Anda di halaman 1dari 8

PROSES PENGANGKATAN (EMPAT) 4 KHULAFAUR RASYIDIN

A.            Proses Pengangkatan Abu Bakar ra. Sebagai Khalifah

Abu Bakar menjadi khalifah sejak 11-13 Hijriyah / 632-634 M, Proses pengangkatan
Abu Bakar Ra, sebagai khalifah berlangsung dramatis. Setelah Rasulullah wafat, kaum
muslim di Madinah, berusaha utuk mencari penggantinya. Ketika kaum Muhajirin dan Ansar
berkumpul di Saqifah Bani Sa’idah terjadi perdebatan tentang calon khalifah.Masing-masing
mengajukan argumentasinya tentang siapa yang berhak sebagai khalifah. Kaum Anshar
mencalonkan Said bin Ubaidillah, seorang pemuka dari suku al-Khajraj sebagai pengganti
nabi. Dalam kondisi tersebut Abu Bakar, Umar, dan Abu Ubaidah bergegas menyampaikan
pendirian kaum muhajirin, yaitu agar menetapkan pemimpin dari kalangan Quraisy. Akan
tetapi hal tersebut mendapat perlawanan keras dari al-Hubab bin munzir (kaum Anshar). Di
tengah perdebatan tersebut Abu Bakar mengajukan dua calon khalifah yaitu Abu Ubaidah bin
Zahrah dan Umar bin Khattab, namun kedua tokoh ini menolak usulan tersebut.

Akan tetapi Umar bin Khattab tidak membiarkan proses tersebut semakin rumit, maka
dengan suara yang lantang beliau membaiat Abu Bakar sebagai khalifah yang diikuti oleh
Abu Ubaidah. Kemudian proses pembaiatanpun terus berlanjut seperti yang dilakukan oleh
Basyir bin Saad beserta pengikutnya yang hadir dalam pertemuan tersebut.

Proses pengangkatan Abu Bakar ra sebagai khalifah ternyata tidak sepenuhnya mulus
karena ada beberapa orang yang belum memberikan ikrar, seperti Ali bin Abi Thalib, Abbas
bin Abdul Muthalib, Fadl bin al-Abbas, Zubair bin al-Awwam bin al-Ash, Khalid bin Sa’id,
Miqdad bin Amir, Salman al-Farisi, Abu Zar al-Gifari, Amma bin Yasir, Bara bin Azib dan
Ubai bin Ka’ab. Telah terjadi pertemuan sebagian kaum muhajirin dan Anshar dengan Ali bin
Abi Thallib di rumah Fatimah, mereka bermaksud membai’at Ali dengan anggapan bahwa
Ali bin Abi Thalib, lebih patut menjadi khalifah karena Ali berasal dari bani Hasyim yang
berarti ahlul bait.

Proses pengangkatan Abu Bakar ra, sebagai khalifah pertama, menunjukkan betapa
seriusnya masalah suksesi kepemimpinan dalam masyarakat Islam pada saat itu, dikarenakan
suku-suku Arab kepemimpinan mereka didasarkan pada sistem senioritas dan prestasi, tidak
diwariskan secara turun temurun.

6
Setelah didapatkan kesepakatan dalam proses pengangkatan Abu Bakar ra, sebagai
khalifah, kemudian ia berpidato yang isinya berupa prinsip-prinsip kekuasaan demokratis
yang selayaknya dimiliki oleh seorang pemimpin negara.

B.  Proses pengangkatan Umar bin Khattab sebagai Khalifah

Berbeda dengan proses pengangkatan Abu Bakar sebagai khalifah. Abu Bakar terpilih
secara demokratis melalui proses perdebatan yang cukup panjang, hingga akhirnya ia terpilih
sebagai khalifah yang sah. Sementara Umar Bin Khattab diangkat melalui penunjukan yang
dilakukan khalifah Abu Bakar setelah mendapatkan persetujuan dari para sahabat besar.Hal
itu dilakukan khalifah guna menghindari pertikaian politik antara umat Islam sendiri.

