Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PENYAKIT KNF (KARSINOMA NASOFARING)

Oleh :

Nama Kelompok :
1. Ni Luh Erina (183212892)
2. Ni Luh Indah Suardewi (183212893)
3. Ni Luh Nyoman Dewi Meliani (183212894)
4. Ni Luh Putri Rahayu (183212895)
5. I Putu Wira Suyoga Adi Saputra (183212872)
6. I Wayan Roki Darma Hendra (183212838)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Karsinoma Nasofaring (KNF) adalah keganasan yang muncul pada daerah
nasofaring (area di atas tenggorok dan di belakang hidung). Karsinoma ini
terbanyak merupakan keganasan tipe sel skuamosa (KNPK Kemenkes, 2015).
Di Indonesia, karsinoma nasofaring merupakan salah satu jenis keganasan
yang sering ditemukan, KNF menempati urutan ke-5 dari 10 besar tumor
ganas yang terdapat di seluruh tubuh dan menempati urutan ke -1 di bidang
Telinga, Hidung dan Tenggorok (THT). Pada penderita KNF stadium awal
yaitu stadium I dan II mempunyai prognosis lebih baik dibandingkan dengan
stadium lanjut yaitu stadium III dan IV. Sedangkan faktor faktor lain yang
mempengaruhi adalah jenis kelamin, stadium, sumber biaya, pekerjaan
(Roezin, 2007). Angka harapan hidup lima tahun pada stadium I, II, III, IV
didapatkan sekitar 100%, 85,7%, 30,4%, 25% (El-Sherbieny, 2011) Terapi
KNF terdiri dari readioterapi, kemoterapi dan pembedahan (Zeng, 2010).
Terapi yang selama ini digunakan adalah kemoterapi, yang merupakan salah
satu penatalaksanaan untuk kanker nasofaring. Obat yang digunakan dalam
kemoterapi berfungsi merusak, menekan dan mencegah penyebaran sel kanker
yang berkembang biak dengan cepat. Angka harapan hidup untuk KNF terkait
erat dengan stadium yang diderita pasien yang sudah 2 melakukan kemoterapi,
semakin tinggi stadium yang diderita pasien, semakin tinggi pula resiko
kematiannya.
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana laporan pendahuluan penyakit knf?
2. Apa diagnosa keperawatan yang muncul dari penyakit knf?
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan tentang konsep penyakit Karsinoma Nasofaring (KNF)
2. Menyusun asuhan keperawatan pada pasien dengan Karsinoma Nasofaring
(KNF)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Nasofaring merupakan suatu ruangan yang berbentuk mirip kubus yang
terletak di belakang rongga hidung diatas tepi bebas palatum molle yang
berhubungan dengan rongga hidung dan ruang telinga melalui koana dan tuba
eustasius. Atap nasofaring terbentuk dari dasar tengkorak dan tempat keluar dan
masuknya syaraf otak dan pembuluh darah. Nasofaring diperadarahi oleh cabang
arteri karotis eksterna, yaitu faringeal ascenden dan descenden serta cabang
faringeal arteri sfeno palatine. Darah vena dari pembuluh darah balikfaring pada
permukaanluar dinding muskulermenuju pleksus pterigoid dan vena jugularis
interna. Daerah nasofaring dipersyarafi oleh syaraf sensoris yang terdiri
darinervus glossofaringeus (N.IX) dan cabang maksila dari syaraf trigeminus
(N.V2) yang menuju ke anterior nasofaring.

2.2 Etiologi
1. Kontak dengan zat karsinogenik
Kontak denga zat karsinogenik yag terlalu sering dapat mengakibatkan
munculnya kanker, antara lain:gas kimia, asap industry
2. Keturunan
Kejadian KNF mayoritas ditemukan pada kerturunan ras mongoloid
dibandimgkan dengan ras lainnya.
3. Radang kronis di daerah nasofaring
Terjadinya perdangan di daerah nasofering dapat membuat mukosa
nasofaring menjadi lebih rentan terhadap mikroorganisme.
4. Faktor lingkungan
Adanya kebiasaan diberikannya pengawet pada ikan asin, maka dapat
memberikan efek mutagenic bagi masyarakat
5. Keadaan social ekonomi yang rendah dan PHBS yang buruk
Kedaan lingkungan yang tidak kondusif bagi kesehatan yang dapat
tercermin dari ventilasi yang kurang baik, sehingga sirkulasi udara
menjadi terhambat.
6. Genetik
7. Umur
lansia menjadi lebih rentan dikarenakan penurunan fungsi organ.
8. Daya tahan tubuh pasien yang menurun
9. Kebiasaan mengkonsumsi ikan bakar dan ikan asin

