PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kehamilan adalah masa dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin
(Saifuddin,Abdul Bani, dkk, 2001). Kehamilan adalah periode dimana ovum
telah dibuahi dan berkembang didalam uterus mengalami proses diferenseasi dan
uterus berkembang sampai bisa menunjang sendiri kehidupan diluar uterus
(Mochtar Rustam;1988).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan ketidak nyamanan dalam kehamilan ?
2. Apa sajakah ketidaknyamanan yang dirasakan ibu selama kehamilan pada
trimester 1, 2, dan 3 ?
3. Apa sajakah masalah yang dialami ibu selama kehamilan pada trimester 1,
2, dan 3 ?
4. Bagaimanakah cara penanganan ketidaknyamanan dan masalah yang di
alami ibu selama kehamilan pada trimester 1, 2, dan 3 ?
C. TUJUAN
BAB II
TINJAUAN TEORI
c. Leukorea
f. Kurang energi/kelelahan
h. Konstipasi
Fisiologi : Sakit kepala yang sering lebih dari biasa, hal ini mungkin karena
keadaan rasa mual, kelelahan,lpar, tekanan darah rendah, dan dapat juga
karena perasaan tegang/depresi.Solusi : atasi dengan istirahat, makan sedikit
tapi sering, bila semakin parah hubungi dokter
j. Pusing
Fisiologi : Merasa pusing karena pada awal kehamilan ini karena adanya
peningkatan tuntutan darah ketubuh, sehingga sewaktu berubah posisi dari
tidur atau duduk ke posisi berdiri secara tiba-tiba, sistem sirkulasi darah
kesulitan untuk beradaptasi. Solusi : bila rasa pusing timbul ketika sedang
duduk ini biasanya karena menurunnya level gula darah, makanlah sedikit
tapi sering. Bila pusing terlalu sering periksa ke doketer, kemungkinan
anemia.
b) Perdarahan pervaginam
Perdarahan yang terjadi pada masa kehamilan kurang dari 22 minggu.
Pada masa kehamilan muda, perdarahan pervaginam yang berhubungan
dengan kehamilan dapat berupa: abortus, kehamilan mola, kehamilan
ektopik.
5. Hipertensi Gravidarum
Penyakithipertensidalamkehamilanadalahkomplikasi yang serius trimester
kedua-ketigadengangejalaklinisseperti: odemahipertensi, proteinuria,
kejangsampaikomadenganumurkehamilan di atas 20 minggu, dandapatterjadi
antepartum, intrapartum, pascapartus (Cuninghem, 2006)
a. Klasifikasi Hipertensi Gravidarum
Hipertensi dalam kehamilan merupakan penyakit teoritis, sehingga terdapat
berbagai usulan mengenai pembagian kliniknya. Pembagian klinik
hipertensi dalam kehamilan adalah sebagai berikut (Manuaba, 2007) :
1) Hipertensi dalam kehamilan sebagai komplikasi kehamilan
a) Preeklampsi
Preeklampsi adalah suatu sindrom spesifik kehamilan berupa
berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel.
Diagnosis preeklampsi ditegakkan jika terjadi hipertensi disertai
dengan proteinuria dan atau edema yang terjadi akibat kehamilan
setelah minggu ke-20. Proteinuria didefinisikan sebagai terdapatnya
300 mg atau lebih protein dalam urin 24 jam atau 30 mg/dl (+1
dipstik) secara menetap pada sampel acak urin (Cunningham G,
2013).
b) Eklampsia
Eklampsia adalah terjadinya kejang pada seorang wanita dengan
preeklampsia yang tidak dapat disebabkan oleh hal lain. Kejang
bersifat grand mal atau tonik-klonik generalisata dan mungkin timbul
sebelum, selama atau setelah persalinan.
