Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kehamilan adalah masa dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin
(Saifuddin,Abdul Bani, dkk, 2001). Kehamilan adalah periode dimana ovum
telah dibuahi dan berkembang didalam uterus mengalami proses diferenseasi dan
uterus berkembang sampai bisa menunjang sendiri kehidupan diluar uterus
(Mochtar Rustam;1988).

Kehamilan trimester I adalah periode pertama diukur mulai dari konsepsi


sampai minggu ke-12 kehamilan. Trimester pertama disebut sebagai periode
pembentukan karena pada akhir periode ini semua system organ janin sudah
terbentuk dan berfungsi.Kehamilan normal merupakan masa yang dimulai dari
konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari ( 40
minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir.

Kehamilan dibagi dalam 3 trimester yaitu trimester pertama dimulai dari


konsepsi sampai 3 bulan, trimester kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan,
trimester ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan.

Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan oleh bidan dalam


lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa
kebidanan yang terdiri dari diakui dan telah disyahkan oleh profesi, berhubungan
langsung dengan praktek kebidanan, memiliki ciri khas kebidanan, didukung
oleh clinical judgement dalam praktek kebidanan dan dapat diselesaikan dengan
pendekatan manajemen kebidanan.

Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak


dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penanganan.
Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami oleh wanita yang
diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah juga sering
menyertai diagnosa.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan ketidak nyamanan dalam kehamilan ?
2. Apa sajakah ketidaknyamanan yang dirasakan ibu selama kehamilan pada
trimester 1, 2, dan 3 ?
3. Apa sajakah masalah yang dialami ibu selama kehamilan pada trimester 1,
2, dan 3 ?
4. Bagaimanakah cara penanganan ketidaknyamanan dan masalah yang di
alami ibu selama kehamilan pada trimester 1, 2, dan 3 ?

C. TUJUAN
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. KETIDAKNYAMANAN KEHAMILAN PADA TRIMESTER 1, 2, DAN 3


Kehamilan adalah masa dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin
(Saifuddin,Abdul Bani, dkk, 2001)Kehamilan adalah periode dimana ovum telah
dibuahi dan berkembangdidalam uterus mengalami proses diferenseasi dan uterus
berkembang sampai bisamenunjang sendiri kehidupan diluar uterus (Mochtar
Rustam;1988). Ketidak nyamanan pada kehamilan terutama terjadi pada hamil
muda. Dengan makin tua kehamilan keluhan akan semakin berkurang, kecuali
varises dan kaki bengkak makin meningkat.

1. Ketidaknyamanan pada Trimester 1

a. Perubahan payudara,sensasi baru nyeri dan perasaan geli.

Fisiologi: Hipertensi jaringan glandula mammae dan penambahan


vaskularisasi, pigmentasi dan ukuran serta penonjolan puting susu dan
alveoli yang disebabkan oleh stimulasi hormon. Solusi:  kompres hangat
pada payudara, mandi air hangat atau berendam, memijat payudara dengan
lembut, menghindari kopi dan minuman lain yang mengandung caffein serta
menggunakan BH yang menyangga.

b. Dinamika psikososial, perasaan sayang, perasaan kacau

Fisiologi:  adaptasi hormonal dan metabolik, perasaan mengenali peran


wanita, seksualitas, waktu kehamilan, dan jarak perubaahan dalam satu
kehidupan dan gaya hidup.Solusi : Ibu diberi suport dan ditenangkan
hatinya, memperbaiki    komunikasi (patner, keluarga, dll)

c. Leukorea

Fisiologi :  adanya peningkatan kadar hormon estrogen yang tinggi, stimulasi


cervix secara hormonal menjadi hipertropy dan hiperaktif, produksi mucus
dalam jumlah berlebihan. Solusi : Sering ganti celana selama dalam,
hygienie memakai pembalut perineum, menerangkan hati rujuk ke dokter
bila diikuti dengan, bau busuk, perubahan warna.
d. Urgensi dan frekwensi kencing

Fisiologi : Perubahan fungsi kandung kencing yang disebabkan oleh


hormon, berkurangnnya kapsitas kandung kemih oleh pembesaran uterus.
Solusi : Batasi intake cairan sebelum tidur, Rujuk ke dokter untuk nyeri atau
sensasi panas

e. Nausea, vommiting, morning sickness

Fisiologi : Perubahan hormon dan faktor psikologis, refleksi kebahagian atau


bisa juga karena rasa penolakan terhadap kehamilan. Solusi : Menghindari
perut kosong atau berlebihan, Makanan dalam jumlah sedikit tapi sering,
Makan biskuit, jahe, roti panggang kering, dan segala sesuatu yang
mengandung pepermint, Makan teratur meski tidak nafsu makan, Sering
minum hangat (teh hangat, susu atau minuman bebas kopi), Bangun
perlahan-lahan di pagi hari, istirahat di siang hari., Hindari segala sesuatu
atau bau yang membuat mual.

f. Kurang energi/kelelahan

Fisiologi : Peningkatan kadar estrogen, progesteron serta merupakan respon


fisiologi dari kehamilan. Solusi : Menenangkan diri, istirahat yang cukup,
keseimbangan nutrisi untuk mencegah anemia

g. Gingivitas dan epulis

Fisiologi : Peningkatan vascularisasi dan poliferasi terhadap jaringan


konektif dari stimulasi estrogen. Solusi : Makan cukup buah dan sayuran,
sikat halus, Hygiene gigi dan hindari infeksi

h. Konstipasi

Fisiologi : Peningkatan hormon progesteron yang menyebabkan relaksasi


otot sehingga usus kurang efisien. Solusi : banyak minum air, makan
makanan berserat tinggi (sayur buah), olahraga (jalan-jalan)
i. Sakit Kepala

Fisiologi : Sakit kepala yang sering lebih dari biasa, hal ini mungkin karena
keadaan rasa mual, kelelahan,lpar, tekanan darah rendah, dan dapat juga
karena perasaan tegang/depresi.Solusi : atasi dengan istirahat, makan sedikit
tapi sering, bila semakin parah hubungi dokter

j. Pusing

Fisiologi : Merasa pusing karena pada awal kehamilan ini karena adanya
peningkatan tuntutan darah ketubuh, sehingga sewaktu berubah posisi dari
tidur atau duduk ke posisi berdiri secara tiba-tiba, sistem sirkulasi darah
kesulitan untuk beradaptasi. Solusi : bila rasa pusing timbul ketika sedang
duduk ini biasanya karena menurunnya level gula darah, makanlah sedikit
tapi sering. Bila pusing terlalu sering periksa ke doketer, kemungkinan
anemia.

k. Peningkatan berat badan

Fisiologi : Hormon estrogen menyebabkan pembesaran rahim dan hormon


progesteron yang menyebabkan tubuh menahan air. Solusi : jangan terlalu
banyak makan-makanan yang mengandung karbohidrat, tapi perbanyak
makan makanan yang berprotein.(diet ibu hamil)