2.3 Patofisiologi
Kanker nasofaring dapat disebabkan oleh banyak hal. Salah satu dari
penyebab dari kanker nasofaring ini adalah adanya virus eipstein yang dapat
menyebabkan ca nasofering. Sel yang terinfeksi noleh sel EBV akan dapat
menghasilkan sel-sel tertentu yang berfungsi untuk mengadakan proliferasi
dan mempertahankan kelangsungan virus dalam sel host. Protein tersebut
dapat digunakan sebagai tanda adanya EBV, seperti EBNA-1, dan LPM-1,
LPM-2A dan LPM-2B. EBV dapat mengaktifkan dan memmapakan zat
kasinogenik yang menyebabkan stimulasi pembelahan sel abnormal yang
tidak terkontrol sehingga tejadilah defeensiasi dan polifeasi potein laten,
sehingga memicu petumbuhan sel kanker pada nasofaring terutama pada
fossa rossenmuller. Dinding tumor biasanya rapuh sehingga oleh rangsangan
dan sentuhan dapat terjadi perdarahan hidung yang ditunjukan dengan
keluarnya darah secara berulang-ulang dengan jumlah yang sedikit dan
kadang-kadang bercampur dengan ingus, sehingga berwarna kemerahan.
Sumbatan hidung yang menetap terjadi akibat pertumbuhan tumor ke dalam
rongga hidung dan menutupi koana.gejala menyerupai pilek kronis,kadang-
kadang disertai dengan ganggguan penciuman dan ingus kental. Sel-sel
kanker dapat berkembang terus, menembus kelenjar dan mengenai otot
dibawahnya. Kelenjar yang terus melekat pada otot dan sulit untuk digerakan.
Nasofaring berhubunga dengan rongga terngkorak melalui beberapa lubang,
maka gangguan syaraf dapat juga terganggu. Jika tumor menjalar melalui
foramen laserum akan memgenai syaraf otak ke III,IV,VI dan dapat mengenai
syaraf tak ke V, sehingga dapat terjadi penglihatan ganda (diplopia). Proses
karsinima lebih lanjut akan mengenai syaraf otak IX,X,XI jika menjalar
melalui foramen jugular dan menyebabkan syndrome Jackson.bila sudah
mengenai seluruh syaraf otak disebut sindrom unilateral dapat juga disertai
dengan destruksi tulang tengkorak. Sel-sel kanker dapat ikut bersama aliran
darah dan mengenai bagian organ tubuh yang jauh dari nasofaring.Organ
yang paling sering terkena adalah tulang, hati dan paru.

Pathway Karsinoma Nasofaring

Factor penyebab

Konsumsi ikan asin


berlebihan Social ekonomi rendah Kontak dengan Radang nasoparing
Gaya hidup makan-makanan karsinogen
pengawet

Invasi virus Epstein Barr

Virus Epstein Barr teraktifasi dan


berkembang biak

Menyerang bagian telinga dan hidung khususnya

Menyebabkan pertumbuhan sel


abnormal (sel kanker)

Radang pada nasoparing


Mutasi genetik pada kromosom 7

Kesalahan proses dan regenerasi protein CFTR

CFTR tidak berfungsi

Kegagalan fungsi sekunder CFTR

Gangguan Regulasi absorpsi Na+ dan Cl-

Penurunan volume air pada sistem pernafasan

Pengentalan mukus

Statis mukus

Penumpukan sputum

Bersihan Jalan Nafas Tidak


Efektif Bau mulut tidak sedap

Mual, muntah, anoreksia

2.4 Klasifikasi KNF Defisit Nutrisi


1. Ukuran tumor (T)
1) T0 : tidak tampak tumor
2) T1 :Tumor terbatas pada satu lokasi saja
3) T2 : \tumor terdapat pada dua lokasi ataun lebih tetapi masih terbatas
pada rongga nasofaring
4) T3 : Tumor telah kaluar dari rongga nasofaring
5) T4 : Tumor yang telah keluar dari rongga nasofaring merusak tulang
tengkorak atau syaraf-syaraf otak
2. Reginal limfe nodus (N)
1) N0 : Tidak ada pembesaran
2) N1 : Terdapat pembesaran tetapi homolatral dan masih bias digerakan
3) N2 : Terdapat pembesaran di kontralateral dan masih bias digerakkan
4) N3 : Terdapat pembesaran baik, homolateral, kontralateral, bilalateral
yang sudah melekat pada jaringan sekitar
3. Metatase jauh (M)
1) Mo : Tidak terdapat metatase jauh
2) M1 : Metatase jauh
Stadium Tumor Nasofaring, antara lain:
 Stadium 0
sel-sel kanker masih beada dalam batas nasopaing, biasanya bisa
disebut dengan nasopharynx in situ
 Stadium I (T1, N0, M0)
sel kanker menyebar pada bagian nasopharing
 Stadium II (T2, N0, M0)
sel kanker sudah menyebar pada lebih dari nasopharing ke rongga
hidung. atau dapat pula menyebar di kelenjar getah bening pada salah
satu sisi leher
 Stadium III (T2/ T2/T3 dan N1, M0 atau T3 N0 M0)
kanke ini sudah menyerang pada kelenjar getah bening di semua sisi
leher
 Stadium IV (T4 dan N0/N1 dan M0 atau T1/T2/T3/T4 dan N0/N1/N2/N3
dan M1)
kanker ini sudah menyebar di syaraf dan tulang sekitar wajah.

