Anda di halaman 1dari 6

TUGAS RESUME

ESTROGEN dan BAGIAN-BAGIANNYA DALAM URIN

Kelompok 4 : Alvena Tara 11181020000019


Hasna Dzakiyah Martha 11171020000059
Husna Gayo 11181020000059
Mutiara Arumningtyas 11181020000036
Ripki Ripaldi 11181020000093
Selviani Dewi 11181020000011

Estrogen (atau oestrogen) adalah sekelompok senyawa steroid yang berfungsi terutama
sebagai hormon seks wanita.

Estrogen terdiri dari Estradiol dan Estriol:


1. Estradiol
Estradiol merupakan bagian yang paling aktif dari hormon estrogen yang mengevaluasi
menstruasi dan kesuburan masalah perempuan. Estradiol sangat penting untuk pengembangan
dan pemeliharaan jaringan reproduksi wanita seperti payudara, rahim, dan vagina selama
pubertas, dewasa, dan kehamilan, tetapi juga memiliki efek penting pada banyak jaringan
lainnya, tulang, lemak, kulit, hati, dan otak. Sementara kadar estrogen pada pria lebih rendah
dibandingkan wanita, estrogen memiliki fungsi penting pada pria juga, estradiol berguna untuk
mengevaluasi tumor.
2. Estriol
Estriol adalah bentuk yang kurang aktif estrogen yang hadir dalam tubuh. Salah satu tipe
hormon estrogen yang diproduksi alami oleh tubuh dan bertanggung jawab atas banyak fungsi
organ tubuh, termasuk organ reproduksi, jantung, dan tulang.Estriol adalah estrogen urin dalam
kehamilan.
Kombinasi estriol dan estradiol bersama-sama dengan gonadotropin FSH berguna dalam
mengevaluasi masalah menstruasi dan kesuburan, karakteristik feminisasi pria dan kehamilan.
Level estriol didalam plasma dan urin meningkat saat kehamilan dan signifikan pada trisemester,
jumlah yang signifikan diproduksi pada trimester ketiga. estriol tidak lagi dianggap berguna
untuk mendeteksi gawat janin.
Jika kadar estrogen Anda tidak berada pada kadar normal, maka Anda dapat mengalami
gangguan kesuburan. Pada wanita, estrogen diproduksi di dalam ovarium (indung telur). Pada
pria, estrogen dibentuk dari hormon pria yaitu androgen. Kadar estrogen yang sering diukur dan
paling dominan dalam tubuh seseorang adalah estradiol.
a. Wanita Usia Subur
Pada usia produktif, kadar estrogen akan mencapai kadar terendahnya pada beberapa
hari pertama siklus mentruasi, yaitu berkisar antara 20-40 pg/ml. Saat sel telur mulai
matang, maka kadar estradiol pun akan meningkat, yaitu antara 150-280 pg/ml atau lebih.
Kadar estradiol akan terus meningkat setelah ovulasi (terlepasnya sel telur dari indung
telur) hingga siklus menstruasi berikutnya dimulai, kecuali bila terjadi kehamilan.

b. Wanita Hamil
Selama kehamilan, kadar estradiol, progesteron, dan hCG akan tetap tinggi dan akan
terus meningkat selama kehamilan. Kadar estradiol pada trimester pertama kehamilan
adalah antara 139-1.389 pg/ml, dengan rata-rata berkisar pada 726 pg/ml. Pada trimester
akhir kehamilan, kadar estradiol akan bervariasi antara 906-9.385 pg/ml, dengan rata-rata
berkisar pada 5.056 pg/ml.

c. Wanita Paska Menopause


Wanita yang memasuki masa menopause biasanya memiliki kadar estradiol yang
sangat rendah, yaitu kurang dari 10 pg/ml. Selama masa perimenopause, yaitu beberapa
tahun sebelum menopause terjadi, kadar estradiol akan sangat berfluktuasi dan seringkali
lebih tinggi dari normal pada hari ke 2 atau 3 siklus menstruasi.

d. Pria
Kadar estrogen pada pria secara umum sama dengan kadar estrogen pada wanita
yang telah memasuki masa menopause, yaitu antara 10-50 pg/ml. Akan tetapi, tidak seperti
wanita yang mengalami penurunan kadar estrogen seiring dengan semakin bertambahnya
usia, pria justru mengalami peningkatan kadar estrogen seiring dengan semakin
bertambahnya usia mereka, yang juga disertai dengan semakin menurunnya kadar
testosteron.
Nilai Normal :

 Estradiol (E2) dalam urin

Laki-laki : 0-6 µg/24 jam


Wanita : 0-3 µg/24 jam
Fase ovulasi : 4-14 µg/24 jam
Fase luteal : 4-10 µg/24 jam
Menopause : 0-4 µg/24 jam

