Anda di halaman 1dari 24

TUGAS MATA KULIAH EPIDEMIOLOGI LINGKUNGAN

“ANALISIS DAMPAK LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) TERHADAP


KESEHATAN BERDASARKAN PARADIGMA KESEHATAN
LINGKUNGAN “

Dosen Pengampu : Dr. H. Heru Subaris Kasjono, SKM., M.Kes

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2

1. Berti Oktiana (P07133217044)


2. Dewi Septiana (P07133217045)
3. Elviani (P07133217047)
4. Gina Restyana (P07133217050)
5. Khairunnisa Agustina (P07133217054)
6. Ridho Azhari (P07133217057)
7. Yolanda Siahaan (P07133217067)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES YOGYAKARTA

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

DIPLOMA IV ALIH JENJANG

2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Permasalahan lingkungan merupakan hal yang sangat penting
untuk segera diselesaikan karena menyangkut keselamatan, kesehatan, dan
kehidupan manusia. Udara merupakan faktor yang penting dalam
kehidupan, namun dengan meningkatnya pembangunan fisik kota dan
pusat-pusat industri, kualitas udara telah mengalami perubahan. Udara
yang dulunya segar, kini kering dan kotor, namun sayangnya kita tidak
dapat memilih udara yang kita hirup. Masyarakat di kota besar dan
berdiam dipinggir jalan dengan transportasi kendaraan bermotor yang
padat serta dilingkungan industri adalah merupakan kelompok yang rentan
terhadap pencemaran timah hitam (Pb). Salah satunya adalah terpajannya
masyarakat tersebut dengan timbal (plumbum) melalui pernafasan bersama
asap, debu dan gas. Pajanan timbal pada masyarakat dapat menimbulkan
berbagai efek negatif pada kesehatan, yaitu pada saraf pusat dan saraf tepi,
sistem kardiovaskuler, sistem hemotopoetik, ginjal, pencernaan, sistem
reproduksi, dan bersifat karsinogenik (Nordberg, 1998). Salah satu
gangguan yang diakibatkan oleh keracunan yang diakibatkan oleh
keracunan Pb dan persenyawaan anorganiknya adalah gangguan pada
sistem hematopoetik adalah terhambatnya aktifitas enzim - aminolevulinic
acid dehydrogenase (ALAD) dalam eritroblas sumsum tulang dan eritrosit
pada sintesis heme. Hal ini akan mengakibatkan penurunan kadar-
ALAD dengan darah dalam peningkatan kadar amino levulinate acid
(ALA) dalam serum dan urin (Goldstein dan Kipem, 1994).
Hematotoksisitas dapat digunakan untuk meningkatkan kewaspadaan
terhadap efek Pb dalam darah pada masyarakat yang terpajan Pb. Dengan
mengetahui sifat fisik dan kimia Pb, metabolisme Pb serta efek
hematologis maka diagnosis keracunan Pb dalam darah dapat diketahui
secara awal dan dapat digunakan untuk pencegahan keracunan Pb pada
masyarakat.
Jika terjadi pencemaran udara yaitu masuk- nya zat pencemar
(berbentuk gas-gas dan partikel kecil/aerosol) ke dalam udara maka sejak
itulah manusia akan menerima dampak yang ditimbulkan oleh pencemar
udara tersebut. Sejalan dengan program Langit Biru yaitu mengendalikan
pencemaran emisi sumber bergerak melalui imple- mentasi kebijakan
secara terkoordinasi dan terpadu.Kementerian Lingkungan Hidup (KLH)
mengadakan pemantauan rutin tahunan terhadap kualitas bahan bakar
bensin dan solar di Indonesia. Sebagai dukungan terhadap Program Langit
Biru, LAPAN memberikan perannya antara lain dengan mengadakan
koordinasi pemantauan polusi udara di kota Bandung dan kota-kota besar
lainnya dengan melibatkan beberapa instansi dan perguruan tinggi.
Kegiatan lainnya yaitu melakukan kajian terhadap emisi gas buang
kendaraan bermotor (Gusnita, 2010). Dalam pelaksanaan Program Langit
Biru, pengendalian pencemaran udara difokuskan kepada sumber
pencemaran dari industri dan sarana transportasi kendaraan bermotor
karena keduanya memberikan kontribusi terbesar dalam pencemaran
udara. Berdasarkan pemantauan dari pen- cemaran udara di perkotaan,
emisi transportasi terbukti sebagai penyumbang pencemaran udara
tertinggi di Indonesia, yakni sekitar 85 persen. Hal ini diakibatkan oleh
laju pertumbuhan kepemilikan kendaraan bermotor yang tinggi. Sebagian
besar kendaraan bermotor itu menghasilkan emisi gas buang yang buruk,
baik akibat perawatan yang kurang memadai ataupun dari penggunaan
bahan bakar dengan kualitas kurang baik.
Menurut Environment Project Agency, sekitar 25% logam berat
Timbal (Pb) tetap berada dalam mesin dan 75% lainnya akan mencemari
udara sebagai asap knalpot. Emisi Pb dari gas buangan tetap akan
menimbulkan pencemaran udara dimanapun kendaraan itu berada,
tahapannya adalah sebagai berikut: sebanyak 10% akan mencemari lokasi
dalam radius kurang dari 100 m, 5% akan mencemari lokasi dalam radius
20 km, dan 35% lainnya terbawa atmosfer dalam jarak yang cukup jauh
(Surani, 2002). Logam Pb sebagai gas buang kendaraan bermotor dapat
membahaya- kan kesehatan dan merusak lingkungan. Logam Pb yang
terhirup oleh manusia setiap hari akan diserap, disimpan dan kemudian
ditampung dalam darah. Bentuk kimia Pb merupakan faktor penting yang
mempengaruhi sifat-sifat Pb di dalam tubuh. Komponen Pb organik
misalnya tetraethil Pb segera dapat terabsorbsi oleh tubuh melalui kulit
dan membran mukosa. Logam Pb organik diabsorbsi terutama melalui
saluran pencernaan dan pernafasan dan merupakan sumber Pb utama di
dalam tubuh. Tidak semua Pb yang terhisap atau tertelan ke dalam tubuh
akan tertinggal di dalam tubuh. Kira-kira 5-10% dari jumlah yang tertelan
akan diabsorbsi melalui saluran pencernaan, dan kira- kira 30% dari
jumlah yang terisap melalui hidung akan diabsorbsi melalui saluran
pernafasan akan tinggal di dalam tubuh karena dipengaruhi oleh ukuran
partikel-partikelnya (BPLHD, 2009).

