Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MANDIRI KEPERAWATAN DAN KESELAMATAN KERJA

DOSEN PEMBIMBING:

Ns. Tini, S.Kep., M.Kep

DISUSUN OLEH:

Novinta Devi Setyaningrum

P07220217025

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN

KALIMANTAN TIMUR JURUSAN KEPERAWATAN

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2019/2020


VILEP TUGAS MANDIRI

MATA AJAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)

https://www.liputan6.com/news/read/824004/kronologi-genset-maut-di-klinik-
bekasi-5-tewas-4-kritis

Perhatikan kasus yang ada di link tersebut….

1. Jelaskan tentang resiko kesehatan dan keselamatan kerja yang ada di dalam kasus
tersebut

Jawaban:

Kasus tersebut adalah kasus ‘Genset Maut’ di Klinik Bekasi dimana terdapat 5
orang tewas dan 4 lainnya kritis dan masih menjalani perawatan akibat menghirup
asap dari mesin genset di dalam Klinik Sapta Mitra, Bekasi, Jawa Barat. 9 korban
diduga mengalami keracunan asap mesin genset yang bercampur angin pendingin
ruangan atau AC. Penyidik menyimpulkan saat mati lampu di malam hari, genset
dinyalakan di dalam klinik.

Generator set atau genset merupakan alat terdiri dari satu set peralatan
gabungan yang terdiri dari dua perangkat berbeda yaitu engine dan generator atau
alternator. Genset merupakan sarana penunjang disaat sumber listrik dari PLN belum
menjangkau tempat tersebut atau mengalami gangguan. Genset dapat digunakan
sebagai sistem cadangan listrik atau “off-grid” (sumber daya yang tergantung atas
kebutuhan pemakai).

Genset memang merupakan alat yang biasa digunakan untuk kebutuhan


sehari-hari dan bahkan disetiap kebutuhan rumah tangga. Namun, jika dipakai secara
tidak hati-hati maka genset akan membunuh diri sendiri maupun orang lain.
Kebanyakan pengguna genset tidak memperhatikan hal-hal yang sepele namun
memberikan dampak yang besar terhadap aktivitas genset tersebut.

Risiko K3 yang dapat ditimbulkan karena penggunaan genset pun bermacam-


macam. Salah satunya seperti contoh kasus tersebut. Genset akan sangat berbahaya
jika digunakan di area yang tertutup tanpa adanya ventilasi udara. Pembuangan sisa
bahan bakar genset terdapat gas beracun yakni gas Karbon Monoksida. Gas ini tidak
dapat dilihat maupun dicium. Gas Karbon Monoksida ini dapat menyebabkan
kematian hanya dalam beberapa menit saja jika dihirup. Karbon Monoksida dapat
mengikat hemoglobin dalam darah hingga mengalahkan oksigen yang dikandung
udara bebas. Karena kekurangan oksigen, jaringan tubuh pun tidak berfungsi dan bisa
berakibat fatal pada kematian. Keracunan genset dapat dibagi menjadi dua tingkatan,
yaitu rendah dan tinggi. Keracunan asap genset tingkat rendah: Sakit kepala atau
pusing, mual hingga muntah, gangguan pernapasan, merasakan seperti keracunan
makanan. Keracunan asap genset tingkat tinggi: Gangguan keseimbangan dan
penglihatan, kerusakan otak dan saraf, gangguan pernapasan seperti sesak napas, dada
terasa nyeri seperti serangan jantung, pingsan atau kehilangan kesadaran.

Menghirup karbon monoksida dalam jangka waktu yang lama juga bisa
menyebabkan takikardi, yaitu kondisi dimana jantung berdetak sangat cepat di luar
normal bahkan mencapai 100 detakan per menitnya. Apabila karbon monoksida
terhirup dalam jumlah yang sangat besar, maka berbagai gejala tersebut bisa terjadi
dalam hitungan menit saja. Sebagai contohnya, saat menghirup 35 ppm kabron
monoksida, akan muncul gejala sakit kepala. Kemudian jika sampai 200 ppm, akan
terjadi penurunan kesadaran. Menghirup 1600 ppm akan terjadi peningkatan detak
jantung secara drastis. Lalu saat kadar karbon monoksida mencapai 12.800 ppm,
kematian sudah mengintai dalam 3 menit berikutnya.

