Anda di halaman 1dari 37

PENDEKATAN DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM

DAN MODEL-MODEL DESAIN KURIKULUM

Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Kurikulum

Dosen Pengampuh : Prof. Dr. Rugaiyah, M.Pd.


Asisten Dosen : Dr. Siti Nabilah, M.Pd.

Disusun Oleh:
MP 2018 A
Kelompok IV

1. Adrian Maheswara Parishea (1103618030)


2. Afifah Damayanti (1103618029)
3. Aldi Muhammad Mirza (1103618015)
4. Aulia Andam Pega (1103618027)
5. Chairun Nida (1103618032)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pendekatan
Pengembangan Kurikulum dan Model desain Kurikulum“ Kami menyadari bahwa
selesainya makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik secara langsung
maupun tidak langsung. Untuk itu kami menyampaikan ucapan banyak terima kasih
kepada:

(1) Prof. Dr. Rugaiyah, M.Pd.selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen
Kurikulum
(2) Dr. Siti Nabilah, M.Pd.selaku assisten dosen mata kuliah Manajemen
Kurikulum
(3) Teman-teman sekelas yang membantu dan mendukung kami dalam
menyelesaikan laporan ini.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen


Kurikulum. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata, kami berharap makalah ini bermanfaat bagi semua pihak,
khususnya civitas akademika Universitas Negeri Jakarta.

Jakarta, 7 Maret 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................................3
A. Pendekatan Dalam Pengembangan Kurikulum.......................................................3
1. Pengertian...............................................................................................................3
2. Tujuan Pengembangan Kurikulum......................................................................4
3. Jenis-Jenis Pendekatan..........................................................................................5
B. Desain Kurikulum....................................................................................................13
1. Pengertian.............................................................................................................13
2. Prinsip-Prinsip......................................................................................................14
3. Macam – Macam Desain Kurikulum..................................................................15
4. Model – Model Desain Kurikulum......................................................................23
BAB III.................................................................................................................................29
PENUTUPAN.......................................................................................................................29
A. Kesimpulan...............................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................31

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan dibutuhkan yang dinamakan kurikulum yang
membantu dalam mencapai tujuan pendidikan nasional. Berbagai jenis dalam
pengembangan kurikulum dipakai oleh pemerintahan Indonesia dalam mencapai
cita-cita bangsa yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan mencetak generasi
penerus bangsa yang berakhlaq serta berbudi pekerti luhur. Hal ini perlu adanya
kerja sama antara Pemerintah pusat, administrator, kepala kantor wilayah
pendidikan, kebudayaan, serta peranan guru dalam pendidikan. Banyak model
yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum. Pemilihan suatu model
pengembangan kurikulum bukan saja berdasarkan atas kelebihan dan kebaikan-
kebaikannya serta kemungkinan pencapaian hasil yang optimal, tetapi juga perlu
disesuaikan dengan sistem pengelolaan pendidikan yang dianut serta konsep
pendidikan yang digunakan. Model pengembangan kurikulum dalam sistem
pendidikan dan pengolaan yang sifatnya sentralisasi berbeda dengan yang
desentralisasi. Model pengembangan dalam kurikulum yang bersifat subjek
akademis berbeda dengan kurikulum humanistik, teknologis dan rekonstruksi
sosial.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pendekatan pengembangan kurikulum?
2. Apa tujuan adanya pendekatan dalam pengembangan kurikulum?
3. Apa saja jenis-jenis pendekatan dalam pegembangan kurikulum?
4. Apa pengertian dari desain kurikulum ?
5. Apa saja Prinsip-prinsip dalam mendesain ?
6. Apa saja macam-macam desain kurikulum ?
7. Apa saja model-model desain kurikulum ?

1
2

C. Tujuan Penulisan
1. Memahami arti tentang pendekatan pengembangan kurikulum.
2. Mengetahui tujuan pendekatan pengembangan kurikulum.
3. Mengetahui jenis-jenis pendekatan dalam pengembangan kurikulum.
4. Memahami arti desai kurikulum.
5. Mengetahui prinsip dalam mendesain kurikulum.
6. Mengetahui macam-macam desain model kurikulum.
7. Mengetahui model-model desain kurikulum
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendekatan Dalam Pengembangan Kurikulum


1. Pengertian
Kurikulum merupakan rencana tertulis yang berisi tentang ide-ide dan
gagasan-gagasan yang dirumuskan oleh pengembang kurikulum.Rencana
tertulis itu kemudian menjadi dokumen kurikulum yang membentuk suatu
sistem kurikulum.Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang seseorang terhadap suatu proses tertentu. Istilah pendekatan
merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya
masih sangat umum. Dengan demikian, pendekatan pengembangan
kurikulum menunjuk pada titik tolak atau sudut pandang secara umum
tentang proses pengembangan kurikulum. 1
Pendekatan lebih menekankan pada usaha dan langkah-langkah atau
cara kerja dengan menerapkan suatu strategi dan beberapa metode yang
tepat, yang dijadikan sesuai dengan langkah-langkah yang sistematik
untuk memperoleh hasil kerja yang lebih baik. Kurikulum merupakan
suatu perangkat pernyataan yang memberikan makna terhadap kurikulum
sekolah, makna tersebut terjadi karena adanya penegasan hubungan antara
unsur- unsur kurikulum, karena adanya petunjuk perkembangan,
penggunaan dan evaluasi kurikulum.
Menurut Casswell mengartikan pengembangan kurikulum sebagai alat
untuk membantu guru dalam melakukan tugas mengerjakan bahan,
menarik minat murid dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Menurut
Geane, Topter dan Alicia bahwa Pengembangan Kurikulum adalah suatu
1
Wina Sanjaya, Kurikulum Dan Pembelajaran Teori Dan Praktik Pengembangan KTSP, ( Jakarta
Kencana Prena Media, 2010)

3
4

proses dimana partisipasi pada berbagai tingkatan dalam membuat


keputusan tentang tujuan, bagaimana tujuan direalisasikan melalui proses
belajar mengajar dan apakah tujuan dan alat itu serasi dan efektif.2
Menurut Sukmadinata, pengembangan kurikulum bisa berarti
penyusunan kurikulum yang sama sekali baru, bisa juga menyempurnakan
kurikulum yang telah ada. Selanjutnya beliau juga menjelaskan, pada satu
sisi pengembangan kurikulum berarti menyusun seluruh perangkat
kurikulum mulai dari dasar-dasar kurikulum, sturktur dan sebaran mata
pelajaran, garis-garis besar program pengajaran, sampai dengan pedoman-
pedoman pelaksanaan. 3
Dalam hal ini pengembangan kurikulum adalah suatu proses siklus
yang tidak pernah ada titik awal dan akhirnya, sebab pengembangan
kurikulum ini merupakan suatu proses yang bertumpu pada unsur-unsur
dalam kurikulum, yang didalamnya meliputi tujuan, metode dan material,
penilaian dan balikan (feedback).