2.5 Pemeriksaan Fisik


1) pemeriksaan fisik
keadaan umum
a. keadaan sakit
menggambarkan keparahan sakit yang dirasakan oleh pesien dan
kesadaran pasien
b. tanda-tanda vital
yang meliputi tekanan darah,suhu, BB, RR, nadi,TB
c. Head to toe
1) kepala dan rambut
Distribusi rambut merata, tidak terdapat lesi dan benjolan,
rambut tampak bau dan kotor.
2) hidung
ada pendarahan hidung, tidak ada lesi, ada pernafasan cuping
hidung,
3) telinga
gangguan pendengaran (-), serumen (-), tidak ada lesi, dan
telinga kanan dan kiri simetris.
4) mata
mata kanan dan kiri simetris, konjungtivis anemis (-), sclera
tidak ikterik, pupil isokor, dan reflek cahaya (-).
5) mulut, lidah, tonsil, dan faring
 mulut:
mulut kering, kebersihan mulut bersih, caries gigi (+), tidak
ada pembengkakan gusi, dan bau mulut (-)
 gigi:
gigi berjumlah 32 buah, caries gigi (+)
 tonsil:
tidak ada pembesaran tonsil
 faring:
terdapat sumbatan sekret
6) leher dan tenggorokan
 leher
peningkatan JVP
warna kulit leher merata
pembesaran kelenjar tyroid dan limfe
 tenggorokan
reflek menelan (-)
7) dada/thorax
a) pemeriksaan paru
 inspeksi
gerakan dada simetris, retraksi dada (+), warna kulit
merata, sesak napas (+), RR: >20x/menit, bentuk dada
normal
 palpasi
akral hangat
 perkusi
suara perkusi paru sonor
 auskultasi
suara napas ronkie
b) pemeriksaan jantung
 inspeksi
warna kulit merata, tidak ada lesi , bentuk dada normal
 palpasi
terdapat kardiomegali
 perkusi
suara perkusi redup
 auskultasi
suara mur-mur (-)
c) pemeriksaan payudara
 inspeksi
rabas (-), warna kulit merata, putting menonjol,
payudara kiri lebih besar daripada payudara kanan.
 palpasi
tidak ada massa, tida ada lesi dan rabas, akral hangat,
tidak ada pembesaran limfe di axilla
8) Abdomen dan Pelvis
 inspeksi
tidak ada asites, warna kulit merata, tidak ada lesi dan
jaringan parut, pelvis tampak kotor
 palpasi
peristeltik >35x/menit
 perkusi
tidak ada hepatomegali dan splenomegali
 auskultasi
suara abdomen timpani
9) ekstermitas, kuku, kekuatan otot
 ektermitas
terpasang infuse di tangan kiri, terpasang sensor
tekanan darah di tangan kanan, CRT< 2 detik
 kuku
clubbing finger (-), kuku sianosis, sianosis (-).
 kekuatan otot lemah
33
33
10) genetalia dan anus
kebersihan genetalia dan anus terjaga, tidak terpasang poli
kateter urine, tidak ada lesi
11) pemeriksaan neurologis
 kesadaran GCS komposmentis
 respon AVPU : alert
 reflek pupil isokor
 reflek cahaya (+)
2.6 Pemeriksaan Penunjang
pemeriksaan penunjang pada kanker nasofaring ada beberapa, yaitu:
a) pemeriksaan CT Scan pada daerah kepala dan leher untuk menhetagui
keberadaan kanker yang berrsembunyi
b) pemeriksaan serologi igA anti EA dan igA anti VCA untuk
mengetahui infeksi virus E-B
c) biopsy nasofaring dapat dulakukan dengan dua cara, taitu: dari hidung
dan mulut dengan anastesi topical dengan xylocain 10%.
d) pengerokan dengan kuret daerah lateral nasofaring dalam narcosis

2.7 Penatalaksanaan Medis


a) radioterapi merupakan pengobatan utama
b) pemberian adjuvant kemoterapi yaitu: Cis-Platinum, bleomycin dan 5-
fluororauncil
c) kemoterapi praradiasi dengan epirubicin dan cis platinum.