Pada kasus tersebut, genset dinyalakan di dalam klinik pada malam hari dan
pipa pembuangan udara yang tidak dialirkan ke luar gedung, sehingga membuat
karbon monoksidanya semua berkumpul dalam ruangan. Korban tak akan menyadari
telah menghirup gas tersebut karena karbon monoksida tidak berwarna. Meskipun
berbau, korban yang sedang tertidur tidak akan menyadarinya dan otomatis terhirup
layaknya proses bernafas. Penyebab kasus tersebut adalah karena kelalaian perbuatan
manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe human acts).

Operator generator harusnya mengetahui hal tersebut. Bahkan akan lebih baik
bila pemasangan generator dikonsultasikan dengan petugas PLN atau teknisi listrik.
Maka dari itu pentingnya menghidupkan genset sejauh mungkin dari rumah,
setidaknya 3 meter dari rumah dan jangan mengarahkan tempat keluarnya gas ke
rumah tapi tetap terlindung dari hujan.

Selain karbon monoksida, resiko lain yang dihasilkan genset juga berbahaya
seperti kebisingan saat mesin menyala yang dapat menurunkan pendengaran, baik
secara kuantitatif (peningkatan ambang pendengaran) maupun secara kualitatif
(penyempitan spectrum pendengaran). Selain itu, tidak adanya perawatan dan
pengecekan pada genset dapat menimbulkan tidak terkendalinya bahaya dan resiko
yang dapat ditimbulkan oleh genset tersebut, seperti baut-baut generator kendur,
tangki bahan bakar rusak, dan lain-lain. Hal tersebut dapat mencelakakan pengguna di
dalam ruangan genset. Kurangnya perawatan dan pengecekan generator menyebabkan
pengguna tidak mengetahui keadaan dari generator tersebut. Hal ini dapat menjadi
kemungkinan besar dari terjadinya kecelakaan di ruang genset. Seperti halnya, saat
menyalakan generator dalam keadaan generator tersebut kotor dan menyebabkan
masuknya kotoran atau debu ke mata dan bisa saja terhirup. Selain itu apabila tidak
mengetahui tangki bahan bakar bocor dan pengguna sedang merokok
berkemungkinan terjadinya kebakaran.

2. Jelaskan tentang Pedoman untuk mencegah terjadinnya kecelakaan kerja pada kasus
tersebut berdasarkan International Labour Organizational…

Jawaban:

Menurut ILO, setiap tahun ada lebih dari 250 juta kecelakaan di tempat kerja
dan lebih dari 160 juta pekerja menjadi sakit karena bahaya di tempat kerja. Kasus
‘Genset Maut’ yang terjadi di Klinik Bekasi termasuk dalam kategori A (Potensi
bahaya yang menimbulkan risiko dampak jangka panjang pada kesehatan) dimana
kasus tersebut disebabkan karena bahaya faktor kimia (debu, uap logam).

Kategori A menggambarkan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja


mencakup semua dampak kesehatan pada pekerja, dari keselamatan fisik sampai
kesejahteraan mental dan sosia serta bahaya/risiko yang ditimbulkannya. Suatu
bahaya kesehatan akan muncul bila seseorang kontak dengan sesuatu yang dapat
menyebakan gangguan/kerusakan bagi tubuh ketika terjadi pajanan (“exposure”) yang
berlebihan. Bahaya kesehatan dapat menyebabkan penyakit yang disebabkan oleh
pajanan suatu sumber bahaya di tempat kerja. Potensi bahaya kesehatan yang biasa di
tempat kerja berasal dari lingkungan kerja antara lain: faktor kimia, faktor fisik, faktor
biologi, faktor ergonomis, dan faktor psikologi.

Risiko kesehatan timbul dari pajanan berbagai bahan kimia. Banyak bahan
kimia yang memiliki sifat beracun dapat memasuki aliran darah dan menyebabkan
kerusakan pada sistem tubuh dan organ lainnya. Bahan kimia berbahaya dapat
berbentuk padat, cairan, uap, gas, debu, asap atau kabut dan dapat masuk ke dalam
tubuh melalui tiga cara utama antara lain:

a. Inhalasi (menghirup): Dengan bernapas melalui mulut atau hidung, zat beracun dapat
masuk ke dalam paru-paru. Seorang dewasa saat istirahat menghirup sekitar lima liter udara
per menit yang mengandung debu, asap, gas atau uap. Beberapa zat, seperti fiber/serat, dapat
langsung melukai paru- paru. Lainnya diserap ke dalam aliran darah dan mengalir ke bagian
lain dari tubuh.

