Anda di halaman 1dari 10

ASUHAN KEPERAWATAN

DIABETES MELITUS  PADA IBU HAMIL

BAB I
PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang
Diabetes merupakan salah satu gangguan kesehatan dengan jumlah penderita yang cukup
besar didalam populasi penduduk dunia. Diabetes merupakan suatu bentuk kelainan atau
gangguan metabolisme tubuh, dimana tubuh penderita diabetes mengalami gangguan mengolah
karbohidrat dikarenakan kurangnya hormon insulin atau mengalami kekurangan transporter
glukosa. Adapun penanganan diabetes melitus pada ibu hamil memerlukan perhatian yang serius
karena menyangkut 2 nyawa yaitu : nyawa sang ibu serta janin yang tengah dikandung. Ibu
hamil memiliki resiko mengalami diabetes gestational yang biasanya diakibatkan karena obesitas
dan hipertensi.
Semua ibu hamil pada suatu waktu dalam masa kehamilannya akan menjalani
pemeriksaan untuk men-screening diabetes gestasional. terutama pada ibu hamil yang usianya
diatas 35 tahun, berat badan berlebih, atau yang memiliki riwayat diabetes dalam keluarga dapat
menjalani pemeriksaan ini lebih awal dan lebih sering.  Ibu hamil yang sebelum masa kehamilan
tidak menderita diabetes melitus juga berisiko untuk menderita diabetes melitus gestasional pada
masa kehamilan.
Mengalami gangguan diabetes disaat hamil dapat mengakibatkan dampak buruk bagi sang
ibu dan juga janin yang tengah dikandungnya. Melakukan pemeriksaan teratur guna mengecek
kondisi gula darah merupakan tindakan yang sangat dianjurkan dan juga teratur mengunjungi
dokter guna menjalani konsultasi medis. Adapun penangan diabetes melitus pada ibu hamil
sebagai usaha menjaga kestabilan kondisi tubuh seperti melakukan pengaturan pola makan guna
mengurangi resiko terjadinya hipoglikemia.
Sekitar 2-5% ibu hamil dapat mengalami diabetes gestasional dengan peningkatan hingga
7-9% pada populasi dengan ibu yang memiliki faktor risiko. Biasanya pemeriksaaan
untuk screening penyakit ini dilakukan pada masa antara kehamilan minggu ke-24 dan ke-28
karena pada saat ini plasenta memproduksi hormon dalam yang dapat mengakibatkan resistensi
insulin dalam jumlah banyak. Jika hasil pemeriksaan didapatkan kadar yang meningkat,
pemeriksaan selanjutnya perlu dilakukan untuk konfirmasi diagnosis diabetes gestasional.

1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu kehamilan?
2. Apa itu penyakit Diabetes Mellitus (DM)?
3. Apa kaitan Diabetes Mellitus (DM) dengan Ibu Hamil?
4. Bagaimana Asuhan Keperawatan ibu hamil dengan penyakit Diabetes Mellitus?

1.3 Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami pengertian dari kehamilan, Diabetes
Mellitus (DM) serta kaitan Diabetes Mellitus (DM) dengan ibu hamil
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami asuhan keperawatan ibu hamil dengan
penyakit Diabetes Mellitus (DM)
3. Mampu menerapkan asuhan keperawatan ibu hamil dengan penyakit Diabetes Mellitus
sebagai upaya meningkatkan kualitas kesehatan.

1.4  Manfaat Penulisan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan kehamilan
2. Mengetahui apa yang dimaksud Diabetes Mellitus (DM)
3. Dapat menjelaskan kaitan Diabetes Mellitus (DM) dengan Ibu Hamil
4. Mampu menerapakan asuhan keperawatan ibu hamil dengan penyakit Diabetes
Mellitus sebagai upaya meningkatkan kualitas kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Kehamilan adalah masa dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya adalah
280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) di hitung dari hari pertama haid terakhir (syaifuddin,
2006).
Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri mulai sejak konsepsi
yang berakhir sampai permulaan persalinan (Manuaba,2008).
Kehamilan merupakan proses yang diawali  dengan adanya pembuahan (konsepsi), masa
pembentukan bayi dalam rahim, dan diakhiri oleh lahirnya sang bayi (Monika,2009). Jadi,
kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin yang diawali dengan adanya
pembuahan dan diakhiri oleh lahirnya sang bayi di hitung dari hari pertama haid terakhir.
Diabetes melitus merupakan kelainan herediter dengan ciri influensi atau absennya
insulin dalam sirkulasi darah, konsentrasi gula darah tinggi, dan  berkurangnya glikogenesis
(Wahyu Purwaningsih, 2010).
Mengalami gangguan diabetes disaat hamil dapat mengakibatkan dampak buruk bagi
sang ibu dan juga janin yang tengah dikandungnya.