B. Rumusan Masalah
Bagaimana efek kesehatan bagi manusia karena logam berat Pb (timbal)?

C. Tujuan
1. Mengetahui kadar Pb dalam bensin kendaraan berdasarkan simpul A.
2. Mengetahui kadar Pb dalam udara berdasarkan simpul B.
3. Mengetahui kandungan Pb dalam darah masyarakat yang terpajan
berdasarkan simpul C.
4. Mengetahui dampak kasus Pb pada pekerja berdasarkan simpul D.

D. Manfaat
1. Agar mahasiswa mengetahui kadar Pb dalam bensin kendaraan
2. Agar mahasiswa mengetahui kadar Pb dalam udara
3. Agar mahasiswa mengetahui kandungan Pb dalam darah masyarakat
yang terpajan
4. Agar mengetahui dampak kasus Pb yang terjadi pada pekerja.
BAB II
PEMBAHASAN

A. TINJAUAN TEORI
1. Pengertian Pb
Timbal atau yang kita kenal sehari -hari dengan timah
hitam dan dalam bahasa ilmiahnya dikenal dengan kata plumbum
dan logam ini disimpulkan dengan Pb. Logam ini termasuk
kedalam kelompok logam-logam golongan IV–A pada tabel
Periodik unsure kimia. Mempunyai nomor atom (NA) 82 dengan
bobot atau berat (BA) 207,2 adalah suatu logam berat berwarna
kelabu kebiruan dan lunak dengan titik leleh 3270C dan titik didih
1.6200C. Pada suhu 550- 6000C. Pb menguap dan membentuk
oksigen dalam udara membentuk timbal oksida. Bentuk oksidasi
yang paling umum adalah timbal (II). Walaupun bersifat lunak dan
lentur, Pb sangat rapuh dan mengkerut pada pendinginan, sulit
larut dalam air dingin, air panas dan air asam timah hitam dapat
larut dalam asam nitrit, asam asetat dan asam sulfat pekat (Palar,
1994).
2. Sumber-sumber Pb
Timbal secara alamiah terdapat dalam jumlah kecil pada
batu-batuan, penguapan lava, tanah dan tumbuhan. Timbal
komersial dihasilkan melalui penambangan, peleburan,
pengilangan dan pengolahan ulang sekunder. Joko S, 1995 dalam
(Fine, 2011).Sumber-sumber lain yang menyebabkan timbal
terdapat dalam udara ada bermacam-macam. Di antara sumber
alternatif ini yang tergolong besar adalah pembakaran batu bara,
asap dari pabrik-pabrik yang mengolah senyawa timbal alkil,
timbal oksida, peleburan biji timbal dan transfer bahan bakar
kendaraan bermotor, karena senyawa timbal yang terdapat dalam
bahan bakar tersebutdengan sangat mudah menguap. Kadar timbal
dari sumber alamiah sangat rendah dibandingkan dengan timbal
yang berasal dari pembuangan gas kendaraan bermotor. Palar,1994
dalam (Fine,2011).
Timbal terdapat dalam 2 bentukyaitu bentuk inorganik dan
organik. Dalam bentuk inorganik timbal dipakaidalam industri
baterai (digunakan persenyawaan Pb-Bi); untuk kabel
telepondigunakan persenyawaan timbal yang mengandung 1%
stibium (Sb); untukkabel listrik digunakan persenyawan timbal
dengan As, Sn dan Bi: percetakan,gelas, polivinil, plastik dan
mainan anak-anak. Disamping itu bentuk-bentuklain dari
persenyawaan timbal juga banyak digunakan dalam
konstruksipabrik-pabrik kimia, kontainer dan alat-alat lainnya.
Persenyawaan timbaldengan atom N (nitrogen) digunakan sebagai
