Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Skabies menurut WHO adalah salah satu kondisi dermatologis yang paling

banyak di temukan terutama di negara berkembang. Secara global, skabies

diperkirakan terjadi lebih dari 200 juta orang setiap tahun. Estimasi prevalensi

skabies berkisar dari 0,2% hingga 71%. Pada tahun 2015, diperkirakan bahwa efek

langsung dari serangan skabies pada kulit saja menyebabkan 0,21% dari semua

kondisi secara global. secara usia skabies banyak di temukan pada anak-anak

daripada remaja dan dewasa ( Romani, 2015)

Skabies merupakan infeksi kulit menular yang disebabkan oleh tungau

Sarcopetes scabiei (Tretin, 2019). Di sebagian besar penduduk pedesaan pada

negara berkembanga merupakan endemik, di mana prevalensinya hingga 10% dari

populasi. Kondisi kehidupan yang padat seperti yang ditemukan di penitipan anak,

rumah kelompok dan penjara meningkatkan risiko penyebaran. Karena tidak

mungkin untuk menghilangkan Skabies, kontrol morbiditas adalah satu-satunya

pilihan untuk mengurangi beban penyakit (Nair, 2016).

Penyakit skabies banyak dijumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena

Indonesia merupakan negara beriklim tropis. Menurut data Depkes RI Prevalensi

skabies di Indonesia sudah terjadi cukup penurunan dari tahun ke tahun terlihat

dari data prevalensi tahun 2008 sebesar 5,60% - 12,96%, prevalensi tahun 2009

sebesar 4,9-12, 95 % dan data terakhir yang didapat tercatat prevalensi skabies di

Indonesia tahun 2013 yakni 3,9 – 6 %. Walaupun terjadi penuruan prevalensi

1
2

namun dapat dikatakan bahwa Indonesia belum terbebas dari penyakit skabies dan

masih menjadi salah satu masalah penyakit menular di Indonesia (Ridwan, 2017).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Kediri Prevalensi skabies pada

tahun 2018 didapatkan total 1.032 kasus setara dengan 0,36% dari jumlah

penduduk kota Kediri atau urutan 35 dari total kesakitan wilayah kota kediri.

Berdasarkan data kesakitan wilayah Puskesmas Pesantren 1 kota Kediri sebanyak

2% dengan urutan ke 10 dari total penyakit. Sedangkan tahun 2017 Infeksi Kulit

dan Jaringan Subcutan di wilayah Puskesmas Pesantren 1 kota Kediri berada pada

urutan ke 12 dengan jumlah 424 Kasus atau 1,06% dari total penyakit. Sehingga

disimpulkan bahwa terdapat peningkatan jumlah pasien skabies dari tahun 2017 ke

tahun 2018.

Pondok pesantren merupakan merupakan cikal bakal pendidikan islam di

Indonesia. Kehadiran pertama pondok pesantren diperkirakan dari 300-400 tahun

yang lalu, khususnya di daerah Jawa. Penyelenggaraan lembaga pendidikan

pesantren berbentuk asrama yang merupakan komunitas tersendiri di bawah

pimpinan kyai atau ulama di bantu oleh seorang atau beberapa orang ulama, dan

atau para ustadz yang hidup bersama di tengah-tengah para santri. (Syafe’i, 2017).

Menurut Rina (2015) Pondok pesantren (sekolah asrama) dinilai kurang

memperhatikan kesehatan siswa dan lingkungan, sehingga dalam hal kesehatan

menyatakan masih membutuhkan perhatian baik dari segi layanan kesehatan,

perilaku kesehatan, dan aspek kesehatan lingkungan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh yusuf M.B.M et al (2015)

menyatakan bahwa di pesantren Darul Fatwa Jati Lohor didapatkan tingkat

pengetahuan dan sikap responden untuk mencegah penularan scabies cukup baik,

sedangkan tingkat praktek sedang, masih ada beberapa pertanyaan yang tidak bisa
3

dijawab oleh responden yaitu etiologi ( 31,1%), rantai putus transmisi (40%), dan

bagaimana mencegah scabies (37,8%). Tidak mencuci handuk, tidak mengganti

sprei dan sarung bantal setiap 2 minggu adalah praktek yang kurang baik yang

dilakukan responden.

