Anda di halaman 1dari 7

MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN

Disusun Oleh :

PRETTY ESTER SAGITA GULTOM


616080719035

Mata Kuliah :

Pendidikan Dan Promosi Kesehatan


Ns.Trisna Yona Febrina, M.Kep

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PENDIDIKAN


PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
STIKES MITRA BUNDA PERSADA BATAM
T.A 2020/2021
Salah satu model yang belum ada dari materi yang sudah di berikan, yaitu Model
transaksional Stres Dan Koping dan juga sebagai Model yang cocok untuk diterapkan
di era sekarang.

A. Model Transaksional Stres dan Koping

       Stres adalah suatu kondisi atau keadaan tubuh yang terganggu karena tekanan psikologi.
Biasanya stres dikaitkan bukan karena penyakit fisik tetap lebih mengenai kejiwaan. Banyak
hal yang memicu stres, seperti : rasa khwatir, kesal, kletihan, frustasi, perasaan tertekan,
kesedihan, pekerjaan yang berlebihan, sindrom premenstruasi (PMS), fokus yang berlebhan
pada suatu hal, perasaan bingung, berduka cita dan juga rasa takut.
          Stresor adalah keadaan yang diakibatkan oleh lingkungan internal atau eksternal
sehingga memengaruhi tindakan kesejahteraan dan membutuhkan kesehatan fisik maupun
psikologis untuk mengembalikan keseimbangan (Lazarus & Cohen, 1977). Diawal 1960-an
dan 1970-an, stres dianggap sebagai fenomena transaksional stimulus ke perseptor. Koping
(kemahiran bertahan) adalah menstabilkan faktor yang dapat membantu individu
memprtahankan adaptasi psikososial selama perode menegangkan. Koping meliputi perilaku
kognitif dan upaya mengurangi atau menghilangkan stres terkait kondisi dan tekanan
emosional (Lazarus dan Folkam, 1984 ; Moos dan Schaefer, 1993). Ada dua cara menghadapi
stres. Cara pertama adalah respon berfokus pada masalah yaitu resfon diarahkan pada
peristiwa eksternal. Stres dihilangkan atau dikurangi dengan memecahkan atau
mnegendalikan masalah. Cara kedua adalah respon berfokus pada emosi yaitu resfon
diarahkan pada reaksi emosional dari peristiwa dan cenderung digunakan untuk menangani
masalah-masalah yang tidak terkendali.
          Model transaksional dari stres dan koping adalah suatu kerangka kerja untuk
mengevaluasi proses mengatasi peristiwa stres. Pengalaman stres ditafsirkan sebagai
transaksi orang dengan lingkungannya. Transaksi ini bergantung pada dampak dari stresor
eksternal. Hal ini dimediasi oleh penilaian pertama orang tentang streosor dan penilaian
kedua pada sumber daya sosial atau budaya sekitarnya. Ketika berhadapan dengan stresor,
seseorang mengevaluas potensi ancaman atau disebut dengan penilaian primer, yaitu
penilaian seseorang tentang makna dari suatu peristiwa sebagai stres, positif, terkendali,
menantang, atau tidak relevan. Penilaian kedua menghadapi stresor adalah evaluasi
pengendalan stresor dan sumber daya yang dimiliki untuk menghadapnya. Sebagai conto,
penilaian sumber daya masyarakat dalam mengatasi dan membuat sebuah pilihan seperti apa
yang dapat dilakukan tentang situasi yang terjadi (cohen, 1984). Untuk lebih jelasnya, dapat
dilihat tabel dibawah.
Konsep
Devinisi
Penilaian Primer (Primary Appraisal)
Evaluasi makna dari suatu stresor atau peristiwa mengancam.
Penilaian Sekunder (secondary Appraisal)
Evaluasi pengendalian dari stresor dan sumber daya untuk menghadapinya.
Upaya Koping
Strategi realisasi digunakan untuk menengahi penilaian primer dan sekunder.
Manajemen Masalah
Masalah diarahkan untuk mengubah situasi stres.
Regulasi Emosi
Peraturan bertujuan mengubah cara berfikir dalam menghadapi situasi stres.
Meaning-based Koping
Koping mendorong mosi positif yang pada gilirannya menopang proses koping dengan
memungkinkan pemerangan masalah atau emosi berfokus koping.
Outcomes of Koping
Emosional kesejahteraan, status fungsional, perilaku kesehatan.
Penempatan tpe joping yang sesuai (Dispositional koping styles)
Menggeneralisasi cara berperilaku yang dapat memengaruhi reaksi seseorang secara
emosional atau menghadapi stresor; relatif stabil sepanjang waktu dan situasi.
Optimisme
Kecenderungan untuk memiliki harapan umum positif bagi hasil.
Information Seeking
Mencari gaya yang waspada (pemantauan) dibandingkan dengan mereka yang melibatkan
penghindaran (menumpilkan)
Kunci konstruksi Model Transaksi stres dan Koping (Glanz,dkk,2002).
         Glenz,dkk. (2002) melakukan survei, eksperimen, dan kuesieksperimen terhadap teknik
terapi biofeedback, relaksasi, dan citra visual untuk memperkuat teorinya yang
mengembangkan kesadaran dan kontrol tanggapan pada stres. Biofeedback adalah salah satu
teknik mengurangi stres dan ketegangan dalam mnanggapi situasi sehari-hari. Teknik
relaksasi menggunakan stimulus mental yang konstan, sikap pasif, dan lingkungan yang
tenang. Teknik relaksasi yang umum digunakan adalah relaksasi pelatihan, hipnosis, dan
yoga. Visual citra adalah teknik yang digunakan untuk meningkatkan suasan hati seseorang
dan meningkatkan keterampilan koping, misalnya dengan memvisualisasikan pertahanan
antibodi menghancurkan sel tumor.
Aplikasi Model Transaksional dari Stres dan Koping
        Aplikasi ini beguna untuk promosi kesehatan dan pencegahan penyakit. Pengaruh stres
pada orang tidak semua sama. Stres dapat menyebabkan penyakit pengalaman negatif. Faktor
penting dalam mengatasi stres adalah apakah hal itu memengaruhi dan bagaimana orang
mencarinperawatan medis atau dukungan sosial pada orang profesional. Untuk mengatasi
stres, strategi masalah berfokus koping, emosi yang berfokus koping, dan makna berbasis
koping dapat digunakan sebab penelitian yang memfasilitasi atau menghambat praktik-
praktik gaya hidup (Glanz,dkk,2002).