detonator (bahan peledak).Selain itu timbal juga digunakan untuk
industri cat (PbCrO4), pengkilap keramik(Pb-Silikat), insektisida
(Pb arsenat), pembangkit tenaga listrik (Pb-telurium).Penggunaan
persenyawaan timbal ini karena kemampuannya sangat tinggi
untuktidak mengalami korosi. Palar,2004 dalam (Fine,2011).
Dalam bentuk organik timbal dipakai dalam industri
perminyakan. Alkiltimbal (TEL/timbal tetraetil dan TML/timbal
tetrametil) digunakan sebagaicampuran bahan bakar bensin.
Fungsinya selain meningkatkan dayapelumasan, meningkatkan
efisiensi pembakaran juga sebagai bahan aditif antiketuk (anti-
knock) pada bahan bakar yaitu untuk mengurangi hentakan
akibatkerja mesin sehingga dapat menurunkan kebisingan suara
ketika terjadipembakaran pada mesin-mesin kendaraan bermotor.
Sumber inilah yang saat inipaling banyak memberi kontribusi
kadar timbal dalam udara. Palar, 2004 dalam (Fine,2011).
3. Dampak Pb terhadap Kesehatan
Dalam tubuh, keracunan akibat timbaldapat menyebabkan
gangguan anatomitubuh. Gambaran anatomi akibat
keracunantimbal dapat terlihat pada Robbins, 1995 dalam
(Evi,2005) :
a. Darah
Anemia, biasanya mikrositik (eritrosit berukuran kecil),
hipokromik(peningkatan hemoglobin eritrositsecara abnormal),
berhubungan denganrusaknya sintesis hemoglobin
danmeningkatnya kerapuhan sel darahmerah
b. Sistem saraf
Ensefalopati (penyakit degenaratif otak) pada anak-anak
denganmembengkaknya otak, kemungkinandemielinasi
(rusaknya sarung mielinsaraf) otak dan otak kecil yang
putihsebelah belakang, kematian sel-selsyaraf.
c. Rongga mulut
Garis timbal ginggiva (gusi) terdapat pada orang dewasa dengan
ginggivitis(deposit berwarna biru/hitam dari timbalsulfida).
d. Ginjal
Inklusi intranuklir (pencangkupan inti) tahan asam, terutama
dalam sel-seltubulus proksimal (terdiri dari bagiankompleks
timbal protein).
e. Sistem rangka
Endapan timbal yang radioopak (yang tidak dapat dilalui sinar-
X), sehinggamembentuk gambaran seperti piringanberwarna
putih pada epifise anak-anak.
Secara visual akan muncul gejala dari dampak keterpaparan
timbal secara akutmaupun kronis. Keterpaparan timbal secaraakut
melalui udara yang terhirup akanmenimbulkan gejala rasa lemah,
lelah,gangguan tidur, sakit kepala, nyeri otot dantulang, sembelit,
nyeri perut, dankehilangan nafsu makan sehingga
dapatmenyebabkan anemia. Pada beberapakasus akut akibat
terpapar timbal terjadioliguria (urin sedikit) dan gagal ginjal yang
akut dapat berkembang secara cepat. (Evi,2005).
Pada wanita hamil yang terpapar, timbal melewati plasenta
wanita hamil tersebutyang dapat menyebabkan janin
dalamkandungannya ikut terpapar sehingga dapatmenyebabkan
kelahiran prematur, beratbayi lahir rendah (BBLR), toksisitas
danbahkan kematian. Adanya timbal yangberlebihan dalam tubuh
anak akanmengakibatkan kejadian anemia yang terusmenerus, dan
akan bedampak padapenurunan intelegensia (Evi, 2005).