2. Ketidaknyamanan Pada Trimester Kedua

a. Rasa nyeri ulu hati


Fisiologi : peningkatan hormon progesteron yang menyebabkan relaksasi
otot saluran cerna dan juga karena rahim yang semakin membesar yang
mendorong bagian atas perut, sehingga mendorong asam lambung naik ke
kerongkongan. Solusi : jangan makan dalam jumlah yang besar terutama
sebelum mau tidur, jauhi makanan pedas berminyak/berlemak, waktu tidur
malam tinggikan posisi kepala
b. Pembengkakan
Fisiologi : hal ini terjadi karena peningkatan hormon progesteron yang
bersifat menahan cairan. Pada trimester kedua ini akan tampak sedikit
pembengkakan kaki dan tangan, hal ini sering terjadi karena psosisi duduk
atau berdiri yang terlalu lama. Solusi : jangan melakukan posisi duduk dan
berdiri yang terlalu lama serta biasakan jalan-jalan di pagi hari
c. Pusing
Fisiologi : Pusing menjadi keluhan yang sering selama kehamilan trimester
kedua. Hal ini dapat terjadi ketika pembesaran rahim ibu menekan pembuluh
darah besar sehingga menyebabkan tekanan darah menurun. Solusi : atasi
dengan melakukan perpindahan posisi perlahan-lahan atau bertahap untuk
menghindari perubahan tekanan darah mendadak.
d. Perubahan kulit
Fisiologi : perenggangan kulit yang berlebih biasannya pada perut dan
payudara akibat perenggangan kulit ini ibu hamil dapat merasa gatal. Solusi :
Krim yang mengandung vitamen E juga dapat membantu menghilangkan
garis-garis rengangan pasca lahir.Jika saat hamil merasa gatal didaerah
rengangan, bisa dikompres dengan air hangat untuk mengurangi rasa gatal.
e. Kram pada kaki
Fisiologi : kram otot ini timbul karena pembesaran uterus yang memberikan
tekanan pada pembuluh darah sehingga sirkulasi darah menjadi lambat saat
kehamilan. Solusi : atasi dengan istirahat dengan jalan kaki diangkat ke atas,
minum-minuman cukup kalsium, bila kram saat duduk atau tidak, coba
untuk menggerakan jari-jari ke arah atas
3.  Ketidaknyamanan Trimester Ketiga
a. Cairan Vagina
Fisiologi :  Peningkatan cairan vagina selama kehamilan adalah normal.
Cairan biasanya jernih, pada awal kehamilan biasanya agak kental dan
mendekati persalinan lebih cair.Solusi : tetap juga kebersihan, hubungi
dokter bila cairan berbau, terasa gatal dan sakit.
b. Bengkak (edema)
Fisiologi : Pertumbuhan bayi akan meningkatkan tekanan pada daerah kaki
dan pergelangan kaki ibu, disebabkan oleh perubahan hormonal yang
menyebabkan retensi cairan. Solusi : Menghindari makanan asin, ganjal
kaki dengan bantal ketika berbaring/duduk, jangan berdiri terlalu lama
c. Sesak Nafas
Fisiologi : Hal ini terjadi karena rahim mendesak paru-paru dan diafragma.
Solusi : Atasi dengan tidak membawa berat, berjalan tegak, menarik nafas
dalam-dalam, tidur miring kiri dan olahraga teratur yang ringan seperti
jalan-jalan dipagi hari
d. Varises
Fisiologi : Sirkulasi darah selama hamil lebih banyak sehingga tidak
teratasi. Solusi  : Jangan berdiri atau duduk terlalu lama, duduk atau
berbaring dengan kaki diganjal bantal, sehingga posisi kaki lebih tinggi
dari jantung., cobalah sering berjalan-jalan, sebagian besar varises akan
lenyap ± 2-3 bulan setelah melahirkan.
e. Merasa Kepanasan
Fisiologi : Hal ini terjadi karena kecepatan metabolisme ibu hamil rata-rata
meningkat ± 20% selama kehamilan sehingga suhu tubuh juga tinggi.
Solusi : Untuk mengurangi rasa tidak nyaman, seringlah mandi, gunakan
pakaian yang mudah menyerap keringat, jangan lupa untuk minum lebih
banyakuntuk menggantikan cairan yang keluar melalui pori-pori tubuh
bumil.
f. Kontraksi Perut             
Fisiologi  : Broxton Hick kontraksi palsu, kontraksi berupa rasa sakit
ringan, tidak teratur dan hilang bila duduk atau istirahat.Solusi : Istirahat
cukup, hindari pekerjaan yang memberatkan, berdiri dan berjalan dengan
punggung dan bahu yang tegak, serta pakailah kasur yang nyaman
g. Konstipasi
Fisiologi : Selain karena adanya peningkatan hormon progesteron
konstipasi juga karena tekanan rahim yang semakin membesar ke daerah
usus.Solusi : Makan makanan berserat tinggi (buah dan sayur), minum air
yang banyak dan olahraga ringan.         
h. Sering Kencing
Fisiologi : Pembesaran rahim dan ketika kepala bayi turun ke rongga
panggul akan makin menekan kandung kencing ibu hamil. Solusi : Batasi
intake cairan sebelum tidur, tenangkan hati, memakai pembalut perineum.
i. Terganggunya Tidur (Insomnia)
Fisiologi : Setelah perut membesar, bayi menendang semakin sering,
sehingga ibu sulit untuk tidur nyenyak selain itu ada perasaan cemas
menanti waktu persalinan.Solusi Menenangkan  hati ibu, message atau
memijat pinggang, minum susu hangat atau mandi hangat sebelum tidur,
batasi minum setelah jam 4 sore agar saat tidur tidak terbangun karena
sering BAK.
B. TANDA TANDA BAHAYA DALAM KEHAMILAN PADA TRIMESTER 1,
2, DAN 3
Tanda-tanda bahaya kehamilan adalah gejala yang menunjukkan bahwa ibu
dan bayi dalam keadaan bahaya kehamilan. Namun kehamilan yang normal dapat
berubah menjadi patologi. Salah satu asuhan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
untuk menapis adanya risiko ini yaitu melakukan pendeteksian dini adanya
komplikasi / penyakit yang mungkin terjadi selama hamil muda.
1. Tanda-tanda bahaya kehamilan pada trimester 1 yang perlu ibu ketahui
yaitu :
a) Mual muntah berlebihan
Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang
wajar dan sering kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasa terjadi
pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari.
Gejala–gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid
terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu.
Mual dan muntah terjadi pada 60-80 % primigravida dan 40-60 %
multigravida. Satu diantara seribu kehamilan, gejala–gejala ini menjadi
lebih berat. Perasaan mual ini disebabkan oleh karena meningkatnya kadar
hormon estrogen dan HCG dalam serum. Pada umumnya wanita dapat
menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun demikian gejala mual
muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan sehari-
hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk.Keadaan inilah
disebut hiperemisis gravidarum. Keluhan gejala dan perubahan fisiologis
menentukan berat ringanya penyakit.
Mual muntah dapat diatasi dengan:
1) Makan sedikit tapi sering
2) Hindari makanan yang sulit dicerna dan berlemak
3) Jaga masukan cairan, karena cairan lebih mudah ditolelir daripada
makanan padat.
4) Selingi makanan berkuah dengan makanan kering. Makan hanya
makanan kering pada satu waktu makan, kemudian makanan berkuah
pada waktu berikutnya.
5) Jahe merupakan obat alami untuk mual. Cincang dan makan bersama
sayuran serta makanan lain.
6) Isap sepotong jeruk yang segara ketika merasa mual
7) Hindari hal–hal yang memicu mual, seperti bau, gerakan atau bunyi
8) Istirahat cukup
9) Hindari hal–hal yang membuat Anda berkeringat atau kepanasan, yang
dapat memicu rasa mual

Komplikasi jika seseorang itu muntah terus menerus adalah


perdarahan pada retina yang disebabkan oleh meningkatnya tekanan darah
ketika penderita muntah.

b) Perdarahan pervaginam
Perdarahan yang terjadi pada masa kehamilan kurang dari 22 minggu.
Pada masa kehamilan muda, perdarahan pervaginam yang berhubungan
dengan kehamilan dapat berupa: abortus, kehamilan mola, kehamilan
ektopik.

Penanganannya dapat berupa Siapkan fasilitas tindakan gawat darurat,


lakukan pemeriksaan secara cepat keadaan umum ibu, termasuk tanda vital
(nadi, tekanan darah, respirasi, dan temperatur). Jika dicurigai adanya syok,
segera lakukan tindakan meskipun tanda–tanda syok belum terlihat. Ingat
bahwa saat melakukan evaluasi lebih lanjut kondisi ibu dapat memburuk
dengan cepat. Jika terjadi syok, sangat penting untuk segera memulai
penanganan syok, yaitu pasang infus dan berikan cairan intravena. Lakukan
restorasi cairan darah sesuai dengan keperluan. Perdarahan ringan
membutuhkan waktu lebih dari lima menit untuk membasahi pembalut atau
kain bersih. Perdarahan berat membutuhkan waktu kurang dari lima menit
untuk membasahi pembalut atau kain bersih.

Gejala dan tanda Faktor Penyulit lain Diagnosis


utama predisposisi
Perdarahan Grande multipara Syok Plasenta previa
tanpa nyeri, usia Aperdarhan setelah
gestasi >22 koitus
minggu Tidak ada kontraksi
Darah segar atau uterus
kehitaman Bagian terndah janin
dengan bekuan
Perdarahan tidak masuk PAP
dapat terjadi Kondisi janin normal
setelah miksi atau atau terjadi gawat janin
defekasi, aktivitas
fisik, kontraksi
koitus
Perdarahan Hipertensi Syok yang tidak sesuai Solusio plasenta
dengan nyeri Versi luar dengan jumlah darah
intermitten atau Trauma abdomen yang keluar
menetap Poligidramnion Anemia berat
Warna darah Gemelli Melemah atau hilangnya
kehitaman dan Defisiensi gizi gerakan janin
cair tetapi Gawat janin atau
mungkin ada hilangnya denyut jantung
bekuan jika janin
solisio relatif Uterus tegang dan nyeri
baru
Jika ostium
terbuka terjadi
perdarahan
warna merah
segar
Perdarahan intra Riwayat SC Syok atau takhikardia Rupture uteri
abdominal dan Partus lama atau Adanya cairan bebas
atau vaginal kasep intra abdominal
Nyeri hebat Disproporsi kepala Hilangnya gerak dan DJJ
sebelum Kelainan Bentuk uterus abnormal
perdarahan dan letak/presentasi atau kontumnya tidak
syok yang Persalinan jelas
kemudian hilang traumatik Nyeri raba atau tekan
setelah terjadi diding perut dan bagian
regangan hebat janin mudah dipalpasi
pada perut
bawah
Perdarahan Solusio plasenta Perdarahan gusi Gangguan penbekuan
berwarna merah Janin mati dalam Gambaran memar bawah darah
segar rahim kulit
Uji pembekuan Eklampsia Perdarahan dari tempat
darah tidak Emboli air ketuban suntikan dan jarum infuse
menunjukkan
adanya bekuan
darah setelah 7
menit
Rendahnya
faktor
pembekuan
darah,
fibrinogen,
trombosit,
fragmentasi sel
darah merah

c) Nyeri Perut Bagian Bawah


Nyeri perut pada kehamilan 22 minggu atau kurang kemungkinan
merupakan gejala utama pada kehamilan ektopik atau abortus, dapat juga
disebabkan oleh sebab lain.

d) Selaput Kelopak Mata Pucat


Anemia adalah masalah medis yang umum terjadi pada banyak
wanita hamil. Jumlah sel darah merah dalam keadaan rendah, kuantitas dari
sel–sel ini tidak memadai untukmemberikan oksigen yang dibutuhkan oleh
bayi.
Anemia sering terjadi pada kehamilan karena volume darah
meningkat kira–kira 50% selama kehamilan. Darah terbuat dari cairan dan
sel. Cairan tersebut biasanya meningkat lebih cepat daripada sel- selnya.
Hal ini dapat mengakibatkan penurunan hematokrit (volume, jumlah atau
persen sel darah merah dalam darah). Penurunan ini dapat mengakibatkan
anemia.Penanganannya: anemia dapat ditangani dengan minum tablet zat
besi dan istirahat cukup.
Komplikasi anemia dalam kehamilan memberikan pengaruh langsung
terhadap janin sedangkan komplikasi pada kehamilan trimester I yaitu
anemia dapat menyebabkan terjadinya missed abortion, kelainan
kongenital, abortus/ keguguran.
2. Tanda-tanda bahaya kehamilan yang dialami ibu pada trimester 2 dan 3
yaitu :
a) Sakit kepala yang hebat
Sakit kepala yang bisa terjadi selama kehamilan, dan sering kali
merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit kepala
yang menunjukan suatu masalah serius dalam kehamilan adalah sakit
kepala yang hebat, menetap dan tidak hilang dengan beristirahat.
Terkadang sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin menemukan
bahwa penglihatanya menjadi kabur atau terbayang. Hal ini merupakan
gejala dari pre-eklamsia dan jika tidak diatasi dapat menyebabkan kejang
maternal, stroke, koagulopati dan kematian.
Penanganannya dengan:
1) Jika ibu tidak sadar atau kejang, segera mobilisasi seluruh tenaga yang
ada dan siapkan fasilitas tindakan gawat daruratan.
2) Segera lakukan observasi terhadap keadaan umum termasuk tanda vital
(nadi, tekanan darah, dan pernafasan) sambil mencari riwayat penyakit
sekarang dan terdahulu dari pasien dan keluarganya.
Komplikasinya dapat berupa:
Nyeri kepala pada masa hamil dapat merupakan gejala pre-eklampsia,
suatu penyakit yang terjadi hanya pada wanita hamil, dan jika tidak diatasi
dapat menyebabkan kejang maternal, stroke, koagulopati dan kematian.
b) Penglihatan Kabur
Penglihatan menjadi kabur atau berbayang dapat disebabkan oleh sakit
kepala yang hebat, sehingga terjadi oedema pada otak dan meningkatkan
resistensi otak yang mempengaruhi sistem saraf pusat, yang dapat
menimbulkan kelainan serebral (nyeri kepala, kejang), dan gangguan
penglihatan. Perubahan penglihatan atau pandangan kabur, dapat menjadi
tanda pre-eklampsia. Masalah visual yang mengidentifikasikan keadaan
yang mengancam jiwa adalah perubahan visual yang mendadak, misalnya
penglihatan kabur atau berbayang, melihat bintik-bintik (spot), berkunang-
kunang.
Selain itu adanya skotama, diplopia dan ambiliopia merupakan tanda-
tanda yang menujukkan adanya pre-eklampsia berat yang mengarah pada
eklampsia. Hal ini disebabkan adanya perubahan peredaran darah dalam
pusat penglihatan di korteks cerebri atau didalam retina (oedema retina dan
spasme pembuluh darah).
Penanganan Umum:
1) Jika tidak sadar atau kejang. Segera dilakukan mobilisasi seluruh
tenaga yang ada dan menyiapkan fasilitas tindakan gawat darurat.
2) Segera dilakukan penilaian terhadap keadaan umum termasuk tanda–
tanda vital sambil menanyakan riwayat penyakit sekarang dan
terdahulu dari pasien atau keluarganya.
3) Komplikasi yang ditimbulkan antara lain kejang dan eklamsia
c) Bengkak pada wajah, kaki dan tangan
Oedema ialah penimbunan cairan yang berlebih dalam jaringan tubuh,
dan dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki,
jari tangan dan muka. Oedema pretibial yang ringan sering ditemukan pada
kehamilan biasa, sehingga tidak seberapa berarti untuk penentuan diagnosis
pre-eklampsia. Hampir separuh dari ibu-ibu akan mengalami bengkak yang
normal pada kaki yang biasanya hilang setelah beristirahat atau
meninggikan kaki. Oedema yang mengkhawatirkan ialah oedema yang
muncul mendadak dan cenderung meluas.
Oedema biasa menjadi menunjukkan adanya masalah serius dengan
tanda-tanda antara lain: jika muncul pada muka dan tangan, bengkak tidak
hilang setelah beristirahat, bengkak disertai dengan keluhan fisik lainnya,
seperti: sakit kepala yang hebat, pandangan mata kabur dll. Hal ini dapat
merupakan pertanda anemia, gagal jantung atau pre-eklampsia.
Penanganan Umum
1) Istirahat cukup
2) Mengatur diet, yaitu meningkatkan konsumsi makanan yang
mengandung protein dan mengurangi makanan yang mengandung
karbohidrat serta lemak.
3) Kalau keadaan memburuk namun memungkinkan dokter akan
mempertimbangkan untuk segera melahirkan bayi demi keselamatan
ibu dan bayi.(Hendrayani, 2009:3)
Komplikasi
Kondisi ibu disebabkan oleh kehamilan disebut dengan keracunan
kehamilan dengan tanda–tanda oedema (pembengkakan) terutama tampak
pada tungkai dan muka, tekanan darah tinggi dan dalam air seni terdapat
zat putih telur pada pemeriksaan urin dan laboratorium.

d) Gerakan Janin Berkurang


Ibu tidak merasakan gerakan janin sesudah kehamilan 22 minggu atau
selama persalinan.
Penanganan Umum
1) Memberikan dukungan emosional pada ibu
2) Menilai denyut jantung janin (DJJ): a) Bila ibu mendapat sedative,
tunggu hilangnya pengaruh obat, kemudian nilai ulang; b) Bila DJJ
tidak terdengar minta beberapa orang mendengarkan menggunakan
stetoskop Doppler. (Saifuddin, 2002 : 109)
Komplikasi
1) Komplikasi yang timbul adalah IUFD dan featal distress.
2) Tanda-tandabahaypadaibuhamil TM 3
e) Perdarahan pervaginam
Perdarahan pada kehamilan setelah 22 minggu sampai sebelum bayi
dilahirkan disebut sebagai perdarahan pada kehamilan lanjut atau
perdarahan antepartum.
f) Keluar cairan pervaginam
Keluarnya cairan berupa air dari vagina setelah kehamilan 22 minggu,
ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan
berlangsung. Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan
preterm sebelum kehamilan 37 minggu maupun kehamilan aterm.
Penanganan umum:
1) Konfirmasi usia kehamilan, kalau ada dengan USG
2) Dilakukan pemeriksaan inspekulo (dengan speculum DTT) untuk
menilai cairan yang keluar (jumlah, warna,bau) dan membedakan
dengan urin.
3) Jika ibu mengeluh perdarahan akhir kehamilan (setelah 22 minggu),
jangan lakukan pemeriksaan dalam secara digital.
4) Mengobservasi tidak ada infeksi
5) Mengobservasi tanda–tanda inpartu (Saifuddin, 2002: 112)
Komplikasi :
1) Perdarahan pervaginam dengan nyeri perut, pikirkan solusio plasenta
2) Tanda–tanda infeksi (demam, cairan vagina berbau)
3) Jika terdapat his dan darah lendir, kemungkinan terjadi persalinan
preterm