Eklampsia paling sering terjadi pada trimester akhir dan menjadi
sering mendekati aterm. Pada umumnya kejang dimulai dari makin
memburuknya preeklampsia dan terjadinya gejala nyeri kepala
daerah frontal, gangguan penglihatan, mual, nyeri epigastrium dan
hiperrefleksia. Konvulsi eklampsi dibagi menjadi 4 tingkat, yaitu
(Prawirohardjo, 2013) :
(1) Tingkat awal atau aura Keadaan ini berlangsung kira-kira 30
detik. Mata penderita terbuka tanpa melihat, kelopak mata
bergetar demikian pula tangannya dan kepala diputar ke kanan
atau ke kiri.
(2)Tingkat kejang tonik Berlangsung kurang lebih 30 detik. Dalam
tingkat ini seluruh otot menjadi kaku, wajah kelihatan kaku,
tangannya menggenggam dan kaki membengkok ke dalam.
Pernapasan berhenti, muka terlihat sianotik dan lidah dapat
tergigit.
(3)Tingkat kejang klonik Berlangsung antara 1-2 menit. Kejang
tonik menghilang. Semua otot berkontraksi secara berulang-
ulang dalam tempo yang cepat. Mulut membuka dan menutup
sehingga lidah dapat tergigit disertai bola mata menonjol. Dari
mulut, keluar ludah yang berbusa, muka menunjukkan kongesti
dan sianotik. Penderita menjadi tak sadar. Kejang klonik ini
dapat terjadi demikian hebatnya, sehingga penderita dapat
terjatuh dari tempat tidurnya. Akhirnya kejang berhenti dan
penderita menarik napas secara mendengkur.
(4)Tingkat koma Lamanya ketidaksadaran tidak selalu sama. Secara
perlahan-lahan penderita menjadi sadar lagi, akan tetapi dapat
terjadi pula bahwa sebelum itu timbul serangan baru yang
berulang, sehingga penderita tetap dalam koma. Selama
serangan, tekanan darah meninggi, nadi cepat dan suhu
meningkat sampai 40 C.
(5)Kejang pada eklampsi berkaitan dengan terjadinya edema
serebri. Secara teoritis terdapat dua penyebab terjadinya edema
serebri fokal yaitu adanya vasospasme dan dilatasi yang kuat.
2) Hipertensi dalam kehamilan sebagai akibat dari hipertensi menahun
a) Hipertensi kronik
Hipertensi kronik dalam kehamilan adalah tekanan darah
≥140/90 mmHg yang didapatkan sebelum kehamilan atau sebelum
umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi tidak menghilang setelah
12 minggu pasca persalinan. Berdasarkan penyebabnya, hipertensi
kronis dibagi menjadi dua, yaitu hipertensi primer dan sekunder.
Pada hipertensi primer penyebabnya tidak diketahui secara pasti
atau idiopatik. Hipertensi jenis ini terjadi 90-95% dari semua kasus
hipertensi. Sedangkan pada hipertensi sekunder, penyebabnya
diketahui secara spesifik yang berhubungan dengan penyakit
ginjal,penyakit endokrin dan penyakit kardiovaskular (Manuaba,
2007).
b) Superimposed preeclampsia
Pada sebagian wanita, hipertensi kronik yang sudah ada sebelumnya
semakin memburuk setelah usia gestasi 24 minggu. Apabila disertai
proteinuria, diagnosisnya adalah superimpose preeklampsi pada
hipertensi kronik (superimposed preeclampsia). Preeklampsia pada
hipertensi kronik biasanya muncul pada usia kehamilan lebih dini
daripada preeklampsi murni, serta cenderung cukup parah dan pada
banyak kasus disertai dengan hambatan pertumbuhan janin
(Manuaba, 2007).
c) Hipertensi gestasional
Hipertensi gestasional didapat pada wanita dengan tekanan darah
≥140/90 mmHg atau lebih untuk pertama kali selama kehamilan
tetapi belum mengalami proteinuria. Hipertensi gestasional disebut
transien hipertensi apabila tidak terjadi preeklampsi dan tekanan
darah kembali normal dalam 12 minggu postpartum. Dalam
klasifikasi ini, diagnosis akhir bahwa yang bersangkutan tidak
mengalami preeklampsi hanya dapat dibuat saat postpartum.