4. Media Pencemaran
Pajanan Pb dapat berasal dari makanan, minuman, udara,
lingkungan umum, dan lingkungan kerja yang tercemar Pb.
Pajanannon okupasional biasanya melalui tertelannya makanan dan
minumanyang tercemar Pb. Pajanan okupasional melalui saluran
pernapasandan saluran pencernaan terutama oleh Pb karbonat dan
Pb sulfat.Masukan Pb 100 hingga 350 µg/hari dan 20µg diabsorbsi
melaluiinhalasi uap Pb dan partikel dari udara lingkungan kota
yang polutif (Denny A. 2005).
Timah hitam dan senyawanya masuk ke dalam tubuh
manusia melalui saluran pernafasan dan saluran
pencernaan,sedangkan absorbsi melalui kulit sangat kecil sehingga
dapatdiabaikan. Bahaya yang ditimbulkan oleh Pb tergantung oleh
ukuranpartikelnya. Partikel yang lebih kecil dari 10 µg dapat
tertahan di paruparu, sedangkan partikel yang lebih besar
mengendap di salurannafas bagian atas. (Denny A. 2005)
Absorbsi Pb melalui saluran pernafasan dipengaruhi oleh
tiga proses yaitu deposisi, pembersihan mukosiliar, dan
pembersihanalveolar. Deposisi terjadi di nasofaring, saluran
trakeobronkhial, danalveolus. Deposisi tergantung pada ukuran
partikel Pb volumepernafasan dan daya larut. Partikel yang lebih
besar banyak dideposit pada saluran pernafasan bagian atas
dibanding partikel yanglebih kecil. Pembersihan
mukosiliarmembawa partikel di saluran pernafasan bagian atas ke
nasofaringkemudian di telan. Rata-rata 10 – 30% Pb yang
terinhalasi diabsorbsimelalui paru-paru, dan sekitar 5-10% dari
yang tertelan diabsorbsimelalui saluran cerna. Fungsi pembersihan
alveolaradalah membawa partikel ke ekskalator mukosiliar,
menembuslapisan jaringan paru kemudian menuju kelenjar limfe
dan alirandarah. Sebanyak 30-40% Pb yang di absorbsi melalui
seluranpernapasan akan masuk ke aliran darah. Masuknya Pb ke
alirandarah tergantung pada ukuran partikel daya larut, volume
pernafasan dan variasi faal antar individu.

B. STUDI KASUS
1. Simpul 1 (Sumber)
Menurut Environment Project Agency, sekitar 25% logam berat
Timbal (Pb) tetap berada dalam mesin dan 75% lainnya akan
mencemari udara sebagai asap knalpot. Emisi Pb dari gas buangan
tetap akan menimbulkan pencemaran udara dimanapun kendaraan
itu berada, tahapannya adalah sebagai berikut: sebanyak 10% akan
mencemari lokasi dalam radius kurang dari 100 m, 5% akan
mencemari lokasi dalam radius 20 km, dan 35% lainnya terbawa
atmosfer dalam jarak yang cukup jauh
2. Simpul 2 (Media)
Jumlah Pb di udara mengalami peningkatan yang sangat drastis
sejak dimulainya revolusi industri di Benua Eropa, asap yang
berasal dari cerobong asap pabrik hingga knalpot kendaraan telah
melepaskan Pb ke udara, hal ini berlangsung terus menerus
sepanjang hari, sehingga kandungan Pb di udara naik secara
mencolok sekali, hal ini dibuktikan dengan satu hasil penelitian
terhadap kandungan Pb yang terdapat pada lapisan es di Greenland
pada tahun 1969. Emisi Pb ke dalam atmosfir dapat berbentuk gas
partikulat emisi Pb yang masuk dalam bentuk gas, terutama sekali
berasal dari buangan gas kendaraan bermotor.
3.Simpul 3 (Manusia)
Timah hitam dan senyawanya masuk kedalam tubuh manusia
terutama melalui saluran pernafasan dan saluran pencernaan,
sedangkan absorsbsi melalui kulit sangat kecil sehingga dapat
diabaikan. Timah hitam yang diabsorsbsi diangkut oleh darah ke
organ-organ tubuh, dan sebanyak 95% Pb dalam darah diikat oleh
eritrosit. Ekskresi Pb melalui beberapa cara, yang terpenting adalah
melalui ginjal dan saluran cerna, Ekskresi Pb melalui urine sebanyak
75-80%, melalui feces 15% dan lainnya melalui empedu, keringat,
rambut dan kuku.
4.Simpul 4 (Dampak)
Penelitian dari Malaka, 1994 bahwa Efek sub klinik dari Pb
secara jelas terjadi pada sistem syaraf dan hematopoetik. Pada sistem
syaraf menyebabkan difungsi susunan syaraf, gangguan motorik dan
perubahan perilaku. Efek neorologik ini terjadi pada dosis Pb > 30 g.
Sedangkan efek hematologik (sistesis heme) terjadi pada konsentrasi
yang jauh lebih rendah dari konsentrasi tersebut. Apabila gangguan
berlanjut akan terjadi efek neorologik dan efek-efek lainnya dapat
mengakibatkan anemia, dan terhadap syaraf mengakibatkan
menurunnya kecepatan konduksi saraf.
C. PEMBAHASAN
1. Paradigma Kesehatan Lingkungan
Paradigma kesehatan lingkungan dapat dilihat pada gambar berikut
:

Sumber Media Manusia Dampak Kes.


Melalui wahana
*Alamiah * Akut
*Udara *Darah
*Pen. Peny. *Sub.Klinik
*Air *Lemak
Infeksi *Samar
*Makanan *Urine
*Industri *Sehat
*Binatang *Jaringan dll

A B C D
Penyakit tidak menular tidak disebabkan oleh mikroba
melainkan disebabkan oleh berbagai bahan atau komponen
lingkungan berupa bahan kimia maupun zat dengan kekuatan
fisik. Misalnya seperti keracunan pestisida, cadmium, timbal,
merkuri dan sebagainya [ CITATION Ach05 \l 1057 ].
a. Sumber (Simpul A)
Pencemaran udara bersumber dari asap cerobong industri
dan gas buangan dari kendaraan bermotor, selain itu dapat juga
bersumber dari buangan rumah tangga (domestik).
Perkembangan otomotif sebagai alat transportasi sangat
memudahkan manusia dalam melaksanakan suatu pekerjaan,
namun di sisi lain penggunaan kendaraan bermotor
menimbulkan dampak buruk terhadap lingkungan, terutama gas
buang dari hasil pembakaran bahan bakar yang tidak terurai
atau terbakar dengan sempurna. Logam Pb yang mencemari
udara terdapat dalam dua bentuk, yaitu dalam bentuk gas dan
partikel-partikel.
Menurut Environment Project Agency, sekitar 25% logam
berat Timbal (Pb) tetap berada dalam mesin dan 75% lainnya
akan mencemari udara sebagai asap knalpot. Emisi Pb dari gas
buangan tetap akan menimbulkan pencemaran udara
dimanapun kendaraan itu berada, tahapannya adalah sebagai
berikut: sebanyak 10% akan mencemari lokasi dalam radius
kurang dari 100 m, 5% akan mencemari lokasi dalam radius 20
km, dan 35% lainnya terbawa atmosfer dalam jarak yang cukup
jauh (Surani, 2002).
Logam Pb yang mencemari udara terdapat dalam dua
bentuk, yaitu dalam bentuk gas dan partikel-partikel. Gas
timbal terutama berasal dari pembakaran bahan aditif bensin
dari kendaraan bermotor yang terdiri dari tetraetil Pb dan
tetrametil Pb. Partikel-partikel Pb di udara berasal dari sumber-
sumber lain seperti pabrik-pabrik alkil Pb dan Pb-oksida,
pembakaran arang dan sebagai-nya. Polusi Pb yang terbesar
berasal dari pembakaran bensin, dimana dihasilkan berbagai
komponen Pb, terutama PbBrCl dan PbBrCl.2PbO (Fardiaz,
1992).
Penggunaan Pb di industri seperti PbO, Pb3O4. Pada
industri baterai, Pb3O4 pada industri cat, PbO pada industri
karet Pb sulfat pada industri cat, Pb arsenat pada insektisida
dan Pb naftenat sebagai pengering pada industri kain katun, cat,
tinta, cat rambut, insektisida, amuni si dan kosmetik. Timah
hitam digunakan pula sebagai zat warna yaitu Pb karbonat dan
Pb sulfat sebagai zat warna putih dan Pb kromat sebagai krom
kuning, krom jingga, krom merah dan krom hijau (Palar, 1994).
b. Media (Simpul B)
Simpul B merupakan media transmisi penyakit. Komponen
lingkungan yang dapat memindahkan agent penyakit yang
terdiri dari 5 yakni : udara, air, tanah/pangan,
binatang/serangga dan manusia langsung.
Pajanan Pb dapat berasal dari makanan, minuman, udara,
lingkungan umum, dan lingkungan kerja yang tercemar Pb.
Pajanan non okupasional biasanya melalui tertelannya makanan
dan minuman yang tercemar Pb. Pajanan okupasional melalui
saluran pernapasan dan saluran pencernaan terutama oleh Pb
karbonat dan Pb sulfat. Masukan Pb 100 hingga 350 mg/hari
dan 20mg diabsorbsi melalui inhalasi uap Pb dan partikel dari
udara lingkungan kota yang polutif (DeRoos, 1997).
Timah hitam dan senyawanya masuk ke dalam tubuh
manusia melalui saluran pernafasan dan saluran pencernaan,
sedangkan absorbsi melalui kulit sangat kecil sehingga dapat
diabaikan. Bahaya yang ditimbulkan oleh Pb tergantung oleh
ukuran partikelnya. Partikel yang lebih kecil dari 10 mg dapat
tertahan di paru-paru, sedangkan partikel yang lebih besar
mengendap di saluran nafas bagian atas
Manusia menyerap timbal melalui udara, debu, air dan
makanan. Tetraethyl lead (TEL), yang merupakan bahan logam
timah hitam (timbal) yang ditambahkan ke dalam bahan bakar
berkualitas rendah untuk menurunkan nilai oktan. Pb organik
diabsorbsi terutama melalui saluran pencernaan dan pernafasan
dan merupakan sumber Pb utama di dalam tubuh.Selain itu
mangan pada MMT dan karsiogenik pada MTBE (bahan aditif
pada bensin selain TEL yang menghasilkan zat berbahaya bagi
tubuh) (Anonim, 2010).
Logam Pb dalam jangka waktu panjang dapat terakumulasi
dalam tubuh karena proses eliminasinya yang lambat. Setiap
liter bensin dalam angka oktan 87 dan 98 mengandung 0,70g
senyawa Pb Tetraetil dan 0,84g Tetrametil Pb. Setiap satu liter
bensin yang dibakar jika dikonversi akan mengemisikan 0,56g
Pb yang dibuang ke udara (Librawati, 2005).
Komponen Pb organik misalnya tetraethil Pb segera dapat
terabsorbsi oleh tubuh melalui kulit dan membran mukosa.
Logam Pb organik diabsorbsi terutama melalui saluran
pencernaan dan pernafasan dan merupakan sumber Pb utama di
dalam tubuh. Tidak semua Pb yang terhisap atau tertelan ke
dalam tubuh akan tertinggal di dalam tubuh. Kira-kira 5-10%
dari jumlah yang tertelan akan diabsorbsi melalui saluran
pencernaan, dan kira-kira 30% dari jumlah yang terisap melalui
hidung akan diabsorbsi melalui saluran pernafasan akan tinggal
di dalam tubuh karena dipengaruhi oleh ukuran partikel-
partikelnya (BPLHD, 2009).
Logam berat timbal sangat beracun, mempunyai sifat
bioakumulatif dalam tubuh organisme air, dan akan terus
diakumulasi hingga organisme tersebut tidak mampu lagi
mentolerir kandungan logam berat timbal dalam tubuhnya.
Karena sifat bioakumulatif logam berat timbal, maka bisa
terjadi konsentrasi logam tersebut dalam bentuk terlarut dalam
air adalah rendah, dalam sedimen semakin meningkat akibat
proses-proses fisika, kimia dan biologi perairan, dan dalam
tubuh hewan air meningkat sampai beberapa kali lipat (Sitorus,
2004)