B. Etiologi
Penyakit diabetes melitus yang terjadi selama kehamilan disebabkan karena kurangnya
jumlah insulin yang dihasilkan oleh tubuh yang dibutuhkan untuk membawa glukosa melewati
membran sel.

C. Patofisiologi
Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat yang
menunjang pemasukan makanan bagi janin serta persiapan menyusui. Glukosa dapat difusi
secara tetap melalui plasenta pada janin sehingga kadarnya dalam darah janin hampir
menyerupai kadar dalam darah ibu. Insulin ibu tidak dapat mencapai janin sehingga kadar gula
ibu yang mempengaruhi kadar dalam janin. Pengendalian yang utama dipengaruhi oleh insulin,
disamping beberapa hormon lain yaitu estrogen, steroid, plasenta laktogen. Akibat lambatnya
reabsorbsi makanan maka terjadi hiperglikemia yang relatif lama dan menuntut kebutuhan
insulin. Menjelang aterm kebutuhan insulin meningkat mencapai 3 kali dari keadaan normal
yang disebut: tekanan diabetogenik dalam kehamilan. Secara fisiologis telah terjadi retensi
insulin yaitu bila ditambah dengan estrogen eksogen ia tidak mudah menjadi hipoglikemia. Yang
menjadi masalah bila seorang ibu tidak mampu meningkatkan produksi insulin sehingga relatif
hipoinsulin yang mengakibatkan hiperglikemia / diabetes kehamilan. Retensi insulin juga
disebabkan oleh adanya hormon estrogen, progesteron, kortisol, prolaktin dan plasenta laktogen
yang mempengaruhi reseptor insulin pada sel sehingga mengurangi fungsi insulin. keadaan yang
disebut hiperglikemia, sehingga dapat menyembuhkan kondisi kompensasi  tubuh seperti
meningkatkan rasa haus (polidipsi) mengekskresikan cairan (poliuri), mudah lapar (polifagi)

D. Klasifikasi Diabetes Melitus


Tipe diabetes mellitus dapat dibedakan menjadi:
1. DM Tipe 1 (IDDM) Insulin dependent diabetes mellitus atau tergantung insulin (T1) yaitu
kasus yang memerlukan insulin dalam pengendalian kadar gula darah.
2. DM Tipe 11 (NIDDM) Non insulin dependent diabetes mellitus atau tidak tergantung insulin
(TT1) yaitu kasus yang tidak memerlukan insulin dalam pengendalian kadar gula darah
3. Diabetes mellitus gestasional (DMG) atau diabetes laten  yaitu diabetes yang hanya timbul
dalam kehamilan. Pengobatan tidak memerlukan insulin cukup dengan diit saja.
Ada beberapa macam klasifikasi berdasarkan kelas, salah satunya menurut White (1965)
1) Kelas A. Diabetes kimiawi disebut juga diabetes laten/subklinus atau diabetes
kehamilan dengan kadar gula darah normal setelah makan, tetapi terjadi
meningkatkan kadar glukosa 1 atau 2 jam. Ibu tidak memerlukan insulin, cukup
dioabati dengan perawatan diet.
2) Kelas B. Diabetes dewasa, terjadi setelah usia 19 tahun dan berlangsung selama 10
tahun, tidak disertai kelainan pembuluh darah.
3) Kelas C. Diabetes yang diderita pada usia 10-19 tahun dan berlangsung selama 10-19
tahun dengan tidak disertai penyakit vascular.
4) Kelas D. Diabetes yang sudah lebih dari 20 tahun, tetapi diderita sebelum usia 10
tahun disertai dengan kelainan pembuluh darah.
5) Kelas E. Diabetes yang disertai pengapuran pada pembuluh darah panggul termasuk
arteri uterus.
6) Kelas F. Diabetes dengan nefropati, termasuk glomerulonefritis dan pielonefritis.
E. Faktor Risiko
Faktor risiko ibu hamil dengan diabetes melitus adalah :
1) Riwayat keluarga dengan diabetes mellitus
2) Glukosuria dua kali berturut-turut
3) Obesitas
4) Keguguran kehamilan yang tidak bisa dijelaskan (abortus spontan)
5) Adanya hidramnion
6) Kelahiran anak sebelumnya besar
7) Umur mulai tua
8) Herediter

F. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala klinis patogenesis Diabetes Melitus menurut Mansjoer, (2000), yaitu
sebagai berikut :
1) Polifagia.
2) Poliuria
3) Polidipsi
4) Lemas
5) BB menurun
6) Kesemutan
7) Gatal.
8) Mata kabur
9) Pruritus vulva.
10) Ketonemia
11) Glikosuria
12) Gula darah 2 jam pp > 200 mg/dl.
13) Gula darah sewaktu > 200 mg/dl
14) Gula darah puasa > 126 mg/dl.

Kemungkinan atau dugaan penyakit makin tinggi terjadi pada:


1) Umur penderita makin tua.
2) Pada multiparitas
3) Penderita gemuk.
4) Kelainan anak lebih besar dari 4000gr.
5) Riwayat kehamilan yang mengalami sering meninggal dalam rahim, sering
mengalami lahir mati, sering mengalami keguguran.
6) Bersifat keturunan.
7) Pada pemeriksaan terdapat gula dalam urin.
Kejadian penyakit gula dalam kehamilan sering memberikan pengaruh yang kurang
menguntungkan dan dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Pengaruh kehamilan, persalinan, dan nifas terhadap penyakit gula diantaranya:
a) Keadaan pre-diabetes lebih jelas menimbulkan gejala pada kehamilan, persalinan,
dankala nifas.
b) Penyakit diabetes (gula) makin berat.
c) Saat persalinan, karena meerlukan tenaga yang besar, dapat terjadi koma diabetikum.
2. Pengaruh penyakit gula terhadap kehamilan diantaranya:
a) Dapat terjadi gangguan pertumbuhan janin dalam rahim: terjadi keguguran, persalinan
premature, kematian dalam rahim, lahir mati atau bayi yang besar.
b) Dapat terjadi hidramnion.
c) Dapat menimbulkan pre-eklampsia-eklampsia.
3. Pengaruh penyakit terhadap persalinan diantaranya:
a) Gangguan kontraksi otot rahim yang menimbulkan persalinan lama atau terlantar.
b) Janin besar dari sering memerlukan tindakan opersai.
c) Gangguan pembuluh darah plasenta yang menimbulkan asfiksia sampai lahir mati.
d) Perdarahan postpartum karena gangguan kontraksi otot rahim.
e) Postpartum mudah terjadi infeksi.
f) Bayi mengalami hipoglisemia postpartum dan dapat menimbulkan kematian.
4. Pengaruh penyakit gula terhadap kala nifas diantaranya:
a) Mudah terjadi infeksi postpartum.
b) Kesembuhan luka terlambat dan cenderung infeksi mudah menyebar.
5. Pengaruh penyakit terhadap janin (bayi) diantaranya:
a) Dapat terjadi keguguran, persalinan prematuritas, kematian janin dalam rahim (setelah
minggu 36) dan lahir mati.
b) Bayi dengan dismaturitas.
c) Bayi dengan cacat bawaan.
d) Bayi yang potensial mengalami kelainan saraf dan jiwa.
e) Bayi yang dapat menjadi potensial mengidap penyakit gula.
G. Komplikasi Diabetes Melitus  Terhadap Kehamilan
Diabetes mellitus dapat menimbulkan komplikasi pada ibu hamil dan janin intrauteri.
Komplikasi ibu hamil dengan dibetes mellitus yang terjadi dalam berbagai manifestasi klinik
dapat bersumber dari :
1) Lamanya menderita diabetes mellitus.
2) Konsentrasi kolesterol darah yang tinggi.
3) Hiperglikemi glukosuria.
4) Banyak dan lamanya terdapat badan keton dalam darah.