2.8 Konsep Asuhan keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian pada diabetes mellitus meliputi, antara lain:
1) Biodata
a) Nama klien : untuk membedakan pasien satu dengan
yang lain (identifikasi pasien)
b) Umur : untuk mengetahui apakah pasien
mempuyai faktor resiko
c) Agama : untuk menentukan bagaimana perawat
Memberikan dukungan kepada pasien
selama persalinan
d) Suku : untuk mengetahui adat istiadat/ budaya
pasien
e) pendidikan : untuk menentukan bagaimana perawat
memberikan konseling kepada pasien
f) Pekerjaan : untuk mengetahui status 12ocial dan
ekonomi pasien
g) Alamat : untuk mengetahui keadaan lingkungan
tempat tinggal pasien
h) Nama penanggung jawab : untuk mengetahui orang yang bertanggung
jawab membiayai pengobatan pasien dan
juga menjadi perantara perawat untuk
menyetujui inform konsen untuk
tindakansyang akan dilakukan kepada pasien
2) Keluhan utama/Alasan masuk rumah sakit
a. Keluhan utama
Pasien biasanya dibawa ke rumah sakit dengan keluhan lemas, nyeri
dan muncul benjolan di pipi dan leher
b. keluhan saat pengkajian
pasien mengeluh sakit kepala dan pandangan kabur
c. Riwayat penyakit sekarang
pasien mengatakan lemas, nyeri dan muncul benjolan di pipi dan leher.
pasien juga mengeluh mual muntah dan nafsu makan berkurang.
d. Riwayat sebelumnya
apakah pasien pernah mengidap penyakit kanker nasofaring dan radang
tengggorokan sebelumnya
e. riwayat kesehatan keluarga
ada/tidak keluarga pasien yang pernah mengidap penyakit kanker
nasofaring dan penyakit menurun seperti: DM, hipertensi, dan lainnya.
3) Riwayat psikososial dan status spiritual
a. riwayat psikologis
menggambarkan respon psikologis pasien dalam menghadapi
keadaannya sekarang.
b. aspek sosial
menggambarkan cara interaksi pasien kepada orang sekitarnya dan
peran sosial di keluarga
c. aspek spiritual
menggambarkan tentang cara pasien menganggap penyakitnya dan
cara pasien beribadah
4) pola kebiasaan sehari-hari
a. pola nutrisi
menggambarkan pola makan dan jenis makanan yang dikonsumsi
pasien sebelum dan sesudah di rawat dirumah sakit
b. pola eliminasi
menggambarkan pola BAK dan BAB pasien sebelum dan sesudah
dirawat di rumah sakit.
c. pola kebersihan diri
menggambarkan cara pasien untuk membersihkan diri sebelum dan
sesudah dirawat di rumah sakit
d. pola aktivitas, latihan, dan bermain
mnggambarkan tentang aktivitas yang dilakukan oleh pasien saat
pasien sebelum dam sesudah di rawat di rumah sakit
e. pola istirahat dan tidur
menggambarkan tentang durasi, kualita istirahat tidur pasien.