b. Pencernaan (menelan): Bahan kimia dapat memasuki tubuh jika makan makanan
yang terkontaminasi, makan dengan tangan yang terkontaminasi atau makan di
lingkungan yang terkontaminasi. Zat di udara juga dapat tertelan saat dihirup, karena
bercampur dengan lendir dari mulut, hidung atau tenggorokan. Zat beracun
mengikuti rute yang sama sebagai makanan bergerak melalui usus menuju perut.

c. Penyerapan ke dalam kulit atau kontak invasif: Beberapa di antaranya adalah zat
melewati kulit dan masuk ke pembuluh darah, biasanya melalui tangan dan wajah.
Kadang-kadang, zat-zat juga masuk melalui luka dan lecet atau suntikan
(misalnya kecelakaan medis).

Guna mengantisipasi dampak negatif yang mungkin terjadi di lingkungan


kerja akibat bahaya faktor kimia maka perlu dilakukan pengendalian lingkungan kerja
secara teknis sehingga kadar bahan-bahan kimia di udara lingkungan kerja tidak
melampaui nilai ambang batas (NAB).

Apa yang perlu diketahui untuk mencegah atau mengurangi bahaya?

a. kemampuan bahan kimia untuk menghasilkan dampak kesehatan negatif


(sifat beracun). Semua bahan kimia harus dianggap sebagai sumber potensi bahaya
sampai dampak bahan kimia tersebut sepenuhnya diketahui;
b. wujud bahan kimia selama proses kerja. Hal ini dapat membantu untuk
menentukan bagaimana mereka bisa kontak atau masuk ke dalam tubuh dan
bagaimana paparan dapat dikendalikan;

c. bagaimana mengenali, menilai dan mengendalikan risiko kimia misalnya dengan


memasang peralatan pembuangan (exhaust) pada sumber polutan, menggunakan
rotasi pekerjaan untuk mempersingkat pajanan pekerja terhadap bahaya;

d. jenis alat pelindung diri (APD) yang diperlukan untuk melindungi pekerja,
seperti respirator dan sarung tangan ;

e. bagaimana mengikuti sistem komunikasi bahaya bahan kimia yang sesuai melalui
lembar data keselamatan (LDK) dan label dan bagaimana menginterpretasikan LDK
dan label tersebut.

Lembar Data Keselamatan dan Pelabelan Bahan Kimia

Pelabelan merupakan pemberian tanda berupa gambar/simbol, huruf/tulisan,


kombinasi keduanya atau bentuk pernyataan lain yang disertakan pada bahan
berbahaya, dimasukkan ke dalam, ditempelkan, atau merupakan bagian kemasan
bahan berbahaya, sebagai keterangan atau penjelasan yang berisi nama sediaan atau
nama dagang, nama bahan aktif, isi/berat netto, kalimat peringatan dan tanda atau
simbol bahaya, petunjuk pertolongan pertama pada kecelakaan. Pelabelan bahan
kimia merupakan salah satu cara penting untuk mencegah penyalahgunaan atau
penanganan yang dapat menyebabkan cedera atau sakit. Dalam transportasi, bila
kemungkinan terjadi kecelakaan, maka sangat penting dalam keadaan darurat untuk
mengetahui risiko dari zat-zat tersebut.

Sebagian besar negara memiliki sistem pelabelan untuk menginformasikan isi


yang ada di dalam wadah/kontainer dan untuk memperingatkan bahaya. Untuk
memastikan bahwa peringatan dimengerti oleh lintas batas dan termasuk bahasanya,
PBB telah mengembangkan Sistem Harmonisasi Global (Globally Harmonized
System - GHS) tentang klasifikasi dan pelabelan bahaya bahan kimia. Idenya adalah
bahwa setiap negara akan mengadopsi rambu yang sama, meskipun hal ini tidak
wajib. Ini telah diadopsi di 67 negara sejauh ini, termasuk negara-negara Uni Eropa,
Cina, Amerika Serikat, Kanada, Uruguay, Paraguay, Vietnam, Singapura, Nigeria,
Ghana, Federasi Rusia dan banyak lainnya.
Beberapa contoh label GHS untuk
Transportasi

Cairan mudah terbakar Benda padat mudah terbakar Pyrophorics ( terbakar


Gas mudah terbakar Zat reaktif secara spontan) Zat dapat
Aerosol mudah memanas
terbakar

Sedangkan lembar data keselamatan bahan adalah lembar petunjuk


yang berisi informasi tentang sifat fisika, kimia dari bahan berbahaya, jenis
bahaya yang dapat ditimbulkan, cara penanganan dan tindakan khusus yang
berhubungan dengan keadaan darurat dalam penanganan bahan berbahaya.