Beberapa kadar Pb yang diperbolehkan menurut peraturan


yang ada di Indonesia adalah sebagai berikut :

Kadar yang
No Peraturan
diperbolehkan
Mentri Tenaga Kerja melalui
1 0,05 mg/m3
Permenakertrans, No 13/MEN/X/2011
2 Kadar Pb udara menurut standar OSHA 50 mg/m3
Kadar Pb dalam makanan dan minuman
Keputusan SNI 7387:2009
3 Ikan dan hasil olahannya 0,3 mg/kg
Daging dan hasil olahannya 1,0 mg/kg
Air mineral alami 0,01 mg/l
4 Kadar Pb pada kualitas air laut menurut
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 0.05 mg/l
51 Tahun 2004

c. Manusia (Simpul C)
Timah hitam dan senyawanya masuk kedalam tubuh manusia
terutama melalui saluran pernafasan dan saluran pencernaan,
sedangkan absorsbsi melalui kulit sangat kecil sehingga dapat
diabaikan. Timah hitam yang diabsorsbsi diangkut oleh darah
ke organ-organ tubuh, dan sebanyak 95% Pb dalam darah
diikat oleh eritrosit. Ekskresi Pb melalui beberapa cara, yang
terpenting adalah melalui ginjal dan saluran cerna, Ekskresi Pb
melalui urine sebanyak 75-80%, melalui feces 15% dan lainnya
melalui empedu, keringat, rambut dan kuku. Pajanan timbal
pada masyarakat dapat menimbulkan berbagai efek negatif
pada kesehatan, yaitu pada saraf pusat dan saraf tepi, sistem
kardiovaskuler, sistem hemotopoetik, ginjal, pencernaan,
sistem reproduksi, dan bersifat karsinogenik saluran pernafasan
dan saluran pencernaan,
Metabolisme Pb (Absorbsi, Distribusi, Ekskresi)
Absorbsi
Absorbsi Pb melalui saluran pernafasan dipengaruhi oleh tiga
proses yaitu deposisi, pembersihan mukosiliar, dan
pembersihan alveolar. Deposisi terjadi di nasofaring, saluran
trakeobronkhial, dan alveolus. Deposisi tergantung pada ukuran
partikel Pb volume pernafasan dan daya larut. Partikel y ang
lebih besar banyak di deposit pada saluran pernafasan bagian
atas dibanding partikel yang lebih kecil (DeRoos 1997, dan
OSHA, 2005). Pembersihan mukosiliar membawa partikel di
saluran pernafasan bagian atas ke nasofaring kemudian di telan.
Rata-rata 10 – 30% Pb yang terinhalasi diabsorbsi melalui
paru-paru, dan sekitar 5-10% dari yang tertelan diabsorbsi
melalui saluran cerna (Palar,1994). Fungsi pembersihan
alveolar adalah membawa partikel ke ekskalator mukosiliar,
menembus lapisan jaringan paru kemudian menuju kelenjar
limfe dan aliran darah. Sebanyak 30-40% Pb yang di absorbsi
melalui seluran pernapasan akan masuk ke aliran darah.
Masuknya Pb ke aliran darah tergantung pada ukuran partikel
daya larut, volume pernafasan dan variasi faal antar individu
(Palar, 1994).
Distribusi dan penyimpanan
Timah hitam yang diabsorsi diangkut oleh darah ke organ -
organ tubuh sebanyak 95% Pb dalam darah diikat oleh eritrosit.
Sebagian Pb plasma dalam bentuk yang dapat berdifusi dan
diperkirakan dalam keseimbangan dengan pool Pb tubuh
lainnya. Yang dibagi menjadi dua yaitu ke jaringan lunak
(sumsum tulang, sistim saraf, ginjal, hati) dan ke jaringan keras
(tulang, kuku, rambut, gigi (Palar, 1994). Gigi dan tulang
panjang mengandung Pb yang lebih banyak dibandingkan tu
lang lainnya. Pada gusi dapat terlihat lead line yaitu pigmen
berwarna abu abu pada perbatasan antara gigi dan gusi
(Goldstein & Kipen, 1994). Hal itu merupakan ciri khas