2. Diagnosa Keperawatan
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan proses infeksi
yang ditandai dengan pasien mengeluh batuk, sesak, pilek, pasien juga
tampak menggunakan otot bantu nafas, terpasang oksigen, RR= 24 kali
per menit
2) Defisit nutrisi behubungan dengan factor psikologis (misalnya
keengganan untuk makan) yang ditandai dengan pasien mengatakan
tidak nafsu makan, pasien tampak lemas, membrane mukosa pucat,
dan ditemukan berat badan menurun 10% dibawah rentang ideal
dengan BB = 48 kg, TB = 165 cm
3. Rencana Keperawatan
No Diagnosa kriteria hasil Intervensi Rasionlisasi
keperawatan dan tujuan
1 1) Bersihan Setelah Manajemen
jalan nafas dilakukan jalan nafas
tidak asuhan
efektif keperawatan 1. Monitor 1. untuk
berhubung selama 1x24 status mengetahui
an dengan jam jam pernafasan adanya
proses diharapkan dan perubahan
infeksi status oksigenasi respirasi
yang pernafasan 2. Posisikan 2. untuk
ditandai kembali pasien untuk memudahkan
dengan normal memaksimalk pasien dalam
pasien dengan an validasi bernfas
mengeluh kriteria hasil : 3. Intruksikan 3. Untuk
batuk, 1. frekuensi bagaimana menambah
sesak, nafas normal agar bisa pengetahuan
pilek, 20 kali batuk efektif Dalam batuk
pasien pemenit 4. Kolaborasi efektif
juga 2. bicara penggunaan 4. Untuk
tampak kembali nebulizer mengencerkan
mengguna normal sputum yang
kan otot 3. batuk menggumpal
bantu efektif 1.
nafas, 4. produksi
terpasang sputum dapat
oksigen, berkurang
RR= 24
kali per
menit
2 1) Defisit Setelah Manajemen
nutrisi dilakukan nutrisi
behubunga keperawatan 1. Monitor 1. untuk
n dengan selama 1x24 kalori asupan mengetahui
factor jam makanan jumlah kalori
psikologis diharapkan 2. Anjurkan 2. untuk
(misalnya Nutrisi dapat pasien terkait menginfomsikan
keenggana terpenuhi dengan pasien berapa
n untuk dengan kebutuhan kebutuhan
makan) kriteria hasil makanan makanan yang
yang 1. Nafsu berdasarkan diperlukan
ditandai makan perkembang sesuai usia
dengan meningkat an atau usia 3. untuk
pasien 2. Status 3. Intruksikan memastikan
mengataka nutrisi pasien kebutuhan
n tidak terpenuhi mengenai nutrisi pasien
nafsu 3. Prilaku kebutuhan tepenuhi
makan, meningkat nutrisi 4. untuk
pasien kan berat 4. Kolaborasi meningkatkan
tampak badan dengan nafsu makan
lemas, 4. Fungsi dokter
membrane gastrointest tentang
mukosa inal pemberian
pucat, dan obat sebelum
ditemukan makan (misl
berat penghilang
badan rasa sakit)
menurun
10%
dibawah
rentang
ideal
dengan
BB = 48
kg, TB =
165 cm

BAB III

FORMAT LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN


BERDASARKAN FORMAT GORDON

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.S


DENGAN DIAGNOSA MEDIS KNF RESIDIF POST KEMOTERAPI
ADGUVAT I SERI II
DI RUANG APEL RSUD KLUNGKUNG
TANGGAL 12-13 JANUARI 2020

I. PENGKAJIAN
1. Identitas
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Umur : 65 th
Agama : Hindu
Jenis Kelamin : Laki - laki
Status : Menikah
Pendidikan :Sekolah Dasar
Pekerjaan :-
Suku Bangsa :Indonesia
Alamat : Karangasem
Tanggal Masuk : 09-01-2020
Tanggal Pengkajian ......................................................................................................: 12-01
No. Register : 220101
Diagnosa Medis : KHF Residif Post Kemoterapi Adguvant I seri II

2. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny. I
Umur : 50 th
Hub. Dengan Pasien : Istri Pasien
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Karangasem

2. Status Kesehatan
1. Status Kesehatan Saat Ini
1. Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini)
Saat MRS : Pasien dikeluhkan sesak
Saat ini : Keluarga pasien mengatakan pasien mengeluh sesak
2. Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan
penyakit saat
Sebelum datang ke rumah sakit keluarga pasien mengatakan pasien batuk
dan pilek sejak 1 bulan yang lalu. Kemudian pasien datang ke RSUD
Klungkung dengan keluhan sesak hingga kesulian untuk bicara. Pada
saat melakukan pengkajian pasien dikeluhkan sesak, batuk dan pilek.
Pasien mengatakan pada saat batuk ia merasakan gatal pada tenggorokan
dan hidung tersumbat. Pasien mengatakan gatal – gatal pada tenggorokan
dan pilek pada hidung. Pasien mengatakan batuk dan pilek yang dialami
membuat pola tidur terganggu dan membuatnya terbangun saat tidur.
Pasien mengatakan ketika batuknya kambuh paling sering pada malam
hari, dan saat batuk kambuh kurang lebih 3 menit
3. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
Pasien mengatakan saat dirumah jika batuk dan pilek pasien
mengatasinya dengan meminum air hangat dan memberikan kompres
hangat pada bagian dada
2. Satus Kesehatan Masa Lalu
1. Penyakit yang pernah dialami
Pasien mengatakan ia didiagnosa penyakit kangker nasofaring sejak tahun
2018. HT (-), DM (-)
2. Pernah dirawat
Keluarga pasien mengatakan pasien pernah dirawat sebelumnya selama 5
hari di RSUP Sanglah dikarnakan oprasi KNF residif dan kemoterapi
3. Alergi
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mempunyai riwayat alergi
terhadap makanan, obat – obatan, debu maupun suhu
4. Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll)
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak memiliki kebiasaan merokokdan
minum kopi. Tetapi pasien memiliki kebiasaan meminum tuak 1 gelas
sehari.
Keluarga pasien mengatakan memiliki kebiasaan membersihkan rumah
minimal 3 kali sehari dan terdapat ventilasi udadara yang mencukupi.