Hal-hal tersebut dapat menimbulkan kerusakan sebagai berikuut:


1) Kerusakan pembuluh darah.
2) Viskositas darah meningkat, sehingga distribusi dan suplai O 2 ke jaringan makin
menurun.
3) Pembuluh darah mengalami aterosklerosis sekunder dapat menimbulkan hipertensi.
4) Hipertensi menimbulkan gangguan organ vital terkait melalui:
a. Diabetika endarteritis.
b. Mikrokoagulasi.
c. Ekstravasasi cairan menimbulkan edema.

H. Bentuk-bentuk Kelainan Kongenital


1. Kardiovaskuler
a. Transposisi pembuluh darah besar.
b. Defek septum ventrikuler.
c. Defek septum atrial.
d. Hipoplastik ventrikel kiri.
e. Situs invrsus.
f. Anomaly aorta
2. System saraf pusat
a. Anensefalus.
b. Ensefalokel.
c. Meningomielokele.
d. holoprosensefale.
e. Mikrosefali.
3. Penulangan
a. Sindrom regresi kuadalis.
b. Spina bifida
4. Genitourinari
a. Tanpa ginjal (Potter syndrome)
b. Polikistik ginjal.
c. Ureter ganda.
5. Gastrointestinal
a. Fistula trakeo-oesophagus.
b. Atresiaani
c. Anus inforferata.
I. Manajemen Terapeutik
Manajemen terapeutik yang diberikan bertujuan untuk kemungkinan timbulnya
komplikasi pada ibu dan mempertinggi angka keselamatan bayi (salvage fetal rate).
Ada tiga tujuan utama pengobatan diabetes melitus gestational sebagai berikut :
1. Mencegah timbulnya ketosis dan hipodlikemia
2. Mencegah hiperglikemia dan glikosuria seminimal mungkin
3. Mencapai usia kehamilan seoptimal mungkin
Diet ibu diabetes dalam kehamilan tidak berbeda dengan diabetes lainnya, kecuali
penambahan kalori total untuk mencapai penambahan berat badan 10-12 kg selama hamil dan
menjaga asupan karbohidrat tidak kurang dari 200 gr/hari.  Diperhatikan diet yang teratur dan
asupan kalori total yang tepat diselingi dengan makanan kecil (4-6 kali sehari).

J. Pemeriksaan Diagnostik
Kriteria Diagnosis:
1. Gejala klasik DM + gula darah sewaktu ≤ 200 mg/dl. Gula darah sewaktu merupakan
hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memerhatikan waktu makan terakhir.
Atau:
2. Kadar gula darah puasa 126 mg/dl.Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori
tambahan sedikitnya 8 jam. Atau:
3. Kadar gula darah 2 jam pada TTGO 200 mg/dl. TTGO dilakukan dengan Standard WHO,
menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang dilarutkan
dalam air.

Cara pelaksanaan TTGO (WHO, 1994)


1. Tiga hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan sehari-hari (dengan
karbohidrat yang cukup) dan tetap melakukan kegiatan jasmani seperti biasa
2. Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan, minum air putih
tanpa gula tetap diperbolehkan
3. Diperiksa kadar glukosa darah puasa
4. Diberikan glukosa 75 g (orang dewasa), atau 1,75 g/Kg BB (anak-anak), dilarutkan
dalam 250 ml air dan diminum dalam waktu 5 menit
5. Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam setelah
minum larutan glukosa selesai
6. Diperiksa kadar glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa
7. Selama proses pemeriksaan, subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok.
Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi criteria normal atau DM, maka dapat
digolongkan ke dalam kelompok TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) atau GDPT
(Glukosa Darah Puasa Terganggu) dari hasil yang diperoleh.
1) TGT : glukosa darah plasma 2 jam setelah pembebanan antara 140 – 199
mg/dl
2) GDPT : glukosa darah puasa antara 100 – 125mg/dl.
Reduksi Urine
Pemeriksaan reduksi urine merupakan bagian dari pemeriksaan urine rutin yang selalu
dilakukan di klinik. Hasil yang (+) menunjukkan adanyaglukosuria. Beberapa hal yang perlu
diingat dari hasil pemeriksaan reduksi urine adalah:
1. Digunakan pada pemeriksaan pertama sekali untuk tes skrining, bukan untuk menegakkan
diagnosis
2. Nilai (+) sampai (++++)
3. Jika reduksi (+): masih mungkin oleh sebab lain, seperti: renal glukosuria, obat-obatan, dan
lainnya
4. Reduksi (++) kemungkinan KGD: 200 –300 mg%
5. Reduksi (+++)  kemungkinan KGD: 300 – 400 mg%
6. Reduksi (++++) kemungkinan KGD:  400 mg%
7. Dapat digunakan untuk kontrol hasil pengobatan
8. Bila ada gangguan fungsi ginjal, tidak bisa dijadikan pedoman.

