Anda di halaman 1dari 17

Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti Vol 7 no 1 tahun 2019

PENGARUH DUKUNGAN SUAMI DAN STATUS PEKERJAAN IBU TERHADAP


POLA MENYUSUI BAYI USIA 0-3 BULAN
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPTOMULYO KOTA MALANG

Rismaina Putri 1, Amelia Rizky Utami2, Soemardini2


1
Program Studi S1 Kebidanan, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya
2
Laboratorium Ilmu Faal Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya

ABSTRAK

Pendahuluan: Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan sekaligus minuman dengan
komposisi sempurna bagi bayi untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan yang
optimal. Air Susu Ibu memiliki banyak manfaat dalam berbagai aspek serta mampu
menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi. Data Dinas Kesehatan Kota Malang
menunjukkan bahwa proporsi pola menyusui eksklusif di wilayah kerja Puskesmas
Ciptomulyo hanya 57,2% dan belum memenuhi target pemerintah yakni 80%. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh dukungan suami dan status pekerjaan ibu terhadap pola
menyusui bayi usia 0-3 bulan di wilayah kerja Puskesmas Ciptomulyo Kota Malang.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan cross-
sectional. Sampel dipilih menggunakan metode purposive sampling, dengan jumlah 64
responden. Pengumpulan data menggunakan kuisioner. Analisis hasil penelitian
menggunakan uji Chi-Square. Hasil dan Pembahasan: Hasil analisis data menunjukkan
terdapat pengaruh dukungan suami terhadap pola menyusui bayi usia 0-3 bulan (p value =
0.004), nilai koefisien korelasi sedang (0.413). Semakin banyak ibu yang mendapat dukungan
suami, maka semakin banyak ibu yang memiliki pola menyusui eksklusif. Selain itu, hasil
analisis juga menunjukkan bahwa terdapat pengaruh status pekerjaan ibu terhadap pola
menyusui bayi usia 0-3 bulan (p value = 0.000), nilai korelasi sedang (-0.432). Kesimpulan:
ibu bekerja akan semakin kecil kemungkinannya untuk memiliki pola menyusui eksklusif.

Kata Kunci: dukungan suami, status pekerjaan ibu, pola menyusui, ASI.

ABSTRACT

Breast milk is the only food and drink with perfect composition for infant to supports the
growth and development optimally. Breast milk provides many benefit in various aspects,
also be able to reduce infant morbidity and mortality rate. Data of Malang City Health
Departement shows that the proportion of exclusive breastfeeding in Primary Health Care
Ciptomulyo only 57.2% and below the target of government which is 80%. The study aims to
determine influence of husband support and mother’s job status toward breastfeeding pattern
of infant aged 0-3 months in the working area of Primary Health Care Ciptomulyo, Malang.
This study use analitic survey with cross sectional approach. Total sample is 64 respondents
which selected by purposive sampling method. Data collected by questionnaire. The obtained
data were analyzed by using Chi Square test. The result of statistically test shows that
husband support influence breastfeeding pattern of infant aged 0-3 months (p value = 0.004),
have moderate correlation coefficient value (0.413). It can be conclude that the more mothers
get husband support, the more mothers has exclusive breastfeeding pattern. Result also
shows that mother’s job status influence breastfeeding pattern of infant aged 0-3 months (p
value = 0.000), have moderate correlation coefficient value (-0.432). It means working
mother has less probability to have exclusive breastfeeding pattern.

Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti Vol 7 no 1 tahun 2019


Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti Vol 7 no 1 tahun 2019

Keywords: Husband Support, Mother’s Job Status, Breastfeeding Pattern, Breast Milk.

PENDAHULUAN Masalah utama terkait rendahnya angka

Air Susu Ibu (ASI) adalah satu-satunya menyusui eksklusif pada bayi tidak hanya
makanan sekaligus minuman dengan disebabkan oleh faktor internal ibu, tetapi

komposisi sempurna yang diperuntukkan juga dipengaruhi faktor eksternal antara


bagi bayi selama bulan-bulan pertama lain status pekerjaan ibu, dukungan

kehidupannya (Rinaningsih, 2007). Air keluarga, peran petugas kesehatan dan

Susu Ibu memiliki banyak manfaat untuk sosial budaya (Saleh, 2011). Faktor

proses pertumbuhan dan perkembangan eksternal yang sangat berperan penting


bayi serta dapat menurunkan prevalensi dalam pemenuhan target ASI eksklusif

terjadinya diare dan Infeksi Saluran adalah dukungan dari orang terdekat ibu,
Pernapasan Atas (ISPA), dimana kedua misalnya suami. Suami sangat berperan

penyakit tersebut menjadi penyebab utama penting dalam membangun kondisi

kematian anak di dunia (WHO, 2009). Oleh emosional ibu, dimana kondisi emosional

karena itu, pemberian ASI dapat mencegah tersebut yang menentukan kelancaran
morbiditas pada bayi serta berperan penting refleks oksitosin saat pengeluaran ASI. Hal

dalam menekan angka kematian bayi secara tersebut didukung dengan hasil penelitian
signifikan. yang menunjukkan bahwa ibu yang

Setiap ibu tidak selalu dapat mendapat dukungan suami baik cenderung

memberikan ASI kepada bayinya. Ada memiliki sikap positif untuk dapat

kalanya terdapat beberapa alasan sehingga memberikan ASI eksklusif pada bayi

ibu memberikan makanan pendamping atau daripada ibu yang mendapat dukungan

susu formula secara dini pada bayinya. suami kurang (Hargi, 2013).