g) Gerakan janin tidak terasa


Apabila ibu hamil tidak merasakan gerakan janin sesudah usia
kehamilan 22 minggu atau selama persalinan, maka waspada terhadap
kemungkinan gawat janin atau bahkan kematian janin dalam
uterus.Gerakan janin berkurang atau bahkan hilang dapat terjadi pada
solusio plasenta dan ruptur uteri.
Menurut Sadovsky jumlah rata-rata pergerakan fetus perminggu adalah
50-950 gerakan. Variasi hariannya yang paling rendah adalah 4-10 per 12
jam pada kehamilan normal.
Gejala dan tanda yang Gejala dan tanda yang Diagnosis kemungkinan
selalu ada kadang ada
Gerakan janin berkurang Syok Solusio placenta
atau hilang Uterus tegang atau kaku
Nyeri perut hilang timbul Gawat janin atau DJJ tidak
atau menetap terdengar
Perdarahan pervaginam
sesudah 22 minggu
Gerakan janin berkurang Cairan ketuban bercampur Gawat janin
atau hilang dengan mekonium
DJJ abnormal
(<100/menit atau
>180/menit)
Gerakan janin/DJJ hilang Tanda-tanda kehamilan Kematian janin
berhenti
Tinggi fundus uteri
berkurang
Pembesaran uterus
berkurang
Gerakan janin dan Syok Rupture uteri
DJJ          tidak                   Perut kembung atau cairan
ada bebas intra abdominal
Perdarahan Kontur uterus abdominal
Nyeri perut hebat Abdomen nyeri
Bagian-bagian janin teraba
Denyut nadi ibu cepat

h) Nyeri perut yang hebat


Nyeri perut kemungkinan tanda persalinan preterm, ruptur uteri,
solusio plasenta. Nyeri perut hebat dapat terjadi pada ruptur uteri disertai
shock, perdarahan intra abdomen dan atau pervaginam, kontur uterus yang
abnormal, serta gawat janin atau DJJ tidak ada.
i) Kejang
Pada umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya keadaan
dan terjadinya gejala–gejala sakit kepala, mual, nyeri ulu hati sehingga
muntah. Bila semakin berat, penglihatan semakin kabur, kesadaran
menurun kemudian kejang. Kejang dalam kehamilan dapat merupakan
gejala dari eklamsia.
Penanganan umum:
1) Baringkan pada sisi kiri tempat tidur arah kepala ditinggikan sedikit
untuk mengurangi kemungkinan aspirasi secret, muntahan, atau darah
2) Bebaskan jalan nafas
3) Hindari jatuhnya pasien dari tempat tidur
4) Lakukan pengawasan ketat 
5) Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul antara lain: syok, eklamsia, hipertensi,
proteinuria 
j) Demam Tinggi
Ibu hamil menderita deman dengan suhu tubuh lebih 38° C dalam
kehamilan merupakan suatu masalah. Demam tinggi dapat merupakan
gejala adanya infeksi dalam kehamilan.Penanganan umum: demam tinggi
dapat ditangani dengan: istirahat baring, minum banyak, kompres untuk
menurunkan suhu. 
Komplikasi yang ditimbulkan akibat mengalami demam tinggi antara
lain: sistitis (infeksi kandung kencing), pielonefritis Akut (infeksi saluran
kemih atas). 

C. KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA TRIMESTER 1, 2, DAN 3


1. Abortus
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan pada atau sebelum kehamilan
tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu hidup diluar
kandungan. Macam-macam abortus yaitu:
a) Abortus Imminens
Abortus imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus
pada kehamilan sebelum 20 minggu, hasil konsepsi masih didalam uetrus
dan tanpa adanya dilatasi serviks.
Diagnosis abortus imminens ditentukan bila pada wanita hamil terjadi
perdarahan melalui ostium uteri eksternum, disertai mules-mules sedikit atau
tidak sama sekali, besarnya uterus sesuai dengan usia kehamilan, serviks
belum membuka, dan tes kehamilan positif..
Penanganan: tidak perlu pengobatan khusus atau tirah baring total, jangan
melakukan aktivitas fisik berlebihan atau hubungan sek sual, jika:
perdarahan berhenti lakukan asuhan antenatal seperti biasa. Lakukan
penilaian jika perdarahan terjadi lagi.Perdarahan terus berlangsung nilai
kondisi janin (uji kehamilan atau USG) lakukan konfirmasi kemungkinan
adanya penyebab lain.
b) Abortus Insipiens 
Abortus insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat,
tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Rasa mules labih sering dan kuat,
perdarahan bertambah.
Penanganannya: bila ada tanda–tanda syok maka atasi dulu dengan
pemberian cairan dan tranfusi darah. Kemudian keluarkan jaringan secepat
mungkin dengan metode digital dan kuretase. Setelah itu beri obat–obat
uterotonika dan antibiotika.
c) Abortus Inkomplit
Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa teringgal didalam
serviks. Pada pemeriksaan vaginam, kanalis servikalis terbuka dan jaringan
dapat diraba dalam cavum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari
ostium uteri eksternum.
Perdarahan yang terjadi pada abortus inkomplitus dapat banyak sekali,
sehingga dapat menyebabkan syok dan perdarahan tidak akan berhenti
sebwlum sisa hasil konsepsi dikeluarkan. Apabila abortus inkomplitus
disertai syok karena perdarahan, segera atasi syok, setelah keadaan menbaik
baru dilakukan pengeluaran sisa konsepsi.Penanganannya: bila ada tanda–
tanda syok maka atasi dulu dengan pemberian cairan dan tranfusi darah.
Kemudian keluarkan jaringan secepat mungkin dengan metode digital dan
kuretase. Setelah itu beri obat–obat uterotonika dan antibiotika.
d) Abortus komplit
Pada abortus kompletus semua hasill konsepsi sudah keluar, ditemukan
perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah mulai
mengecil.
Diagnosis dapat dipermudah bila hasil konsepsi yang telah keluar dapat
diperiksa apakah sudah keluar semua dengan lengkap. Penderita dengan
abortus kompletus tidak memerlukan pengobatan secara khusus, hanya
apabila ditemukan anemia perlu diberi sulfas ferrosus (tablet Fe) atau
transfusi.
e) Missed abortion
Missed abortion adalah keadaan dimana janin sudah mati, tetapi tetap
berada dalamrahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih.
Penanganan: berikan obat dengan maksud agar terjadi his sehingga fetus dan
desidua dapat dikeluarkan, kalau tidak berhasil lakukan dilatasi dan kuretase.
Hendaknya juga diberikan uterotonika dan antibiotika.
2. Kehamilan ektopik terganggu
Kehamilan ektopik terjadi bila ovum yang telah dibuahi berimplantasi dan
tumbuh diluar cavum uteri. Pada keadaan ini besar kemungkinan terjadi
keadaan gawat. Keadaan gawat ini dapat terjadi apabila kehamilan ektopik
terganggu.
Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu. Pada
rubtur tuba, nyeri perut bagian bawah terjadi terjadi secara tiba-tiba dan
intensitasnya disertai dengan perdarahan yang menyebabkan penderita pingsan
dan masuk dalam keadaan syok.
Kehamilan ektopik terganggu sangat bervariasi, dari yang klasik dengan
gejala perdarahan mendadak dalam rongga perut dan ditandai oleh abdomen
akut sampai gejala samar-samar, sehingga sulit membuat diagnosis.
a. Penyebab terjadinya kehamilan ektopik diantaranya :
1) Infeksi atau pembengkakan di tuba falopi sehingga menghambat jalan
embrio ke rahim, membuat embrio harus menempel di tuba falopi.
2) Jaringan luka pada tuba falopi karena operasi atau pernah mengalami
infeksi, sehingga menghalangi jalan embrio menuju rahim.
3) Operasi di area pelvis atau tuba falopi yang membuat area tersebut
lengket sehingga embrio menempel.
4) Cacat lahir atau tumbuh kembang tidak normal yang dialami ibu dan
membuat bentuk tuba falopinya tidak normal.
5) Ibu menderita satu penyakit seperti pembengkakan pelvis dan infeksi
menular seksual.
6) Pernah mengalami kehamilan di luar rahim sebelumnya.
7) Penggunaan obat kesuburan.
8) Perawatan kesuburan seperti IVF (in vitro fertilization).
9) Hamil saat sedang menggunakan KB IUD.
10) Kebiasaan merokok.
11) Hamil di usian 35-40 tahun
b. Adapun tanda dan gejalanya yaitu:
1) Sakit di perut bagian bawah
2) Vagina mengeluarkan darah atau cairan vagina berwarna cokelat cair
3) Sakit di bagian bahu
4) Rasa tidak nyaman saat buang air kecil maupun buang air besar
5) Rasa sakit yang datang dan pergi dengan intensitas bervariasi,
(disebabkan oleh darah akibat pecahan ektopik yang berkumpul di bawah
diafragma)
6) Lemas, pusing, bahkan pingsan
7) Mual dan muntah disertai rasa sakit
8) Kram perut yang tajam