K. Penatalaksanaan Medis

1. Terapi Diet
Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan diabetes mellitus adalah untuk mengatur
glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi akut dan kronik. Jika klien berhasil
mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan terhindar dari hyperglikemia atau hypoglikemia.
Penatalaksanaan diabetes tergantung pada ketepatan interaksi dari tiga faktor aktifitas fisik, diet
dan intervensi farmakologi dengan preparat hyperglikemik oral dan insulin.
Tiga hal penting yang harus diperhatikan pada penderita diabetes mellitus adalah tiga J
(jumlah, jadwal dan jenis makanan) yaitu :
a. J I      :  jumlah kalori sesuai dengan resep dokter harus dihabiskan.
b. J 2      : jadwal makanan harus diikuti sesuai dengan jam makan terdaftar.
c. J 3      :jenis makanan harus diperhatikan (pantangan gula dan makanan manis).

Diet pada penderita diabetes mellitus dapat dibagi atas beberapa bagian antara lain :
a. Diet A : terdiri dari makanan yang mengandung karbohidrat 50 %, lemak 30 %,
protein 20 %.
b. Diet B : terdiri dari karbohidrat 68 %, lemak 20 %, protein 12 %.
c. Diet B1 : terdiri dari karbohidrat 60 %, lemak 20 %, protein 20 %.
d. Diet B1 dan B2 diberikan untuk nefropati diabetik dengan gangguan faal ginjal.
2.      Terapi Insulin
Menurut Prawirohardjo, (2002) yaitu sebagai berikut : Daya tahan terhadap
insulin meningkat dengan makin tuanya kehamilan, yang dibebaskan oleh kegiatan
antiinsulin plasenta. Penderita yang sebelum kehamilan sudah memerlukan insulin diberi
insulin dosis yang sama dengan dosis diluar kehamilan sampai ada tanda-tanda bahwa
dosis perlu ditambah atau dikurangi. Perubahan-perubahan dalam kehamilan
memudahkan terjadinya hiperglikemia dan asidosis tapi juga menimbulkan reaksi
hipoglikemik. Maka dosis insulin perlu ditambah/dirubah menurut keperluan secara hati-
hati dengan pedoman pada 140 mg/dl.
Insulin yang dapat digunakan untuk terapi diantaranya:
1) Humulin
a) Komposisi : Humulin R Reguler soluble human insulin
(rekombinant DNA origin). Humulin N isophane human insulin
(rekombinant DNA origin). Humulin 30/70 reguler soluble human insulin 30% &
human insulin suspensi 70% (rekombinant DNA origin).
b) Indikasi : IDDM
c) Dosis : Dosis disesuaikan dengan kebutuhan individu. Diberikan secara injeksi
SK, IM, Humulin R dapat diberikan secara IV. Humulin R mulai kerja ½ jam,
lamanya 6-8 jam, puncaknya 2-4 jam. Humulin N mulai kerja 1-2 jam, lamanya
18-24 jam, puncaknya 6-12 jam. Humulin 30/70 mulai kerja ½ jam, lamanya 14-
15 jam, puncaknya 1-8 jam.
d) Kontraindikasi : Hipoglikemik.
e) Peringatan : Pemindahan dari insulin lain, sakit atau gangguan emosi, diberikan
bersama obat hiperglokemik aktif.
f) Efek sampinng : Jarang, lipodistropi, resisten terhadap insulin, reaksi alergi local
atau sistemik.
g) Faktor resiko : pada kehamilan kategori B
2) Insulatard Hm/ Insulatard Hm Penfill
Komposisi : Suspensi netral isophane dari monokomponen insulin manusia. Rekombinan
DNA asli.
a) Indikasi : DM yang memerlukan insulin
b) Dosis : Jika digunakan sebagai terapi tunggal biasanya diberikan 1-2x/hari (SK).
Onset: ½ jam. Puncak: 4-12 jam. Terminasi: setelah 24 jam. Penfill harus
digunakan dengan Novo pen 3 dengan jarum Novofine 30 G x 8mm.