Padahal, sejak tahun 2004 Departemen Pergeseran budaya pada masa kini

Kesehatan Republik Indonesia menetapkan mengakibatkan makin besarnya peluang

SK Menkes No. wanita untuk ikut serta dalam mencukupi

450/SK/MENKES/VIII/2004 yang kebutuhan ekonomi keluarga dengan

merekomendasikan agar bayi diberi ASI bekerja. Merujuk dari data Depkes RI

secara eksklusif, yakni memberikan ASI (2011), jumlah pekerja wanita di Indonesia

tanpa selingan makanan tambahan lain mencapai 40,74 juta jiwa dan sebagian

kecuali obat dan vitamin pada bayi baru besar dari mereka dalam usia reproduksi.

lahir sampai bayi berusia 6 bulan Tidak sedikit dari mereka yang

(Kemenkes, 2014). meninggalkan bayinya untuk kembali

Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti Vol 7 no 1 tahun 2019


Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti Vol 7 no 1 tahun 2019

bekerja setelah cuti berakhir. Menurut yang mengira bahwa hal tersebut terjadi
penelitian yang dilakukan Siregar (2004), karena pemberian ASI pada bayinya kurang
ibu bekerja sering mengeluhkan sehingga mereka menambahkan susu
berkurangnya produksi ASI. Hal tersebut formula sebagai tambahan.
disebabkan karena berkurangnya frekuensi, Mengutip data Profil Kesehatan Indonesia
intensitas dan lama bayi menghisap 2013, cakupan pemberian ASI di Indonesia
langsung pada payudara ibu sehingga tidak tahun 2013 mencapai 54,3%. Namun,
ada stimulus yang akan merangsang provinsi Jawa Timur mengalami
hipofisis anterior untuk melepas hormon penurunan angka pencapaian ASI eksklusif,
prolaktin (Bobak, 2005). dimana pada tahun 2012 mencapai 66,1%
Berdasarkan Riskesdas tahun 2010, pola sedangkan pada tahun 2013 hanya 47,8%
menyusui dibagi menjadi tiga kategori, (Kemenkes RI, 2014). Untuk Kota Malang,
yakni menyusui eksklusif, menyusui pencapaian ASI eksklusif di tahun 2014
predominan, dan menyusui parsial. Untuk sudah mencapai 74,6%. Namun tentu saja
presentase didapati pola menyusui eksklusif pencapaian tersebut belum sesuai dengan
pada bayi usia 0 bulan sebesar 39,8%, target yang dibuat oleh pemerintah, yakni
menyusui predominan 5,1%, sedangkan sebesar 80% (Dinas Kesehatan Kota
menyusui parsial menempati presentase Malang, 2014).
yang paling besar yakni 55,1% (Kemenkes Studi pendahuluan pada bulan April 2015,
RI, 2014). Padahal menurut penelitian didapatkan bahwa Puskesmas Ciptomulyo
Edmond et al. (2006) ditemukan bahwa merupakan wilayah dengan prosentase
terdapat kaitan antara pola menyusui cakupan ASI eksklusif paling rendah
dengan risiko kematian bayi, dimana bayi dibandingkan puskesmas lainnya di Kota
dengan pola menyusui predominan dan Malang, yakni sebesar 57,2%. Dari data
parsial mempunyai risiko kematian lebih yang penulis dapatkan diatas, masih
tinggi bila dibandingkan dengan pola dijumpai banyaknya orang tua di perkotaan
menyusui eksklusif. yang memberikan makanan tambahan lain.
Di Indonesia, rata-rata ibu menyusui Hal tersebut mungkin dikarenakan
eksklusif hanya sampai 2 bulan saja kebanyakan para ibu meninggalkan bayinya
(Yuliarti, 2010). Menurut Welford (2011) bekerja tanpa tahu manajemen laktasi yang
bayi yang berusia 3 bulan mengalami fase benar dan disertai kurangnya dukungan dari
percepatan pertumbuhan dimana secara suami mereka.
fisiologis terdapat peningkatan frekuensi Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
dan durasi menyusu, namun banyak ibu bagaimana pengaruh dukungan suami dan

Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti Vol 7 no 1 tahun 2019


Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti Vol 7 no 1 tahun 2019

status pekerjaan ibu terhadap pola HASIL PENELITIAN


menyusui bayi usia 0-3 bulan di wilayah 1. 1. Karakteristik Responden
kerja Puskesmas Ciptomulyo Kota Malang. Gambaran umum responden dapat dilihat
Melalui penelitian ini diharapkan terpenuhi pada tabel berikut.
manfaat akademik yakni dapat menambah
wawasan pembaca tentang pengaruh
dukungan suami dan status pekerjaan ibu
terhadap pola menyusui bayi 0-3 bulan
serta hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai pembanding untuk penelitian
lainnya. Peneliti juga mengharapkan agar
hasil penelitian ini dapat menjadi bahan
masukan dalam menggalakkan promosi
ASI eksklusif di kalangan suami yang
tengah mendampingi istri dalam masa
laktasi dan para ibu pekerja.

METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini menggunakan survei
analitik dengan pendekatan cross sectional
dimana pengukuran dilakukan secara
simultan pada sekali waktu. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini diambil
menggunakan teknik purposive sampling.
umlah sampe sebanyak 64 responden yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Tabel 1.1 Karakteristik Responden
Penelitian dilakukan pada bulan September Berdasarkan tabel diatas, diketahui
2015 di wilayah kerja Puskesmas bahwa hampir seluruh responden berusia
Ciptomulyo Kota Malang, yakni Kelurahan 20-35 tahun dengan prosentase sebesar
Ciptomulyo, Gadang, dan Kebonsari. 82.8% (53 responden), tingkat pendidikan
Instrumen penelitian yang digunakan terakhir suami sebagian besar adalah SMA
adalah kuesioner yang telah diuji validitas dengan prosentase sebesar 65.6% (42
dan reliabilitas. responden), pendidikan terakhir ibu
sebagian besar adalah SMA dengan

Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti Vol 7 no 1 tahun 2019


Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti Vol 7 no 1 tahun 2019

prosentase sebesar 62.5% (40 responden), memiliki bayi yang berusia 4 bulan dengan
sebagian besar bekerja sebagai sebagai prosentase sebesar 34.4% (22 responden),
pegawai swasta dengan prosentase sebesar sebagian besar adalah multipara dengan
62.5% (40 responden), hampir setengahnya prosentase sebesar 60.9% (39 responden).
4. Pola Menyusui Bayi Usia 0-3 Bulan
Tabel 1.4 Distribusi Frekuensi Pola
2. Status Pekerjaan Ibu
Menyusui Bayi Usia 0-3 Bulan
Tabel 1.2 Distribusi Frekuensi Status
Pekerjaan Ibu
Status Jumlah (prosentase)
pekerjaan ibu
Bekerja 20 (31.2%)
Tidak bekerja 44 (68.8%)
Total 64 (100%)
Berdasarkan tabel diatas diketahui
bahwa dari 64 responden, sebagian besar Berdasarkan tabel diatas, sebagian

berstatus tidak bekerja dengan prosentase besar responden memiliki pola menyusui

sebesar 68.8% (44 responden). predominan dengan prosentase 42.2%


(27 responden) dan sebagian kecil
3. Dukungan Suami
Tabel 1.3 Distribusi Frekuensi responden memiliki pola menyusui
Dukungan Suami parsial yaitu sebesar 17.2% (11
Dukungan Jumlah (prosentase)
Suami responden).
Baik 32 (50%) 5. Analisis Pengaruh Dukungan Suami
Kurang 32 (50%)
Total 64 (100%) terhadap Pola Menyusui Bayi Usia 0-3
Tabel diatas menunjukkan bahwa Bulan
dari 64 responden, setengahnya Tabel 1.5 Analisis Pengaruh
mendapatkan dukungan baik dan Dukungan Suami terhadap Pola
setengahnya mendapat dukungan kurang Menyusui Bayi Usia 0-3 Bulan
dengan prosentase sebesar 50% (32
responden).

Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti Vol 7 no 1 tahun 2019


Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti Vol 7 no 1 tahun 2019

Berdasarkan tabel, diketahui bahwa Tabel 1.6 Analisis Pengaruh Status


Pekerjaan terhadap Pola
50% ibu mendapat dukungan baik dari
Menyusui Bayi Usia 0-3 Bulan
suami, dan 50% sisanya mendapat
dukungan kurang dari suami. Pada ibu
yang mendapat dukungan suami baik
didominasi oleh ibu yang memiliki pola
menyusui eksklusif.
Analisis data menggunakan uji
Chi Square, didapatkan p value sebesar
Berdasarkan tabel, diketahui bahwa
0.004 (p value < 0.05) dan nilai koefisien
ibu yang tidak bekerja lebih
korelasi sebesar 0.413. Dapat
mendominasi yakni sebesar 68.8% (44
disimpulkan bahwa dukungan suami
responden). Pada ibu yang tidak bekerja
memiliki pengaruh yang signifikan
ini didominasi oleh pola menyusui
terhadap pola menyusui bayi usia 0-3
eksklusif. Setelah dilakukan analisis data
bulan. Nilai koefisien korelasi sebesar
menggunakan uji Chi Square, didapatkan
0.413, artinya dukungan suami memiliki
hasil p value sebesar 0.000 (p value <
korelasi positif terhadap pola menyusui
0.05). Hal tersebut sudah merupakan
bayi usia 0-3 bulan dan untuk keeratan
bukti yang cukup untuk peneliti sehingga
pengaruhnya tergolong sedang. Maksud
dinyatakan bahwa status pekerjaan
korelasi positif yakni semakin banyak ibu
memiliki pengaruh yang signifikan
mendapat dukungan baik dari suami
terhadap pola menyusui bayi usia 0-3
maka semakin banyak ibu yang memiliki
bulan. Nilai koefisien korelasi yang
pola menyusui eksklusif.
didapatkan sebesar -0.432. Terdapat
tanda negatif pada nilai koefisien korelasi
tersebut yang berarti bahwa pengaruh
status pekerjaan ibu berbanding terbalik
dengan pola menyusui bayi usia 0-3
bulan. Dalam artian bahwa ibu bekerja
akan semakin sedikit kemungkinannya
untuk memiliki pola menyusui eksklusif.
Nilai koefisien korelasi termasuk pada
6. Analisis Pengaruh Status Pekerjaan
tingkat keeratan pengaruh sedang,
Ibu terhadap Pola Menyusui Bayi
dimana berada pada rentang 0,40-0,599.
Usia 0-3 Bulan

Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti Vol 7 no 1 tahun 2019


Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti Vol 7 no 1 tahun 2019

sebesar 62.5% (40 responden). Diketahui


PEMBAHASAN bahwa ketentuan jam kerja pada sektor
1. Dukungan Suami swasta diatur secara khusus dalam
Hasil penelitian didapatkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
bahwa dari 64 responden di wilayah kerja tentang Ketenagakerjaan Pasal 77-79.
Puskesmas Ciptomulyo, setengahnya Pada pekerja di sektor swasta, ketentuan
mendapatkan dukungan suami kurang Waktu Kerja dan Waktu Istirahat
yakni 50% (32 responden) dan sisanya (WKWI) secara umum terdapat dua
mendapat dukungan suami baik. pilihan yakni 7 jam/hari (dengan hari 6
Dukungan suami kurang dalam penelitian hari kerja dan 1 hari istirahat), atau 8
ini mungkin disebabkan oleh faktor jam/hari (dengan 5 hari kerja dan 2 hari
kesibukan suami. Terbatasnya waktu istirahat). Namun pada ketentuan tersebut
yang dimiliki suami untuk dihabiskan tidak disebutkan kapan saat dimulai kerja
bersama keluarga di rumah karena dan kapan saat diakhiri. Dalam arti, saat
kesibukan bekerja menyebabkan dimulainya jam kerja adalah kapan saja,
kurangnya kualitas waktu interaksi suami atau saat apa saja, disesuaikan dengan
dengan ibu. Suami mungkin mengalami kebutuhan dan karakteristik pekerjaan.
kesulitan dalam membagi waktu antara Artinya, suami yang bekerja di sektor
menjalani peran sebagai pencari nafkah swasta dapat memulai bekerja di pagi
untuk keluarga dan mendampingi serta hari, siang hari, sore hari, atau malam
memberikan dukungan pada istri dalam hari, bahkan bisa dimulai tengah malam
masa menyusui, sehingga dukungan yang (dini hari). Selain itu, untuk pegawai
diberikan suami kepada ibu menyusui swasta semua hari dapat ditentukan
juga kurang maksimal. Hal ini didukung sebagai hari kerja (hari minggu hingga
oleh pernyataan Azwar (2005), bahwa sabtu), kecuali hari libur resmi. Berbeda
kesibukan suami dalam upaya mencari dengan pekerja di sektor pemerintahan
nafkah dengan bekerja diketahui dimana yang telah diatur dalam
merupakan salah satu hambatan yang Keputusan Presiden Nomor 68 Tahun
dihadapi suami untuk lebih dapat terlibat 1995 tentang Hari Kerja di Lingkungan
dalam keluarga. Lembaga Pemerintahan bahwa waktu
Kesibukan suami mungkin kerja dimulai pada hari Senin sampai
diakibatkan karena faktor pekerjaan dengan Jum’at. Hal tersebut bisa
suami. Pekerjaan suami didominasi oleh berpengaruh secara tidak langsung
pegawai swasta dengan prosentase terhadap kualitas waktu yang diberikan

Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti Vol 7 no 1 tahun 2019


Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti Vol 7 no 1 tahun 2019

suami antara suami yang bekerja di yang yang lebih baik daripada suami
sektor swasta dibandingkan dengan yang berpendidikan dasar. Biasanya
sektor pemerintahan saat mendampingi suami yang berpendidikan tinggi lebih
ibu dalam masa menyusui. mudah mengakses informasi dan mudah
Berdasarkan data penelitian, menerimanya dengan baik karena akses
setengah dari jumlah total responden suami untuk mendapatkan informasi
penelitian (32 responden) mendapatkan tidak terbatas, khususnya pengetahuan
dukungan baik dari suaminya selama tiga tentang ASI dan menyusui. Informasi
bulan pertama masa menyusui. yang didapatkan suami akan
Dukungan baik suami dalam penelitian memudahkan suami untuk dapat
ini mungkin dipengaruhi oleh tingkat memberikan dukungan yang tepat kepada
pendidikan suami. Tingkat pendidikan ibu menyusui.
suami yang mendominasi ialah jenjang 2. Status Pekerjaan Ibu
SMA sebesar 65.6% (42 orang), Dari hasil penelitian diketahui
kemudian diikuti jenjang diploma/sarjana bahwa jumlah ibu yang bekerja diluar
17.2% (11 orang). Tingkat pendidikan rumah (20 orang) lebih sedikit daripada
suami tersebut tergolong dalam jenjang responden yang menjadi ibu rumah
pendidikan menengah hingga tinggi. tangga (44 orang). Hal ini menandakan
Tingkat pendidikan suami yang baik sebagian besar ibu menjalani peran
tersebut didukung oleh lokasi penelitian secara penuh sebagai ibu yang mengasuh
dengan ketersediaan fasilitas pendidikan dan mendidik anaknya sekaligus istri
yang memadai karena lokasi penelitian yang mengurus segala keperluan rumah
masih termasuk dalam lingkup perkotaan, tangga.
sehingga memiliki kesempatan besar Banyaknya ibu yang tidak bekerja
untuk menempuh jenjang pendidikan dalam penelitian ini mungkin dipengaruhi
yang baik. Menurut Notoatmodjo (2010), faktor status pekerjaan suami. Dalam
tingkat pendidikan merupakan salah satu sebuah keluarga biasanya terdapat
faktor penentu tingkat pengetahuan yang pembagian peran, dimana suami sebagai
dimiliki. Semakin tinggi tingkat kepala keluarga bertugas mencari nafkah
pendidikan seseorang maka pengetahuan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi,
yang yang dimiliki akan semakin baik sedangkan istri sebagai pengurus segala
pula (Notoatmodjo, 2010). keperluan rumah tangga. Data hasil
Suami berpendidikan menengah penelitian menunjukkan bahwa seluruh
hingga tinggi akan memiliki pengetahuan suami memiliki pekerjaan yang terbagi di

Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti Vol 7 no 1 tahun 2019


Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti Vol 7 no 1 tahun 2019

beberapa sektor, artinya seluruh suami dengan hanya berpendidikan dasar


memiliki penghasilan kerja. Oleh karena hingga menengah. Menurut Payaman
itu, peluang ibu bekerja yang bertujuan dalam Atmasari (2011) pendidikan dan
untuk membantu kebutuhan ekonomi latihan tidak hanya menambah
keluarga juga semakin kecil. pengetahuan, akan tetapi juga akan
Parson dalam Puspitawati (2012) meningkatkan keterampilan bekerja.
meyakini bahwa peran feminin yang Dengan kata lain, seseorang dengan
dimiliki ibu adalah peran ekspresif, pendidikan dasar hingga menengah pada
sedangkan peran maskulin yang dimiliki umumnya peluang dan kesempatan kerja
suami adalah peran instrumental. Dalam akan menyempit. Sehingga dalam
artian aktivitas ekspresif dari perempuan penelitian ini didominasi oleh ibu
memenuhi fungsi internal, seperti berpendidikan menengah yang
menguatkan jalinan hubungan antar menghabiskan waktunya sehari-hari
anggota keluarga. Sedangkan laki-laki di sebagai ibu rumah tangga. Pernyataan
lain pihak menunjukkan pemenuhan tersebut juga didukung oleh pendapat
fungsi eksternal dari keluarga dengan Setiawan (2010), bahwa semakin rendah
menyediakan kebutuhan keuangan jenjang pendidikan yang ditempuh ibu
keluarga. maka semakin kecil peluang untuk
Faktor lain yang dapat mendapatkan pekerjaan yang baik.
mempengaruhi banyaknya ibu yang tidak 3. Pola Menyusui Bayi Usia 0-3 Bulan
bekerja dalam penelitian ini adalah Dari 64 ibu yang menjadi
tingkat pendidikan ibu. Berdasarkan data responden penelitian, hampir
hasil penelitian, tingkat pendidikan ibu setengahnya memiliki pola menyusui
didominasi oleh jenjang SMA dengan predominan dengan prosentase sebesar
prosentase sebesar 62.5% (40 responden). 42.2% (27 responden). Dari hasil tersebut
Tingkat pendidikan ibu tergolong jenjang dapat diartikan bahwa hampir sebagian
menengah. Hal tersebut mengakibatkan responden sudah pernah memberikan
semakin kecilnya peluang ibu untuk minuman lain berbasis air selain ASI
dapat bersaing dalam mendapatkan pada bayi saat berusia 0-3 bulan.
pekerjaan. Pola menyusui predominan yang
Pada era globalisasi ini lapangan mendominasi pada penelitian ini
pekerjaan menuntut tenaga kerja yang mungkin bisa disebabkan karena faktor
telah mendapatkan pendidikan tinggi usia ibu. Hampir seluruh ibu berusia 20-
sesuai dengan bidangnya, dibandingkan 35 tahun dengan prosentase sebesar

Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti Vol 7 no 1 tahun 2019


Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti Vol 7 no 1 tahun 2019

82.8% (53 responden). Menurut Hurlock inilah yang dapat menghambat pemberian
(2009) rentang usia tersebut termasuk ASI eksklusif serta tidak meningkatkan
pada masa dewasa awal dimana terjadi pengetahuan ibu terhadap pentingnya
penyesuaian pada pola kehidupan baru pemberian ASI eksklusif karena biasanya
dan hubungan sosial yang baru. Dari bayi diberi makanan atau minuman
penjelasan tersebut dapat diasumsikan tambahan untuk mencegah bayi rewel
bahwa penyesuaian pola kehidupan baru saat diasuh. Temuan Inoue et al (2012) di
ialah termasuk peran ibu dalam Jepang menunjukkan bahwa
mengasuh dan merawat bayi. Menurut keikutsertaan nenek dalam mengasuh
Schulenberg dan Zarrett (2006), bagi bayi memungkinkan pengaruh negatif
sebagian orang yang berada dalam masa pada menyusui eksklusif.
dewasa awal, meningkatnya tanggung Berdasarkan hasil penelitian,
jawab serta kemandirian merupakan masa prosentase jumlah ibu dengan pola
yang sulit dihadapi. Kesulitan yang menyusui eksklusif sebesar 40.6% (26
dihadapi ini dapat mengakibatkan ibu responden). Prosentase tersebut hanya
masih merasa ragu dalam mengasuh bayi berbeda sedikit jika dibandingkan dengan
secara mandiri sehingga menjadikan prosentase jumlah ibu dengan pola
orang tua/mertua ibu sebagai role model menyusui predominan. Hal yang
dan menyerahkan tanggung jawab mungkin dapat mempengaruhi ibu untuk
mengasuh bayi pada mereka. Sesuai memiliki pola menyusui eksklusif pada
dengan teori menurut Santrock (2008), tiga bulan pertama adalah paritas ibu.
bahwa pada masa dewasa awal seorang Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
ibu masih belajar membentuk identitas prosentase pola menyusui eksklusif
dan membangun kemandirian dari sosok paling banyak adalah pada ibu multipara
orang tuanya. yakni 28.1%, sedangkan pada primipara
Penjelasan diatas membuktikan prosentase menyusui eksklusif hanya
masih adanya anggapan bahwa orang 12.5%. Proporsi pola menyusui eksklusif
yang lebih dewasa akan lebih dipercaya akan semakin meningkat dengan
karena telah memiliki lebih banyak bertambahnya jumlah anak.
pengalaman dalam hidupnya, termasuk Bertambahnya jumlah anak akan semakin
mengasuh bayi. Pola pengasuhan bayi meningkatkan pengetahuan dan
oleh orang tua/mertua ibu yang keterampilan ibu dalam mengasuh anak.
cenderung diperoleh dari pengalaman Selain itu, ibu multipara telah banyak
budaya dan kepercayaan turun temurun belajar pada masalah-masalah yang

Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti Vol 7 no 1 tahun 2019


Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti Vol 7 no 1 tahun 2019

dihadapi pada masa laktasi anak pertama, sebagai kepala rumah tangga
sehingga pengalaman tersebut dapat bertanggung jawab atas seluruh anggota
dijadikan bekal untuk menghadapi masa keluarganya. Dalam hal ini seorang
laktasi anak berikutnya. Hal positif yang suami turut andil dalam menyikapi
didapatkan dari pengalaman ibu tersebut berbagai hal, termasuk saat ibu menjalani
akan memberikan pengaruh besar masa laktasi. Sikap positif suami
terhadap pengambilan keputusan mengenai menyusui akan meningkatkan
menyusui eksklusif dan meningkatkan kepercayaan diri ibu dalam menjalani
motivasi ibu untuk menyusui eksklusif masa laktasi. Sebuah studi kohort di
pada anak selanjutnya. Jerman oleh Kohlhuber et al (2008)
Menurut Notoatmodjo (2003) menemukan bahwa faktor yang memiliki
pengalaman pribadi dapat digunakan hubungan erat antara dukungan suami
sebagai upaya memperoleh pengetahuan dengan inisiasi dan pola menyusui bayi
dengan cara mengulang kembali adalah perilaku positif suami mengenai
pengalaman yang diperoleh dalam menyusui.
memecahkan persoalan yang dihadapi Dukungan positif yang didapat
pada masa yang akan datang. Penelitian ibu dari suaminya akan meningkatkan
sebelumnya membuktikan bahwa pada rasa percaya diri dan pikiran positif ibu
umumnya ibu multipara cenderung untuk dapat selalu memberikan ASI pada
menginisiasi dan menyusui eksklusif bayinya. Hasil penelitian ini sepadan
untuk periode yang lebih lama daripada dengan penelitian Tan (2011) di Malaysia
ibu primipara (Radwan, 2013). Penelitian bahwa ibu dalam masa menyusui akan 4
di Malaysia oleh Tan (2011) juga kali lebih mungkin untuk memiliki pola
menemukan bahwa pola menyusui menyusui eksklusif apabila mendapat
eksklusif bayi kurang dari 6 bulan lebih dukungan baik dari suami dibandingkan
ditemukan pada ibu yang memiliki lebih dengan yang tidak mendapat dukungan.
dari satu anak. Peneliti menganggap pentingnya tenaga
4. Pengaruh Dukungan Suami kesehatan untuk mengedukasi para suami
terhadap Pola Menyusui Bayi Usia 0-3 agar memberikan pengaruh serta
Bulan dukungan positif dalam mendukung
Suami ialah orang yang paling kondisi psikologis ibu sehingga ibu dapat
dekat dengan ibu dan banyak berperan memenuhi kebutuhan ASI pada bayi.
selama ibu menjalani masa kehamilan, Pada saat menyusui terdapat dua
persalinan, dan masa menyusui. Suami refleks maternal yang harus terpenuhi,

Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti Vol 7 no 1 tahun 2019


Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti Vol 7 no 1 tahun 2019

yakni refleks prolaktin dan refleks pendapat Kurniawan (2013) bahwa ibu
pengeluaran ASI (let down). Refleks yang tidak pernah mengalami
pengeluaran ASI (let down) sangat permasalahan dalam menyusui bayinya
dipengaruhi oleh kondisi emosional ibu. akan memiliki keyakinan kuat
Apabila dalam masa laktasi kondisi (breastfeeding self-efficacy) untuk
emosional ibu stabil dan selalu merasa memberikan ASI eksklusif. Hal inilah
tenang dan bahagia, maka refleks yang menyebabkan tingginya angka
pengeluaran ASI (let down) akan berjalan keberhasilan menyusui eksklusif. Oleh
lancar. Menurut Roesli (2008) suami karena itu, sebenarnya suami memiliki
turut berkontribusi dalam kelancaran peran penting untuk memberikan
refleks pengeluaran ASI (let down) yang berbagai jenis dukungan pada ibu agar
sangat dipengaruhi oleh keadaan ibu merasa nyaman dan meminimalkan
emosional atau perasaan ibu. Hal ini permasalahan saat menyusui.
membuktikan pentingnya seorang figur 5. Pengaruh Status Pekerjaan Ibu
suami yang memahami dan menerima terhadap Pola Menyusui Bayi Usia 0-3
perubahan ibu selama masa laktasi. Bulan
Dalam praktik menyusui, ibu Berdasarkan uji Chi Square yang
primipara akan sedikit merasakan telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa
tantangan untuk dapat menguasai teknik status pekerjan ibu mempunyai pengaruh
menyusui bayi secara tepat jika yang signifikan terhadap pola menyusui
dibandingkan dengan multipara yang bayi usia 0-3 bulan, dengan nilai
telah memiliki pengalaman menyusui signifikasi (p value) sebesar 0.000. Nilai
sebelumnya. Hal ini disebabkan karena koefisien korelasi yang didapatkan yakni
ibu primipara masih belum mempunyai -0.432, arah korelasinya negatif. Nilai
pengalaman mengasuh bayi sendiri. Oleh koefisien korelasi termasuk dalam
karena itu dukungan suami sebenarnya kategori sedang. Dapat disimpulkan
sangat diperlukan terutama bagi ibu bahwa semakin sering ibu meninggalkan
primipara agar proses menyusui anak bayi untuk beraktivitas diluar rumah
pertamanya bisa lancar. Ibu primipara (bekerja) maka semakin kecil
yang telah menguasai teknik menyusui kemungkinan ibu dapat melakukan
yang tepat maka akan menghindarkan ibu praktik menyusui eksklusif pada bayi
mengalami kesulitan menyusui sehingga berusia 0-3 bulan.
ibu lebih percaya diri untuk menyusui Bagi ibu bekerja yang sedang
terus-menerus. Hal ini didukung oleh menyusui, tentunya terdapat sedikit

Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti Vol 7 no 1 tahun 2019


Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti Vol 7 no 1 tahun 2019

tantangan untuk dapat membagi yang dipaparkan WHO (2009) bahwa


waktunya dengan baik terlebih lagi dalam refleks prolaktin yang memicu produksi
mengupayakan untuk memberikan ASI ASI dipengaruhi oleh lama dan frekuensi
secara eksklusif pada bayinya apabila bayi menghisap payudara ibu.
dibandingkan dengan ibu rumah tangga Di Indonesia cuti melahirkan
yang selalu dapat menemani bayinya bagi tenaga kerja perempuan telah diatur
setiap waktu. Tidak heran pada saat harus dalam Undang-Undang Nomor 13 Pasal
kembali bekerja, ibu mungkin agak 82 tentang Ketenagakerjaan bahwa
terbebani saat harus membagi waktu istirahat diperoleh selama satu setengah
antara rutinitas di tempat kerja, merawat bulan sebelum melahirkan dan satu
bayi, memberikan ASI, serta setengah bulan sesudah melahirkan.
menjalankan peran utama yakni International Labour Organization (2012)
mengurus rumah tangga. Terlebih lagi menyatakan bahwa kembali bekerja
ibu bekerja meninggalkan bayinya di kurang dari dua bulan setelah melahirkan
rumah dalam jangka waktu tertentu. merupakan salah satu faktor yang
Lama ibu bekerja di luar rumah dapat berpengaruh pada durasi menyusui.
mengurangi waktu ibu bersama dengan Idealnya, pemberian ASI pada bayi
bayi, begitu pula durasi menyusuinya. adalah sesering mungkin dan tidak
Menurut Suririah (2009), terjadwal. Artinya, ibu harus siap setiap
pemberian ASI idealnya dilakukan sesuai saat apabila bayi membutuhkan ASI.
dengan keinginan bayi atau on-demand. Namun, saat masa cuti habis sebelum
Namun hal ini tidak mungkin dilakukan bayi berusia enam bulan dan ibu
oleh ibu bekerja yang meninggalkan diharuskan bekerja, maka pemberian ASI
bayinya. Bayi yang diasuh orang lain eksklusif tidak berjalan seperti
pada saat ditinggal ibunya bekerja tidak seharusnya. Kesulitan dan tantangan bagi
dapat menyusu langsung pada payudara ibu bekerja dalam memberikan ASI
ibu. Hal tersebut lama-kelamaan akan menjadikan susu formula sebagai jalan
mengakibatkan semakin berkurangnya pintas untuk pemberian nutrisi pengganti
produksi ASI oleh payudara ibu. ASI. Penjelasan tersebut didukung riset
Akibatnya, kebutuhan nutrisi dari ASI yang telah dilakukan Ogbuanu et al
yang seharusnya dapat digunakan bayi (2011) di Amerika bahwa ibu yang
dalam masa pertumbuhan dan kembali bekerja dalam waktu ≤ 13
perkembangannya tidak terpenuhi. minggu setelah melahirkan menduduki
Penjelasan tersebut memperkuat teori

Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti Vol 7 no 1 tahun 2019


Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti Vol 7 no 1 tahun 2019

proporsi terbanyak pada pola menyusui dilakukan dengan pengisian kuisioner,


predominan. sedangkan kuisioner yang peneliti
Hasil penelitian ini didukung gunakan adalah rancangan sendiri
oleh penelitian sebelumnya oleh berdasarkan pengembangan dari
Hikmawati (2008) yang berjudul “Faktor- penelitian yang ada sebelumnya. Selain
Faktor Risiko Kegagalan Pemberian ASI itu, kejujuran responden dalam menjawab
Selama Dua Bulan” bahwa ibu bekerja pertanyaan kuisioner menentukan
merupakan faktor risiko kegagalan kebenaran data yang diperoleh peneliti.
pemberian ASI. Penelitian lain oleh Pada penelitian ini, responden hanya
Radwan (2013) di Uni Emirat Arab mengandalkan daya ingatnya untuk
menyatakan bahwa ibu rumah tangga mengisi kuisioner, sehingga terdapat
akan 2 kali lebih mungkin untuk dapat kemungkinan terjadinya recall bias (bias
menyusui eksklusif atau predominan mengingat kembali) pada responden
dibandingkan pada ibu yang bekerja. Ibu terkait dengan kebenaran data yang
yang tidak bekerja diluar rumah atau ibu diberikan.
rumah tangga banyak menghabiskan
waktunya di rumah tanpa terikat KESIMPULAN DAN SARAN
kewajiban atau pekerjaan diluar rumah. KESIMPULAN
Ibu rumah tangga lebih memiliki waktu 1. Ditinjau dari dukungan suami, ibu
yang fleksibel dalam memberikan yang mendapat dukungan suami baik
perawatan, dan ASI yang optimal untuk sebanyak 32 orang (50%) dan yang
bayinya tidak terbatas oleh waktu dan mendapat dukungan kurang sebanyak
kesibukan. Bagi ibu yang kembali 32 orang (50%).
bekerja, bayi akan dititipkan pada 2. Ditinjau dari status pekerjaan ibu,
keluarga atau pengasuh bayi di rumah. yang mendominasi adalah ibu tidak
Keluarga ibu atau pengasuh bayi yang bekerja (ibu rumah tangga) sebanyak
kurang memiliki pengetahuan tentang 44 orang (68.8%).
ASI terlebih lagi yang masih menganut 3. Ditinjau dari pola menyusui bayi usia
budaya tradisional, biasanya bayi diberi 0-3 bulan, yang mendominasi adalah
makanan atau minuman tambahan untuk pola menyusui predominan sebanyak
mencegah bayi rewel saat diasuh. 27 orang (42.2%).
Kekurangan dari penelitian ini 4. Terdapat pengaruh yang signifikan
yakni terkait kualitas data yang diperoleh antara dukungan suami terhadap pola
oleh peneliti. Pengambilan data

Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti Vol 7 no 1 tahun 2019


Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti Vol 7 no 1 tahun 2019

menyusui bayi usia 0-3 bulan dengan lainnya. Selain itu, perlu diadakan
p value = 0.004. penelitian yang mengkaji tentang
5. Terdapat pengaruh yang signifikan dukungan suami dan status pekerjaan ibu
antara status pekerjaan ibu terhadap di daerah pedesaan untuk dapat
pola menyusui bayi usia 0-3 bulan dibandingkan dengan hasil penelitian ini.
dengan p value = 0.000. Diharapkan perbandingan hasil penelitian
SARAN dapat digunakan sebagai acuan tenaga
1. Bagi Tenaga Kesehatan kesehatan untuk dapat memberikan
Diharapkan bagi seluruh tenaga pelayanan dan asuhan yang tepat bagi ibu
kesehatan seperti dokter, bidan, menyusui di perkotaan dan pedesaan
perawat, dan ahli gizi perlu sesuai dengan kebutuhan.
menggencarkan promosi kesehatan
terkait pentingnya ASI eksklusif seperti DAFTAR PUSTAKA
meningkatkan partisipasi suami melalui Azwar, S. Sikap manusia: teori dan
pengukurannya. Pustaka Pelajar.
kegiatan ayah ASI, serta membimbing
Yogyakarta. 2005.
ibu bekerja untuk dapat menerapkan Bobak, M. I., Lowdermilk, D.L., Jensen,
M.D., dan Perry, S.E. 2005. Buku
manajemen laktasi dengan tepat.
Ajar Keperawatan Maternitas.
Promosi kesehatan dimaksudkan agar Edisi 4. Alih bahasa Maria A.
Wijayarini. Jakarta: EGC.
terjadi peningkatan kesadaran ibu,
Departemen Kesehatan RI. 2011. Ibu
suami, dan keluarga mengenai praktik bekerja bukan alasan
menghentikan pemberian ASI
menyusui eksklusif beserta manfaat
eksklusif. Diakses melalui
yang didapatkan, serta menghilangkan http://www.depkes.go.id/index.ph
p/berita/press-release/1662-ibu-
kepercayaan tradisional yang negatif
bekerja-bukan-alasan-
dalam pemberian nutrisi pada bayi. menghentikan-pemberian-asi-
eksklusif.html pada 1 Maret 2015.
2. Bagi Fasilitas Kesehatan
Edmond, M.K., et al. Delayed
Diharapkan bagi seluruh fasilitas Breastfeeding Initiation Increases
Risk of Neonatal Mortality.
kesehatan agar menjadi Baby-Friendly
Journal of The American
Hospital Initiative dengan menerapkan Academy of Pediatrics, 2006, 117
(3).
10 Langkah Keberhasilan Menyusui
Hargi, Jayanta P. 2013. Hubungan
dalam rangka meningkatkan angka Dukungan Suami dengan Sikap
dalam Pemberian ASI Eksklusif
cakupan ASI eksklusif.
di Wilayah Kerja Puskesmas
3. Bagi Penelitian Selanjutnya Arjasa Kabupaten Jember.
Skripsi. Tidak diterbitkan,
Hasil peneltian ini dapat dijadikan
Program Studi Ilmu Keperawatan
sebagai pembanding untuk penelitian Universitas Jember.

Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti Vol 7 no 1 tahun 2019


Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti Vol 7 no 1 tahun 2019

Hikmawati, Isna. 2008. Faktor-Faktor Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan


Risiko Kegagalan Pemberian ASI Masyarakat. Jakarta: Rineka
Selama Dua Bulan (Studi Kasus Cipta.
pada Bayi Umur 3-6 Bulan di Notoatmodjo, S. 2010. Promosi
Kabupaten Banyumas). Tesis. Kesehatan Teori dan Aplikasi.
Tidak Diterbitkan, Program Pasca Jakarta: Rineka Cipta.
Sarjana, Universitas Diponegoro, Ogbuanu, Chinelo et al. The Effect of
Semarang. Maternity Leave Length and Time
Hurlock E.B. 2009. Psikologi of Return to Work on
Perkembangan: Suatu Breastfeeding. Journal of The
Perkembangan Sepanjang Rentan American Academy of Pediatrics,
Kehidupan. Jakarta: Erlangga. 2011, 127 (6).
Inoue, M., Binns, Colin W., Otsuka, Puspitawati, H. 2012. Gender dan
Keiko., Jimba, Masamine., dan Keluarga: Konsep dan Realita di
Matsubara, Manami. Infant Indonesia. PT IPB Press. Bogor.
Feeding Practises and Radwan, Hadia. Patterns and
Breastfeeding Duration in Japan: Determinants of Breastfeeding
A Review. International and Complementary Feeding
Breastfeeding Journal. 2012, 7 Practices of Emirati Mothers in
(15). the United Arab Emirates.
International Labour Organization. 2012. BioMed Central Public Health,
Maternity Protection Resource 2013, 171 (13).
Package- From Aspiration to Rinaningsih. 2007. ASI Eksklusif Modal
Reality for All. Module 10: Kecerdasan Anak. Jawa Tengah:
Breastfeeding arrangements at Media Informasi Kesehatan.
work. Geneva: International Roesli, Utami. 2008. Panduan Inisiasi
Labour Office. Menyusui Dini Plus ASI
Kementrian Kesehatan Republik Eksklusif. Jakarta: Pustaka
Indonesia. 2014. Profil Kesehatan Bunda.
Indonesia Tahun 2013. Jakarta. Saleh, La Ode Amal. 2011. Faktor-Faktor
Kementrian Kesehatan Republik yang Menghambat Praktik ASI
Indonesia. 2014. Situasi dan Eksklusif pada Bayi Usia 0-6
Analisis ASI Eksklusif. Pusat Bulan. Skripsi. Tidak Diterbitkan,
Data dan Informasi Kementrian Universitas Diponegoro,
Kesehatan Republik Indonesia. Semarang.
Keputusan Presiden Republik Indonesia Santrock, John W. 2008. Life-span
Nomor 68 Tahun 1995 Tentang Development. 11 th Edition.
Hari Kerja di Lingkungan Boston: Mc-Graw Hill.
Lembaga Pemerintahan. Schulenberg. J. E., dan Zarrett, N. R.
Kohlhuber, M., Rebhan, B., Schwegler, 2006. Mental health during
U., Koletzko, B., dan Fromme, H. emerging adulthood: Continuity
Breastfeeding Rates and Duration and discontinuity in courses,
in Germany: a Bavarian Cohort causes, and functions.
Study. British Journal of Washington, DC: APA Books.
Nutrition. 2008, 99: 1127-1132. Setiawan, S. 2010. Pengaruh Umur,
Kurniawan, B. Determinan Keberhasilan Pendidikan, Pendapatan,
Pemberian Air Susu Ibu Pengalaman Kerja, dan Jenis
Eksklusif. Jurnal Kedokteran Kelamin Terhadap Lama Mencari
Brawijaya, 2013, 27 (4). Kerja Bagi Tenaga Kerja Terdidik
di Kota Magelang. Skripsi. Tidak

Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti Vol 7 no 1 tahun 2019


Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti Vol 7 no 1 tahun 2019

diterbitkan, Fakultas Ekonomi


Universitas Diponegoro,
Semarang.
Siregar, A.M. 2004. Pemberian ASI
Eksklusif dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya. Skripsi. Tidak
Diterbitkan, Universitas Sumatra
Utara.
Suririah. 2009. Buku Pintar Kehamilan
dan Persalinan. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Tan, Kok Leong. Factors Associated with
Exclusive Breastfeeding Among
Infants Under Six Months of Age
in Peninsular Malaysia.
International Breastfeeding
Journal, 2011, 6 (2).
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan Pasal 77-79.
Welford, H. 2011. ASI atau Sufor?.
Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer.
WHO. 2009. Infant and Young Child
Feeding. Model Chapter for
Textbooks for Medical Students
and Allied Health Professionals.
Yuliarti, N. 2010. Keajaiban ASI-
Makanan Terbaik untuk
Kesehatan, Kecerdasan, dan
Kelincahan Si Kecil. Andi Offset.
Yogyakarta.

Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti Vol 7 no 1 tahun 2019

Anda mungkin juga menyukai