2. Tujuan Pengembangan Kurikulum


Mempelajari dan menggambarkan semua sumber
pengetahuan dan pertimbangan tentang tujuan-tujuan
pengajaran, baik yang berkenan dengan mata pelajaran
(subject course) maupun kurikulum secara
menyeluruh.Dapat disimpulkan bahwa pengembangan
kurikulum adalah proses penyusunan kurikulum oleh
pengembang kurikulum (curriculum developer) dan
kegiatan yang dilakukan agar kurikulum yang dihasilkan

2
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di Sekolah, Madrasah Dan
Perguruan Tinggi,  (Jakarta: Raja grafindo  Persada, 2005), hlm. 10
3
Wina Sanjaya, Kurikulum Dan Pembelajaran Teori Dan Praktik Pengembangan KTSP, ( Jakarta
Kencana Prena Media, 2010) h. 77
5

dapat menjadi bahan ajar dan acuan yang digunakan


untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

3. Jenis-Jenis Pendekatan
Menurut Hilda Taba bahwa pada hakikatnya kurikulum merupakan
suatu cara untuk mempersiapkan anak agar berpartisipasi sebagai anggota
produktif dalam masyarakatnya. Dalam kurikulum terdapat komponen-
komponen tertentu yaitu pernyataan tentang tujuan dan sasaran, seleksi
dan organisasi bahan dan isi pelajaran, bentuk dan kegiatan belajar
mengajar dan evaluasi hasil belajar.4

Jika dilihat dari aspek perencanaanya, ada beberapa pendekatan yang


dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum, antara lain sebagai
berikut: 5
a) Pendekatan Kompetensi
Kompetensi adalah jalinan terpadu yang unik antara
pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan
dalam pola berfikir dan pola bertindak. Pendekatan kompetensi
menitikberatkan pada semua ranah, yaitu kognitif, afektif dan
psikomotorik. Ciri-ciri pokok pendekatan kompetensi adalah berfikir
teratur dan sistematik, sasaran penilaian lebih difokuskan pada tingkat
penguasaan, dan kemampuan memperbarui diri (regenerative
capability).
Warijan dkk. Mengemukakan langkah-langkah pengembangan
kurikulum berdasarkan pendekatan kompetensi yaitu:

4
Syarif Hidayat, Teori dan Prinsip Pendidikan. (Tangerang: Pustaka Mandiri, 2013), h.125
5
Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, ( Bandung : Rosdakarya, 2013) hlm. 113-
126
6

1) Menidentifikasi kompetensi, yaitu menetapkan dan


mendeskripsikan ciri-ciri, jenis, dan mutu kompetensi yang
harus dimiliki peserta didik agar dapat melaksanakan tugas-
tugas dalam bidang pekerjaan tertentu atau melaksanakan
tugas untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi
2) Memutuskan tujuan pendidikan, yaitu memperlakukan
kompetensi yang telah diidentifikasi pada langkah
sebelumnya sebagi tujuan institusional. Dari tujuan
institusional itu dapat dirumuskan tujuan-tujuan kurikuler
dan tujuan-tujuan pembelajaran dengan cara menjabarkan
kompetensi itu.
3) Menyusun Pengalaman belajar, yaitu menyediakan
pengalaman-pengalaman belajar yang diperlukan peserta
didik untuk dapat melaksanakan langkah-langkah tugas
yang disebutkan pada langkah sebelumnya.
4) Menetapkan topic dan subtopic, yaitu mengindentifikasi
pokok bahasan san subpokok bahasan sebagai isi atau
persoalan-persoalan yang dibahas untuk memperoleh
pengalaman-pengalaman belajar yang disebutkan pada
langkah sebelumnya.
5) Menetapkan waktu yang diperlukan untuk mempelajari
topic dan subtopic dengan memperhatikan kegiatan tatap
muka, berstuktur dan mandiri, baik melalui kajian teoritis
di kelas, praktikum maupun kerja lapangan dengan harga
waktu untuk tiap-tiap kegiatan perbandingan.
6) Mengalokasikan waktu untuk tiap topic dan subtopic
7) Memberi nama mata pelajaran dengan cara
mengorganisasikan terlebih dahulu topic dan subtopic yang
relevan menjadi satuan bahan pembelajaran. Selanjutnya
7

berdasarkan isi topic dan subtopic yang sudah menjadi


satuan bahan pembelajaran ditetapkan nama mata
pelajaran.
8) Menetapkan bobot SKS setiap mata pelajaran sesuai
dengan jumlah jam pelajaran yang ditetapkan peserta didik
untuk mempelajarai semua topic dan subtopic dari sesuatu
mata pelajaaran.

Bukti Penguasaan kompetensi tidak cukup dengan kemampuan


lisan dan tertulis saja, melainkan harus di peragakan dalam bentuk
pelaksanaan perbuatan yang nyata dan konkret. Dalam penilaian
penguasaan kompetensi.

Para pengembang kurikulum harus memberikan kesempatan


kepada peserta didik untuk menilai penguasaan kemampuannya atas
bahan yang akan disajikan bahkan sebelum bahan tersebut dikerjakan.
Perwujudan sebagai bukti penguasaan kemampuan adalah
memungkinkan peserta didik menempuh berbagai cara atau kegiatan
yang sejajar untuk mencapai sasaran yang sama.

Di Indonesia pendekatan kompetensi mulai dipopulerkan sejak


awal tahun 1970-an melalui laporan studi pra-investasi yang kemudian
melahirkan kerja sama First-Indonesia-IBRD Teacher Training Project
antara pemerintah Indonesia dengan Bank Dunia di dalam peningkatan
pendidikakn guru. Di setiap jenjang dan jenis pendidikan di sekolah,
pendekatan kompetensi baru diterapkan sejak kurikulum 2004 yang
dikenla dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

b) Pendekatan Sistem
Sistem adalah totalitas atau keseluruhan komponen yang saling
berfungsi, berinteraksi, dan interdepensi untuk mencapai tujuan yang
8

telah ditetapkan. Komponen system ada yang sederhana dan


kompleks, komponen system sederhana dapat diterapkan terlebih
dahulu, namun jika kompleks maka belum dapat diterapkan.
Dalam pengembangan kurikulum mungkin saja komponen-
komponennya sangat kompleks sehingga dapat dipertimbangkan
seperti kitak hitam yang mekanismenya tidak dapat dipahami secara
umum. Perhatikan gambar berikut:

INPUT SISTEM OUTPUT

Peserta didik Proses pengembangan Kemampuan peserta


Manusia dan teknik kurikulum didik yang sudah di
Biaya perbaiki
Informasi

Ciri-ciri sistem adalah adanya tujuan, fungsi, komponen,


interaksi dan interdepensi, penggabungan yang menimbulkan jalinan
keterpaduan, proses transformasi, umpan balik untuk perbaikan, dan
lingkungan. Pendekatan sistem adalah penggunaan berbagai konsep
yang serasi dari teori sistem yang umum untuk memahami teori
organisasi dan praktek manajemen.