B. Theory of Reasoned Action (TRA)

          TRA merupakan teori perilaku manusia secara umum, yang mana teori ini digunakan
dalam berbagai perilaku manusia, khususnya berkaitan dengan masalah sosiopsikologis.
Teori ini kemungkinan berkembang dan banyak dignakan untuk menentukan faktor-faktor
yang berkaitan dengan perilaku kesehatan. Teori ini menghubungkan antara keyakinan,
sukaf, kehendak (intention) dan perilaku. Kehendak merupakan prediktor terbaik perilaku,
artinya cara terbaik mengetahui apa yang akan dilakukan seseorang adalah mengetahui
kehendak orang tersebut. Konsep penting dalam teori ini adalah fokus perhatian (salience),
yaitu memperhatikan sesuatu yang dianggap penting. Kehendak ditentukan oleh sikaf dan
norma subjektif. Komponen sikaf merupakan hasil pertimbangan untung-rugi dari perilaku
tersebut (outcome of the behavor) dan pentingnya konsekuensi-konskuensi bagi individu
(evaluation regarding the outcome).
Aplikasi TRA
          TRA merupakan model untuk meramalkan perilaku preventif dan telah digunakan
dalam berbagai jenis perilaku sehat yang berainan, seperti pengaturan penggunaan subtansi
ertentu (merokok, alkohol, dan narkotik), perilaku makan dan pengaturan makan, pencegahan
AIDS dan penggunaan kondom, perilaku merokok, penggunaan alkohol, penggunaan alat
kontrasepsi, latihan kebugaran, dan praktik olahraga. TRA juga digunakan untuk memenuhi
persyaratan tindakan keselamatan dan kesehatan kerja K3), seperti  tindakan keselamatan
dalam pertambangan batubara, ketidakhadiran karyawan, dan perilaku konsumen.
Kelemahan TRA
          Kelemahan TRA adalah bahwa kehendak dan perilaku hanya berkorelasi sedang,
kehendak tidak selalu menuju perilaku itu sendiri, terdapat hambatan-hambatan yang
mencampuri atau memengaruhi kehendak atau perilaku (Van Oost, 1991 dalam Smet, 1994).
Meskipun demikian, kelebihan TRA dibandingkan HBM adalah bahwa pengaruh TRA
berhubungan dengan norma subjektif, Menutut TRA, seseorang dapat membuat
pertimbangan berdasarkan alasan-alasan yang sama sekali berbeda. Hal ini berarti keputusan
seseorang untuk melakukan sesuatu tindakan tidak dibatasi pertimbangan-pertimbangan
kesehatan. 
C. MODEL PRECEDE-PROCEED