Beliau khawatir kalau pengangkatan itu dilakukan melalui proses pemilihan seperti
pada masanya, maka situasinya akan menjadi keruh karena kemungkinan terdapat banyak
kepentingan yang ada diantara mereka yang membuat negara menjadi tidak stabil, sehingga
pelaksanaan pembangunan dan pengembangan Islam akan terhambat.

Ketika Abu Bakar jatuh sakit pada musim panas tahun 634 M dan selama 15 hari
tidak kunjung sembuh, ia memanggil para sahabat besar dan mengemukakan keinginannya.
Beliau menginginkan sebelum meninggal, kekuasaa sudah berada ditangan pengganti yang
benar.

Ia melihat bahwa saat ini orang yang paling tepat untuk menggantikan kedudukannya
sebagai khalifah adalah Umar Bin Khattab.Untuk itu, ia berusaha untuk mengumpulkan
massa di depan rumahnya dan berpidato mengenai calon penggantinya kelak.Beliau berkata :
"Apakah kalian akan menerima orang yang saya calonkan sebagai pengganti saya kelak?
Saya bersumpah untuk melakukan yang terbaik dalam menentukan masalah ini.
Karena itu saya melihat bahwa Umar Bin Khattab adalah orang yang paling tepat
untuk menggantikan saya.Dengarkanlah saya dan ikuti keinginan saya". Kemudian massa
yang berkumpul dirumahnya menjawab, "Kami telah mendengar khalifah dan kami semua
akan menaati tuan".Setelah itu, Abu bakar memanggil Usman Bin Affan kerumahnya untuk
mendengarkan pendapatnya mengenai usulan khalifah yang akan menunjuk Umar Bin
Khattab menjadi penggantinya.

6
Setelah mendengar penjelasan khalifah, Usman sangat setuju dengan pendapat
khalifah mengenai penunjukan Umar bin Khattab sebagai penggantinya kelak. Karena
menurut Usman Bin Affan, Umar adalah orang yang sangat tegas dan bijaksana. Mendengar
hal ini, beberapa sahabat terkemuka, yang di kepalai oleh Thalhah, mengirim delegasi
menemui Abu bakar, dan berusaha meyakinkannya supaya tidak menunjuk Umar untuk
menggantikan sebagai kholifah.
Abu bakar tidak merubah keputusannya, ia membuat surat wasiat. yang menuliskan wasiat ini
adalah Utsman bin Affan yang berbunyi :

“Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang.”
“Ini adalah wasiat kepada kaum muslimin, dari saya Abu bakar saya telah mengangkat Umar
sebagai kholifah setelahku untuk kalian maka dengarkanlah dan turuti dia. Saya membuat dia
menjadi penguasa atas kalian semata-mata untuk kebaikan kalian.(Kitab Tarikh jilid 2 hlm
136).Setelah itu wasiat tersebut dibacakan di hadapan seluruh kaum muslimin dan mereka
mengakuinya serta tunduk dan mematuhi wasiat tersebut.

Tidak lama  setelah proses penyaringan pendapat tersebut, khalifah Abu Bakar
meninggal dunia pada hari Senin tangga1; 23 Agustus 624 M dalam usia 63 tahun. Ketika
Abu Bakar ash-Shiddiq wafat pada hari Senin, setelah Maghrib dan dikuburkan pada malam
itu juga, bertepatan pada tanggal 21 Jumadil Akhir tahun 13 H, Kemudian jenazahnya
dishalatkan bersama-sama yang dipimpin oleh Umar Bin Khattab. Jenazah Abu Bakar Ash-
Shiddiq kemudian dimakamkan di rumah Siti Aisyah berdampingan dengan makam Nabi
Muhammad SAW.Dengan meninggalnya khalifah Abu Bakar, maka pemerintahan dipegang
oleh khalifah baru yaitu Umar Bin Khattab.