 Estriol (E3) dalam urin

Laki-laki : 1-11 µg/24 jam


Wanita : 0-14 µg/24 jam
Fase ovulasi : 13-54 µg/24 jam
Kehamilan trisemester 1 : 0-800 µg/24 jam
Trisemester 2 : 800-12000 µg/24 jam
Trisemester 3 : 5000-50000 µg/24 jam
Indikasi pemeriksaan:
 Pada laki-laki: Bila terjadi ginekomasti (suspproduksi estrogen berlebihan), sebabnya
bisa oleh karena alkoholisme (proses aromatisasi hepar yang meningkat), estrogen
producing tumor
 Pada wanita usia subur: Pada keadaan amenorrhoe (karena merupakan indicator langsung
aktivitas folikel), pada terapi induksi ovulasi dengan LH-RH atau clomiphene citrat untuk
melihat respon terapi dan mencegah stimulasi berlebihan
 Pada wanita menopause: Yang mengalami post menopausal bleeding atau pada post
menopausal breast cancer yang mendapat terapi estrogen
Pemeriksaan laboratorium:
Menggunakan metoda Immunoassay (RIA, ELISA, Non Isotopic Immunoassay, dll) .
Immunoassay adalah tes biokimia yang mengukur keberadaan atau konsentrasi makromolekul
atau molekul kecil dalam larutan melalui penggunaan antibodi (biasanya) atau antigen (kadang-
kadang). Molekul yang terdeteksi oleh immunoassay sering disebut sebagai "analit" dan dalam
banyak kasus merupakan protein, meskipun mungkin jenis molekul lain, dengan ukuran dan jenis
yang berbeda, asalkan antibodi yang tepat memiliki sifat yang memadai untuk uji dikembangkan.
Analisis dalam cairan biologis seperti serum atau urin sering diukur menggunakan
immunoassays untuk keperluan medis dan penelitian.
SHBG/Albumin akan berkompetisi dengan antibody, Direct assay,Harus dipisahkan
protein bindingnya. Sampling adalah Serum dalam tabung gelas, setiap saat, tanpa puasa. Sampel
stabil dalam kulkas selama 2 hari dan 2 bulan dalam freezer. Nilai rujukan tergantung umur dan
sex. Pada wanita estradiol meningkat saat pubertas. Pada ovulasi normal pola bifasik, puncak
pada pertengahan dan fase lutheal
Pemeriksaan estrogen dilakukan untuk mendeteksi disfungsi ovarium, gejala menopause
dan pasca menopause, serta stress psikogenik. Peningkatan nilai estrogen dapat menunjukan
indikasi adanya tumor ovarium, adanya kehamilan, dan lain lain.
Prosedur uji estrogen :
1. Mendapatkan sampel darah vena jika diperlukan untuk jumlah estrogen.
2. Mengumpulkan spesimen urin selama 24 jam untuk semua tes estrogen. Wadah
tertutup yang steril dan didinginkan atau diletakkan di atas es selama masa
pengumpulan.
3. Mengikuti prosedur pengumpulan umum untuk spesimen urin 24 jam.
4. Mencatat usia dan jenis kelamin pasien.
5. Memastikan jumlah kehamilan jika pasien hamil.
6. Mencatat jumlah hari dalam siklus menstruasi untuk wanita tidak hamil.
Sel Epitel Tubulus Ginjal (renal tubulus epithelial, RTE)
Sel epitelbtubulus ginjal memiliki variasi dalam ukuran dan bantuknya tergantung dari
daerah tubulus ginjal mana mereka berasal. Bentuknya yaitu bulat atau oval, polygonal atau
kuboid, kolumnar, lonjong atau bentuk cerutu, lebih besar dari leukosit serta dapat mengandung
inti bulat atau oval besar, dan kadang juga bergranula. Normalnya 0-3/hpf.
Jumlah sel tubulus yang melebihi 13/LPK atau 13/LPK menunjukkan adanya penyakit
ginjal yang aktif atau luka pada tubulus, seperti Nefritis, Nekrosis tubuler akut, infeksi virus pada
ginjal(hepatitis B), penolakan transplantasi ginjal serta keracunan salisilat. Kondisi ini
disebabkan oleh adanya paparan logam berat, induksi obat toksik (aminoglikosida), toksisitas
hemoglobin dan myoglobin. Sel tubulus juga dapat dilihat sebagai efek sekunder dari gangguan
glomerulus.
Pre Test and Post Test Patients Care
Pengertian Patient Centered Care
Menurut Australian Commision on Safety and Quality in Health care (ACSQHC) patient
centered care adalah suatu pendekatan inovatif terhadap perencanaan, pemberian, dan evaluasi
atas pelayanan kesehatan yang didasarkan pada kemitraan yang saling menguntungkan antara
pemberi layanan kesehatan, pasien dan keluarga. Patient centered care diterapkan kepada pasien
dari segala kelompok usia, dan bisa dipraktekkan dalam setiap bentuk pelayanan kesehatan
(Lumenta, 2012).
Pretest patient care :
o Menjelaskan tujuan dan prosedur tes.

o Pasien harus mampu menambah kegiatan sehari-hari untuk

o meningkatkan pengumpulan urin.

o Jangan terkena radiasi radioisotop untuk 48 jam sebelum pengumpulan urin.

Post test:
Meresume pengobatan dan aktivitas yang dilakukan dan Menganalisa hasil tes.
Mempersiapkan urinalisis

Sebelum tes, pasien dipastikan untuk minum banyak air sehingga dapat memberikan sampel urin
yang memadai. Namun, minum air yang berlebihan dapat menyebabkan hasil yang tidak akurat.

Satu atau dua gelas cairan tambahan, yang dapat mencakup jus atau susu jika pasien sedang diet
memungkinkan, adalah semua yang pasien butuhkan pada hari tes. pasien tidak harus berpuasa
atau mengubah diet untuk pemeriksaan.

Juga, pasien harus memberi tahu dokter tentang obat atau suplemen apa pun yang dipakai.
Beberapa di antaranya yang dapat mempengaruhi hasil urinalisis Anda termasuk:

 suplemen vitamin C
 metronidazol
 riboflavin
 obat pencahar antrakuinon
 methocarbamol
 nitrofurantoin

Beberapa obat lain juga dapat mempengaruhi hasil

Anda mungkin juga menyukai