Model Precede–Proceed Dikutip dari Fertman pada tahun 2010 bahwa pendekatan terkenal
untuk perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dalam program promosi kesehatan adalah
model Precede-Proceed yang dikemukakan oleh Green dan Kreuter pada tahun 1999. Bagian
Precede (Predisposising, Reinforcing and Enabling Causes in Educational Diagnosis and
Evaluation) pada model (fase 1–4) berfokus pada perencanaan program dan bagian procede
(Policy, Regulatory Organizational Construct in Ediucational and Environmental
Development) (fase 5–8) berfokus pada pelaksanaan dan evaluasi. Delapan fase dari model
pedoman perencanaan dalam membuat program promosi kesehatan, dimulai dengan keluaran
yang lebih umum dan berubah menjadi keluaran yang lebih spesifik. Pada akhirnya, membuat
program, menghantarkan program dan mengevaluasi program.

Fase 1: Penilaian Sosial Dalam fase ini, program menyoroti kualitas dari hasil keluaran
secara spesifik, indikator utama penilaian sosial dari kesehatan dalam populasi spesifik
(contohnya derajat kemiskinan, rata-rata kriminalitas atau tingkat pendidikan yang rendah)
yang berefek kepada kesehatan dan kualitas hidup.

Fase 2: Penilaian Epidemiologi Dalam fase kedua, setelah spesifik masalah sosial yang
berkaitan dengan buruknya kualitas kehidupan dalam fase pertama, selanjutnya program
mengidentifikasi masalah kesehatan atau faktor lain yang berperan dalam perburukan kualitas
hidup. Masalah kesehatan akan dianalisis berdasarkan dua faktor: hubungan masalah
kesehatan dengan indikator sosial di dalam 13 penilaian sosial dan menerima untuk merubah
masalah kesehatan yang ada. Setelah prioritas utama masalah kesehatan stabil, selanjutnya
mengidentifikasi dari determinan yang mengarah pada munculnya masalah kesehatan.
Langkah selanjutnya dalam penilaian ini adalah akan mengidentifikasi penyebab utama dari
penyakit tersebut, seperti faktor lingkungan (contohnya racun, kondisi kerja yang penuh
tekanan atau kondisi pekerjaan yang tidak terkontrol), faktor prilaku (contohnya sedikitnya
aktivitas fisik, diet yang buruk, merokok atau konsumsi alkohol) dan faktor genetik
(contohnya riwayat keluarga). Pentingnya perubahan data akan dianalisis dan kemudian satu
atau beberapa dari faktor resiko ini akan dipilih menjadi fokus. Untuk melengkapi fase ini,
tujuan status kesehatan, perilaku objektif dan lingkungan objek akan disusun.

Fase 3: Penilaian Pendidikan dan Ekologis Fokus dalam fase 3 berganti menjadi faktor
mediasi yang membantu atau menghindarkan sebuah lingkungan positif atau prilaku positif.
Faktor- faktor ini dikelompokan kedalam tiga kategori: faktor predisposisi, faktor pemungkin
dan faktor penguat (Green dan Kreuter, 2005). Faktor predisposisi adalah faktor yang dapat
mendukung atau mengurangi untuk memotivasi perubahan, seperti sikap dan pengetahuan.
Faktor pemungkin adalah faktor yang dapat mendukung atau mengurangi dari perubahan,
seperti sumber daya atau keahlian. Faktor penguat adalah faktor yang dapat membantu
melanjutkan motivasi dan merubah dengan memberikan umpan balik atau penghargaan.
Faktor-faktor ini dianalisis berdasarkan 14 kepentingannya, perubahan dan kemungkinan
(adalah, seberapa banyak faktor yang mungkin dapat dimasukan dalam sebuah program).
Faktor- faktor kemudian dipilih untuk disajikan sebagai dasar untuk pengembangan program
dan keobjektifitasan pendidikan yang telah disusun.

Fase 4: Administrasi dan Penilaian Kebijakan dan Keselarasan Intervensi Pada fase ini berisi
tentang upaya untuk memperbaiki status kesehatan yang dapat didukung atau dihambat oleh
peraturan dan kebijakan yang ada. Sehingga dapat dilihat bahwa fokus utama dalam
administrasi dan penilaian kebijakan dan keselarasan intervensi dalam fase ke empat adalah
pemastian kenyatan, untuk meyakinkan bahwa ini ada dalam aturan (sekolah, tempar kerja,
organisasi pelayanan kesehatan atau komunitas) semua dukungan yang memungkinkan,
pendanaan, kepribadian, fasilitas, kebijakan dan sumber daya lainnya akan ditampilkan untuk
mengembangkan dan pelaksanaan program.

Fase 5: Implementasi atau Pelaksanaan Penyampaian program terjadi selama fase 5 dan
proses evaluasi (fase 6), dalam fase evaluasi yang pertama terjadi secara simultan dengan
pelaksanaan program.

Fase 6: Proses Evaluasi Proses evaluasi adalah sebuah evalusi yang formatif, sesuatu yang
muncul selama pelaksanaan program. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan 15 data
kuantitatif dan kualitatif untuk menilai program yang sudah berjalan berkualitas. Pencapaian
pendidikan dari tujuan juga diukur dalam fase ini.

Fase 7: Pengaruh Evaluasi Fokus dalam fase ini adalah evaluasi sumatif, yang diukur setelah
program selesai, untuk mencari tahu pengaruh intervensi dalam prilaku atau lingkungan.
Waktunya akan bervariasi mulai dari sesegera mungkin setelah selesai dari menyelesaikan
aktivitas intervensi sampai beberapa tahun kemudian.

Fase 8: Hasil atau Keluaran Evaluasi Fokus dari fase evualusi terakhir sama dengan fokus
ketija semua proses berjalan – indikator evaluasi dalam kualitas hidup dan derajat kesehatan.
Model yang cocok untuk diterapkan di Era sekarang , yaitu:

Model Transaksional Stres dan Koping


 Karena, dizaman sekarang banyak yang mengalami stres hanya karena sebuah
masalah ataupun masalah pekerjaan, kebutuhan sehari-hari sehingga setiap orang pasti
mengalami yang nama strees dan koping. Model transaksional strees dan koping
sendiri mengandung arti yaitu,  Stres adalah suatu kondisi atau keadaan tubuh yang
terganggu karena tekanan psikologi. Biasanya stres dikaitkan bukan karena penyakit
fisik tetap lebih mengenai kejiwaan. Banyak hal yang memicu stres, seperti : rasa
khwatir, kesal, kletihan, frustasi, perasaan tertekan, kesedihan, pekerjaan yang
berlebihan, sindrom premenstruasi (PMS), fokus yang berlebhan pada suatu hal,
perasaan bingung, berduka cita dan juga rasa takut.
 Oleh karena itu, di jaman sekarang sangat butuh sekali dilakukan promosi kesehatan
dalam model transaksional Strees dan koping agar masyarakat sekitar maupun orang-
orang terdekat dapat mengerti dan memahami dan dapat melakukan segala sesuatu
supaya tidak terjadi yang nama nya strees.

Anda mungkin juga menyukai