Perpindahan kekuasaan ini terjadi karena Umar Bin Khattab secara aklamasi telah
mendapat persetujuan dari para sahabat besar dan umat Islam lainnya, sehingga ketika Abu
Bakar wafat maka secara otomatis kepemimpinan itu jatuh ke tangan khalifah Umar Bin
Khattab. Umar bin al-Khaththab Umar bin al-Khaththab al-Faruq menggantikan seluruh
tugas-tugasnya dengan sebaik-baiknya sebagai Amirul Mukminin, Beliaulah yang pertama
kali menyebut dirinya dengan gelar Amirul Mukminin -orang yang pertama kali
memanggilnya dengan gelar tersebut adalah al-Mughirah bin Syu’bah dan ada yang
berpendapat bukan al-Mughirah tetapi orang lain.

6
C.    Proses Pengangkatan Ustman bin Affan ra menjadi Khalifah

Umar ra.menetapkan perkara pengangkatan khalifah di bawah Majelis Syura yang


beranggotakan enam orang, mereka adalah: Utsman bin Affan ra., Ali bin Abi Thalib ra.,
Thalhah bin ‘Ubaidillah ra, Az-Zubair bin Awwam ra, Sa’ad bin Abi Waqqash ra. Dan Abdur
Rahman bin ‘Auf ra. Umar ra.merasa berat untuk memilih salah seorang di antara
mereka.697 Beliau berkata, ” Aku tidak sanggup untuk bertanggung jawab tentang perkara
ini baik ketika aku hidup maupun setelah aku mati. Jika Allah SWT. menghendaki kebaikan
terhadap kalian maka Dia akan membuat kalian bersepakat untuk menunjuk seorang yang
terbaik di antara kalian sebagaimana telah membuat kalian sepakat atas penunjukan orang
yang terbaik setelah nabi kalian.
Di antara yang menunjukkan kesempurnaan kewaraan beliau, beliau tidak
memasukkan dalam anggota majelis syura tersebut Sa’id bin Zaid bin Amr bin Nufail karena
ia adalah anak paman beliau. Beliau khawatir dia akan diangkat karena posisinya sebagai
anak paman beliau dan dia adalah salah seorang yang diberitakan masuk surga, bahkan pada
riwayat al-Madainy dari para Syaikhnya bahwa ia (Sa’id binZaid) mendapat pengecualian di
antara mereka, Umar ra. katakan, “Kamu tidak termasuk anggota majelis syura.” Umar
ra.berkata kepada anggota majelis syura, “Apakah Abdullah (anak beliau) ikut hadir? Dia
tidak termasuk dalam keanggotaan majelis ini.”Bahkan beliau memberikan pendapat dan
nasehat kepada anggota tersebut agar dia (Abdullah) jangan diberi jabatan tersebut.
Beliau juga mewasiatkan agar Shuhaib bin Sinan ar-Rumy mengimami shalat selama
tiga hari sampai musyawarah itu tuntas dan majelis syura mempunyai kesepakatan atas
urusan tersebut. Mereka bermusyawarah di rumah membicarakan tentang urusan ini hingga
akhirnya hanya terpilih tiga kandidat saja.Zubair ra.menyerahkan jabatan khalifah tersebut
kepada Ali ra. bin Abi Thalib ra., Sa’ad ra. kepada Abdur Rahman bin ‘Auf ra. dan Thalhah
ra. kepada Utsman bin Affan ra. Abdur Rahman bin ‘Auf ra. berkata kepada Ali ra. dan
Utsman ra., “Sesungguhnya aku melepaskan hakku untuk salah seorang di antara kalian
berdua yang berlepas diri dariperkara ini, Allah SWT. sebagai pengawasnya. Sungguh akan
diangkat sebagai khalifah salah seorang yang terbaik di antara dua orang yang
tersisa.”Ucapan ini membuat Utsman ra.dan Ali ra.terdiam.
Kemudian Abdur Rahman ra.melanjutkan, “Aku akan berusaha untuk menyerahkan
jabatan tersebut kepada salah seorang di antara kalian berdua dengan cara yang benar.”
Mereka berdua berkata, “Ya.” Kemudian masing-masing mereka memberikan khutbahnya

6
yang menyebutkan tentang keistimewaannya dan berjanji jikamendapat jabatan tersebut tidak
akan menyimpang dan jika ternyata tidak maka ia akanmendengar dan mentaati orang yang
diangkat. Mereka berdua menjawab, “Ya.”Lantasmereka pun bubar.Abdur Rahman
ra.berusaha selama tiga hari tiga malam tidak tidur dan hanya melakukan shalat, doa dan
istikharah serta bertanya-tanya kepada mereka yang mempunyai pendapat tentang dua
kandidat ini dan tidak dijumpai seorang pun yang tidak condong kepada Utsman ra..
Ketika tiba pagi hari yang keempat setelah wafatnya Umar.bin Khaththab ra, Abdur
Rahman mendatangi rumah kemenakannya al-Miswar bin Makhramah dan berkata, “Apakah
engkau tidur ya Miswar? Demi Allah SWT. aku sangat sedikit tidur sejak tiga hari yang lalu.
Pergilah untuk memanggil Ali ra.dan Utsman ra.!” al- Miswar berkata, “Siapa yang pertama
harus kupanggil?” beliau berkata, “Terserah padamu.” Maka aku pun pergi menemui Ali
ra.dan kukatakan, “Pamanku tadi memanggilmu.” Ali ra.bertanya, “Apakah ia juga
memanggil yang lain selainku?” Jawabku, “Benar.” Ali ra.bertanya, “Siapa?” Jawabku,
“Utsman bin Affan ra..”Ali ra.bertanya lagi, “Siapa yang iapanggil pertama kali. di antara
kami?” Jawabku, “Beliau tidak menyuruhku seperti itu, tetapi ia katakan terserah padamu
siapa yang terlebih dahulu engkau panggil dan akhirnya aku mendatangimu.”Maka Ali ra.pun
pergi keluar bersamaku.
Tatkala kami melintasi rumah Utsman bin Affan ra., Ali ra. duduk dan aku masuk ke
dalam rumah, aku dapati beliau sedang melaksanakan shalat witir ketika menjelang fajar.
Lantas ia bertanya sebagaimana yang ditanyakan Ali ra. kepadaku, lantas ia pun keluar.
Kemudian kami menghadap kepada pamanku yang sedang melaksanakan shalat.Ketika
selesai mengerjakan shalat, beliau mendatangi Ali ra.dan Utsman ra.seraya berkata,
“Sesungguhnya aku telah bertanya kepada masyarakat tentang kalian berdua dan tidak
seorang pun dari mereka yang lebih mengistimewakan antara kalian berdua. Kemudian beliau
mengambil perjanjian dari mereka berdua jika menempati jabatan tersebut harus bersikap adil
dan jika tidak maka ia harus mendengar dan mentaati.
Lantas Abdur Rahman membawa mereka ke masjid. Waktu itu Abdur Rahman
memakai serban yang dipakaikan Rasulullah saw. sambil membawa pedang. Beliau mengutus
ketengah-tengah masyarakat Muhajirin dan Anshar lalu diserukan untuk shalat berjama-
ah.Maka masjid menjadi penuh dan orang-orang saling berdesakkan sehingga tidak ada
tempat bagi Utsman ra.untuk duduk kecuali di tempat paling belakang -beliau adalah seorang
pemalu-. Kemudian Abdur Rahman bin Auf ra naik ke atas mimbar Rasulullah saw. dan
berdiri sangat lama sambil berdoa dengan doa yang sangat panjang dan tidak terdengar oleh
orang banyak lalu berkata, “Wahai sekalian manusia! Aku telah menanyakan keinginan

6
kalian baik secara pribadi maupun di depan umum, namun aku tidak dapati seorang pun yang
condong kepada salah seorang dari mereka berdua baik Ali ra. maupun Utsman ra. Wahai Ali
ra.kemarilah!” Maka bangkitlah Ali ra.dan berdiri di bawah mimbar kemudian Abdur
Rahman memegang tangannya seraya berkata, “Apakah engkau mau di bai’at untuk tetap
setia menjalankan al-Qur’an, Sunnah NabiNya dan apa yang telah dilakukan oleh Abu Bakar
ra. dan Umar ra.?” Ali ra. Menjawab, “Tidak, akan tetapi akan aku jalankan sesuai dengan
kemampuanku.” Lalu Abdur Rahman melepaskan pegangannya dan me-manggil Utsman,
“Wahai Utsman ra.kemarilah!” Maka Utsman pun bangkit dan tangannya dipegang oleh
Abdur Rahman lalu bertanya, ” Apakah engkau mau dibai’at untuk tetap setia menjalankan
al-Qur’an, Sunnah NabiNya dan apa yang telah dilakukan oleh Abu Bakar ra. dan Umar ra.?”
Utsman ra.menjawab, “Ya!”Lantas Abdur Rahman menengadahkan kepalanya ke atap masjid
sambil memegang tangan Utsman ra.dan berkata,” Ya Allah dengarkanlah dan saksikanlah,
Ya Allah dengarkanlah dan saksikanlah, Ya Allah dengarkanlah dan saksikanlah, Ya Allah
sesungguhnya aku telah
Alihkan beban yang ada di pundakku ke pundak Utsman bin Affan ra..”Maka orang-orang
pun berdesak-desakan untuk membai’at sehingga beliau dikerumuni oleh orang-orang di
bawah mimbar. Abdur Rahman duduk di tempat yang biasa diduduki oleh Rasulullah saw.
dan mendudukkan Utsman ra. di bawahnya yakni di tangga mimbar yang ke-dua.
Berdatanganlah orang-orang kepada Utsman ra.untuk membai’atnya dan Ali ra. Adalah orang
pertama yang membai’atnya. Dan disebutkan pula bahwa ia adalah orang yang terakhir
membai’at Utsman.
Adapun yang disebutkan oleh para ahli sejarah, seperti Ibnu Jarir701 dan Iain-lain dari
riwayat orang-orang yang tidak diketahui bahwa Ali ra.berkata kepada Abdur Rahman,
“Engkau telah menipuku, engkau mengangkatnya karena ia familimu dan karena ia sering
meminta pendapatmu tentang setiap permasalahannya.” Kemudian Ali ra.enggan untuk
membai’atnya hingga Abdur Rahman menyebutkan ayat: “Maka barangsiapa yang
melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akanmenimpa dirinya sendiri dan
barangsiapa menepati janjinya kepada Allah maka Allah akanmemberinya pahala yang
besar. (Al-Fath:10).
D.   Proses Pengangkatan Ali bin Abi Thalib ra. Menjadi Khalifah
Setelah Utsman terbunuh pada malam Jum’at 18 Dzulhijjah tahun 35 H, berdasarkan
pendapat yang populer, kaum muslimin mendatangi Ali ra.Dan membai’at beliau sebelum
jenazah Utsman dimakamkan.Ada yang mengatakan setelah jenazah Utsman dimakamkan.
Pada awalnya Ali bin Abi Thalib ra. menolak bai’at mereka. Beliau menghindar ke rumah