c. Penanganan Kehamilan Ektopik Terganggu


Penanganan kehamilan ektopik terganggu pada umumnya adalah
laparotomi. Pada laparotomi perdarahan selekas mungkin dihentikan dengan
menjepit bagian dari adneksa yang menjadi sumber perdarahan.
Keadaan umum penderita terus diperbaiki dan darah dalam rongga perut
sebanyak mungkin dikeluarkan. Dalam tindakan demikian, beberapa hal
yang harus dipertimbangkan yaitu: kondisi penderita pada saat itu, keinginan
penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik. Hasil ini
menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi (pemotongan bagian tuba
yang terganggu) pada kehamilan tuba. Dilakukan pemantauan terhadap
kadar HCG (kuantitatif). Peninggian kadar HCG yang berlangsung terus
menandakan masih adanya jaringan ektopik yang belum terangkat.
Penanganan pada kehamilan ektopik terganggu dapat pula dengan
transfusi, infus, oksigen, atau kalau dicurigai ada infeksi diberikan juga
antibiotika dan antiinflamasi. Sisa-sisa darah dikeluarkan dan dibersihkan
sedapat mungkin supaya penyembuhan lebih cepat dan harus dirawat inap di
rumah sakit.
3. Kehamilan Mola
Kehamilan Mola atau Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang
berkembang tanpa janindan ditemukan jaringan seperti buah anggur. Secara
makroskopik mola hidatidosa mudah diketahui yaitu berupa gelembung-
gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih, dengan ukuran
bervariasi dari beberapa mm sampai 1-2 cm.
a. Penyebab molahidatidosa
Penyebab molahidatidosa belum diketahui secara pasti, namun ada faktor-
faktor penyebabnya adalah :
1) Faktor ovum. Pembuahan sel telur dimana intinya telah hilang atau tidak
aktif lagi oleh sebuah sel sperma.
2) Usia. Faktor usia yang dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat
terjadi kehamilan mola. Frekuensi molahidatidosa pada kehamilan yang
terjadi pada awal atau akhir usia subur relatif tinggi. Namun tidak dapat
dipungkiri bahwa pada usia berapa pun dalam usia subur dapat terjadi
kehamilan mola.
3) Keadaan sosio-ekonomi yang rendah. Dalam masa kehamilan keperluan
akan zat-zat gizi meningkat. Hal ini diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan janin, dengan keadaan
sosial ekonomi yang rendah maka untuk memenuhi zat-zat gizi yang
diperlukan tubuh kurang sehingga mengakibatkan gangguan dalam
pertumbuhan dan perkembangan janinnya.
4) Paritas tinggi. Pada ibu yang berparitas tinggi, cenderung beresiko
terjadi kehamilan molahidatidosa karena trauma kelahiran atau
penyimpangan transmisi secara genetik yang dapat diidentifikasikan
dengan penggunaan stimulandrulasi seperti klomifen atau menotropiris
(pergonal). Namun juga tidak dapat dipungkiri pada primipara pun dapat
terjadi kehamilan molahidatidosa.
5) Defisiensi protein. Protein adalah zat untuk membangun jaringan-
jaringan bagian tubuh sehubungan dengan pertumbuhan janin,
pertumbuhan rahim dan buah dada ibu, keperluan akan zat protein pada
waktu hamil sangat meningkat apabila kekurangan protein dalam
makanan mengakibatkan pertumbuhan pada janin tidak sempurna.
6) Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas. Infeksi mikroba
dapat mengenai semua orang termasuk wanita hamil. Masuk atau
adanya mikroba dalam tubuh manusia tidak selalu menimbulkan
penyakit ( desease ). Hal ini sangat tergantung dari jumlah mikroba
( kuman atau virus ) yang termasuk virulensinya seta daya tahan tubuh.
7) Riwayat kehamilan mola sebelumnya. Kekambuhan molahidatidosa
dijumpai pada sekitar 1-2% kasus. Dalam suatu kejadian terhadap 12
penelitian yang total mencangkup hampir 5000 Kelahiran, frekwensi
mola adalah 1,3%.
b. Tanda dan Gejala
Tanda dan Gejala yang biasanya timbul pada klien dengan ”mola
hidatidosa” adalah sebagai berikut :
1) Amenore dan tanda-tanda kehamilan
2) Perdarahan pervaginam berulang. Darah cenderung berwarna coklat.
Pada keadaan lanjut kadang keluar gelembung mola.
3) Pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
4) Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak terdengarnya DJJ
sekalipun uterus sudah membesar setinggi pusat atau lebih.
5) Preeklampsia atau eklampsia yang terjadi sebelum kehamilan 24
minggu.
6) Hiperemesis lebih sering terjadi, lebih keras dan lebih lama.
7) Mungkin timbul preeklampsia dan eklampsia. Terjadinya preeclampsia
dan Eklampsia sebelum minggu kedau empat menuju kearah mola
hidatidosa.
8) Kadar gonadotropin tinggi dalam darah serum pada hari ke 100 atau
lebih sesudah  periode menstruasi terakhir.
c. Penatalaksanaan
1) Perbaikan Keadaan Umum. Perbaikan keadaan umum pada pasien
molahidatidosa, yaitu :
a) Koreksi dehidrasi.
b) Transfusi darah bila ada anemia (Hb 8 gr% atau kurang), juga untuk
memperbaiki syok.
c) Bila ada gejala preeklamsia dan hiperemesis gravidarum diobati
sesuai protocol penanganannya.
d) Bila ada gejala-gejala tirotoksikosis dikonsul ke bagian penyakit
dalam.
2) Pengeluaran jaringan mola dengan cara kuretase dan histerektomi
4. Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita
hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena pada umumnya
menjadi buruk karena terjadi dehidrasi (Rustam Mochtar, 1998).
Mual dan muntah biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat timbul setiap
saat bahkan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah
hari pertama haid dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu.
a. Etiologi
Penyebab Hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Frekuensi
kejadian adalah 2 per 1000 kehamilan. Faktor-faktor predisposisi yang
dikemukakan (Rustam Mochtar, 1998)
1) Umumnya terjadi pada Primigravida, mola hidatidosa, diabetes dan
kehamilan ganda akibat peningkatan kadar HCG.
2) Faktor organik, yaitu karena masuknya viki khoriales dalam sirkulasi
maternal dan perubahan metabollik akibat kehamilan serta resitensi yang
menurun dari pihak ibu terhadap perubahan – perubahan ini serta adanya
alergi yaitu merupakan salah satu respon dari jaringan ibu terhadap janin.
3) Faktor endokrin lainnya : hipertyroid, diabetes
b. Patofisiologi
Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen yang
biasa terjadi pada trimester I. Bila perasaan terjadi terus-menerus dapat
mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk
keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah
ketosis dengan tertimbunnya asam aseto-asetik, asam hidroksida butirik dan
aseton darah.
Muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga caira ekstraseluler dan
plasma berkurang. Natrium dan klorida darah turun. Selain itu dehidrasai
menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang.
Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkuang
pula tertimbunnya zat metabolik yang toksik. Disamping dehidrasi dan
gangguan keseimbangan elektrolit. Disamping dehidraasi dan gangguan
keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lendir esofagus
dan lambung (sindroma mollary-weiss), dengan akibat perdarahan
gastrointestinal.
c. Tanda dan gejala
Batas mual dan muntah berapa banyak yang disebut Hiperemesis gravidarum
tidak ada kesepakatan. Ada yang mengatakan bila lebih dari sepuluh kali
muntah. Akan tetapi apabila keadaan umum ibu terpengaruh dianggap
sebagai Hiperemesis gravidarum. Menurut berat ringannya gejala dibagi
menjadi tiga tingkatan, yaitu :
1) Tingkatan I (ringan) :
a) Mual muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum
penderita
b) Ibu merasa lemah
c) Nafsu makan tidak ada
d) Berat badan menurun
e) Merasa nyeri pada epigastrium
f) Nadi meningkat sekitar 100 per menit
g) Tekanan darah menurun
h) Turgor kulit berkurang
i) Lidah mengering
j) Mata cekung
2) Tingkatan II (sendang)
a) Penderita tampak lebih lemah dan apatis
b) Turgor kulit mulai jelek
c) Lidah mengering dan tampak kotor
d) Nadi kecil dan cepat
e) Suhu badan naik (dehidrasi)
f) Mata mulai ikterik
g) Berat badan turun dan mata cekung
h) Tensi turun, hemokonsentrasi, oliguri dan konstipasi
i) Aseton tercium dari hawa pernafasan dan terjadi asetonuria
3) Tingkatan III (berat)
a) Keadaan umum lebih parah (kesadaran menurun dari somnolen
sampai koma)
b) Dehidrasi hebat
c) Nadi kecil, cepat dan halus
d) Suhu badan meningkat dan tensi turun
e) Terjadi komplikasi fatal pada susunan saraf yang dikenal dengan
enselopati wernicke dengan gejala nistagmus, diplopia dan
penurunan mental
f) Timbul ikterus yang menunjukkan adanya payah hati
d. Penanganan
1) Pencegahan
Pencegahan terhadap Hiperemesis gravidarum diperlukan dengan jalan
memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu
proses yang fisiologis. Hal itu dapat dilakukan dengan cara:
a) Memberikan keyakinan bahwa mual dan muntah merupakan gejala
yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah
kehamilan berumur 4 bulan.
b) Ibu dianjurkan untuk mengubah pola makan sehari-hari dengan
makanan dalam jumlah kecil tetapi sering.
c) Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi
dianjurkan untuk makan roti kering arau biskuit dengan teh hangat
d) Hindari makanan yang berminyak dan berbau lemak.
e) Makan makanan dan minuman yang disajikan jangan terlalu panas
atau terlalu dingin.
f) Usahakan defekasi teratur.
2) Terapi obat-obatan
Apabila dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak berkurang maka
diperlukan pengobatan.
a) Tidak memberikan obat yang terotogen:
b) Sedativa yang sering diberikan adalah phenobarbital
c) Vitamin yang sering dianjurkan adalah vitamin B1 dan B6
d) Antihistaminika seperti dramamine, avomine
e) Pada keadaan berat, anti emetik seperti diklomin hidrokhoride atau
khlorpromazine
3) Hiperemesis gravidarum tingkatan II dan III harus dirawat inap di rumah
sakit

5. Hipertensi Gravidarum
Penyakithipertensidalamkehamilanadalahkomplikasi yang serius trimester
kedua-ketigadengangejalaklinisseperti: odemahipertensi, proteinuria,
kejangsampaikomadenganumurkehamilan di atas 20 minggu, dandapatterjadi
antepartum, intrapartum, pascapartus (Cuninghem, 2006)
a. Klasifikasi Hipertensi Gravidarum
Hipertensi dalam kehamilan merupakan penyakit teoritis, sehingga terdapat
berbagai usulan mengenai pembagian kliniknya. Pembagian klinik
hipertensi dalam kehamilan adalah sebagai berikut (Manuaba, 2007) :
1) Hipertensi dalam kehamilan sebagai komplikasi kehamilan
a) Preeklampsi
Preeklampsi adalah suatu sindrom spesifik kehamilan berupa
berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel.
Diagnosis preeklampsi ditegakkan jika terjadi hipertensi disertai
dengan proteinuria dan atau edema yang terjadi akibat kehamilan
setelah minggu ke-20. Proteinuria didefinisikan sebagai terdapatnya
300 mg atau lebih protein dalam urin 24 jam atau 30 mg/dl (+1
dipstik) secara menetap pada sampel acak urin (Cunningham G,
2013).
b) Eklampsia
Eklampsia adalah terjadinya kejang pada seorang wanita dengan
preeklampsia yang tidak dapat disebabkan oleh hal lain. Kejang
bersifat grand mal atau tonik-klonik generalisata dan mungkin timbul
sebelum, selama atau setelah persalinan.
Eklampsia paling sering terjadi pada trimester akhir dan menjadi
sering mendekati aterm. Pada umumnya kejang dimulai dari makin
memburuknya preeklampsia dan terjadinya gejala nyeri kepala
daerah frontal, gangguan penglihatan, mual, nyeri epigastrium dan
hiperrefleksia. Konvulsi eklampsi dibagi menjadi 4 tingkat, yaitu
(Prawirohardjo, 2013) :
(1) Tingkat awal atau aura Keadaan ini berlangsung kira-kira 30
detik. Mata penderita terbuka tanpa melihat, kelopak mata
bergetar demikian pula tangannya dan kepala diputar ke kanan
atau ke kiri.
(2)Tingkat kejang tonik Berlangsung kurang lebih 30 detik. Dalam
tingkat ini seluruh otot menjadi kaku, wajah kelihatan kaku,
tangannya menggenggam dan kaki membengkok ke dalam.
Pernapasan berhenti, muka terlihat sianotik dan lidah dapat
tergigit.
(3)Tingkat kejang klonik Berlangsung antara 1-2 menit. Kejang
tonik menghilang. Semua otot berkontraksi secara berulang-
ulang dalam tempo yang cepat. Mulut membuka dan menutup
sehingga lidah dapat tergigit disertai bola mata menonjol. Dari
mulut, keluar ludah yang berbusa, muka menunjukkan kongesti
dan sianotik. Penderita menjadi tak sadar. Kejang klonik ini
dapat terjadi demikian hebatnya, sehingga penderita dapat
terjatuh dari tempat tidurnya. Akhirnya kejang berhenti dan
penderita menarik napas secara mendengkur.
(4)Tingkat koma Lamanya ketidaksadaran tidak selalu sama. Secara
perlahan-lahan penderita menjadi sadar lagi, akan tetapi dapat
terjadi pula bahwa sebelum itu timbul serangan baru yang
berulang, sehingga penderita tetap dalam koma. Selama
serangan, tekanan darah meninggi, nadi cepat dan suhu
meningkat sampai 40 C.
(5)Kejang pada eklampsi berkaitan dengan terjadinya edema
serebri. Secara teoritis terdapat dua penyebab terjadinya edema
serebri fokal yaitu adanya vasospasme dan dilatasi yang kuat.
2) Hipertensi dalam kehamilan sebagai akibat dari hipertensi menahun
a) Hipertensi kronik
Hipertensi kronik dalam kehamilan adalah tekanan darah
≥140/90 mmHg yang didapatkan sebelum kehamilan atau sebelum
umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi tidak menghilang setelah
12 minggu pasca persalinan. Berdasarkan penyebabnya, hipertensi
kronis dibagi menjadi dua, yaitu hipertensi primer dan sekunder.
Pada hipertensi primer penyebabnya tidak diketahui secara pasti
atau idiopatik. Hipertensi jenis ini terjadi 90-95% dari semua kasus
hipertensi. Sedangkan pada hipertensi sekunder, penyebabnya
diketahui secara spesifik yang berhubungan dengan penyakit
ginjal,penyakit endokrin dan penyakit kardiovaskular (Manuaba,
2007).

b) Superimposed preeclampsia
Pada sebagian wanita, hipertensi kronik yang sudah ada sebelumnya
semakin memburuk setelah usia gestasi 24 minggu. Apabila disertai
proteinuria, diagnosisnya adalah superimpose preeklampsi pada
hipertensi kronik (superimposed preeclampsia). Preeklampsia pada
hipertensi kronik biasanya muncul pada usia kehamilan lebih dini
daripada preeklampsi murni, serta cenderung cukup parah dan pada
banyak kasus disertai dengan hambatan pertumbuhan janin
(Manuaba, 2007).
c) Hipertensi gestasional
Hipertensi gestasional didapat pada wanita dengan tekanan darah
≥140/90 mmHg atau lebih untuk pertama kali selama kehamilan
tetapi belum mengalami proteinuria. Hipertensi gestasional disebut
transien hipertensi apabila tidak terjadi preeklampsi dan tekanan
darah kembali normal dalam 12 minggu postpartum. Dalam
klasifikasi ini, diagnosis akhir bahwa yang bersangkutan tidak
mengalami preeklampsi hanya dapat dibuat saat postpartum.
Namun perlu diketahui bahwa wanita dengan hipertensi
gestasionaldapat memperlihatkan tanda-tanda lain yang berkaitan
dengan preeklampsi, misalnya nyeri kepala, nyeri epigastrium atau
27 trombositopenia yang akan mempengaruhi penatalaksanaan
(Cunningham G, 2013).
b. Tanda dan Gejala
Gejala dan tanda yang selalu Gejala dan tanda Diagnosis kemungkinan
ada yang kadang-kadang
ada
Tekana diastolik ≥ 90 mmHg Hipertensi kronik
pada kehamilan < 20 minggu
Tekana diastolik 90-110 Hipertensi kronik dengan
mmHg pada kehamilan < 20 superimposed pre-eklamsia
minggu ringan
Protein urin < ++
Tekana diastolik 90-110 Hipertensi dalam kehamilan
mmHg (2 ppengukuran
berjarak 4 jam) pada
kehamilan > 20 minggu
Proteinurin -
Tekana diastolik 90-110 Pre-eklamsi ringan
mmHg (2 pengukuran
berjarak 4 jam) pada
kehamilan > 20 minggu
Proteinurin ++
Tekana diastolok ≥ 110 mmhg Nyeri kepala (tidak Pre-eklamsi berat
pada kehamilan > 20 minggu hilang dengan
Proteinurin ≥ +++ analgesik biasa)
Penglihatan kabur
Oliguria (< 400ml/24
jam)
Nyeri abdomen atas
(epigastrium)
Edema paru
Kejang Koma Eklamsia
Tekanan diastolik ≥ 90 mmHg Sama seperti pre-
pada kehamilan > 20 minggu eklamsi berat
Proteinurin ≥ ++