Pendekatan system dapat juga diartikan sebagai suatu system


yang berupa proses. Tujuannya adalah untuk memecahkan masalah
dalam rangka mencapai suatu tujuan. Komponen-komponennya adalah
langkah-langkah kegiatan yang terpadu secara integral dalam suatu
ikatan system.inti pendekatan sisrem yang berupa proses adalah
merumuskan masalah, mengidentifikasi strategi perencanaan masalah,
dan evaluasi.

c) Pendekatan Klarifikasi Nilai (Value Clarification Approach)


Klarifikasi nilai adalah langkah pengambilan keputusan
tentang prioritas atas keyakinan sendiri berdasarkan pertimbangan
9

yang rasional, logis, sesuai dengan perasaannya dan perasaan orang


lain serta aturan yang berlaku. Pendekatan ini menekankan agar
peserta didik dapat mengemukakan pendapatnya sendiri tentang isu-
isu yang merupakan konflik nilai disamping terdapat pendapat dari
guru.
Ciri pengembangan kurikulum berdasarkan pendekatan
klarifikasi nilai, antara lain: (a) peran guru kurang dominan dalam
pembelajaran, (b) guru lebih sedikit memberi informasi dan lebih
banyak mendengarkan penjelasan dari peserta didik, (c) guru lebih
sering menggunakan metode tanya-jawab, (d) tidak banyak kritik
destruktif, (e) kurang menekankan faktor kegagalan dan lebih
menerima kesalahan-kesalahan, (f) menanggapi dan menghayati
pekerjaan peserta didik, (g) merumuskan tujuan dengan jelas, (h)
dalam batas tertentu peserta didik diberi kebebasan untuk bekerja dan
bertanggung jawab, (i) peserta didik bebas mengungkapkan apa yang
mereka rasakan, (j) adanya keseimbangan antara tugas
kelompokmdengan tugas perseorangan, (k) belajar bersifat individual,
(l) evaluasi bukan terfokus pada prestasi akademik, tetapi juga proses
pertukaran pengalaman, dan (m) peserta didik menemukan sistem
nilainya sendiri.
Ratsh mengemukakan langkah-langkah pendekatan klarifikasi
nilai sebagai berikut:
1) Kebebasan memilih (bagi peserta didik), yang meliputi :
 Memilih sesuatu secara bebas menurut
kemauan,kesukaan,dan minatnya
 Memilih berbagai alternative yang ada
 Menentukan pilihan dan pertimbangan yang
rasional sesuai dengan pikiran dan pendapat
masing-masing.
10

2) Membina kebanggan, diantaranya :


 Merasakan gembira atas ketepatan memilih
 Mengukuhkan piligan sesuai dengan pendapat pada
dirinya masing-masing.
3) Melaksanakan
 Melalui percobaan atau melakasanakan pilihan
 Mengulangi perbuatan tersebut dalam kehidupan
sehari-hari dan menjadikannya sebagai pola
kehidupan

Perubahan dan perkembangan nilai-nilai menjadi nilai baru


sangat cepat sebagai akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Tuntutan setiap orang dalam nilai-nilai baru harus
diimbangi dengan ukuran-ukuran nilai yang baku dalam dirinya. Jika
ukuran itu tidak baku. Maka akan timbul pengambilan keputusan yang
menyimpang. Penyimpangan itu akan menimbulkan konflik tersendiri.

d) Pendekatan Komprehensif
Pendekatan ini melihat, memperhatikan, dan menganalisis
kurikulum secara keseluruhan. Semua masalah yang berkaitan dengan
kurikulum diidentifikasi secara global oleh pengembang kurikulum.
Pengembang kurikulum dapat menetapkan langkah pertama yang akan
dilakukan dan apa yang akan dicapai sebagai sasaran dengan
merumuskan filsafat pendidikan, visi-visi dan tujuan pendidikan serta
sasaran yang ingin dicapai. Setelah itu, merancang perencanaan dan
strategi pelaksanaa guna mencapai sasaran. Dari hasil percobaan
tersebut dilakukan evaluasi terhadap perencanaan sebagai bahan
feedback untuk semua langkah yang telah ditentukan. Selanjutnya
dilakukan revisi dan penyempurnaan terhadap pendekatan secara
keseluruhan.
11

e) Pendekatan yang berpusat pada masalah


Pengembangan kurikulum dengan pendekatan ini dilakukan
dengan cara mengidentifikasi berbagai masalah kurikulum secara
khusus. Para guru diminta berbagai informasi tentang masalah-
masalah, keinginan atau harapan, dan kesulitan-kesulitan yang mereka
hadapi dalam mata pelajaran, seperti perbaikan cara penampilan,
pengawasan multimetode dan media dalam pembelajaran, serrta
system penilaian, untuk mempelajari masalah dan keinginan dari para
guru tersebut. Melalui pendekatan ini, guru merasa sangat dihargai
karena pendapat atau saran mereka didengar bahkan dijadikan bahan
pertimbangan dalam pengembangan kurikulum.
f) Pendekatan Terpadu
Pendekatan ini bertitik tolak dari suatu keseluruhan atau satu
kesatuan yang bermakna dan berstruktur. Keseluruhan bukanlah
penjumlahan dari bagian-bagian, melainkan suatu totalitas yang
memiliki makna sendiri. Bagian yang ada dalam keseluruhan itu
berada dan berfungsi dalam suatu struktur tertentu. Dalam organisasi
kurikulum dikenal dengan kurikulum terpadu dengan system
penyampaian melalui pembelajaran unit. Pendekatan terpadu adalah
suatu pendekatan yang memadukan keseluruhan baguan dan indicator-
indikatornya dalam suatu bingkai kurikulum untuk mencapai tujuan
tertentu.
Pendekatan terpadu dapat dilakasanakan dalam berbagai tingkatan,
baik pada tingkat makro, tingkat institusi, tingkat mikro, maupun
tingkat individual. Dalam studi tentang kurikulum terdapat juga dua
penddekatan populer, yaitu pendekatan sentralisasi dan desentralisasi.
1) Pendekatan Sentralisasi
Pendekatan ini sering juga disebut penddekatan top-down,
yaitu pendekatan dengan menggunakan system komando (dari atas
12