keracunan Pb. Pada jaringan lunak sebagian Pb disimpan dalam
aorta, hati, ginjal, otak, dan kulit. Timah hitam yang ada
dijaringan lunak bersifat toksik.

Ekskresi
Ekskresi Pb melalui beberapa cara, yang terpenting adalah
melalui ginjal dan saluran cerna. Ekskresi Pb melalui urine
sebanyak 75 – 80%, melalui feces 15% dan lainnya melalui
empedu, keringat, rambut, dan kuku (Palar,1994). Ekskresi Pb
melalui saluran cerna dipengaruhi oleh saluran aktif dan pasif
kelenjar saliva, pankreas dan kelenjar lainnya di dinding usus,
regenerasi sel epitel, dan ekskresi empedu. Sedangkan Proses
eksresi Pb melalui ginjal adalah melalui filtrasiglomerulus.
Kadar Pb dalam urine merupakan cerminan pajanan baru
sehingga pemeriksaan Pb urine dipakai untuk pajanan
okupasional (Goldstein & Kippen, 1994).
Pada umumnya ekskresi Pb berjalan sangat lambat. Timah
hitam waktu paruh didalam darah kurang lebih 25 hari, pada
jaringan lunak 40 hari sedangkan pada tulang 25 tahun.
Ekskresi yang lambat ini menyebabkan Pb mudah
terakumulasi dalam tubuh, baik Pajanan Pb dapat berasal dari
makanan, minuman, udara, lingkungan umum, dan lingkungan
kerja yang tercemar Pb.

d. Dampak Keesehatan (Simpul D)


Menurut Winarno (1993), Pb merupakan racun syaraf
(neuro toxin) yang bersifat kumulatif, destruktif dan kontinu
pada sistem haemofilik, kardio-vaskuler dan ginjal. Anak yang
telah menderita tokisisitas timbal cenderung menunjukkan
gejala hiperaktif, mudah bosan, mudah terpengaruh, sulit ber-
konsentrasi terhadap lingkungannya termasuk pada pelajaran,
serta akan mengalami gangguan pada masa dewasanya nanti
yaitu anak menjadi lamban dalam berfikir, biasanya orang akan
mengalami keracunan timbal bila ia mengonsumsi timbal
sekitar 0,2 sampai 2 mg/hari.
Berikut dampak logam Pb pada kesehatan:
1) Sistem Syaraf dan Kecerdasan
Efek Pb terhadap sistem syaraf telah diketahui, terutama
dalam studi kesehatan kerja dimana pekerja yang terpajan
kadar timbal yang tinggi dilaporkan menderita gejala
kehilangan nafsu makan, depresi, kelelahan, sakit kepala,
mudah lupa, dan pusing. Efek timbal terhadap kecerdasan
anak memiliki efek menurunkan IQ bahkan pada tingkat
pajanan rendah. Studi lebih lanjut menunjukkan bahwa
kenaikan kadar timbal dalam darah di atas 20 μg/dl dapat
mengakibatkan penurunan IQ sebesar 2-5 poin.
2) Efek Sistemik
Kandungan Pb dalam darah yang terlalu tinggi (toksitas
Timbal yakni di atas 30 ug/dl) dapat menyebabkan efek
sistemik lainnya adalah gejala gastro-intestinal. Keracunan
timbal dapat berakibat sakit perut, konstipasi, kram, mual,
muntah, anoreksia, dan kehilangan berat badan. Pb juga
dapat meningkatkan tekanan darah. Intinya timbal ini dapat
merusak fungsi organ.
3) Efek Terhadap Reproduksi
Pajanan Pb pada wanita di masa kehamilan telah dilaporkan
dapat memperbesar resiko keguguran, kematian bayi dalam
kandungan, dan kelahiran prematur. Pada laki-laki, efek Pb
antara lain menurunkan jumlah sperma dan meningkatnya
jumlah sperma abnormal.
4) Pada Tulang
Pada tulang, ion Pb2+ logam ini mampu menggantikan
keberadaan ion Ca2+ (kalsium) yang terdapat pada jaringan
tulang. Konsumsi makanan tinggi kalsium akan
mengisolasi tubuh dari paparan Pb yang baru.