6
milik Bani Amru bin Mabdzul, seorang Anshar. Beliau menutup pintu rumah, beliau menolak
menerima jabatan khilafah tersebut namun mereka terus mendesak beliau.Orang-orang
datang mengetuk pintu dan terus mendesak. Mereka membawa serta Thalhah dan az-
Zubair.Mereka berkata, “Sesungguhnya daulah ini tidak akan bertahan tanpa amir.”Mereka
terus mendesak hingga akhirnya Ali bersedia menerimanya.Ada yang mengatakan, orang
pertama yang membai’at beliau adalah Thalhah dengan tangan kanannya. Tangan kanan
beliau cacat sewaktu melindungi Rasulullah saw. pada peperangan Uhud. Sebagian hadirin
berkata, “Demi Allah, pembai’atan ini tidak sempurna!” 942
Ali keluar menuju masjid lalu naik ke atas mimbar dengan mengenakan kain sarung
dan sorban dari sutera sambil menenteng sandal beliau dan bertelekan pada busur
beliau.Segenap kaum muslimin membai’at beliau. Peristiwa itu terjadi pada hari Sabtu
tanggal 19 Dzulhijjah tahun 35 H.943 Ada yang mengatakan, Thalhah dan az-Zubair
membai’at Ali setelah beliau meminta mereka untuk berbai’at. Sebagian orang mengira
bahwa ada sekelompok kaum Anshar yang tidak membai’at Ali.944
Al-Waqidi berkata, “Orang-orang di Madinah membai’at Ali.Namun tujuh orang
menarik diri dan tidak ikut berbai’at. Mereka adalah Abdullah bin Umar, Sa’ad bin Abi
Waqqash, Shuheib, Zaid bin Tsabit, Muhammad bin Maslamah, Salamah bin Salaamah bin
Waqsy dan Usamah bin Zaid. Dan tidak ada seorang sahabat Ansharpun yang tertinggal,
mereka semua ikut berbai’at sejauh pengetahuan kami.”
Saif bin Umar, “ menceritakan dari sejumlah gurunya bahwa mereka berkata, “Selama
lima hari setelah terbunuhnya Utsman kota Madinah dipimpin sementara oleh al-Ghafiqi bin
Harb, mereka mencari orang yang bersedia memimpin. Penduduk Mesir mendesak Ali,
sedang beliau sendiri menghindar dari mereka ke sebuah rumah.Penduduk Kufah mencari az-
Zubair tapi mereka tidak menemukannya. Penduduk Bashrah meminta Thalhah, tapi ia tidak
bersedia. Maka merekapun berkata, “Kami tidak akan mengangkat salah satu dari tiga orang
ini.” Mereka menemui Sa’ad bin Abi Waqqash .Mereka berkata, “Sesungguhnya engkau
termasuk salah seorang anggota majelis Syura!”Namun Sa’ad tidak memenuhi permintaan
mereka.
Kemudian mereka menemui Abdullah bin Umar. beliaupun menolak tawaran mereka.
Merekapun bingung, lantas mereka berkata, “Jika kita pulang ke daerah masing-masing
dengan membawa kabar terbunuhnya Utsman tanpa ada yang menggantikan posisinya,
manusia akan berselisih tentang urusan ini dan kita tidak akan selamat.Mereka kembali
menemui Ali dan memaksa beliau untuk menerimanya.Al-Asytar an-Nakha’i meraih tangan
Ali dan membaia’tnya kemudian orang-orangpun ikut membai’at beliau. Penduduk Kufah

6
mengatakan bahwasanya yang pertama kali membai’at Ali adalah al-Asytar an- Nakha’i.
Peristiwa itu terjadi pada hari Kamis 24 Dzulhijjah.Itu terjadi setelah orang-orang terus
mendesak beliau.Mereka semua berkata, “Tidak ada yang pantas memegangnya kecuali
Ali.”Keesokan harinya pada hari Jum’at, Ali naik ke atas mimbar.Orang-orang yang belum
membai’at beliau kemarin berbondong-bondong membai’at beliau.Orang pertama yang
membai’at beliau saat itu adalah Thalhah kemudian az-Zubair Bai’at ini terjadi pada hari
Jum’at 25 Dzhulhijjah tahun 35 H.

Anda mungkin juga menyukai