ke bawah). Artinya, kurikulum dikembangkan oleh pemerintah


pusat dan sesuai dengan garis komando atau vertical
disosialisasikan dan dilaksanakan oleh institusi di bawahanya.
Peran administrator dalam pendekatan ini relative kecil.sering
terjadi dalam pendeketan ini bahwa bukan hanya kerangka umum
yang disusun oleh pemerintah pusat, tetapi juga berkaitan dengan
hal-hal teknis operasional. Hal ini menyebabkan tertutupnya
peluang daerah untuk menyesuaikan kurikulum dengan
kemampuan dan kebutuhan daerahnya. Pendekatan ini
beranggapan bahwa kurikulum harus uniform untuk semua daerah
dalam suatu Negara, namun pelaksanaan disekolah sering
mengalami kesulitan.
Peran administrator hanya meneruskan kebijakan pemerintah
pusat. Pendekatan ini memang diperlukan untuk membentuk
nasionalisme, kesatuan bangsa, ketahanan nasional dalam bingkai
NKR, tetapi dipihal lain tidak mendorong pertumbuhan dan
perkembangan daerah, baik secara individual, local maupun
regional sehingga ddapat menimbulkan sikap apatis dan pesimis.
2) Pendekatan Desentralisasi
Pendekatan ini disebut juga pendekatan grass-rooth, yaitu suatu
pendekaatan yang dimulai dari akar rumput, dalam hal ini adalah
guru sebagai ujung tombak pengembangan kurikulum ditingkat
sekolah, baik secara individual maupun kelompok. Semua
kebijakan kurikulum tidak diatur oleh pemerintah pusat melainkan
ditentukan oleh pemerintah daerah dan sekolah. Dalam
implemnetasinya, sering terjadi persaingan kualitas pendidikan
yang sangat ketat.
Prosedur kerja pendekatan ini dimuali dari guru. Semua isu,
keresahan dan permasalahan ditampung dan didiskusikan oleh
13

guru, kemudian hasilnya diseraakan ke pejabat sturktural diatasnya


secara berjenjang. Pendekatan ini hanya dpat digunakan jika guru
memiliki kompetensi professional dan kompetensi pedagogic yang
memadai.
Peran administrator dalam pendekatn desentralisasi sangat
besar terurama dalam pengambikan inisiatif pengembangan
kurikulum, menyusun, menyempurnakan, mengevaluasi, dan
menyesuaikan kurikulum dengan daerahnya masing-masing.
Penyesuaian kurikulum dapat dilakukan oleh administrator
bekerjasama dengan pakar pendidikan dan pakar kurikulum.
Kerangkan kurikulum secara umum mungkin saja disusun oleh
pemerintah pusat, tetapi pengembangannya secara khusus dan
lebih terperinci diserahkan kepada masing-masing daerah.
Adakalanya guru harus melakukan penyempurnaan kurikulum
sendiri. Asumsi pendekatan ini adalah kurikulum tidak perlu
seragam untuk seluruh daerah.

B. Desain Kurikulum
1. Pengertian
Desain adalah rancangan, pola, atau model. Mendesain kurikulum
berarti menyusun rancangan atau menyusun model kurikulum sesuai
dengan visi dan misi sekolah. Dapat dikatakan bahwa, desain kurikulum
merupakan sebuah proses pengaitan tujuan pendidikan dengan pemilihan
dan pengorganisasian isi kurikulum
Ada beberapa Pengertian Desain Kurikulum menurut para ahli,
diantaranya adalah:
1) Menurut Oemar Hamalik (1993) pengertian Desain adalah suatu
petunjuk yang memberi dasar, arah, tujuan dan teknik yang ditempuh
14

dalam memulai dan melaksanakan kegiatan. Fred Percival dan Henry


Ellington (1984)
2) Menurut Nana S. Sukmadinata (2007:113) desain kurikulum adalah
menyangkut pola pengorganisasian unsur-unsur atau komponen
kurikulum. Penyusunan desain kurikulum dapat dilihat dari dua
dimensi, yaitu dimensi horizontal dan vertikal. Dimensi horizontal
berkenaan dengan penyusunan dari lingkup isi kurikulum. Sedangkan
dimensi vertikal menyangkut penyusunan sekuens bahan berdasarkan
urutan tingkat kesukaran.
3) Menurut Longstrteet (1993) Desain kurikulum ini merupakan desain
kurikulum yang berpusat pada pengetahuan (the knowledge centered
design) yang dirancang berdasarkan struktur disiplin ilmu, oleh karena
itu model desain ini dinamakan juga model kurikulum subjek
akademis yang penekanannya diarahkan untuk pengembangan
itelektual siswa.6
 
Dari uraian diatas dapat diambil ke. simpulan bahwa Desain kurikulum
merupakan suatu pengorganisasian tujuan, isi, serta proses belajar yang
akan diikuti siswa pada berbagai tahap perkembangan pendidikan. Dalam
desain kurikulum akan tergambar unsur-unsur dari kurikulum, hubungan
antara satu unsur dengan unsur lainnya, prinsip-prinsip pengorganisasian,
serta hal-hal yang diperlukan dalam pelaksanaannya

2. Prinsip-Prinsip
Saylor (Hamalik:2007) mengajukan delapan prinsip ketika akan
mendesain kurikulum, prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:

6
http://fiqirachman.blogs.uny.ac.id/2015/11/17/desain-kurikulum/ diakses pada 06 maret 2020 jam
19.07
15

1) Desain kurikulum harus memudahkan dan mendorong seleksi serta


pengembangan semua jenis pengalaman belajar yang esensial bagi
pencapaian prestasi belajar, sesuai dengan hasil yang diharapkan.
2) Desain memuat berbagai pengalaman belajar yang bermakna dalam
rangka merealisasikan tujuan–tujuan pendidikan, khususnya bagi
kelompok siswa yang belajar dengan bimbingan guru;
3) Desain harus memungkinkan dan menyediakan peluang bagi guru
untuk menggunakan prinsip-prinsip belajar dalam memilih,
membimbing, dan mengembangkan berbagai kegiatan belajar di
sekolah;
4) Desain harus memungkinkan guru untuk menyesuaikan pengalaman
dengan kebutuhan, kapasitas, dan tingkat kematangan siswa
5) Desain harus mendorong guru mempertimbangkan berbagai
pengalaman belajar anak yang diperoleh diluar sekolah dan
mengaitkannya dengan kegiatan belajar di sekolah.
6) Desain harus menyediakan pengalaman belajar yang
berkesinambungan, agar kegiatan belajar siswa berkembang sejalan
dengan pengalaman terdahulu dan terus berlanjut pada pengalaman
berikutnya.
7) Kurikulum harus di desain agar dapat membantu siswa
mengembangkan watak, kepribadian, pengalaman, dan nilai-nilai
demokrasi yang menjiwai kultur.
8) Desain kurikulum harus realistis, layak, dan dapat diterima.7