3. Riwayat Penyakit Keluarga/ penyakit keturunan


Keluarga pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keluarga
atau kronis seperti DM, HT, Kangker/ penyakit yang di derita pasien saat
ini.
Buat genogramnya
4. Diagnosa Medis dan therapy
Diagnosa medis
KHF Residif Post Kemoterapi Adguvant I seri II

Therapy

No Nama Obat Dosis Rute/ indikasi


1 NaCl 0,9% 20 tpm IVFD
2 O2 Nasal Kanul Non 10 lpm Nasal
Rebritihing
3 Levofloxacin 1 x 750 g IV
4 Meptin + pulmicort 12 Jam Nebulezer
5 Paracetamol 3 x 500 mg IV
6 Asetilsistein 3 X 200 mg IV

3. Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-


spiritual)
a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Sehat menurut keluarga pasien adalah bisa melakukan aktivitas sehari –
hari seperti biasa
Sakit menurut keluarga pasien adalah tidak bisa melakukan aktivitas
sehari – hari
Menajemen sakit pasien mengatakan saat pilek dan batuknya kambuh
biasanya pasien hanya membeli obat di warung terdekat.
Manajemen sehat pasien mengatakan selalu menjaga kesehatanya dengan
cara menjaga pola makan, mengkonsumsi vitamin.
b. Pola Nutrisi-Metabolik
 Sebelum sakit :
Keluarga pasien mengatakan pasien sebelum sakit makan 3 x sehari
dengan porsi 1 piring yang terdiri dari nasi + sayur + lauk. Dan minum
sebanyak 7 gelas dengan BB 65kg tinggi 165 cm
IMT : 65 : 2,7225 = 23,87
 Saat sakit :
Keluarga pasien mengatakan pasien saat sakit nafsu makan berkurang,
pasien hanya makan bubur setengah porsi. Pasien minum 3-4 gelas
sehari dengan BB 48 kg tinggi 165 cm
IMT : 48 : 7225 = 17, 63
c. Pola Eliminasi
1) BAB
 Sebelum sakit :
Pasien mengatakan BAB lancar 2 x sehari dengan kosistensi lembek
berwarna kuning gelap.
 Saat sakit :
- Pasien mengatakan saat sakit BB 1 x sehari denan kosistensi keras
berwarna kuning gelap

2) BAK
 Sebelum sakit :
- Pasien mengatakan BAK normal, bisa 5 kali perhari dengan urien
berwarna kuning jernih dengan bau khas urine
 Saat sakit :
- Pasien mengatakan saat sakit BAK 2 kali perhari dengan urien
berwarna kuning pekat dengan bau khas urine

d. Pola aktivitas dan latihan


1) Aktivitas

Kemampuan 0 1 2 3 4
Perawatan Diri
Makan dan √
minum
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Berpindah √
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain
dan alat, 4: tergantung total
2) Latihan
 Sebelum sakit
Keluarga pasien mengatakan sebelum sakit pasien melakukan
aktivitas sehari – hari seperti biasa dan mampu untuk bekerja
 Saat sakit
Keluarga pasien mengatakan saat sakit pasien tidak dapat
melakukan aktivitas sehari – hari dan tidak mampu untuk bekerja

e. Pola kognitif dan Persepsi/perseptual/panca indera


Keluarga pasien mengatakan ketika batuk pasien menutup mulutnya
dengan tangan. Pasien sudah memahami penyakitnya dan mengobatinya
dengan cara membeli obat di warung.
Pasien tidak memiliki gangguan pada panca indranya. Panca indera
berfungsi sebagaimana mestinya
f. Pola Persepsi-Konsep diri
Harga diri : keluarga pasien mengatakan pasien selalu merasa bersalah
karna merepotkan keluarganya
Peran diri : keluarga pasien mengatakan saat sakit pasien harus istirahat
banyak untuk mejalanni perawatan sehingga tidak dapat
bekerja
g. Pola Tidur dan Istirahat
 Sebelum sakit :
Pasien mengatakan sebelum sakut dia tidur dengan teratur pada pukul
22.00 sampai pukul 06.00 Wita. Dan pasien t memiliki kebiasaan tidur
siang.
 Saat sakit :
Pasien mengatakan tidurnya sedikit terganggu karna batuk dan pilek
yang dialami pasien
h. Pola Peran-Hubungan
- Sebelum sakit pasien mengatakan tidak memiliki masalah dalam
peran dan hunungannya, baik dalam keluarga, masyarakat,
lingkungan ataupun tempat bekerja.
- Saat sakit pasien mengatakan sedikit terganggu salam peran dan
hubungan karna pasien harus banyak istirahat.
i. Pola Seksual-Reproduksi
 Sebelum sakit :
Keluarga pasien mengatakan pasien berjenis klamin laki – laki,
sudah menikah dan memiliki 3 orang anak, 2 anak perempuan dan
laki - laki
 Saat sakit :
Keluarga pasien mengatakan saat pasien sakit tidak ada perubahan
fungsi seksual - reproduksi
j. Pola Toleransi Stress-Koping
Pasien mengatakan tidak takut dan tidak cemas akan penyakitnya
karena pasien optimis akan sembuh dan keluarganya selalu
mendukungnya sehingga pasien tidak terlalu memikirkan penyakitnya
k. Pola Nilai-Kepercayaan
Pasien mengatakan percaya kepada tuhan dan rajin sembahyang.

4. Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum : Pasien tampak pucat dan terbaring lemas
Tingkat kesadaran : komposmetis / apatis / somnolen / sopor/koma
GCS : Eye: 4, Motorik: 6, Verbal:5
b. Tanda-tanda Vital : Nadi = 100 x/menit , Suhu = 36OC , TD =
100/80 mmHg, RR = 24 x/menit (dengan menggunakan O2 10 lmp
dengan face mask Sp O2 : 95 %)
c. Keadaan fisik
a. Kepala dan leher :
- Kepala :
Inspeksi : persebaran rambut pasien tidak merata, adanya uban,
bentuk kepala siemtris
Palpasi : tidak adanya nyeri tekan.
- Mata
Inspeksi : bentuk mata simetris, sklera onikterik, konjungtiva
ananemis
- Hidung
Inspeksi : bentuk hidung simetris,terdapat mokus, tidak ada lesi,
tidak ada massa, menggunakan alat bantu nafas
Palpasi : tidak adanya nyeri tekan pada hidung
- Telinga
Inspeksi : bentuk telinga simetris, telinga tampak bersih, tidak ada
pendarahan
Palpasi : tidak adanya nyeri tekan pada telinga
- Mulut
Inspeksi : mukosa bibir pucat, kering,tidak sariawan, ada karies,
tidak asa sianosis
- Leher :
Inspeksi : terdapat lesi , massa,luka, warna kehitaman dengan
diameter kurang lebih 2 cm
b. Dada :
- Dada umum
Inspeksi : simetris, tidak ada lesi, terdapat retaksi dinding dada,
irama nafas cepat
- Paru
Perkusi : ICS 2,4 dan 6 suara hipersonor
Auskultasi : terdengar suara ronchi
- Jantung
Auskultasi : terdengar suara s1 s2 reguler tunggal

c. Payudara dan ketiak :


- Ispeksi : tidak ada benjolan, tidak ada lesi
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan
d. abdomen :
- Inspeksi : simetris, tidak ada benjolan, tidak ada luka
- Auskultrasi : terdengar suara bising usu 10x/menit
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa
- Perkusi : terdengar suara timpani

e. Genetalia :
- Inspeksi : tidak terpasang kateter, kondisi bersih, tidak ada lesi

f. Integumen :
- Inspeksi : warna kulit sawo matang, persebaran rambut merata,
tidak ada beskas luka, tidak ada sianosis
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada edema

g. Ekstremitas :
Atas
- Inspeksi : tangan simetris, tidak ada sianosis, tidak ada bekas
luka, persebaran rambut merata, tidak ada CR
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan, kekuatan otot

555 555
555 555

Bawah
- Inspeksi : kaki simetris, tidak ada sianosis, tidak ada bekas luka,
tidak ada CR, persebaran rambut merata
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

h. Neurologis :
- Status mental dan emosi :
Pasien tampak tenang dan tidk gelisah akan penyakitnya
- Pengkajian saraf kranial :
Tidak dikaji
- Pemeriksaan refleks :
Tidak dikaji
b. Pemeriksaan Penunjang
1. Data laboratorium yang berhubungan (yang terbaru)
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujuk
Hemoglobin 10,2 dl 10,18 – 14,2
Lekosit 14,81 uL 3,5 – 10
Neutrofit 96 % 39,3 -73,7
Limpofit 2,1 % 18,0- 48,3
Minosit 1,7 % 4,4 – 12,7
Eosinofil 0.00 % 6, 00 – 7, 30
Basofil 0,21 % 0,00 – 1,70
Eritasit 3,6 uL 3,5 – 5,5
Hematoksit 32,1 % 35 – 55
MEV 88,1 ft 81,1 – 96
MCH 18,0 P9 27,0 – 31,2
MCNC 31,7 % 31,5 - 35,0
RDW – CV 13,58 % 11,5 – 14,5
Trombosit 387 uL 145 – 450
MPV 4,50 fL 6,90 – 10,6
AST (SGOT) 24 u/L 8 – 37
ALT ( SEPT) 18 u/L 13 – 42
Ureum 39 mg/dl 10 – 50
Kreatinin 0,6 mg/dl 0,6 – 1,2
Gula darah 1,7 mg/dl 80 - 200