Di Indonesia, selain lembar data keselamatan, penyediaan pelabelan


bahan kimia merupakan salah satu kewajiban pengusaha/pengurus dalam
mengendalikan bahan kimia di tempat kerja. Adapun lembar data keselamatan
bahan dan pelabelan beserta klasifikasi bahaya bahan kimia yang berdasarkan
sistim global harmonisasi telah juga diadopsi oleh Pemerintah Indonesia.

Di pabrik Anda, atau ketika pengangkutan bahan kimia, maka perlu


diikuti pedoman nasional tentang pelabelan. Jika tidak ada, label GHS
menyediakan cara yang jelas dan berguna dalam memberikan peringatan dan
informasi untuk semua pihak.

Prosedur Penggunaan Genset

1. Prosedur pengoperasian mesin generator, yaitu : periode persiapan,


periode start, periode pembebanan, dan periode penghentian.
2. Hal-hal yang perlu diketahui dan dipelajari dalam pengoperasian
generator : data mesin generator, sistem start, sistem bahan baker, sistem
pelumasan, sistem pendinginan, sistem udara masuk dan

3. Proses pengoperasian generator set dapat dibagi menjadi empat tahap,


yaitu: tahap persiapan, tahap menjalankan mesin, tahap penjagaan mesin
selama beroperasi, dan tahap menghentikan mesin.

4. Prosedur Pengoperasian Generator. Prosedur pengoperasian generator


harus mengikuti SOP (standard operation prosedure) yang ada sebagai
petunjuk operator dalam mengoperasikan suatu unit pembangkit. Prosedur
pengoperasian dalam suatu sistem pembangkit secara umum dibagi menjadi
empat tahapan, yaitu

a) Tahap persiapan

Sebelum mengoperasikan generator set perlu dilakukan


prosedur pemeriksaan secara keseluruhan. Pemeriksaan sebelum
pengoperasian akan menjamin kinerja generator berfungsi dengan baik.
Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum mengoperasikan generator
set, yaitu :
1) Sistem start
2) Sistem pelumasan
3) Sistem pendingin
4) Sistem bahan bakar
5) Sistem kontrol
6) Sistem proteksi
7) Sistem interlock
8) Sistem governor
Bila pemeriksaan sistem di atas dalam kondisi yang baik, maka
generator dalam kondisi siap untuk dijalankan.
b) Tahap Menjalankan Generator
Tahap ini merupakan langkah menjalankan mesin generator
dengan putaran rendah kemudian putaran dinaikkan sampai ke putaran
nominal. Setelah kecepatan putar mesin mencapai putaran nominal,
perlu dilakukan pengecekan terhadap parameter yang ada pada unit
tersebut agar berada dalam keadaan normal. Setelah pengecekan unit
dalam kondisi normal kemudian mesin siap untuk dilakukan
pembebanan.
c) Tahap Pembebanan
Setelah generator berputar pada kecepatan normal dan dalam
kondisi baik, maka siap dilakukan pembebanan pada sistem operasi.
Pembebanan pada generator dapat bersifat resisitif, induktif maupun
kapasitif tergantung dari jenis beban yang diterima oleh generator.
d) Tahap Menghentikan Generator
Jangan langsung mematikan mesin secara tiba-tiba. Lepaskan
atau turunkan bebannya terlebih dahulu secara perlahan-lahan,
kemudian biarkan mesin bekerja tanpa beban untuk memberikan
kesempatan pada mesin menyesuaikan temperatur kerja seiring dengan
penurunan pemakaian bahan bakar. Bila sedang diparalel generator
harus dilepaskan dahulu dari hubungan paralel. Setelah generator
berhenti, lakukan pemeriksaan untuk menjamin keandalan mesin bila
generator beroperasi kembali.

Kategori B: Potensi bahaya yang mengakibatkan risiko langsung pada


keselamatan

Kategori ini berkaitan dengan masalah atau kejadian yang memiliki


potensi menyebabkan cidera dengan segera. Cidera tersebut biasanya
disebabkan oleh kecelakaan kerja. Ini biasanya terjadi ketika risiko yang tidak
dikendalikan dengan baik. Saat prosedur kerja aman tidak tersedia atau
sebaliknya tetapi tidak diikuti. Sebagai contoh:
- alat berat jatuh menimpa kaki pekerja dan mengakibatkan patah tulang;
- posisi papan perancah tidak benar dan jatuh ketika pekerja melangkah.
Selain kecelakaan kerja, terdapat kejadian yang tidak biasa di tempat
kerja yang mungkin dapat berakibat membahayakan orang atau properti jika
keadaan sedikit berbeda. Hal ini biasa disebut “Hampir celaka”
Baik kecelakaan atau hampir celaka mengakibatkan cedera, masing-
masing harus diselidiki untuk menentukan akar penyebabnya. Tindakan
korektif kemudian dapat diambil untuk mencegah kemungkinan terulangnya
kejadian dan cedera yang sama.

Karena
Pekerja di tangga Operator mesin
AC rusak pelindung tidak
Bor jatuh ke
ada pada mesin,
menghapus menggapai
sehingga tempat lengan bajunya
keringat dari mesin untuk
kerja sangat tertangkap dan
matanya dan pengolahan mendapatkan
panas tangannya
menjatuhkan bor alat
terjebak diantara
rol

Kecelakaan atau hampir celaka jarang terjadi karena satu hal.


Sebaliknya, seringkali dipicu oleh beberapa faktor kausal yang mengakibatkan
kecelakaan. Faktor-faktor ini seperti penghubung dalam rantai yang berakhir
dengan kecelakaan.

Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap penyebab kecelakaan dapat


dikelompokkan menjadi lima kategori:
• Faktor manusia: Tindakan-tindakan yang diambil atau tidak diambil,
untuk mengontrol cara kerja yang dilakukan

• Faktor material: Risiko ledakan, kebakaran dan trauma paparan tak


terduga untuk zat yang sangat beracun, seperti asam

• Faktor Peralatan: Peralatan, jika tidak terjaga dengan baik, rentan


terhadap kegagalan yang dapat menyebabkan kecelakaan

APD di Ruang Genset


Beberapa Alat Pelindung Diri (APD) yang diperlukan pekerja saat di ruang
genset agar pekerja dapat mencegah bahaya yang mungkin timbul antara lain :
 Penyumbat telinga : melindungi dari kebisingan yang ditimbulkan genset
Kacamata : melindungi mata dari debu saat berada di Ruang Genset
Masker : melindungi sistem pernafasan dari gas karbon monoksida

 Sarung tangan : melindungi dari panas dan getaran

Manajemen Sistem Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Manajemen sistem kesehatan dan keselamatan kerja sangat dibutuhkan
dalam implementasi pengendalian bahaya dan resiko pekerja di ruanset. Berikut
tindakan yang dapat dilakukan agar kerugian akibat kecelakaan dapat diminimalisasi
1. Latih Pekerja yang bertugas di menjalankan genset agar mengetahui bagaimana prosedur
menjalankan mesin genset yang sesuai.
2. Instalasi ruang kerja yang aman, higienis, dan efisien. Siapkan alat-alat pengaman seperti
dinding isolator untuk meredam getaran, kemudian penyediaan alat pengaman kebakaran
seperti fire exstinguisher. Serta ventilasi ruangan yang baik diperlukan agar sirkulasi udara
berjalan lancar.
3. Pemeriksaan dan perawatan mesin genset secara berkala, seperti penggantian oli dan bahan
bakar mesin. Kemudian pemeriksaan baut-baut generator kendur, tangki bahan bakar rusak,
dan lain-lain.

Pengendalian dengan menggunakan hirarki pengendalian risiko:


a. Eliminasi
Menghilangkan suatu bahan/tahapan yang dapat menimbulkan bahaya baik
terhadap kesehatan maupun keselamatan
b. Subtitusi
Mengganti material/alat/cara kerja yang menimbukan bahaya. Misalnya
mengganti genset dengan sollar cell.
c. Rekayasa Teknik (engineering)
Melakukan rekayasa atau modifikasi ulang. Misalnya memasang alat pelindung
mesin genset atau dibuatkan rumah genset tersendiri.
d. Pengendalian Administratif
Modifikasi terhadap faktor interaksi antara lingkungan dengan pekerja. Misalnya
dengan pelatihan karyawan
e. Penggunaan APD
Menggunakan APD seperti masker untuk melindungi sistem pernafasan dari gas
yang dihasilkan genset yaitu gas karbon monoksida

Anda mungkin juga menyukai