3. Macam – Macam Desain Kurikulum


1) Desain Kurikulum Disiplin Ilmu
Menurut Longstreet (1993) desain kurikulum ini merupakan
desain kurikulum yang berpusat kepada pengetahuan (the knowledge
7
https://dhyrahcahayacinta.wordpress.com/2013/04/20/makalah-desain-kurikulum/ diakses pada 6
maret 20.21
16

centered design) yang dirancang berdasarkan struktur disiplin ilmu,


oleh karena itu model desain ini dinamakan juga model kurikulum
subjek akademis yang penekanannya diarahkan untuk pengembangan
intelektual siswa. Para ahli memandang desain kurikulum ini berfungsi
untuk mengembangkan proses kognitif atau pengembangan
kemampuan berpikir siswa melalui latihan menggunakan gagasan dan
melakukan proses penelitian ilmiah (McNeil, 1990). 8
Model kurikulum yang berorientasi pada pengembangan
intelektual siswa, dikembangkan oleh para ahli mata pelajaran sesuai
dengan disiplin ilmu masing-masing. Mereka menyusun materi
pembelajaran apa yang harus dikuasai oleh siswa baik menyangkut
data dan fakta, konsep maupun teori yang ada dalam setiap disiplin
ilmu mereka masing-masing. Materi pembelajaran tentu saja disusun
sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Selain menentukan materi
kurikulum, juga para pengembang kurikulum menyusun bagaimana
melakukan pengkajian materi pembelajaran melalui proses penelitian
ilmiah sesuai dengan corak atau masalah yang terkandung dalam
disiplin ilmu. Jadi, dengan demikian, dalam desain model ini bukan
hanya diharapkan siswa semata-mata dapat menguasai materi
pelajaran sesuai dengan disiplin ilmu, akan tetapi juga melatih proses
berpikir melalui proses penelitian ilmiah yang sistematis. 9
Dalam implementasinya, strategi yang banyak digunakan
adalah strategi ekspositori. Melalui strategi ini, gagasan atau infomasi
disampaikan oleh guru secara langsung kepada siswa. Selanjutnya
siswa dituntut untuk memahami, mencari landasan logika, dan
dukungan fakta yang dianggap relevan. Siswa dituntut untuk membaca
buku-buku atau karya-karya besar dalam bidangnya untuk dimengerti,

8
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group,2008), Hlm.64
9
ibid
17

dipahami, dan dikuasai. Selanjutnya, penguasaan materi disiplin ilmu


itu dijadikan kriteria dalam keberhasilan implementasi kurikulum.
Terdapat tiga bentuk organisasi kurikulum yang berorientasi
pada disiplin ilmu, yaitu: subject centered curriculum, correlated
curriculum, dan integrated curriculum. 10
a) Subject Centered Carriculum
Pada subject centered curriculum, bahan atau isi kurikulum
disusun dalam bentuk mata pelajaran yang terpisah-pisah,
misalnya mata pelajaran sejarah, ilmu bumi, kimia, fisika,
berhitung, dan lain sebagainya. Mata pelajaran-mata pelajaran itu
tidak berhubungan satu sama lain. Pada pengembangan kurikulum
di dalam kelas atau pada kebiasaan belajar mengajar; setiap guru
hanya bertanggung jawab pada mata pelajaran yang diberikannya.
b) Correlated Curriculum
Pada organisasi kurikulum ini, mata pelajaran tidak disajikan
secara terpisah, akan tetapi mata pelajaran-mata pelajaran yang
memiliki kedekatan atau mata pelajaran sejenis dikelompokkan
sehingga menjadi suatu bidang studi (broadfield) , seperti misalnya
mata pelajaran geografi, sejarah, ekonomi dikelompokkan dalam
bidang studi IPS. Demikian juga dengan mata pelajaran, biologi,
kimia, fisika, dikelompokkan menjadi bidang studi IPA.
c) Integrated Curriculum
Pada organisasi kurikulum yang menggunakan model integrated,
tidak lagi menampakkan nama-nama mata pelajaran atau bidang
studi. Belajar berangkat dari suatu pokok masalah yang harus
dipecahkan. Masalah tersebut kemudian dinamakan unit. Belajar
berdasarkan unit bukan hanya menghafal sejumlah fakta, akan

10
Wina Sanjaya, KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN,(Jakarta : Kencana Prenada Media Group,2008),
Hlm.65
18

tetapi juga mencari dan menganalisis fakta sebagai bahan untuk


memecahkan masalah. Belajar melalui pemecahan masalah itu
diharapkan perkembangansiswa tidak hanya terjadi pada segi
intelektual saja akan tetapi seluruh aspek seperti sikap, emosi, atau
keterampilan.
2) Desain Kurikulum Berorientasi pada Masyarakat
Asumsi yang mendasari bentuk rancangan kuirikulum ini
adalah, bahwa tujuan dari sekolah adalah untuk melayani kebutuhan
masyarakat. Oleh karena itu, kebutuhan masyarakat harus dijadikan
dasar dalam menentukan isi kurikulum.
Contoh desain kurikulum ini seperti yang dikembangkan oleh
Smith, Stanley, dan Shores dalam buku mereka yang berjudul
Fundamentals of Curriculum (1950); atau dalam Curriculum Theory
yang disusun oleh Beauchamp (1981). Mereka merumuskan
kurikulum sebagai sebuah desain kelompok sosial untuk dijadikan
pengalaman belajar anak di dalam sekolah. Artinya, permasalahan
yang dihadapi dan dibutuhkan oleh suatu kelompok sosial, harus
menjadi bahan kajian anak didik di sekolah.
Ada tiga perspektif desain kurikulum yang berorientasi pada
kehidupan masyarakat, yaitu perspective status quo (the status quo
perspective), perspektif reformis (the reformist perspective), dan
perspektif masa depan (the futurist perspective). 11
a) Perspektif Status Quo (the status quo perspective)
Rancangan kurikulum ini diarahkan untuk melestarikan nilai-nilai
budaya masyarakat. Dalam perspektif ini kurikulum merupakan
perencanaan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan
kepada anak didik sebagai persiapan menjadi orang dewasa yang

11
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group,2008),
Hlm.67 – 69.
19

dibutuhkan dalam kehidupan masyarakat. Yang dijadikan dasar


oleh para perancang kurikulum adalah aspek-aspek penting
kehidupan masyarakat. Berdasarkan kajian ilmiah yang
dilakukannya, Bobbit menemukan kegiatan-kegiatan utama dalam
kehidupan masyarakat yang disarankan untuk menjadi isi
kurikulum sebagai berikut:
1) Kegiatan berbahasa atau komunikasi sosial.
2) Kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan.
3) Kegiatan dalam kehidupan sosial seperti bergaul dan
berkelompok dengan orang lain.
4) Kegiatan menggunakan waktu senggang dan menikmati
rekreasi.
5) Usaha menjaga kesegaran Jasmani dan rohani.
6) Kegiatan yang berhubungan dengan religius.
7) Kegiatan yang berhubungan dengan peran orang tua seperti
membesarkan anak, memelihara kehidupan keluarga yang
harmonis.
8) Kegiatan praktis yang bersifat vokasional atau keterampilan
tertentu.
9) Melakukan pekerjaan sesuai dengan bakat seseorang.

b) Perspektif Pembaharuan (the reformist perspective)


Dalam perspektif ini, kurikulum dikembangkan untuk lebih
meningkatkan kualitas masyarakat itu sendiri. Kurikulum reformis
menghendaki peran serta masyarakat secara total dalam proses
pendidikan. Pendidikam dalam perspektive ini harus berperan
untuk mengubah tatanan sosial masyarakat. Menurut pandangan
para reformis, dalam proses pembangunan pendidikan sering
digunakan untuk menindas masyarakat miskin untuk kepentingan
20

elit yang berkuasa atau untuk mempertahankan struktur sosial yang


sudah ada. Dengan demikian, masyarakat lemah akan tetap berada
dalam ketidakberdayaan. Oleh sebab itu, menurut aliran reformis,
pendidikan harus mampu mengubah keadaan masyarakat itu. Baik
pendidikan formal maupun pendidikan nonformal harus
mengabdikan diri demi tercapainya orde sosial baru berdasarkan
pembagian kekuasan dan kekayaan yang lebih adil dan merata.
c) Perspektif Masa Depan (the futurist perspective)
Perspektif masa depan sering dikaitkan dengan kurikulum
rekonstruksi sosial, yang menekankan kepada proses
mengembangkan hubungan antara kurikulum dan kehidupan
sosial, politik, dan ekonomi masyarakat. Model kurikulum ini
lebih mengutamakan kepentingan sosial daripada kepentingan
individu. Setiap individu harus mampu mengenali berbagai
permasalahan yang ada di masyarakat yang senantiasa mengalami
perubahan yang sangat cepat. Dengan pemahaman tersebut akan
memungkinkan setiap individu dapat mengembangkan
masyarakatnya sendiri.
3) Desain Kurikulum Berorientasi pada Siswa
Asumsi yang mendasari desain ini adalah bahwa pendidikan
diselenggarakan untuk membantu anak didik. Oleh karenanya,
pendidikan tidak boleh terlepas dari kehidupan anak didik. Kurikulum
yang berorientasi pada siswa menekankan kepada siswa sebagai
sumber isi kurikulum. Segala seuatu yang menjadi isi kurikulum tidak
boleh terlepas dari kehidupan siswa sebagai peserta didik.
Anak didik adalah manusia yang sangat unik. Mereka memiliki
karakteristik tertentu. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan
anak adalah makhluk yang sedang berkembang, yang memiliki minat
dan bakat yang beragam. Kurikulum harus dapat menyesuaikan
21

dengan irama perkembangan mereka. Dalam mendesain kurikulum


yang berorientasi pada siswa, Alice Crow (Crow & Crow, 1955)
menyarankan hal-hal sebagai berikut: 12
a) Kurikulum harus disesuaikan dengan perkembangan anak.
b) Isi kurikulum harus mencakup keterampilan, pengetahuan, dan
sikap yang dianggap berguna untuk masa sekarang dan masa yang
akan datang.
c) Anak hendaknya ditempatkan sebagai subjek belajar yang
berusaha untuk belajar sendiri. Artinya, siswa harus didorong
untuk melakukan berbagai aktivitas belajar, bukan hanya sekadar
menerima informasi dari guru.
d) Diusahakan apa yang dipelajari siswa sesuai dengan minat, bakat,
dan tingkat perkembangan mereka. Artinya, apa yang seharusnya
dipelajari bukan ditentukan dan dipandang baik dari sudut guru
atau dari sudut orang lain akan tetapi ditentukan dari sudut anak itu
sendiri.

4) Desain Kurikulum Teknologis


Model desain kurikulum teknologi difokuskan kepada
efektivitas program, metode, dan bahan-bahan yang dianggap dapat
mencapai tujuan. Perspektive teknologi telah banyak dimanfaatkan
pada berbagai konteks, misalnya pada program pelatihan di lapangan
industri dan militer. Desain sistem instruksional menekankan kepada
pencapaian tujuan yang mudah diukur, aktivitas, dan tes, serta
pengembangan bahan-bahan ajar. 13
Kurikulum teknologi, banyak dipengaruhi oleh psikologi
belajar behavioristik. Salah satu ciri dari teori belajar ini adalah

12
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran,(Jakarta : Kencana Prenada Media Group,2008), Hlm.71
13
Ibid, Hlm.74
22

menekankan pola tingkah laku yang bersifat mekanis seperti yang


digambarkan dalam teori Stimulus-Respons. Lebih lanjut dalam
pandangannya tentang belajar kurikulum ini memiliki karakteristik
sebagai berikut:
a) Belajar dipandang sebagai proses respons terhadap rangsangan.
b) Belajar diatur berdasarkan langkah-langkah tertentu dengan
sejumlah tugas yang harus dipelajari.
c) Secara khusus siswa belajar secara individual, meskipun dalam hal
- hal tertentu bisa saja belajar secara kelompok.

Menurut McNeil (1990), tujuan kurikulum teknologis ditekankan


kepada pencapaian perubahan tingkah laku yang dapat diukur. Oleh
karena itu tujuan umum dijabarkan ke dalam tujuan-tujuan khusus.
Tujuan - tujuan itu biasanya diambil dari setiap mata pelajaran
(disiplin ilmu). Tujuan yang berorientasi kepada tujuan
kemasyarakatan jarang digunakan. Semua siswa diharapkan dapat
menguasai secara tuntas tujuan pengajaran yang telah ditentukan.

Sebagaimana tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, maka


organisasi bahan pelajaran dalam kurikulum teknologis memiliki ciri-
ciri: pertama, pengorganisasian materi kurikulum berpatokan pada
rumusan tujuan; kedua, materi kurikulum disusun secara berjenjang,
dan ketiga, materi kurikulum disusun dari mulai yang sederhana
menuju yang kompleks. Selanjutnya untuk efektivitas dan
keberhasilan implementasi kurikulum teknologi hendaklah
memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: 14

14
Ibid, Hlm.76
23

a) Kesadaran akan tujuan, artinya siswa perlu memahami bahwa


pembelajaran diarahkan untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu,
siswa perlu diberi penjelasan tujuan apa yang harus dicapai.
b) Dalam pembelajaran siswa diberi kesempatan mempraktikkan
kecakapan sesuai dengan tujuan.
c) Siswa perlu diberi tahu hasil yang telah dicapai. Dengan demikian,
siswa perlu menyadari apakah pembelajaran sudah dianggap cukup
atau masih perlu bantuan.

4. Model – Model Desain Kurikulum


Longstreet mendefinisikan desain kurikulum merupakan desain
kurikulum yang berpusat kepada pengetahuan (the knowledge centered
desain) yang dirancang berdasarkan struktur disiplin ilmu, oleh karena itu
model desain ini juga dinamakan model kurikulum subjek akademis yang
penekananny diarahkan untuk pengembangan intelektual siswa. Ada tiga
bentuk organisisi kurikulum yang berorientasi pada disiplin ilmu,
yaitu: subject centered desain, learned centered desain, problem centered
desain. 15
1) Subject Centered Desain
Subject centered design curiculum merupakan bentuk desain
yang paling populer, paling tua dan paling banyak digunakan. Dalam
subject centered design, kurikulum dipusatkan pada isi atau materi
yang akan diajarkan. Kurikulum tersusun atas sejumlah mata-mata
pelajaran, dan mata-mata pelajaran tersebut diajarkan secara terpisah-
pisah. Karena terpisah-pisahnya itu maka kurikulum ini disebut juga
separated subject curiculum.
Subject centered design  berkembang dari konsep pendidikan
klasik yang menenkankan pengetahuan, nilai-nilai dan warisan budaya
15
Dhyrahcahayacinta, Desain Kurikulum, 2013, https://dhyrahcahayacinta.wordpress.com/, Diakses
Pada Tanggal 05 Maret 2020, Pukul 17.36 WIB.
24

masa lalu, dan berupaya untuk  mewariskannya kepada generasi


berikutnya. Karena mengutamakan isi atau bahan ajar atau  subject
matter tersebut, maka desain kurikulum ini disebut juga  subject
academic curriculum. Model design curriculum  ini mempunyai
beberapa kelebihan dan kekurangan. Beberapa kelebihan dari model
ini adalah :
a) mudah disusun, dilaksanakan, dievaluasi, dan disempurnakan
b) Para pengajarnya tidak perlu dipersiapkan khusus, asal menguasai
ilmu atau bahan yang akan diajarkan sering dipandang sudah dapat
menyampaikannya.

Sedangkan kekurangan dari model desain ini adalah

a) karena pengetahuan diberikan secara terpisah-pisah, hal itu


bertentangan dengan kenyataan, sebab adalam kenyataan
pengetahuan itumerupakan suatu kesatuan,
b) karena mengutamakan bahan ajar maka peran peserta didik
sangat pasif
c) pengajaran lebih menekankan pengetahuan dan kehidupan
masa lalu, dengan demikian pengajaran lebih bersifat verbalitas
dan kurang praktis.

2) Learner-centered design
Sebagai reaksi sekaligus penyempurnaan terhadap beberapa
kelemahan subject centered design  berkembang learner centered
design. Desai ini berbeda dengan subject centered, yang  bertolak dari
cita-cita untuk melestarikan dan mewariskan budaya, dan karena itu
mereka mengutamakan peranan isi dari kurikulum.
Learner centered, memberi tempat utama kepada peserta didik.
Di dalam pendidikan atau pengajaran yang belajar dan berkembang 
25

adalah peserta didik sendiri. Guru atau pendidik hanya berperan


menciptakan situasi belajar-mengajar, mendorong  dan memberikan
bimbingan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Model design
kurikulum  ini mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan.
Beberapa kelebihan dari model ini adalah :
a) karena program pendidikan berasal dari peserta didik,maka
tidak banyak mengalami kesulitan merangsang peserta didik
dalam motivasi belajar.
b) pengajaran memperhatikan individual,meskipun di bentuk
kelompok sekalipun karena mereka juga harus berperan aktif
dalm kelompok.
c) kegiatan- kegiatan pemecahan masalah memberikan bekal
kecakapan dan pengetahuan untuk menghadapi kehidupan di
luar sekolah.

Sedangkan kekurangan dari model desain ini adalah :

a) perbedaan pada minat dan kebutuhan peserta didik yang kerap


terjadi.
b) Kurikulum tidak mempunyai pola karena sumber pemikiran
berasal dari peserta didik.
c) kurikulum ini tidak dapat dilakukan oleh guru biasa karena
membutuhkan ahli general education plus ahli psikologi
perkembangan fan human relation.

3) Problem centered design


Problem centered design berpangkal pada filsafat yang
mengutamakan peranan manusia (man centered). Problem centered
desain menekankan manusia dalam kesatuan kelompok yaitu
kesejahteraan masyarakat dan menekankan pada  perkembangan
26

peserta didik. Dalam kehidupan bersama ini manusia menghadapi


masalah – masalah yang harus dipecahkan bersama pula. Mereka
berinteraksi, berkooperasi, dalam memecahkan masalah – masalah
sosial  yang mereka hadapi untuk meningkatkan kehidupan mereka,
selain itu anak atau siswa adalah yang pertama dan utama dalam
pendidikan, sehingga kurikulum humanistik lebih memberikan tempat
utama kepada siswa.
Problem centered design menekankan pada isi maupun
perkembangan peserta didik. Minimal ada dua variasi model desain 
kurikulum ini, yaitu The Areas Of Living Design, dan The Core
Design.16
a) The Area of Living Design
Perhatian terhadap bidang-bidang kehidupan sebagai dasar
penyusunan kurikulum telah dimulai oleh Hebert Spencer pada
abad 19, dalam tulisan yang berjudul What Knowledge is of most
worth? Areas of living design seperti learner centered design
menekankan prosedur belajar melalui pemecahan masalah. Dalam
prosedur belajar ini tujuan yang bersifat proses (process
objectives) dan yang bersifat isi (content objectivies)
diintegrasikan. Penguasaan informasi- unformasi yang bersifat
pasif tetap dirangsang. Cirri lain yaitu menggunakan pengalaman
dan situasi – situasi dari peserta didik sebagai pembuka jalan 
dalam mempelajari bidang-bidang kehidupan.
Dalam the areas of living hubungannya besar sekali. Tiap
pengalaman peserta didik sangat erat hubungannya dengan bidang-
bidang kehidupan sehingga dapat dikatakan suatu desain

16
Halimi, Model – Model Desain Kurikulum The Social, 2014, http://pascasarjana-
halimi.blogspot.com/2014/12/model-model-desain-kurikulum-social.html, Diakses Pada tanggal 05
Maret 2020, Pukul 17.44 WIB.
27

merangkumkan pengalaman-pengalaman social peserta didik.


Dengan demikian, desain ini sekaligus menarik minat peserta didik
dan mendekatkannya pada pemenuhan kebutuhan hidupnya dalam
masyarakat. Desain ini mempunyai beberapa kelebihan diantanya:
1) The areas of living desaign merupakan the subject matter
design tetapi dalam bentuk yang terintegrasi. Pemisahan antara
subject dihilangkan oleh problema- problema kehidupan sosial.
2) Karena kurikulum diorganisasikan di sekitar  problema-
problema peserta didik maka kurikulum ini menggunakan 
prosedur pemecahan masalah.
3) Menyajikan bahan ajar yang relevan, untuk memecahkan
masalah-masalah dalam kehidupan.
4) Menyajikan bahan ajar dalam bentuk yang professional.
5) Motivasi berasal dari peserta didik.
Adapun  kekurangan dari desain ini adalah:
1) Penentuan lingkup dan sekuens dari bidang-bidang kehidupan
yang sngat esensial sangat sukar.
2) Lemahnya integrasi kurikulum
3) Desain ini megabaikan warisan budaya.
4) Para peserta didik memandang masalah untuk sekarng dan
masa depan dan mengabaikan masa lalu.

b) The Core Design


The cores design timbul sebagai reaksi utama kepada separate
subject design, yang sifatnya terpisah-pisah. Dalam
mengintegrasikan bahan ajar , mereka memilih mta mata pelajaran
tertentu sebagai inti (core). Pelajaran lainnya dikembangkan kan
disekitar core tersebut. Menurut konsep ini inti-inti bahan ajar
28

dipusatkan pada kebutuhan individual dan sosial. The core design


biasa juga disebut the core curriculum.
Terdapat banyak variasi pandangan tentang the core design.
Mayoritas memandang core curriculum sebagai suatu model
pendidikan atau program pendidikan yang memberikan pendidikan
umum. Pada beberapa kurikulum yang berlaku di Indonesia
dewasa ini, core curriculum disebut kelompok mata kuliah atau
pelajaran dasar umum, dan diarahkan pada pengembangan
kemampuan-kemampuan pribadi dan social. Kalau kelompok mata
kuliah/pelajaran spesialisasi diarahkan pada penguasaan
keahlian/kejuruan tertentu, maka kelompok mata pelajaran ini
ditujukan pada pembentukan pribadi yang sehat, baik, matang, dan
warga masyarakat yang mampu membina kerja sama yang baik
pula.
The core curriculum diberikan guru-guru yang memiliki
penguasaan dan berwawasan luas, bukan spesialis. Di samping
memberikan pengetahuan, niali-nlai dan keterampilan social, guru-
guru tersebut juga memberikan bimbingan terhadap perkembangan
social pribadi peserta didik.
29
BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Kurikulum adalah seperangkat alat untuk dapat mencapai tujuan
pendidikan, oleh karena itu harus dikembangkan dengan beberapa
pendekatan, diantaranya adalah pendekatan subyek akademik, pendekatan
humanistik, pendekatan teknologi dan pendekatan rekonstruksi sosial.

Pengembangan kurikulum adalah suatu proses siklus yang tidak pernah


ada titik awal dan akhirnya, sebab pengembangan kurikulum ini merupakan
suatu proses yang bertumpu pada unsur-unsur dalam kurikulum, yang
didalamnya meliputi tujuan, metode dan material, penilaian dan balikan
(feedback).
Pendekatan yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum,
antara lain sebagai berikut:
a) Pendekatan Kompetensi, adalah jalinan terpadu yang unik antara
pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan
dalam pola berfikir dan pola bertindak.
b) Pendekatan system, adalah suatu system yang berupa proses.
Tujuannya adalah untuk memecahkan masalah dalam rangka
mencapai suatu tujuan. Komponen-komponennya adalah langkah-
langkah kegiatan yang terpadu secara integral dalam suatu ikatan
system.inti pendekatan sisrem yang berupa proses adalah
merumuskan masalah, mengidentifikasi strategi perencanaan
masalah, dan evaluasi.

30
c) Pendekatan Klarifikasi Nilai, adalah langkah pengambilan
keputusan tentang prioritas atas keyakinan sendiri berdasarkan

31
32

pertimbangan yang rasional, logis, sesuai dengan perasaannya dan


perasaan orang lain serta aturan yang berlaku.
d) Pendekatan Komprehensif, adalah pendekatan yang melihat,
memperhatikan, dan menganalisis kurikulum secara keseluruhan.
Semua masalah yang berkaitan dengan kurikulum diidentifikasi
secara global oleh pengembang kurikulum.
e) Pendekatan yang berpusat pada masalah adalah pendekatan yang
dilakukan dengan cara mengidentifikasi berbagai masalah
kurikulum secara khusus.
f) Pendekatan Terpadu, adalah bertitik tolak dari suatu keseluruhan
atau satu kesatuan yang bermakna dan berstruktur.

Desain kurikulum merupakan suatu pengorganisasian tujuan, isi, serta


proses belajar yang akan diikuti siswa pada berbagai tahap perkembangan
pendidikan.
Antara lain terdapat:
1) Subject centered design, kurikulum dipusatkan pada isi atau materi
yang akan diajarkan
2) Learner-centered design, yang  bertolak dari cita-cita untuk
melestarikan dan mewariskan budaya, dan karena itu mereka
mengutamakan peranan isi dari kurikulum.
3) Problem centered design berpangkal pada filsafat yang mengutamakan
peranan manusia (man centered).
33
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z. (2013). Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung : Rosdakarya.

Cahaya, D. (2013, April 20). Diambil kembali dari wordpress:


https://dhyrahcahayacinta.wordpress.com/2013/04/20/makalah-desain-kurikulum/

Fiqira. (015, November 17). Diambil kembali dari blogspot:


http://fiqirachman.blogs.uny.ac.id/2015/11/17/desain-kurikulum/

Halimi. (2014, Desember). Model – Model Desain Kurikulum The Socia. Diambil kembali dari
blogspot: http://pascasarjana-halimi.blogspot.com/2014/12/model-model-desain-
kurikulum-social.html

Hidayat, S. (2013). Teori dan Prinsip Pendidikan. Tangerang: Pustaka Mandiri.

Muhaimin. (2005). Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di Sekolah,


Madrasah Dan Perguruan Tinggi. Jakarta: Raja grafindo Persada.

Sanjaya, W. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Sanjaya, W. (2010). Kurikulum Dan Pembelajaran Teori Dan Praktik Pengembangan KTSP .
Jakarta : Kencana Prena Media.

34

Anda mungkin juga menyukai