Namun perlu diketahui bahwa wanita dengan hipertensi
gestasionaldapat memperlihatkan tanda-tanda lain yang berkaitan
dengan preeklampsi, misalnya nyeri kepala, nyeri epigastrium atau
27 trombositopenia yang akan mempengaruhi penatalaksanaan
(Cunningham G, 2013).
b. Tanda dan Gejala
Gejala dan tanda yang selalu Gejala dan tanda Diagnosis kemungkinan
ada yang kadang-kadang
ada
Tekana diastolik ≥ 90 mmHg Hipertensi kronik
pada kehamilan < 20 minggu
Tekana diastolik 90-110 Hipertensi kronik dengan
mmHg pada kehamilan < 20 superimposed pre-eklamsia
minggu ringan
Protein urin < ++
Tekana diastolik 90-110 Hipertensi dalam kehamilan
mmHg (2 ppengukuran
berjarak 4 jam) pada
kehamilan > 20 minggu
Proteinurin -
Tekana diastolik 90-110 Pre-eklamsi ringan
mmHg (2 pengukuran
berjarak 4 jam) pada
kehamilan > 20 minggu
Proteinurin ++
Tekana diastolok ≥ 110 mmhg Nyeri kepala (tidak Pre-eklamsi berat
pada kehamilan > 20 minggu hilang dengan
Proteinurin ≥ +++ analgesik biasa)
Penglihatan kabur
Oliguria (< 400ml/24
jam)
Nyeri abdomen atas
(epigastrium)
Edema paru
Kejang Koma Eklamsia
Tekanan diastolik ≥ 90 mmHg Sama seperti pre-
pada kehamilan > 20 minggu eklamsi berat
Proteinurin ≥ ++
c. Penatalaksanaan
Penanganan hipertensi dalam kehamilan yaitu dengan mengajukan ibu
untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi, rendah lemak, karbohidrat,
mengurangi garam dan memperbanyak sayuran serta buah segar. Jika hal ini
kondisi ibu tidak membaik walau sudah diberi obat-obatan, kehamilan harus
segera diakhiri meskipun janin masih belum mencukupi (Murbawi, 2003).
1) Penanganan Pre-EklamsiRingan:
a) Banyak istirahat (berbaring tidur miring)
b) Diet:cukup protein, rendah karbohidrat, lemak, dan garam
c) Sedative ringan (jika tidak bisa istirahat ) tablet Fenobarbital 3x30 mg
peroral selama 2 hari.
d) Kunjungan ulang tiap 1 mg
2) Penanganan Pre-EklamsiBeratdanEklamsia
a) Jika tekanan darah diastolik >110 mmHg, berikan obat antihipertensi
sampai tekanan darah diastolik diantara 90-100 mmHg.
b) Obat pilihan antihipertensi adalah hidralazin yang diberikan 5 mg IV
pelan-pelan selama 5 menit sampai tekanan darah turun.
c) Jika hidralazin tidak tersedia, dapat diberikan nifedipin 5 mg sublingual
dan tambahkan 5 mg sublingual.
d) Ukur keseimbangan cairan
e) Kateterisasi urine untuk mengukur volume dan pemeriksaan protein
f) Observasi tanda-tanda vital, refleks, dan DJJ tiap 1 jam.
g) Nilai pembekuan darah. Kika pembekuan darah tidak terjadi setelah 7
menit, kemungkinan terdapat koagulopati.
Penanganan kejang pada eklamsia (kolaborasi dengan dokter) :
a) Beri obat anti kejang (MgSO4)
b) Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan napas, pengisap lendir,
masker oksigen, oksigen)
c) Lindungi pasien dari kemungkinan trauma
d) Aspirasi mulut dan tenggorokan
e) Baringkan pasien pada sisi kiri, posisi trendelemburg untuk mengurangi
resiko aspirasi
f) Berikan oksigen 4-6 liter.
6. Solusio plasenta
Solusio plasentaatau abruptio plasenta adalah pelepasan prematur plasenta (ari
– ari) dari tempat penempelannya di dinding rahim. Solusio plasenta
merupakan salah satu sebab perdarahan dari jalan lahir pada kehamilan
trimester dua dan tiga (di atas kehamilan 20 minggu). Kejadian solusio plasenta
adalah sebesar 1% dari semua kasus perdarahan saat kehamilan. Solusio
plasenta merupakan sebab peradahan yang penting karena dapat
membahayakan nyawa ibu dan bayi.
a. Tanda dan gejala
1) Pendarahan yang disertai nyeri, juga diluar his.
2) Anemia dan syok, beratnya anemia dan syok sering tidak sesuai dengan
banyaknya darah yang keluar.
3) Rahim keras seperti papan dan terasa nyeri saat di pegang karena isi
rahim tegang (uterus en bois).
4) Palpasi sulit dilakukan karena rahim keras.
5) Fundus uteri makin lama makin naik.
6) Bunyi jantung biasanya tidak ada.
7) Pada toucher teraba ketuban yang tegang terus menerus (karena isi rahim
bertambah).
8) Sering terjadi proteinuria karena disertai preeklamsia.
b. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan untuk solusio plasenta adalah sebagai
berikut :
1) Tindakan gawat darurat: pemasangan infus dan persiapan rujukan.
2) Persalinan pervaginam: persalinan per vaginam dapat dilakukan jika
derajat separasi tidak terlampau luas dan kondisi ibu dan janin baik, dan
persalinan akan segera berakhir.
7. Plasenta previa
Plasenta previa ialah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen
bawah rahim sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan
lahir, implantasi plasenta yang normal ialah pada dinding depan, dinding
belakang rahim, atau didaerah fundus uteri.
a. Gambaran klinis
Gambaran klinis dari plasenta previa, antara lain sebagai berikut :
1) Pendarahan jalan lahir berulang tampa disertai rasa nyeri
2) Dapat disertai atau tampa adanya kontraksi
3) Pada pemeriksaan luar biasanya bagian terendah janin belum masuk pintu
atas panggul dan ada kelainan letak.
4) Pemeriksaan spekulum darah berasal dari ostium uteri eksternum.
b. Klasifikasi
Placenta previa dibagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu :
1) Plasenta previa totalis, jika os interna serviks seluruhnya tertutupi plasenta
2) Plasenta previa lateralis, jika hanya sebagian dari ostium tertutup oleh
plasenta
3) Plasenta previa marginalis, jika plasenta terletak di bagian os interna
4) Plasenta letak rendah, jika plasenta terletak pada segmen bawah uterus,
tetapi tidak sampai menutupi pembukaan jalan lahir.
c. Etiologi
Penyebab pasti dari placenta previa belum diketahui sampai saat ini.
Tetapi berkurangnya vaskularisasi pada segmen bawah rahim karena bekas
luka operasi uterus, kehamilan molar, atau tumor yang menyebabkan
implantasi placenta jadi lebih rendah merupakan sebuah teori tentang
penyebab palcenta previa yang masuk akal.
Selain itu, kehamilan multiple / lebih dari satu yang memerlukan
permukaan yang lebih besar untuk implantasi placenta mungkin juga menjadi
salah satu penyebab terjadinya placenta previa. Dan juga pembuluh darah
yang sebelumnya mengalami perubahan yang mungkin mengurangi suplai
darah pada daerah itu, faktor predisposisi itu untuk implantasi rendah pada
kehamilan berikutnya.
d. Manifestasi Klinik
1) Perdarahan dari jalan lahir berulang tanpa disertai rasa nyeri
2) Dapat disertai atau tanpa adanya kontraksi
3) Pada pemeriksaan luar biasanya bagian rendah janin belum masuk pintu
atas panggul atau ada kelainan letak.
4) Pemeriksaan spekulum darah berasal dari ostium uteri eksternum
e. Penatalaksanaan
Pengobatan pada plasenta previa dapat dibagi dalam dua golongan :
1) Aktif / Terminasi Kehamilan
a) Persalinan Pervaginam
Dilakukan pada plasenta letak rendah, plasenta marginalis, atau plasenta
previa lateralis. Hal ini ditegakkan dengan pemeriksaan USG.
b) Persalinan per abdominal, dilakukan pada keadaan : plasenta previa
dengan perdarahan banyak, plasenta previa totalis, plasenta previa
lateralis di posterior, plasenta letak rendah dengan bayi letak sungsang.
2) Ekspektatif
Syarat – syarat dilakukannya terapi ekspektatif diantaranya:
a) Keadaan umum ibu dan janin baik
b) Perdarahan sedikit
c) Usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau taksiran berat janin kurang
dari 2500 gram
d) Tidak ada his persalinan.
e) Pasang infus dan tirah baring
f) Pemantauan kesejahteraan janin dengan USG dan KTG setiap hari.
8. IUFD
Intrauterine fetal Death atau IUFD adalah kondisi janin yang meninggaldi
dalam kandungan setelah kehamilan berusia 20 minggu. Beberapa kasus IUFD
tidak bisa dicegah, namun Anda bisa mengurangi risikonya dengan mewaspadai
penyebabnya dan melakukan langkah pencegahan yang tepat.
Saat bayi dilahirkan, namun tidak terdapat tanda-tanda kehidupan, seperti
bernapas, detak jantung, atau pergerakan tubuh, maka bayi tersebut dikatakan
mengalami stilbirth atau lahir mati. Pada stillbirth, bayi mungkin meninggal
ketika dalam proses persalinan (intrapartum death), atau bayi memang sudah
meninggal ketika masih berada di dalam rahim atau di dalam kandungan
Ibu.Kondisi janin yang telah meninggal sejak masih berada di dalam kandungan
ketika usia kehamilan sudah berusia di atas 20 - 28 minggu ini disebut IUFD.
a. Etiologi
1) Perdarahan : plasenta previa dan solusio placenta
2) Pre eklamsi dan eklamsi
3) Penyakit-penyakit kelainan darah
4) Penyakit-penyakit infeksi dan penyakit menular
5) Penyakit-penyakit saluran kencing : bakteriuria, peelonefritis,
glomerulonefritis dan payah ginjal
6) Penyakit endokrin : diabetes melitus, hipertiroid
7) Malnutrisi.
b. Faktor Penyebab Terjadinya IUFD
Sebagian besar kasus IUFD tidak diketahui dengan jelas penyebabnya,
namun bisa menjadi pertanda adanya masalah dalam kehamilan.
1) Faktor plasenta
Salah satu penyebab IUFD adalah plasenta yang tidak berfungsi dengan
baik. Gangguan pada plasenta membuat penyaluran nutrisi penting yang
dibutuhkan janin selama dalam kandungan, seperti aliran darah dan
oksigen, menjadi terhambat dan berkurang.
2) Cacat genetik
Salah satu penyebab lain IUFD adalah cacat genetik atau kelainan
kromosom yang menyebabkan organ vital janin, seperti otak dan
jantung, tidak berkembang dengan baik.
3) Pendarahan
Pendarahan berat yang terjadi di usia kehamilan trimester akhir bisa
juga menjadi penyebab janin mati dalam kandungan. Ini bisa terjadi
ketika plasenta sudah mulai terpisah (meluruh) dari rahim sebelum
memasuki masa persalinan. Kondisi ini disebut abrupsi plasenta
(placental abruption).
4) Kondisi kesehatan ibu
Penyakit diabetes serta hipertensi dalam kehamilan, kondisi autoimun,
kurang gizi, infeksi bakteri seperti Streptokokus grup B, listeriosis,
toksoplasmosis, dan rubella, dapat menjadi penyebab janin mati dalam
kandungan.
5) Faktor usia dan gaya hidup
Faktor lain yang meningkatkan risiko IUFD adalah usia ibu hamil lebih
dari 35 tahun atau kurang dari 15 tahun, ibu hamil mengalami obesitas,
mengonsumsi minuman beralkohol, atau merokok pada masa
kehamilan.
c. Penanganan IUFD
Berbeda dengan keguguran yang umumnya dilakukan prosedur kuret
untuk mengeluarkan janin yang sudah meninggal, janin pada kasus IUFD
dikeluarkan melalui persalinan, baik secara induksi atau persalinan alami.
Proses persalinan bisa ditunda satu hingga dua hari sambil menunggu
proses persalinan secara alami. Namun jika kesehatan ibu berisiko, maka
janin perlu dilahirkan sesegera mungkin. Meski jarang terjadi, janin
meninggal dalam kandungan terkadang perlu dilahirkan secara operasi
caesar.
Bila disangka telah terjadi kematian janin dalam rahim,
a. Etiologi
Penyebab dari KPD tidak atau belum diketahui secara jelas sehingga usaha
preventif tidak dapat dilakukan, kecuali dalam usaha menekan infeksi.
Faktor yang berhubungan dengan meningkatnya insiden KPD adalah sebagai
berikut:
1) Fisiologi selaput amnion / ketuban yang abnormal
2) Inkompetensi serviks
3) Inveksi vagina / serviks
4) Kehamilan ganda
5) Polihidramnion
6) Trauma
7) Distensi uteri
8) Stres maternal
9) Stres fetal
10) Infeksi
11) Serviks yang pendek
12) Prosedur medis
b. Tanda dan Gejala
1) Adanya cairan yang berisi mekonium, verniks kaseosa, rambut lanugo
dimana bila telah terinfeksi akan tercium bau.
2) Pemeriksaan USG, dimana volume cairan amnion berkurang
(oligohidramnion)
3) Terdapat infeksi genital (sistemik)
4) Demam (beserta takikardi)
5) Dilakukan uji kertas lakmus, jika kertas lakmus berubah menjadi biru
(basah) berarti : air ketuban. Dan jika kertas lakmus berubah menjadi
merah berarti : urine.
c. Penatalaksanaan
Beberapa langkah penatalaksanaan ketuban pecah dini :
1) Pada umumnya lebih baik untuk membawa pasien ke rumah sakit dan
melahirkan bayi jika usia kehamilan > 37 mimggu dalam 24 jam dari
pecahnya ketuban untuk meminimalisir terjadinya infeksi
2) Tindakan konservatif kolaborasi dengan dokter kandungan dalam
pemberian antibiotik dan pencegahan infeksi, pematangan paruh,
monitoring fetal dan maternal. Tindakan aktif yaitu dengan SC ataupun
persalinan pervaginam.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ketidaknyamanan merupakann suatu perasaan yang kurang ataupun yang
tidak menyenangkan bagi kondisi fisik ataupun mental pada ibu hamil .
kehamilan merupakan proses alamiah pada wanita yang akan menimbulkan
berbagai perubahan dan menyebabkan rasa tidak nyaman, hal ini merupakan
kondisi yang normal pada wanita hamil. Beberapa ibu biasanya mengeluh
mengenai hal-hal yang membuat kehamilanya tidak nyaman dan kadang
menyulitkan ibu.
Tanda-tanda bahaya kehamilan adalah gejala yang menunjukkan bahwa ibu
dan bayi dalam keadaan bahaya kehamilan. Namun kehamilan yang normal dapat
berubah menjadi patologi. Salah satu asuhan yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan untuk menapis adanya risiko ini yaitu melakukan pendeteksian dini
adanya komplikasi / penyakit yang mungkin terjadi selama hamil muda.
Komplikasi kehamilan adalah kegawat daruratan obstetrik yang dapat
menyebabkan kematian pada ibu dan bayi.
B. SARAN