c) Kontraindikasi : Hipoglikemia.
d) Faktor resiko : pada kehamilan kategori B
3) Actrapid Hm/Actrapid Hm Penfill
a) Komposisi : Larutan netral dari monokomponen insulin manusia. Rekombinan
DNA asli
b) Indikasi : DM
c) Dosis : Jika digunakan sebagai terapi tunggal, biasanya diberikan 3 x atau lebih
sehari. Penfill SK, IV, IM. Harus digunakan dengan Novo Pen 3 & jarum
Novofine 30 G x 8 mm. Tidak dianjurkan untuk pompa insulin. Durasi daya kerja
setelah injeksi SK: ½ jam, puncak: 1-3 jam. Terminasi setelah 8 jam.
d) Kontraindikasi : hipoglikemia, insulinoma. Pengunaan pada pompa insulin.
e) Peringatan : Stres psikis, infeksi atau penyakit lain yang meningkatkan kebutuhan
insulin. Hamil.
f) Efek samping : Jarang, alergi & lipoatrofi.
g) Interaksi obat : MAOI, alcohol, bloker meningkatkan efek hipoglikemik.
Kortikosteroid, hormon tiroid, kontrasepsi oral, diuretic meningkatkan kebutuhan
insulin.
h) Faktor resiko : pada kehamilan kategori B
4) Humalog/Humalog Mix 25
a) Komposisi : Per Humalog insulin lispro. Per Humalog Mix 25 insulin lispro 25%,
insulin lispro protamine suspensi 75%
b) Indikasi : Untuk pasien DM yang memerlukan insulin untuk memelihara
homeostasis normal glukosa. Humalog stabil awal untuk DM, dapat digunakan
bersama insulin manusia kerja lama untuk pemberian pra-prandial
c) Dosis : Dosis bersifat individual. Injeksi SK aktivitas kerja cepat dari obat ini,
membuat obat ini dapat diberikan mendekati waktu makan (15 menit sebelum
makan)
d) Kontraindikasi : hipoglikemia. Humalog mix 25 tidak untuk pemberian IV.
e) Peringatan : Pemindahan dari terapi insulin lain. Penyakit atau gangguan
emosional. Gagal ginjal atau gagal hati. Perubahan aktivitas fisik atau diet. Hamil.
f) Efek samping : Hipoglikemia, lipodisatrofi, reaksi alergi local & sistemik.
g) Interaksi obat : Kontrasepsi oral,kortikosteroid, atau terapi sulih tiroid dapat
menyebabkan kebutuhan tubuh akan insulin meningkat. Obat hipoglikemik oral,
salisilat, antibiotik sulfa, dapat menyebabkan kebutuhan tubuh akan insulin
menurun.
h) Faktor resiko : pada kehamilan kategori B
5) Mixtard 30 Hm/Mixtard Hm Penfill
a) Komposisi : Produk campuran netral berisi 30% soluble HM insulin & 70%
isophane HM insulin (monokomponen manusia). Rekombinan DNA asli.
b) Indikasi : DM yang memerlukan terapi insulin.
c) Dosis : Jika digunakan sebagai terapi tunggal biasanya diberikan 1-2 x/hari.
Onset: ½ jam. Puncak 2-8 jam. Terminasi setelah 24 jam. Penfill harus digunakan
dalam Novo Pen 2 dengan jarum Novofine 30 G x 8 mm.
d) Kontraindikasi : Hipoglikemia, insulinoma.
e) Peringatan : Stres psikis, infeksi atau penyakit yang dapat meningkatkan
kebutuhan insulin. Hamil.
f) Efek samping : Jarang, alergi & lipoatrofi.
g) Interaksi obat : MAOI, alkohol, ? bloker meningkatkan efek
hipoglikemik. Kortikosteroid, hormon tiroid, kontrasepsi oral, diuretic
meningkatkan kebutuhan insulin.
h) Faktor resiko : pada kehamilan kategori B.
2. Olahraga
Kecuali kontraindikasi, aktivitas fisik yang sesuai direkomendasikan untuk
memperbaiki sensitivitas insulin dan kemungkinan memperbaiki toleransi glukosa. Olahraga
juga dapat membantu menaikkan berat badan yang hilang dan memelihara berat badan yang
ideal ketika dikombinasi dengan pembatasan intake kalori.

Anda mungkin juga menyukai