5) Rencana tindak lanjut atau upaya pencegahan dan


pengendalian yang disebabkan oleh Pb
Pengendalian pencemaran Pb dapat dilakukan melalui
pendekatan teknis yaitu dengan mengupayakan pembakaran
sempurna dan mencari bahan bakar alternatif. Pemerintah
mempunyai posisi yang strategis untuk melakukan pendekatan
planatologi, administrasi dan hukum. Sedangkan untuk
meningkatkan kedisiplinan perawatan dan cara pengemudian yang
baik dan benar dapat dilakukan melalui pendekatan edukatif.
Langkah pemerintah dalam mewujudkan Program Langit Biru
dengan mengadakan pemantauan rutin tahunan terhadap kualitas
bahan bakar bensin dan solar dengan uji emisi kendaraan.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Setiap liter bensin dalam angka oktan 87 dan 98 mengandung
0,70g senyawa Pb Tetraetil dan 0,84g Tetrametil Pb. Setiap satu
liter bensin yang dibakar jika dikonversi akan mengemisikan 0,56g
Pb yang dibuang ke udara. Kadar logam berat Timbal (Pb) dalam
bensin yaitu sekitar 25% tetap berada dalam mesin dan 75%
lainnya akan mencemari udara sebagai asap knalpot.
2. Kadar Pb dalam udara menurut standar OSHA adalah 50 mg/m3.
3. Timah hitam yang diabsorsbsi diangkut oleh darah ke organ-organ
tubuh, dan sebanyak 95% Pb dalam darah diikat oleh eritrosit.
Ekskresi Pb melalui beberapa cara, yang terpenting adalah melalui
ginjal dan saluran cerna, Ekskresi Pb melalui urine sebanyak 75-
80%, melalui feces 15% dan lainnya melalui empedu, keringat,
rambut dan kuku.
4. Anak yang telah menderita tokisisitas timbal cenderung
menunjukkan gejala hiperaktif, mudah bosan, mudah terpengaruh,
sulit ber-konsentrasi terhadap lingkungannya termasuk pada
pelajaran, serta akan mengalami gangguan pada masa dewasanya
nanti yaitu anak menjadi lamban dalam berfikir, biasanya orang
akan mengalami keracunan timbal bila ia mengonsumsi timbal
sekitar 0,2 sampai 2 mg/hari.
B. Saran
1. Menggunakan bahan bakar yang ramah lingkungan, supaya
pembakaran di dalamnya terjadi secara sempurna dan tidak
menimbulkan bahaya Pb.
2. Melakukan pemantauan udara secara berkala agar tidak terjadi
pencemaran, dan tau bagaimana cara mengendalikannya.
3. Menggunakan alat pelindung diri berupa masker setiap kali
bepergian terutama saat mengendarai kendaraan.
4. Segera cek kesehatan apabila merasa adanya gangguan kesehatan
karena seringnya terpajan asap kendaraan.
DAFTAR PUSTAKA

https://media.neliti.com/media/publications/108677-ID-analisis-risiko-kesehatan-
pajanan-timbal.pdf
jurnal.lapan.go.id/index.php/berita_dirgantara/article/download/1718/1553
https://media.neliti.com/media/publications/3950-ID-deteksi-pencemaran-timah-
hitam-pb-dalam-darah-masyarakat-yang-terpajan-timbal-pl.pdf
http://jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/article/view/34/65
Fardiaz, S., 1992, Polusi Air dan udara, Kanisius, Yogyakarta.
Librawati, T.P, 2005. Analisis Cemaran Pb pada Bawang Daun (Allium
fistulosum L)di daerah Dieng Wonosobo, Skripsi, Fakultas Biologi Unsoed
Purwokerto.
Surani, R., 2002. Pencemaran dan Toksi-kologi Logam Berat, Rineka Cipta,
Jakarta., Kesehatan Lingkungan, Gadjah Mada University Press, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai