Oleh :
Nama Kelompok :
1. Ni Luh Erina (183212892)
2. Ni Luh Indah Suardewi (183212893)
3. Ni Luh Nyoman Dewi Meliani (183212894)
4. Ni Luh Putri Rahayu (183212895)
5. I Putu Wira Suyoga Adi Saputra (183212872)
6. I Wayan Roki Darma Hendra (183212838)
2.1 Definisi
Nasofaring merupakan suatu ruangan yang berbentuk mirip kubus yang
terletak di belakang rongga hidung diatas tepi bebas palatum molle yang
berhubungan dengan rongga hidung dan ruang telinga melalui koana dan tuba
eustasius. Atap nasofaring terbentuk dari dasar tengkorak dan tempat keluar dan
masuknya syaraf otak dan pembuluh darah. Nasofaring diperadarahi oleh cabang
arteri karotis eksterna, yaitu faringeal ascenden dan descenden serta cabang
faringeal arteri sfeno palatine. Darah vena dari pembuluh darah balikfaring pada
permukaanluar dinding muskulermenuju pleksus pterigoid dan vena jugularis
interna. Daerah nasofaring dipersyarafi oleh syaraf sensoris yang terdiri
darinervus glossofaringeus (N.IX) dan cabang maksila dari syaraf trigeminus
(N.V2) yang menuju ke anterior nasofaring.
2.2 Etiologi
1. Kontak dengan zat karsinogenik
Kontak denga zat karsinogenik yag terlalu sering dapat mengakibatkan
munculnya kanker, antara lain:gas kimia, asap industry
2. Keturunan
Kejadian KNF mayoritas ditemukan pada kerturunan ras mongoloid
dibandimgkan dengan ras lainnya.
3. Radang kronis di daerah nasofaring
Terjadinya perdangan di daerah nasofering dapat membuat mukosa
nasofaring menjadi lebih rentan terhadap mikroorganisme.
4. Faktor lingkungan
Adanya kebiasaan diberikannya pengawet pada ikan asin, maka dapat
memberikan efek mutagenic bagi masyarakat
5. Keadaan social ekonomi yang rendah dan PHBS yang buruk
Kedaan lingkungan yang tidak kondusif bagi kesehatan yang dapat
tercermin dari ventilasi yang kurang baik, sehingga sirkulasi udara
menjadi terhambat.
6. Genetik
7. Umur
lansia menjadi lebih rentan dikarenakan penurunan fungsi organ.
8. Daya tahan tubuh pasien yang menurun
9. Kebiasaan mengkonsumsi ikan bakar dan ikan asin
2.3 Patofisiologi
Kanker nasofaring dapat disebabkan oleh banyak hal. Salah satu dari
penyebab dari kanker nasofaring ini adalah adanya virus eipstein yang dapat
menyebabkan ca nasofering. Sel yang terinfeksi noleh sel EBV akan dapat
menghasilkan sel-sel tertentu yang berfungsi untuk mengadakan proliferasi
dan mempertahankan kelangsungan virus dalam sel host. Protein tersebut
dapat digunakan sebagai tanda adanya EBV, seperti EBNA-1, dan LPM-1,
LPM-2A dan LPM-2B. EBV dapat mengaktifkan dan memmapakan zat
kasinogenik yang menyebabkan stimulasi pembelahan sel abnormal yang
tidak terkontrol sehingga tejadilah defeensiasi dan polifeasi potein laten,
sehingga memicu petumbuhan sel kanker pada nasofaring terutama pada
fossa rossenmuller. Dinding tumor biasanya rapuh sehingga oleh rangsangan
dan sentuhan dapat terjadi perdarahan hidung yang ditunjukan dengan
keluarnya darah secara berulang-ulang dengan jumlah yang sedikit dan
kadang-kadang bercampur dengan ingus, sehingga berwarna kemerahan.
Sumbatan hidung yang menetap terjadi akibat pertumbuhan tumor ke dalam
rongga hidung dan menutupi koana.gejala menyerupai pilek kronis,kadang-
kadang disertai dengan ganggguan penciuman dan ingus kental. Sel-sel
kanker dapat berkembang terus, menembus kelenjar dan mengenai otot
dibawahnya. Kelenjar yang terus melekat pada otot dan sulit untuk digerakan.
Nasofaring berhubunga dengan rongga terngkorak melalui beberapa lubang,
maka gangguan syaraf dapat juga terganggu. Jika tumor menjalar melalui
foramen laserum akan memgenai syaraf otak ke III,IV,VI dan dapat mengenai
syaraf tak ke V, sehingga dapat terjadi penglihatan ganda (diplopia). Proses
karsinima lebih lanjut akan mengenai syaraf otak IX,X,XI jika menjalar
melalui foramen jugular dan menyebabkan syndrome Jackson.bila sudah
mengenai seluruh syaraf otak disebut sindrom unilateral dapat juga disertai
dengan destruksi tulang tengkorak. Sel-sel kanker dapat ikut bersama aliran
darah dan mengenai bagian organ tubuh yang jauh dari nasofaring.Organ
yang paling sering terkena adalah tulang, hati dan paru.
Factor penyebab
Pengentalan mukus
Statis mukus
Penumpukan sputum
2. Diagnosa Keperawatan
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan proses infeksi
yang ditandai dengan pasien mengeluh batuk, sesak, pilek, pasien juga
tampak menggunakan otot bantu nafas, terpasang oksigen, RR= 24 kali
per menit
2) Defisit nutrisi behubungan dengan factor psikologis (misalnya
keengganan untuk makan) yang ditandai dengan pasien mengatakan
tidak nafsu makan, pasien tampak lemas, membrane mukosa pucat,
dan ditemukan berat badan menurun 10% dibawah rentang ideal
dengan BB = 48 kg, TB = 165 cm
3. Rencana Keperawatan
No Diagnosa kriteria hasil Intervensi Rasionlisasi
keperawatan dan tujuan
1 1) Bersihan Setelah Manajemen
jalan nafas dilakukan jalan nafas
tidak asuhan
efektif keperawatan 1. Monitor 1. untuk
berhubung selama 1x24 status mengetahui
an dengan jam jam pernafasan adanya
proses diharapkan dan perubahan
infeksi status oksigenasi respirasi
yang pernafasan 2. Posisikan 2. untuk
ditandai kembali pasien untuk memudahkan
dengan normal memaksimalk pasien dalam
pasien dengan an validasi bernfas
mengeluh kriteria hasil : 3. Intruksikan 3. Untuk
batuk, 1. frekuensi bagaimana menambah
sesak, nafas normal agar bisa pengetahuan
pilek, 20 kali batuk efektif Dalam batuk
pasien pemenit 4. Kolaborasi efektif
juga 2. bicara penggunaan 4. Untuk
tampak kembali nebulizer mengencerkan
mengguna normal sputum yang
kan otot 3. batuk menggumpal
bantu efektif 1.
nafas, 4. produksi
terpasang sputum dapat
oksigen, berkurang
RR= 24
kali per
menit
2 1) Defisit Setelah Manajemen
nutrisi dilakukan nutrisi
behubunga keperawatan 1. Monitor 1. untuk
n dengan selama 1x24 kalori asupan mengetahui
factor jam makanan jumlah kalori
psikologis diharapkan 2. Anjurkan 2. untuk
(misalnya Nutrisi dapat pasien terkait menginfomsikan
keenggana terpenuhi dengan pasien berapa
n untuk dengan kebutuhan kebutuhan
makan) kriteria hasil makanan makanan yang
yang 1. Nafsu berdasarkan diperlukan
ditandai makan perkembang sesuai usia
dengan meningkat an atau usia 3. untuk
pasien 2. Status 3. Intruksikan memastikan
mengataka nutrisi pasien kebutuhan
n tidak terpenuhi mengenai nutrisi pasien
nafsu 3. Prilaku kebutuhan tepenuhi
makan, meningkat nutrisi 4. untuk
pasien kan berat 4. Kolaborasi meningkatkan
tampak badan dengan nafsu makan
lemas, 4. Fungsi dokter
membrane gastrointest tentang
mukosa inal pemberian
pucat, dan obat sebelum
ditemukan makan (misl
berat penghilang
badan rasa sakit)
menurun
10%
dibawah
rentang
ideal
dengan
BB = 48
kg, TB =
165 cm
BAB III
I. PENGKAJIAN
1. Identitas
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Umur : 65 th
Agama : Hindu
Jenis Kelamin : Laki - laki
Status : Menikah
Pendidikan :Sekolah Dasar
Pekerjaan :-
Suku Bangsa :Indonesia
Alamat : Karangasem
Tanggal Masuk : 09-01-2020
Tanggal Pengkajian ......................................................................................................: 12-01
No. Register : 220101
Diagnosa Medis : KHF Residif Post Kemoterapi Adguvant I seri II
2. Status Kesehatan
1. Status Kesehatan Saat Ini
1. Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini)
Saat MRS : Pasien dikeluhkan sesak
Saat ini : Keluarga pasien mengatakan pasien mengeluh sesak
2. Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan
penyakit saat
Sebelum datang ke rumah sakit keluarga pasien mengatakan pasien batuk
dan pilek sejak 1 bulan yang lalu. Kemudian pasien datang ke RSUD
Klungkung dengan keluhan sesak hingga kesulian untuk bicara. Pada
saat melakukan pengkajian pasien dikeluhkan sesak, batuk dan pilek.
Pasien mengatakan pada saat batuk ia merasakan gatal pada tenggorokan
dan hidung tersumbat. Pasien mengatakan gatal – gatal pada tenggorokan
dan pilek pada hidung. Pasien mengatakan batuk dan pilek yang dialami
membuat pola tidur terganggu dan membuatnya terbangun saat tidur.
Pasien mengatakan ketika batuknya kambuh paling sering pada malam
hari, dan saat batuk kambuh kurang lebih 3 menit
3. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
Pasien mengatakan saat dirumah jika batuk dan pilek pasien
mengatasinya dengan meminum air hangat dan memberikan kompres
hangat pada bagian dada
2. Satus Kesehatan Masa Lalu
1. Penyakit yang pernah dialami
Pasien mengatakan ia didiagnosa penyakit kangker nasofaring sejak tahun
2018. HT (-), DM (-)
2. Pernah dirawat
Keluarga pasien mengatakan pasien pernah dirawat sebelumnya selama 5
hari di RSUP Sanglah dikarnakan oprasi KNF residif dan kemoterapi
3. Alergi
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mempunyai riwayat alergi
terhadap makanan, obat – obatan, debu maupun suhu
4. Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll)
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak memiliki kebiasaan merokokdan
minum kopi. Tetapi pasien memiliki kebiasaan meminum tuak 1 gelas
sehari.
Keluarga pasien mengatakan memiliki kebiasaan membersihkan rumah
minimal 3 kali sehari dan terdapat ventilasi udadara yang mencukupi.
Therapy
2) BAK
Sebelum sakit :
- Pasien mengatakan BAK normal, bisa 5 kali perhari dengan urien
berwarna kuning jernih dengan bau khas urine
Saat sakit :
- Pasien mengatakan saat sakit BAK 2 kali perhari dengan urien
berwarna kuning pekat dengan bau khas urine
Kemampuan 0 1 2 3 4
Perawatan Diri
Makan dan √
minum
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Berpindah √
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain
dan alat, 4: tergantung total
2) Latihan
Sebelum sakit
Keluarga pasien mengatakan sebelum sakit pasien melakukan
aktivitas sehari – hari seperti biasa dan mampu untuk bekerja
Saat sakit
Keluarga pasien mengatakan saat sakit pasien tidak dapat
melakukan aktivitas sehari – hari dan tidak mampu untuk bekerja
4. Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum : Pasien tampak pucat dan terbaring lemas
Tingkat kesadaran : komposmetis / apatis / somnolen / sopor/koma
GCS : Eye: 4, Motorik: 6, Verbal:5
b. Tanda-tanda Vital : Nadi = 100 x/menit , Suhu = 36OC , TD =
100/80 mmHg, RR = 24 x/menit (dengan menggunakan O2 10 lmp
dengan face mask Sp O2 : 95 %)
c. Keadaan fisik
a. Kepala dan leher :
- Kepala :
Inspeksi : persebaran rambut pasien tidak merata, adanya uban,
bentuk kepala siemtris
Palpasi : tidak adanya nyeri tekan.