c. Penatalaksanaan
Penanganan hipertensi dalam kehamilan yaitu dengan mengajukan ibu
untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi, rendah lemak, karbohidrat,
mengurangi garam dan memperbanyak sayuran serta buah segar. Jika hal ini
kondisi ibu tidak membaik walau sudah diberi obat-obatan, kehamilan harus
segera diakhiri meskipun janin masih belum mencukupi (Murbawi, 2003).
1) Penanganan Pre-EklamsiRingan:
a) Banyak istirahat (berbaring tidur miring)
b) Diet:cukup protein, rendah karbohidrat, lemak, dan garam
c) Sedative ringan (jika tidak bisa istirahat ) tablet Fenobarbital 3x30 mg
peroral selama 2 hari.
d) Kunjungan ulang tiap 1 mg
2) Penanganan Pre-EklamsiBeratdanEklamsia
a) Jika tekanan darah diastolik >110 mmHg, berikan obat antihipertensi
sampai tekanan darah diastolik diantara 90-100 mmHg.
b) Obat pilihan antihipertensi adalah hidralazin yang diberikan 5 mg IV
pelan-pelan selama 5 menit sampai tekanan darah turun.
c) Jika hidralazin tidak tersedia, dapat diberikan nifedipin 5 mg sublingual
dan tambahkan 5 mg sublingual.
d) Ukur keseimbangan cairan
e) Kateterisasi urine untuk mengukur volume dan pemeriksaan protein
f) Observasi tanda-tanda vital, refleks, dan DJJ tiap 1 jam.
g) Nilai pembekuan darah. Kika pembekuan darah tidak terjadi setelah 7
menit, kemungkinan terdapat koagulopati.
Penanganan kejang pada eklamsia (kolaborasi dengan dokter) :
a) Beri obat anti kejang (MgSO4)
b) Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan napas, pengisap lendir,
masker oksigen, oksigen)
c) Lindungi pasien dari kemungkinan trauma
d) Aspirasi mulut dan tenggorokan
e) Baringkan pasien pada sisi kiri, posisi trendelemburg untuk mengurangi
resiko aspirasi
f) Berikan oksigen 4-6 liter.
6. Solusio plasenta
Solusio plasentaatau abruptio plasenta adalah pelepasan prematur plasenta (ari
– ari) dari tempat penempelannya  di dinding rahim. Solusio plasenta
merupakan salah satu sebab perdarahan dari jalan lahir pada kehamilan
trimester dua dan tiga (di atas kehamilan 20 minggu). Kejadian solusio plasenta
adalah sebesar 1% dari semua kasus perdarahan saat kehamilan. Solusio
plasenta merupakan sebab peradahan yang penting karena dapat
membahayakan nyawa ibu dan bayi.
a. Tanda dan gejala
1) Pendarahan yang disertai nyeri, juga diluar his.
2) Anemia dan syok, beratnya anemia dan syok sering tidak sesuai dengan
banyaknya darah yang keluar.
3) Rahim keras seperti papan dan terasa nyeri saat di pegang karena isi
rahim tegang (uterus en bois).
4) Palpasi sulit dilakukan karena rahim keras.
5) Fundus uteri makin lama makin naik.
6) Bunyi jantung biasanya tidak ada.
7) Pada toucher teraba ketuban yang tegang terus menerus (karena isi rahim
bertambah).
8) Sering terjadi proteinuria karena disertai preeklamsia.
b. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan untuk solusio plasenta adalah sebagai
berikut :
1) Tindakan gawat darurat: pemasangan infus dan persiapan rujukan.
2) Persalinan pervaginam: persalinan per vaginam dapat dilakukan jika
derajat separasi tidak terlampau luas dan kondisi ibu dan janin baik, dan
persalinan akan segera berakhir.
7. Plasenta previa
Plasenta previa ialah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen
bawah rahim sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan
lahir, implantasi plasenta yang normal ialah pada dinding depan, dinding
belakang rahim, atau didaerah fundus uteri.
a. Gambaran klinis
Gambaran klinis dari plasenta previa, antara lain sebagai berikut :
1) Pendarahan jalan lahir berulang tampa disertai rasa nyeri
2) Dapat disertai atau tampa adanya kontraksi
3) Pada pemeriksaan luar biasanya bagian terendah janin belum masuk pintu
atas panggul dan ada kelainan letak.
4) Pemeriksaan spekulum darah berasal dari ostium uteri eksternum.
b. Klasifikasi
Placenta previa dibagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu :
1) Plasenta previa totalis, jika os interna serviks seluruhnya tertutupi plasenta
2) Plasenta previa lateralis, jika hanya sebagian dari ostium tertutup oleh
plasenta
3) Plasenta previa marginalis, jika plasenta terletak di bagian os interna
4) Plasenta letak rendah, jika plasenta terletak pada segmen bawah uterus,
tetapi tidak sampai menutupi pembukaan jalan lahir.
c. Etiologi
Penyebab pasti dari placenta previa belum diketahui sampai saat ini.
Tetapi berkurangnya vaskularisasi pada segmen bawah rahim karena bekas
luka operasi uterus, kehamilan molar, atau tumor yang menyebabkan
implantasi placenta jadi lebih rendah merupakan sebuah teori tentang
penyebab palcenta previa yang masuk akal.
Selain itu, kehamilan multiple / lebih dari satu yang memerlukan
permukaan yang lebih besar untuk implantasi placenta mungkin juga menjadi
salah satu penyebab terjadinya placenta previa. Dan juga pembuluh darah
yang sebelumnya mengalami perubahan yang mungkin mengurangi suplai
darah pada daerah itu, faktor predisposisi itu untuk implantasi rendah pada
kehamilan berikutnya.
d. Manifestasi Klinik
1) Perdarahan dari jalan lahir berulang tanpa disertai rasa nyeri
2) Dapat disertai atau tanpa adanya kontraksi
3) Pada pemeriksaan luar biasanya bagian rendah janin belum masuk pintu
atas panggul atau ada kelainan letak.
4) Pemeriksaan spekulum darah berasal dari ostium uteri eksternum
e. Penatalaksanaan
Pengobatan pada plasenta previa dapat dibagi dalam dua golongan :
1) Aktif / Terminasi Kehamilan
a) Persalinan Pervaginam
Dilakukan pada plasenta letak rendah, plasenta marginalis, atau plasenta
previa lateralis. Hal ini ditegakkan dengan pemeriksaan USG.
b) Persalinan per abdominal, dilakukan pada keadaan : plasenta previa
dengan perdarahan banyak, plasenta previa totalis, plasenta previa
lateralis di posterior, plasenta letak rendah dengan bayi letak sungsang.
2) Ekspektatif
Syarat – syarat dilakukannya terapi ekspektatif diantaranya:
a) Keadaan umum ibu dan janin baik
b) Perdarahan sedikit
c) Usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau taksiran berat janin kurang
dari 2500 gram
d) Tidak ada his persalinan.
e) Pasang infus dan tirah baring
f) Pemantauan kesejahteraan janin dengan USG dan KTG setiap hari.
8. IUFD
Intrauterine fetal Death atau IUFD adalah kondisi janin yang meninggaldi
dalam kandungan setelah kehamilan berusia 20 minggu. Beberapa kasus IUFD
tidak bisa dicegah, namun Anda bisa mengurangi risikonya dengan mewaspadai
penyebabnya dan melakukan langkah pencegahan yang tepat.
Saat bayi dilahirkan, namun tidak terdapat tanda-tanda kehidupan, seperti
bernapas, detak jantung, atau pergerakan tubuh, maka bayi tersebut dikatakan
mengalami stilbirth atau lahir mati. Pada stillbirth, bayi mungkin meninggal
ketika dalam proses persalinan (intrapartum death), atau bayi memang sudah
meninggal ketika masih berada di dalam rahim atau di dalam kandungan
Ibu.Kondisi janin yang telah meninggal sejak masih berada di dalam kandungan
ketika usia kehamilan sudah berusia di atas 20 - 28 minggu ini disebut IUFD.
a. Etiologi
1) Perdarahan : plasenta previa dan solusio placenta
2) Pre eklamsi dan eklamsi
3) Penyakit-penyakit kelainan darah
4) Penyakit-penyakit infeksi dan penyakit menular
5) Penyakit-penyakit saluran kencing : bakteriuria, peelonefritis,
glomerulonefritis dan payah ginjal
6) Penyakit endokrin : diabetes melitus, hipertiroid
7) Malnutrisi.
b. Faktor Penyebab Terjadinya IUFD
Sebagian besar kasus IUFD tidak diketahui dengan jelas penyebabnya,
namun bisa menjadi pertanda adanya masalah dalam kehamilan.
1) Faktor plasenta
Salah satu penyebab IUFD adalah plasenta yang tidak berfungsi dengan
baik. Gangguan pada plasenta membuat penyaluran nutrisi penting yang
dibutuhkan janin selama dalam kandungan, seperti aliran darah dan
oksigen, menjadi terhambat dan berkurang.
2) Cacat genetik
Salah satu penyebab lain IUFD adalah cacat genetik atau kelainan
kromosom yang menyebabkan organ vital janin, seperti otak dan
jantung, tidak berkembang dengan baik.
3) Pendarahan
Pendarahan berat yang terjadi di usia kehamilan trimester akhir bisa
juga menjadi penyebab janin mati dalam kandungan. Ini bisa terjadi
ketika plasenta sudah mulai terpisah (meluruh) dari rahim sebelum
memasuki masa persalinan. Kondisi ini disebut abrupsi plasenta
(placental abruption).
4) Kondisi kesehatan ibu
Penyakit diabetes serta hipertensi dalam kehamilan, kondisi autoimun,
kurang gizi, infeksi bakteri seperti Streptokokus grup B, listeriosis, 
toksoplasmosis, dan rubella, dapat menjadi penyebab janin mati dalam
kandungan.
5) Faktor usia dan gaya hidup
Faktor lain yang meningkatkan risiko IUFD adalah usia ibu hamil lebih
dari 35 tahun atau kurang dari 15 tahun, ibu hamil mengalami obesitas,
mengonsumsi minuman beralkohol, atau merokok pada masa
kehamilan.
c. Penanganan IUFD
Berbeda dengan keguguran yang umumnya dilakukan prosedur kuret
untuk mengeluarkan janin yang sudah meninggal, janin pada kasus IUFD
dikeluarkan melalui persalinan, baik secara induksi atau persalinan alami.
Proses persalinan bisa ditunda satu hingga dua hari sambil menunggu
proses persalinan secara alami. Namun jika kesehatan ibu berisiko, maka
janin perlu dilahirkan sesegera mungkin. Meski jarang terjadi, janin
meninggal dalam kandungan terkadang perlu dilahirkan secara operasi
caesar.
Bila disangka telah terjadi kematian janin dalam rahim,

1) tidak usah terburu-buru bertindak, sebaiknya diobservasi dulu dalam 2-3


minggu untuk mencapai kepastian diagnosis.Biasanya selama masih
menunggu ini, 70-90% akan terjadi persalinan yang spontan.

2) Bila setelah 3 minggu kematian janin dalam kandungan atau 1 minggu


setelah didiagnosis, partus belum mulai, maka wanita harus dirawat agar
dapat dilakukan induksi partus.

Induksi partus dapat dimulai dengan pemberian estrogen untuk


mengurangi efek progesteron atau langsung dengan pemberian oksitoxsin
drip, dengan atau tanpa amniotomi
d. Langkah Pencegahan IUFD
Meskipun tidak semua kasus IUFD bisa dicegah, namun ibu hamil bisa
melakukan beberapa hal untuk mengurangi risiko IUFD, antara lain:
1) Tidak merokok selama masa kehamilan.
2) Tidak mengonsumsi minuman beralkohol dan obat-obatan berbahaya
selama masa kehamilan. Hal itu dapat memengaruhi perkembangan
janin, dan meningkatkan risiko keguguran, serta lahir mati.
3) Hindari tidur terlentang saat usia kehamilan memasuki 28 minggu atau
lebih.
4) Rutin melakukan pemeriksaan kehamilan ke dokter kandungan atau
bidan untuk memantau tumbuh kembang janin dan memastikan kondisi
kesehatan ibu dan janin selama kehamilan.

9. Ketuban Pecah Sebelum Waktunya (KPSW)


KPSW adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya tanpa disertai tanda
inpartu dan setelah satu jam tetap tidak diikuti dengan proses inpartu
sebagaimana mestinya. Sebahagian pecahnya ketuban secara dini terjadi sekitar
usia kehamilan 37 minggu ( Manuaba , Ida Bagus Gde. 2007).

a. Etiologi
Penyebab dari KPD tidak atau belum diketahui secara jelas sehingga usaha
preventif tidak dapat dilakukan, kecuali dalam usaha menekan infeksi.
Faktor yang berhubungan dengan meningkatnya insiden KPD adalah sebagai
berikut:
1) Fisiologi selaput amnion / ketuban yang abnormal
2) Inkompetensi serviks
3) Inveksi vagina / serviks
4) Kehamilan ganda
5) Polihidramnion
6) Trauma
7) Distensi uteri
8) Stres maternal
9) Stres fetal
10) Infeksi
11) Serviks yang pendek
12) Prosedur medis
b. Tanda dan Gejala
1) Adanya cairan yang berisi mekonium, verniks kaseosa, rambut lanugo
dimana bila telah terinfeksi akan tercium bau.
2) Pemeriksaan USG, dimana volume cairan amnion berkurang
(oligohidramnion)
3) Terdapat infeksi genital (sistemik)
4) Demam (beserta takikardi)
5) Dilakukan uji kertas lakmus, jika kertas lakmus berubah menjadi biru
(basah) berarti : air ketuban. Dan jika kertas lakmus berubah menjadi
merah berarti : urine.
c. Penatalaksanaan
Beberapa langkah penatalaksanaan ketuban pecah dini :
1) Pada umumnya lebih baik untuk membawa pasien ke rumah sakit dan
melahirkan bayi jika usia kehamilan > 37 mimggu dalam 24 jam dari
pecahnya ketuban untuk meminimalisir terjadinya infeksi
2) Tindakan konservatif kolaborasi dengan dokter kandungan dalam
pemberian antibiotik dan pencegahan infeksi, pematangan paruh,
monitoring fetal dan maternal. Tindakan aktif yaitu dengan SC ataupun
persalinan pervaginam.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Ketidaknyamanan merupakann suatu perasaan yang kurang ataupun yang
tidak  menyenangkan  bagi kondisi fisik ataupun mental pada ibu hamil .
kehamilan merupakan proses alamiah pada wanita yang akan menimbulkan
berbagai perubahan dan menyebabkan rasa tidak nyaman, hal ini merupakan
kondisi yang normal pada wanita hamil. Beberapa ibu biasanya mengeluh
mengenai hal-hal yang membuat kehamilanya tidak nyaman dan kadang
menyulitkan ibu.
Tanda-tanda bahaya kehamilan adalah gejala yang menunjukkan bahwa ibu
dan bayi dalam keadaan bahaya kehamilan. Namun kehamilan yang normal dapat
berubah menjadi patologi. Salah satu asuhan yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan untuk menapis adanya risiko ini yaitu melakukan pendeteksian dini
adanya komplikasi / penyakit yang mungkin terjadi selama hamil muda.
Komplikasi kehamilan adalah kegawat daruratan obstetrik yang dapat
menyebabkan kematian pada ibu dan bayi.

B. SARAN

Sebaiknya ibu hamil tidak perlu khawatir terhadap perubahan-perubahan


yang terjadi selama masa kehamilan. Yakinlah kalau kehamilan merupakan
sebuah anugrah dari allah dan tidak semua perempuan mendapat kesempatan
memperoleh anugerah istimewa itu. Jadi, jalani kehamilan dengan penuh syukur.
Biarkan tubuh berubah sesuai tuntutan kehamilan itu sendiri.

Selalu makan makanan yang mengandung gizi seimbang agar kebutuhan


nutrisi ibu hamil dan janin dapat terpenuhi. Sebaiknya untuk sesegera mungkin
memeriksakan kehamilan ke sarana kesehatan terdekat jika terjadi tanda gejala
bahaya pada kehamilan, untuk meminimalisir terjadinya komplikasi pada
kehamilan.

Anda mungkin juga menyukai