PANDANGAN UMUM
Pendidikan adalah senjata yang paling ampuh yang bisa digunakan untuk
mengubah dunia. Kiranya demikian perkataan salah satu tokoh pendidikan dunia,
Nelson Mandela. Jika pendidikan diibaratkan sebagai senjata, maka seseorang
harus terlebih dahulu banyak belajar, supaya mahir menggunakan dan tepat
sasaran. Perawatannya harus benar-benar rutin dan apik, karena di medan perang
tidak ada toleransi bagi mereka yang senapannya kurang tajam.
Perlu diketahui, telah banyak inovasi yang digagas khusus untuk pendidikan
Indonesia, salah satunya pada kurikulum pendidikan nasional. Bagi sekolah dasar
dan menengah, pemberlakuan kurikulum 2013 (K13) yang menggantikan KTSP
pada saat itu, menimbulkan pro dan kontra dikalangan akademisi dan praktisi
pendidikan. Kurangnya pemahaman guru terhadap K13 menjadi salah satu faktor
penghambat implementasi K13 di Indonesia. Dinamika dalam pendidikan Indonesia,
seolah menggambarkan pendidikan nasional sebagai kapal besar yang kian
terombang-ambing ombak lautan.
Belum terlihat, standar berupa rencana strategis jangka panjang, yang
menjadi petunjuk perjalanan pendidikan Indonesia. Mau apa, kapan, bagaimana,
dan seperti apa, capaian pendidikan nasional disetiap jangka waktunya. Karena
“Mencerdaskan Kehidupan Bangsa” masih perlu penafsiran yang lebih spesifik dan
dapat dimengerti dengan konkret.
Awal tahun 2020, dunia pendidikan Indonesia menghadirkan inovasi yang
belum pernah dilakukan sebelumnya, melalui kebijakan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nadiem Makarim yang akrab disebut sebagai Kampus. Kebijakan kali
ini tidak hanya menyambangi pendidikan dasar dan menengah, tetapi juga
perguruan tinggi. Kebijakan tersebut tentu menarik perhatian para akademisi dan
praktisi perguruan tinggi di seluruh Indonesia.
Secara garis besar, tulisan ini akan membahas bagaimana sebenarnya
kebijakan Kampus Merdeka yang digagas oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan. Kebijakan yang banyak diserukan sebagai pembaruan dalam sistem
pendidikan Indonesia ini perlu dieksplorasi untuk mengetahui arah dan tujuan dari
gagasan yang diserukan. Selain itu, sebagai mahasiswa kampus pendidikan, perlu
kiranya penulis memberikan pandangan terhadap kebijakan Kampus Merdeka yang
sudah resmi ditetapkan.
KESIMPULAN
Menurut penulis, kebijakan Kampus Merdeka sebagaimana ditetapkan oleh
Mendikbud Nadiem Makarim masih perlu banyak persiapan, baik itu teknis maupun
non-teknis. Dengan kapasitas yang ada, perguruan tinggi di Indonesia masih perlu
ditingkatkan kualitas dan kuantitas untuk mampu melaksanakan kebijakan Kampus
Merdeka. Kapasitas perguruan tinggi dalam hal ini sangat menentukan keberhasilan
dari Kampus Merdeka.
Kampus Merdeka dijadikan Nadiem Makarim sebagai alat terobosan
pendidikan tinggi. Arah dan tujuan pendidikan tinggi menjadi taruhannya jika
kebijakan yang dinilai akan meningkatkan kualitas ini tidak sesuai ekspetasi. Tanpa
standar yang pasti, pendidikan tinggi akan terombang-ambing kesana kesini.
Kebijakan Kampus Merdeka akan memberikan dampak positif bagi
pendidikan jika teknis, non-teknis, kapasitas dan segala yang berkaitan sudah
benar-benar siap. Namun, pendidikan tinggi justru akan mengalami crowded jika
pada prosesnya, hal yang berkaitan tidak siap baik secara kualitas dan kuantitas.
Maka dari itu, proses pra-pelaksanaan harus dilakukan secara intens dan detail
serta berkoordinasi dengan berbagai pihak.
Daftar Pustaka
Ali, M. (2009). Pendidikan Untuk Pendidikan Nasional : Menuju Bangsa Indonesia
yang Mandiri dan Berdaya Saing Tinggi. Jakarta : PT Grasindo Widiasarana
Indonesia.
Hanushek, E dan Wobmann, L. (2007). The Role of Education Quality in Economic
Growth. Working Paper Series, 4122.
Kemendikbud RI. (2020). Merdeka Belajar: Kampus Merdeka. Diakses dari
https://doi.org/10.31219/osf.io/sv8wq pada 20 Maret 2020.
Kemendikbud RI. (2020). Permendikbud No 3,4,5,6,7 Tahun 2020.