- Mata
Inspeksi : bentuk mata simetris, sklera onikterik, konjungtiva
ananemis
- Hidung
Inspeksi : bentuk hidung simetris,terdapat mokus, tidak ada lesi,
tidak ada massa, menggunakan alat bantu nafas
Palpasi : tidak adanya nyeri tekan pada hidung
- Telinga
Inspeksi : bentuk telinga simetris, telinga tampak bersih, tidak ada
pendarahan
Palpasi : tidak adanya nyeri tekan pada telinga
- Mulut
Inspeksi : mukosa bibir pucat, kering,tidak sariawan, ada karies,
tidak asa sianosis
- Leher :
Inspeksi : terdapat lesi , massa,luka, warna kehitaman dengan
diameter kurang lebih 2 cm
b. Dada :
- Dada umum
Inspeksi : simetris, tidak ada lesi, terdapat retaksi dinding dada,
irama nafas cepat
- Paru
Perkusi : ICS 2,4 dan 6 suara hipersonor
Auskultasi : terdengar suara ronchi
- Jantung
Auskultasi : terdengar suara s1 s2 reguler tunggal
e. Genetalia :
- Inspeksi : tidak terpasang kateter, kondisi bersih, tidak ada lesi
f. Integumen :
- Inspeksi : warna kulit sawo matang, persebaran rambut merata,
tidak ada beskas luka, tidak ada sianosis
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada edema
g. Ekstremitas :
Atas
- Inspeksi : tangan simetris, tidak ada sianosis, tidak ada bekas
luka, persebaran rambut merata, tidak ada CR
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan, kekuatan otot
555 555
555 555
Bawah
- Inspeksi : kaki simetris, tidak ada sianosis, tidak ada bekas luka,
tidak ada CR, persebaran rambut merata
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
h. Neurologis :
- Status mental dan emosi :
Pasien tampak tenang dan tidk gelisah akan penyakitnya
- Pengkajian saraf kranial :
Tidak dikaji
- Pemeriksaan refleks :
Tidak dikaji
b. Pemeriksaan Penunjang
1. Data laboratorium yang berhubungan (yang terbaru)
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujuk
Hemoglobin 10,2 dl 10,18 – 14,2
Lekosit 14,81 uL 3,5 – 10
Neutrofit 96 % 39,3 -73,7
Limpofit 2,1 % 18,0- 48,3
Minosit 1,7 % 4,4 – 12,7
Eosinofil 0.00 % 6, 00 – 7, 30
Basofil 0,21 % 0,00 – 1,70
Eritasit 3,6 uL 3,5 – 5,5
Hematoksit 32,1 % 35 – 55
MEV 88,1 ft 81,1 – 96
MCH 18,0 P9 27,0 – 31,2
MCNC 31,7 % 31,5 - 35,0
RDW – CV 13,58 % 11,5 – 14,5
Trombosit 387 uL 145 – 450
MPV 4,50 fL 6,90 – 10,6
AST (SGOT) 24 u/L 8 – 37
ALT ( SEPT) 18 u/L 13 – 42
Ureum 39 mg/dl 10 – 50
Kreatinin 0,6 mg/dl 0,6 – 1,2
Gula darah 1,7 mg/dl 80 - 200
2. Pemeriksaan radiologi
Thorak AP
- Car : tidak membesar
- Pulma : hyperairated, tampak infiltrate diparacardia sampai
parahiller kanan dan kiri, corakan vasuler meningkat
- Sinus phrenicocostalis kanan dan kiri tajam
- Diafragma kanan dan kiri normal
- Skelet hemithorax yang tervisualisasi tak tampak kelainan
-
3. Hasil konsultasi
Tidak terkaji
4. Pemeriksaan penunjang diagnostic lain
Tiidak terkaji
5. ANALISA DATA
A. Tabel Analisa Data
DATA ETIOLOGI MASALAH
(Sesuai dengan patofisiologi)
Ds : keluarga pasien Penurunan volume air pada pernafasan Bersihan Jalan Nafas
mengatakan pasien mengeluh Tidak Efektif
sesak disertai batuk dan pilek Pengentalan mukus
Do : pasien tampak
menggunakan otot bantu Statis mukus
nafas, terpasang oksigen RR :
24x/menit Penumpukan sputum
12 Januari
2020 13 januari 2020
A. Pengkajian
Pengkajian adalah proses awal dimana seorang perawat berusaha
mendapatkan data dengan pendekatan biopsikososial dan spiritual sehingga
didapat data dasar untuk merumuskan diagnosa keperawatan, data diperoleh dari
catatan rekam medik, wawancara, catatan keperawatan, observasi langsung dan
pemeriksaan fisik. Pada kasus Tn. S kelompok melakukan pengkajian dengan
melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik secara langsung, serta menggunakan
rekam medik dan catatan perkembangan Tn.S diruang perawatan.