Peneliti tertarik untuk meneliti mengenai fator-faktor yang berpengaruh

terhadap kejadian Skabies di pondok pesantren Tri Barokah kota Kediri. karena

kecenderungan kejadian skabies pada tempat yang berpopulasi padat dengan

kontak langsung ataupun tidak langsung yang cukup tinggi. Selain itu juga

terdapat pondok pesantren Tri Barokah yang merupakan pondok pesantren yang

banyak diminati oleh masyarakat, kemungkinan mendapatkan sampel lebih besar.

Dari survey yang telah peneliti lakukan, peneliti menemukan bahwa kejadian

skabies di pondok pesantren Tri Barokah sebanyak 60% dari total santri yang

berada di pondok pesantren tersebut. Selain itu, pondok pesantren Tri Barokah

Kediri juga berlokasi di wilayah kerja Puskesmas Pesantren 1 kota Kedri.


4

1.2 Rumusan Masalah

Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi kejadian skabies di pondok pesantren

Tri Barokah Kota Kediri?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian skabies di pondok

pesantren Tri Barokah Kota Kediri.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui antara pengetahuan terhadap kejadian skabies di pondok pesantren

Tri Barokah Kota Kediri.

2. Untuk mengetahui pengaruh sikap terhadap kejadian scabies di pondok pesantren Tri

Barokah Kota Kediri.

3. Untuk mengetahui pengaruh kebersihan kulit dengan kejadian scabies di pondok

pesantren Tri Barokah Kota Kediri.

4. Untuk mengetahui pengaruh kebersihan kulit dan kuku terhadap kejadian scabies di

pondok pesantren Tri Barokah Kota Kediri.

5. Untuk mengetahui pengaruh kebersihan pakaian terhadap kejadian skabies di pondok

pesantren Tri Barokah Kota Kediri.

6. Untuk mengetahui pengaruh kebersihan handuk, tempat tidur, dan sprei terhadap

kejadian skabies di pondok pesantren Tri Barokah Kota Kediri.

7. Untuk mengetahu pengaruh kepadatan hunian terhadap kejadian skabies di pondok

pesantren Tri Barokah Kota Kediri.


5

8. Untuk mengetahui pengaruh ketersediaan air terhadap kejadian skabies di pondok

pesantren Tri Barokah Kota Kediri.

9. Untuk mengetahui pengaruh ventilasi terhadap kejadian skabies di pondok pesantren

Tri Barokah Kota Kediri.

10. Untuk mengetahui pengaruh pencahayaan terhadap kejadian skabies di pondok

pesantren Tri Barokah Kota Kediri.

11. Untuk mengetahui pengaruh suhu hunian terhadap kejadian skabies di pondok

pesantren Tri Barokah Kota Kediri.

12. Untuk mengetahui pengaruh kebersihan kamar terhadap kejadian skabies di pondok

pesantren Tri Barokah Kota Kediri.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

1. Menambah pengalaman dan pemahaman tentang Skabies di pondok pesantren Tri

Barokah Kota Kediri.

2. Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian Skabies di pondok

pesantren Tri Barokah Kota Kediri.

1.4.2 Bagi Masyarakat

Menambah pengetahuan tentang Skabies beserta terapi dan cara pencegahannya

1.4.3 Bagi Puskesmas

1. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna

tentang fakto-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian Skabies di pondok

pesantren Tri Barokah Kota Kediri.

2. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menurunkan kejadian Skabies di

pondok pesantren Tri Barokah Kota Kediri


6

1.4.4 Bagi Dinas Kesehatan Kota Kediri

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan data pengetahuan Santri di

pondok pesantren Tri Barokah kota Kediri tentang skabies.

1.4.5 Bagi Instansi Universitas Muhammadiyah Malang

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kerjasama antara akademik,

instansi dan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai