan tempat yang
jauh yang sudah metastasis.
4. Pemeriksaan foto dada
Selain untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker pada paru juga bisa
digunakan untuk persiapan tindakan pembedahan. Pada foto kolon dapat dapat
terlihat suatu filling defect pada suatu tempat atau suatu striktura.
5. Ultrasonografi (USG)
Sulit dilakukan untuk memeriksa kanker pada kolon, tetapi digunakan
untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker ke kelenjar getah bening di
abdomen dan hati.
6. Histopatologi
Biopsy digunakan untuk menegakkan diagnosis. Gambar histopatologis
karsinoma kolon adalah adenokarsinoma dan perlu ditentukan diferensiansi sel.
7. Laboratorium
Pemeriksaan Hb penting untuk memeriksa kemungkinan pasien
mengalami perdarahan (FKUI, 200). Kanker kolon marker (petanda kanker kolon)
yang biasa dipakai adalah CEA. Kadar CEA lebih dari 5 mg/ ml biasanya
ditemukan karsinoma kolorektal yang sudah lanjut. Berdasarkan penelitian, CEA
tidak bisa digunakan untuk mendeteksi secara dini karsinoma kolorektal, sebab
ditemukan titer lebih dari 5 mg/ml hanya pada sepertiga kasus stadium III. Pasien
dengan buang air besar lendir berdarah, perlu diperiksa tinjanya secara
bakteriologis terhadap shigella dan juga amoeba.
8. Scan (misalnya, MR1. CZ: gallium) dan ultrasound
Dilakukan untuk tujuan diagnostik, identifikasi metastatik, dan evaluasi
respons pada pengobatan.

1.9 Penatalaksanaan
1.9.1 Penatalaksanaan Medis
Bila sudah pasti karsinoma kolon, maka kemungkinan pengobatan adalah
sebagai berikut :
1. Pembedahan (Operasi)
Pembedahan adalah tindakan primer untuk kebanyakan kanker kolon dan
rektal, pembedahan dapat bersifat kuratif atau paliatif. Kanker yang terbatas pada
satu sisi dapat diangkat dengan kolonoskop. Kolostomi laparoskopik dengan
polipektomi merupakan suatu prosedur yang baru dikembangkan untuk
meminimalkan luasnya pembedahan pada beberapa kasus. Tujuan pembedahan
dalam situasi ini adalah paliatif. Apabila kanker kolon sudah menyebar dan
mencakup struktur vital sekitar, operasi tidak dapat dilakukan. Tipe pembedahan
tergantung dari lokasi dan ukuran kanker kolon.
2. Penyinaran (Radioterapi)
Terapi radiasi memakai sinar gelombang partikel berenergi tinggi
misalnya sinar X, atau sinar gamma, difokuskan untuk merusak daerah yang
ditumbuhi kanker kolon, merusak genetic sehingga membunuh kanker. Terapi
radiasi merusak sel-sel yang pembelahan dirinya cepat, antara alin sel kanker, sel
kulit, sel dinding lambung & usus, sel darah. Kerusakan sel tubuh menyebabkan
lemas, perubahan kulit dan kehilangan nafsu makan.
3. Kemotherapy
Chemotherapy memakai obat antikanker yang kuat , dapat masuk ke dalam
sirkulasi darah, sehingga sangat bagus untuk kanker yang telah menyebar. Obat
chemotherapy ini ada kira-kira 50 jenis. Biasanya di injeksi atau dimakan, pada
umumnya lebih dari satu macam obat, karena digabungkan akan memberikan efek
yang lebih bagus (FKUI, 2001)
1.9.2 Penatalaksanaan Keperawatan
1. Dukungan adaptasi dan kemandirian.
2. Meningkatkan kenyamanan.
3. Mempertahankan fungsi fisiologis optimal.
4. Mencegah komplikasi.
5. Memberikan informasi tentang proses/ kondisi penyakit, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan.
1.9.3 Penatalaksanaan Diet
1. Cukup mengkonsumsi serat, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Serat
dapat melancarkan pencemaan dan buang air besar sehingga berfungsi
menghilangkan kotoran dan zat yang tidak berguna di usus, karena kotoran
yang terlalu lama mengendap di usus akan menjadi racun yang memicu sel
kanker.
2. Kacang-kacangan (lima porsi setiap hari)
3. Menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol
tinggi terutama yang terdapat pada daging hewan.
4. Menghindari makanan yang diawetkan dan pewarna sintetik, karena hal
tersebut dapat memicu sel karsinogen / sel kanker.
5. Menghindari minuman beralkohol dan rokok yang berlebihan.
6. Melaksanakan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur.

1.10 Pathway
Faktor predisposisi : genetik, usia, Perubahan metaplasia
pada epitel dinding
merokok, peyakit Crohn, obesitas, kolon
konsumsi makanan yang rendah serat,
tinggi lemak, dan protein.
Terjadi Hyperplasia
pada sel kanker

Efek kompresi tumor


Carsinoma Colon
pada dinding kolon

Kerusakan jaringan Kompresi Anoreksi Intervensi bedah


pembuluh darah ujung saraf kolostomi
pada dinding kolon dinding kolon
Asupan nutrisi
tidak adekuat Pasca bedah
Pecahnya pembuluh Nyeri abdominal
darah dinding kolon
Ketidakseimbangan
Luka pasca
Nyeri Kronis nutrisi kurang dari bedah
Perdarahan kebutuhan tubuh
intestinal, fases
bercampur Risiko Infeksi
darah
Anemia

Keletihan

BAB 2. KONSEP ASKEP PADA PASIEN DENGAN


CARSINOMA COLON

2.1 Pengkajian
Tujuan dari pengkajian atau anamnesa merupakan kumpulan informasi
subyektif yang diperoleh dari apa yang dipaparkan oleh pasien terkait dengan
masalah kesehatan yang menyebabkan pasien melakukan kunjungan ke pelayanan
kesehatan (Niman, 2013). Identitas pasien yang perlu untuk dikaji meliputi:
a. Meliputi nama dan alamat
b. Jenis kelamin
c. Umur: paling sering menyerang orang yang berusia lebih dari 40 tahun
d. Pekerjaan
2.1.1 Pengkajian Riwayat Keperawatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian ini dilakukan untuk mendukung keluhan utama. Lakukan
pertanyaan yang bersifat ringkas sehingga jawaban yang diberikan klien hanya
kata “ya” atau “tidak” atau hanya dengan anggukan kepala atau gelengan.
2. Riwayat Kesehatan Sebelumnya:
Pengkajian yang mendukung adalah mengkaji apakah sebelumnya klien
pernah menderita penyakit lain. Orang yang sudah pernah terkena kanker usus
besar dapat terkena kanker usus besar untuk kedua kalinya. Selain itu, wanita
dengan riwayat kanker di indung telur, uterus (endometrium) atau payudara
mempunyai tingkat risiko yang lebih tinggi untuk terkena kanker usus besar.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga:
Secara patologi kanker colon tidak diturunkan, tetapi perawat perlu
menanyakan apakah penyakit ini pernah dialami oleh anggota keluarga lainnya
mempunyai riwayat kanker usus besar pada keluarga, maka kemungkinan terkena
penyakit ini lebih besar, khususnya jika saudara anda terkena kanker pada usia
muda
4. Riwayat Tumbuh Kembang
Kelainan-kelainan fisik atau kematangan dari perkembangan dan
pertumbuhan seseorang yang dapat mempengaruhi keadaan penyakit seperti gizi
buruk atau obesitas.
5. Riwayat Sosial Ekonomi
Pada riwayat sosial ekonomi pasien terkait makanan dan nutrisi yang
dikonsumsi oleh pasien setiap harinya.
6. Riwayat Psikologi
Cara pasien menghadapi penyakitnya saat ini, dapat menerima, ada
tekanan psikologis berhubungan dengan sakitnya itu. Kita kaji tingkah laku dan
kepribadian.
2.1.2 Pengkajian Pola Gordon
1. Persepsi kesehatan dan cara pemeliharaan kesehatan
Cara klien menjaga kesehatan, cara menjaga kesehatan, pengetahuan klien
tahu tentang penyakitnya, tanda dan gejala apa yang sering muncul, perilaku
mengatasi kesehatan, pengetahuan penyebab sakitnya.
2. Nutrisi metabolik
Makan atau minum; frekuensi, jenis, waktu, volume, porsi, obat-obatan
yang dikonsumsi.
3. Eliminasi
Pola buang air besar atau buang air kecil: teratur, frekuensi, warna,
konsistensi, keluhan nyeri.
4. Aktivitas dan latihan
Aktivitas sehari-hari yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan sehari-
hari, bantuan dalam melakukan aktivitas, keluhan klien saat beraktivitas.
5. Tidur dan istirahat
Kualitas tidur klien, kebiasaan tidur klien, kebiasaan sebelum tidur klien.
6. Kognitif dan persepsi sensori
Pengkajian nyeri PQRST, penurunan fungsi pancaindera, alat bantu yang
digunakan misalnya kaca mata.
7. Persepsi dan konsep diri
Cara klien menggambarkan dirinya sendiri, pandangan klien terhadap
penyakitnya, harapan klien terhadap penyakitnya.
8. Peran dan hubungan dengan sesama
Hubungan klien dengan sesama, hungan klien dengan orang lain keluraga,
perawat dan dokter
9. Reproduksi dan seksualitas
Gangguan pada hubungan seksualitas klien, mekanisme koping dan
toleransi terhadap stres
10. Mekanisme koping dan toleransi terhadap stres
Cara klien menghadapi masalah, cara klien mengatasi solus.
11. Nilai dan kepercayaan
Kebiasaan dalam menjalankan agama, tindakan medis yang bertentangan
dengan kepercayaan klien, menjalankan ajaran agama yang dianut klien, persepsi
terkait dengan penyakit yang dialami dilihat dari sudut pandang nilai dan
kepercayaan klien.
2.1.3 Pemeriksaan fisik
Keadaan umum:
Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis GCS E4V5M6
Skala nyeri 5
Tanda vital:
a. Tekanan Darah : 140/90 mm/Hg
b. Nadi : 105 X/mnt
c. RR : 24 X/mnt
d. Suhu : 36°C
Interpretasi :
Tekanan darah pasien tinggi karena pasien berusia hmpir 60 tahun. Nadi
tinggi karena pasien biaanya nyeri, RR, suhu dalam batas normal dan tidak ada
gangguan.
Pengkajian Fisik Head to toe (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)
1. Kepala
Inspeksi : Tidak ada benjolan/kanker kolon , tidak ada lesi dikepala, penyebaran
rambut merata, rambut bersih, hitam, tidak ada ketombe.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
2. Mata
Inspeksi : Konjungtiva anemis, posisi dan kesejajaran mata normal, dilatasi pupil
normal, ada reaksi dengan cahaya, tidak memakai kacamata, fungsi penglihatan
normal.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
3. Telinga
Inspeksi : Bentuk dan ukuran telinga normal, tidak ditemukan pembengkakan,
telinga dalam keadaan bersih, ketajaman pendengaran normal.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
4. Hidung
Inspeksi : bentuk hidung normal, simetris, pernapasan cuping hidung, bersih, tidak
ada pembengkakan, tidak ada secret
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
5. Mulut
Inspeksi : Bibir : mukosa bibir kering, rongga mulut : jumlah gigi lengkap, lidah :
bersih, warna lidah putih
6. Leher
Inspeksi : bentuk normal, simetris, tidak ada distensi vena jugularis, tidak ada
pembesaran kelenjar getah bening
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, teraba nadi karotis
7. Dada
Inspeksi : bentuk dada normal , simetris , tidak ada retraksi dada
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : suara paru-paru sonor (normal), suara jantung pekak
Auskultasi: S1-S2, suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan seperti
ronkhi, wheezing, snoring
8. Abdomen
Inspeksi : distensi abdomen
Auskultasi : Peristaltik normal (20x/menit)
Perkusi : Timpani
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
9. Urogenital
Tidak terkaji

10. Ekstremitas
Ekstremitas Atas
Inspeksi : gerak tangan antara dekstra dan sinistra seimbang, kekuatan otot Palpasi
: tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, tidak ada massa
Ekstremitas Bawah
Inspeksi : kekuatan otot dekstra sinistra 5
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, tidak ada massa

5 5
5 5

11. Kulit dan kuku


Inspeksi :
Kulit : kulit lembab, warna kulit kuning langsat, turgor kulit baik
Kuku : kuku pendek dan bersih
Palpasi : CRT 2 detik
12. Keadaan lokal
Kondisi umum pasien biasanya adalah composmentis degan nilai GCS 14-15.
2.1.4 Pemeriksaan diagnostik
1. pemeriksaan laboraorium
2. pemeriksaan hispatologi
3. pemeriksaan MSCT-Scan

2.1.5 Analisa data


N DATA PENUNJANG ETIOLOGI MASALAH
O
1. DS : Ca Colon Nyeri Kronis
- Pasien mengatakan nyeri pada
perut bagian bawah
- Pasien mengatakan tidak nafsu Kompresi tumor
makan pada dinding kolon
- Pasien mengatakan keluar banyak
keringat
- Pasien mengatakan sulit tidur Kompresi ujung
- Pasien mengatakan skala nyeri 5 saraf nyeri
- P : Nyeri terasa saat pasien
beraktivitas maupun istirahat
- Q : Nyeri terasa seperti ditusuk Nyeri abdominal

- R : Nyeri terasa di perut bagian


bawah
- S : Skala nyeri 5 Nyeri kronis

- T : nyeri dirasa lebih dari 3 buulan,


muncul sewaktu-waktu dengan
durasi yang tidak menentu.
DO :
- Skala nyeri wajah psien 6
- Mata kurang bercahaya
- Dilatasi pupil
- Gerakan mata hanya berfokus pada
bagian yang sakit
- Pasien tampak meringis
- Pasien tampak memegangi
perutnya bagian bawah
- Pasien tampak geliah
- Nadi : > 100 x/menit
2. DS : Ca Colon Keletihan
- Pasien mengatakan tidak mampu
beraktivitas seperti biasanya Kompresi tumor
- Pasien mengatakan tidak mampu pada dinding kolon
melaksanakan tanggung jawabnya
- Pasien mengatakan mudah lelah Kerusakan jaringan
- Pasien mengatakan sering pembuluh darah
mengantuk
- Pasien mengatakan semua Pecahnya
aktivitasnya di bantu oleh keluarga pembuluh darah
DO :
- Wajah pasien tampak pucat Perdarahan

- Konjungtiva anemis intestinal, feses

- Mukosa bibir tampak pucat campur darah

- Kuku-kuku tampak pucat


Anemia
- CRT > 3 detik
- Hb < normal
Keletihan
- Pasien tampak lemas dan berbaring
di tempat tidur
3. DS : Ca colon Ketidakseimbanga
- Pasien mengatakan tidak nafsu n nutrisi kurang
makan Kompresi tumod dari kebtuhan
- Pasien mengatakan nyeri abdomen pada dinding kolon tubuh
- Pasien mengatakan tidak nafsu
makan Anoreksia
DO :
- Bising usus > dari normal Asupan nutrisi
- Membran mukosa bibir tampak tidak adekuat

pucat
- Berat badan di bawah ideal Ketidakseimbanga

- Penurunan berat badan n nutrisi kurang

- Hanya menghabiskan setengah dari kebtuhan


tubuh
porsi makanan
4. DS: Ca colon Risiko ifeksi
- Pasien mengatakan sudah
melakukan operasi pembedahan Intervensi bedah
kolostomi kolostomi
DO :
- Pasien tampak luka pasca bedah Luka pasca bedah
kolostomi
Risiko ifeksi

2.2 Diagnosa keperawatan


1. Nyeri kronis berhubungan dengan kompresi tumor pada ujung saraf nyeri di
dinding kolon
2. Keletihan berhuungan dengan anemia karena adanya perdarahan intestinal
dan feses bercampur darah
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
asupan nutrisi yang tidak adekuat
4. Risiko infeksi berhubungan dengan luka paca bedah kolostomi
2.3 Intervensi

N Diagnosa NOC NIC


O
1. Nyeri Kronis Kriteria hasil : (1400) Manajemen Nyeri
(001330) Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian nyeri
Domain 12 : keperawatan 3x24 jam secara komprehensif
Kenyamanan diharapkan pasien mampu termasuk lokasi,
Kelas 1 : untuk: karakteristik, durasi,
Kenyamanan 1. Meunjukkan kontrol nyeri frekuensi, kualitas dan
Fisik) dengan indikator : faktor presipitasi
a. Mengenali factor 2. Observasi reaksi nonverbal
penyebab dari sekala 2 dari ketidaknyamanan
jarang menjadi sekala 4 3. Gunakan teknik komunikasi
sering melakukan terapeutik untuk mengetahui
b. Mengenali onset lamanya pengalaman nyeri pasien
sakit dari sekala 2 jarang 4. Kaji kultur yang
menjadi sekala 4 sering mempengaruhi respon nyeri
melakukan 5. Kaji tipe dan sumber
c. Menggunakan metode untuk menentukan intervensi
pencegahan dari sekala 2 6. Ajarkan tentang teknik non
jarang menjadi sekala 4 farmakologi
sering melakukan 7. Berikan analgetik untuk
d. Menggunakan metode mengurangi nyeri
nonanalgetik untuk 8. Evaluasi keefektifan kontrol
mengurangi nyeri dari nyeri
sekala 2 jarang menjadi 9. Kolaborasikan dengan
sekala 4 sering melakukan dokter jika ada
e. Menggunakan analgetik keluhan dan tindakan nyeri
sesuai kebutuhan dari tidak berhasil
sekala 2 jarang menjadi
sekala 4 sering melakukan

2. Keletihan Kriteria hasil: (0180) Manajemen energi


(00093) Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji statu fisiologis pasien
Domain 4 : keperawatan 3x24 jam yang menyebabkan
Aktivitas/istirah diharapkan Pasien mampu kelelahan
at untuk: 2. Ajarkan pasien
Kelas 3 : 1. Menunjukkan tingkat mengungkapkan perasaan
Keseimbangan kelelahan dengan secara verbal
energi indikator : 3. Perbaiki defisit status
a. Kelelahan dari skala 2 fisiologis pasien
cukup berat ditingkatkan 4. Pilih intervensi untuk
ke skala 4 menjadi ringan mengurangi kelelahan baik
b. Kehilangan selera makan secara farmakologi maupun
dari skala 2 cukup berat non farmakologi
ditingkatkan ke skala 4 5. Monitor intake/asupan
menjadi ringan nutrisi untuk mengetahui
c. Kelenjar getah bening sumber energi yang adekuat
dari skala 2 cukup berat 6. Monitor lokasi sumber nyeri
ditingkatkan ke skala 4 yang dialami pasien
menjadi ringan 7. Tingkatkan tirah baring dan
d. Kegiatan sehari-hari dari batasi kegiatan
skala 2 cukup berat
ditingkatkan ke skala 4
menjadi ringan

3. Ketidakseimb Kriteria hasil: (1100) Manajemen nutrisi


angan nutrisi Setelah dilakukan tindakan 1. Tentukan status gizi pasien
kurang dari keperawatan 3x24 jam dan kemampuan pasien untuk
kebutuhan diharapkan Pasien mampu memenuhi kebutuhan gizi
tubuh (00002) untuk: 2. Tentukan apa yang menjadi
Domain 2 : 1. Menunjukkan tingkat preferensi makanan bagi
Nutrisi kelelahan dengan pasien
Kelas 1 : indikator : 3. Tentukan jumlah makanan
Makan a. Asupan gizi dari skala 2 dan kalori untuk memenuhi
banyak menyimpang dari kebutuhan gizi
rentang normal 4. Monitor kalori dan asupan
ditingkatkan ke skala 4 makanan
sedikit menyimpang dari (0180) Manajemen energi
rentang normal 1. Kaji statu fisiologis pasien
b. Asupan makanan dari yang menyebabkan
skala 2 banyak kelelahan
menyimpang dari rentang 2. Ajarkan pasien
normal ditingkatkan ke mengungkapkan perasaan
skala 4 sedikit secara verbal
menyimpang dari rentang 3. Perbaiki defisit status
normal fisiologis pasien
c. Energi dari skala 2 4. Pilih intervensi untuk
banyak menyimpang dari mengurangi kelelahan baik
rentang normal secara farmakologi maupun
ditingkatkan ke skala 4 non farmakologi
sedikit menyimpang dari 5. Monitor intake/asupan
rentang normal nutrisi untuk mengetahui
sumber energi yang adekuat
6. Monitor lokasi sumber nyeri
yang dialami pasien
7. Tingkatkan tirah baring dan
batasi kegiatan
4. Risiko Infeksi Kriteria hasil: (6540) Kontrol infeksi
(00004) Setelah dilakukan tindakan 1. Cuci tangan sebelum dan

Domain 11 : keperawatan 3x24 jam sesudah melakukan

Keamanan/perli diharapkan Pasien mampu perawatan ke pasien


ndungan untuk: 2. Pastikan teknik perawatan
Kelas 1 : Infeksi 1. Menunjukkan tingkat luka yang tepat
kontrol infeksi dengan 3. Ajarkan pasien dan keluarga
indikator : mengenai tanda dan gejala
a. Mengidentifikasi faktor infeksi dan kapan harus
risiko infeksi dari skala 2 melapor ke tenaga kesehatan
jarang menunjukkan 4. Kolaborasi untuk
ditingkatkan ke skala 4 memberikan terapi antibiotik
sering mennjukkan yang sesuai
b. Mengetahui perilaku
yang berhubungan
dengan risiko infeksi dari
skala 2 jarang
menunjukkan
ditingkatkan ke skala 4
sering mennjukkan
c. Mempertahankan
lingkungan yang bersih
dari skala 2 jarang
menunjukkan
ditingkatkan ke skala 4
sering mennjukkan

2.4 Implementasi

Melaksanakan tindakan sesuai dengan intervensi yang telah di rencanakan


dan di lakukan sesuai dengan kebutuhan klien/pasien tergantung pada kondisinya.
Sasaran utama pasien meliputi peredaan nyeri, mengontrol ansietas, pemahaman
dan penerimaan penanganan, pemenuhan aktivitas perawatan diri, termasuk
pemberian obat, pencegahan isolasi sosial, dan upaya komplikasi.
2.5 Evaluasi

Melakukan pengkajian kembali untuk mengetahui apakah semua tindakan


yang telah dilakukan dapat memberikan perbaikan status kesehatan terhadap klien
sesuai dengan kriteria hasil yang diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G.M., Butcher, H., Dochterman, J.M. 2013. Nursing Intervention


Classification (NIC). 6th Edition. Singapore: Elsevier. Terjemahan oleh
Nurjannah, I.,Tumanggor,R.D. 2016. Nursing Intervention Classification
(NIC). Edisi Indonesia Keenam. Yogyakarta: CV. Mocomedia.

Doenges E Marilyn.1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk


perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Ed3. Jakarta:
EGC.
Evelyn CP, 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta. Gramedia

Guyton A.C. and J.E. Hall 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9.
Jakarta: EGC. 74,76, 80-81, 244, 248, 606,636,1070,1340.

Moorhead, S., Johnson, M., L. Maas, M., Swanson, E. 2013. Nursing


Outcomes Classification (NOC). 5th Edition. Singapore: Elsevier.
Terjemahan oleh Nurjannah, I.,Tumanggor,R.D. 2016. Nursing
Outcomes Classification (NOC). Edisi kelima. CV. Mocomedia.
NANDA International. (2015). Diagnosa Keperawatan : Definisi dan
Klasifikasi Edisi 10, 2015-2017. Jakarta : EGC.

Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2001. Buku Ajar


Ilmu Penyakit Dalam edisi ketiga. Balai Penerbit FKUI : Jakarta.

Price & Wilson. 2012. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.


Jakarta : EGC.

Sudoyo, A.,dkk. (2007). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Interna Publishing,
Jakarta.

Susan Martin Tucker.1998. Standar perawatan Pasien: proses keperawatan,


diagnosis, dan evaluasi. Ed5. Jakarta:EGC.

Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia;dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta;EGC

Smeltzer c Suzanne.2002. Buku Ajar Keperawatan medical Bedah, Brunner and


Suddarth’s, Ed8. Vol.1, Jakarta:EGC.

Anda mungkin juga menyukai