Pada teori Karsinoma Nasofaring disebabkan oleh :
1. Kontak dengan zat karsinogenik
Kontak denga zat karsinogenik yag terlalu sering dapat mengakibatkan
munculnya kanker, antara lain:gas kimia, asap industry,
2. KeturunanKejadian KNF mayoritas ditemukan pada kerturunan ras
mongoloid dibandimgkan dengan ras lainnya.
3. Radang kronis di daerah nasofaring
Terjadinya perdangan di daerah nasofering dapat membuat mukosa
nasofaring menjadi lebih rentan terhadap mikroorganisme.
4. Faktor lingkungan
Adanya kebiasaan diberikannya pengawet pada ikan asin, maka dapat
memberikan efek mutagenic bagi masyarakat
5. Keadaan social ekonomi yang rendah dan PHBS yang buruk
Kedaan lingkungan yang tidak kondusif bagi kesehatan yang dapat tercermin
dari ventilasi yang kurang baik, sehingga sirkulasi udara menjadi terhambat.
6. Genetik
7. Umur
Lansia menjadi lebih rentan dikarenakan penurunan fungsi organ.
8. Daya tahan tubuh pasien yang menurun
9. Kebiasaan mengkonsumsi ikan bakar dan ikan asin
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada teori terdapat dua diagnosa. Diagnosa utama
yaitu Bersihan jalan napas tidak efektif b.d proses infeksi yang d.d pasien
mengeluh sesak, batuk, pilek pasien tampak menggunakan otot bantu nafas,
terpasang oksigen, RR 24 x/menit. Diagnose yang kedua yaitu Defisit nutrisi
berhubungan dengan faktor fisiologis (misl. Keengganan untuk makan) yang
ditandai dengan pasien mengatakan tidak nafsu makan, pasien tampah,kurus,
membrane mukosa pucat,dan ditemukan berat badan menurun 10% dibawah
rentang ideal dengan BB : 48 kg TB : 165 cm. Pada kasus Tn.S ditemukan 2
diagnosa keperawatan yaitu Bersihan jalan nafas, dan deficit nutrisi. Pada tahap
diagnosa terdapat kesinambungan dengan teori dalam menegakkan diagnosa
keperawatan, kelompok tidak menemukan hambatan, dan yang menjadi faktor
pendukung yang memudahkan kelompok dalam menetapkan diagnosa
keperawatan pada Tn. S ini yaitu mendapatkan bimbingan dari dosen pembimbing
akademik, dan pembimbing di ruangan serta adanya kerja sama yang baik antar
anggota kelompok dalam pembagian tugas dan pengumpulan referensi-referensi
terkait.
C. Intervensi
Pada tahap intervensi keperawatan dibuat sesuai dengan teori. Terdapat dua
diagnosa keperawatan yang diintervensi pada kasusTn. S yaitu diagnosa bersihan
jalan nafas tidak efektif, dan Defisit. Dalam menyusun perencanaan asuhan
keperawatan yang akan diberikan pada Tn. S kelompok tidak menemukan
hambatan, faktor pendukung bagi kelompok dalam membuat perencanaan
tindakan keperawatan yang akan diberikan pada Tn. S yaitu kelompok
mendapatkan bimbingan dari dosen pembimbing akademik, dan pembimbing di
ruangan praktek serta adanya kerja sama yang baik antar anggota kelompok dalam
pembagian tugas dan pengumpulan referensi-referensi terkait.
D.Implementasi
Tahap pelaksanaan tindakan keperawatan mengacu pada tahap perencanaan
tindakan keperawatan yang telah dibuat, dilakukan dengan tetap memperhatikan
prioritas masalah, pencapaian tujuan tindakan keperawatan, dan
pendokumentasian tindakan keperawatan serta hasil yang dicapai. Pelaksanaan
intervensi yang telah dibuat pada Tn. S dilakukan dari tanggal 12 januari 2020
sampai dengan tanggal 13 Januari 2020.
Pada diagnosa utama yaitu Bersihan jalan nafas tidak efektif, dan deficit
nutrisi dilakukan implementasi pada tanggal 12 Januari 2020 – 13 Januari 2020
sesuai Strategi Pelaksanaan yang sudah dibuat pada tahap intervensi yaitu Strategi
Pelaksanaan 1 yang berisi
monitor status pernafasan dan oksigenasi, pastikan pasien untuk memaksimalkan
validasi, intruksikan bagaimana agar bisa batuk efektif, kolaborasikan penggunaan
nebulizer.
Strategi Pelaksanaan 2 yang berisi tentang, monitor kalori asupan makanan,
anjurkan pasien terkait dengan kebutuhan makanan berdasarkan perkembangan
atau usia, intruksikan pasien mengenai kebutuhan nutrisi, kolaborasi dengan
dokter tentang pemberian obat sebelum makan (misal. Penghilang rasa sakit)
Faktor pendukung pada tahap implementasi adalah perawat ruangan
memberikan respon positif sehingga memudahkan kelompok dalam melakukan
implementasi baik yang sifatnya tindakan keperawatan mandiri maupun tindakan
keperawatan kolaboratif. Solusinya bagi kelompok dalam tahap implementasi
yaitu dengan menggunakan waktu dinas yang seefektif mungkin dan
berkolaborasi serta menjalin komunikasi yang efektif dengan perawat ruangan dan
melaksanakan tindakan keperawatan yang belum dilaksanakan, serta tidak segan
bertanya dan meminta bantuan pada perawat ruang.
E. Evaluasi
Pada tahap evaluasi penulis menilai keberhasilan dan pencapaian tujuan
tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada Tn. S dengan cara wawancara,
observasi langsung, pemeriksaan fisik, dan memeriksa laporan. Evaluasi akhir
seluruh proses asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada Tn. S pada tanggal
13 Januari 2020.
Pada Tn. S ditemukan 2 diagnosa keperawatan yaitu yaitu: Bersihan jalan
nafas tidak efektif, dan deficit nutrisi. Saat evaluasi dilakukan diagnosa Bersihan
jalan nafas tidak efektif, dan deficit nutrisi sudah teratasi dan pasien pulang.
Untuk hal ini diharapkan pasien dapat membertahankan kodisinya.
Kelompok tidak menemukan kesulitan yang berarti dalam melakukan
evalusai akhir, namun salah satu faktor yang menjadi penghambat penulis dalam
melakukan evaluasi adalah ketidak lengkapan data akibat kurang baiknya
pendokumentasian proses keperawatan. Ketidak lengkapan data terutama pada
intervensi/implementasi Namun sikap asertif dan respon positif perawat ruangan
terhadap penulis memudahkan penulis mengkonfirmasi data yang tidak lengkap.
Untuk mengatasi masalah ini kelompok perlu menjalin komunikasi yang baik
dengan perawat ruang dan juga dengan pasien serta keluarganya.
BAB V
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas disimpulkan bahwa Kanker nasofaring
adalah kanker yang berasal dari sel epitel nasofaring di ringga belakang
hidung dan belakang langit-langit rongga mulut yang tumbuh dari jaringan
epitel yang meliputi jaringa limfoit denga predileksi di fosa rossenmuller
pada nasofaring yang merupakan daerah transisional dimana epitel kuboid
berubah menjadi skuamusa dan atap nasofaring.
1.2 Saran
Demikianlah pokok bahasan tentang Asuhan Keperawatan yang dapat
kami sampaikan, besar harapan kami tulisan ini dapat bermanfaat untuk
khalayak banyak. Karena keterbatasan pengetahuan dan referensi
penyusun menyadari bahwa tulisan kami masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan agar
tulisan ini dapat disusun menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3 Revisi. Jakarta: EGC