2. Pemeriksaan radiologi
Thorak AP
- Car : tidak membesar
- Pulma : hyperairated, tampak infiltrate diparacardia sampai
parahiller kanan dan kiri, corakan vasuler meningkat
- Sinus phrenicocostalis kanan dan kiri tajam
- Diafragma kanan dan kiri normal
- Skelet hemithorax yang tervisualisasi tak tampak kelainan
-
3. Hasil konsultasi
Tidak terkaji
4. Pemeriksaan penunjang diagnostic lain
Tiidak terkaji

5. ANALISA DATA
A. Tabel Analisa Data
DATA ETIOLOGI MASALAH
(Sesuai dengan patofisiologi)
Ds : keluarga pasien Penurunan volume air pada pernafasan Bersihan Jalan Nafas
mengatakan pasien mengeluh Tidak Efektif
sesak disertai batuk dan pilek Pengentalan mukus
Do : pasien tampak
menggunakan otot bantu Statis mukus
nafas, terpasang oksigen RR :
24x/menit Penumpukan sputum

Bersihan jalan nafas tidak efektif

DATA ETIOLOGI MASALAH


(Sesuai dengan patofisiologi)
Ds : keluarga pasien Penumpukan sputum Defisit Nutrisi
mengatakn, pasien tidak nafsu
makan Bau mulut tidak sedap
Do : pasien tampak lemah,
kurus, membran mukosa Mual , muntah, anoreksia
pucat, dan ditemukan berat
badan menurun 10% dibawah Defisit Nutrisi
rentang ideal
BB : 48 kg
TB : 165cm
B. Tabel Daftar Diagnosa Keperawatan /Masalah Kolaboratif Berdasarkan
Prioritas
NO TANGGAL / DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL Ttd
JAM TERATASI
DITEMUKAN
1 12 Januari2020 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan 13 januari 2020
dengan proses infeksi yang ditandai dengan
pasien mengeluh sesak, batuk, pilek, pasien
tampak menggunakan otot bantu
nafas,terpasang oksigen, RR 24x/menit.

12 Januari
2020 13 januari 2020

2. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor


fisiologis (misl. Keengganan untuk makan)
yang ditandai dengan pasien mengatakan tidak
nafsu makan, pasien tampah,kurus, membrane
mukosa pucat,dan ditemukan berat badan
menurun 10% dibawah rentang ideal dengan
BB : 48 kg TB : 165 cm
C. Rencana Tindakan Keperawatan

N Rencana Perawatan Ttd


Hari/ o
Tujuan dan Kriteria
Tgl D Intervensi Rasional
Hasil
x
Minggu Setelah dilakukan tindakan Menejemen jalan nafas 1. Untuk mengetahui
12 dmkeperawatan selama 1 x 1. Monitor status adanya perubahan
januari 24jam diharapkan status pernafasan dan respirasi
2020 pernafasan kembali normal oksigenasi 2. Untuk memudahkan
07.00 kriteria hasil: 2. Pastikan pasien untuk pasien dalam bernafas
WITA 1. Frekuensi nafas memaksimalkan 3. Untuk menambah
normal( 20x/menit) validasi pengetahuan dalam
2. Batuk efektif 3. Intruksikan bagaimana batuk efektif
3. Produksi sputum dapat agar bisa batuk efektif 4. Untuk mengencerkan
berkurang 4. Kolaborasikan sputum yang
penggunaan nebulezer menyumbat pernafasan

Setelah dilakukan tindakan Menejemen nutrisi


keperawatan selama 1 x 1. Monitor kalori asupan 1. Untuk mengtahui jumlah
24jam diharapkan nutrisi makanan kalori yang di konsumsi
datpat terpenuhi dengan 2. Anjurkan pasien terkait 2. Untuk
kriteria hasil: dengan kebutuhan menginformasikan
1. Nafsu makan makanan berdasarkan pasien berapa
meningkat perkembangan atau kebutuhan makanan
2. Satatus nurisi usia yang diperlukan sesuai
terpenuhi 3. Intruksikan pasien usia
3. Prilaku mingkatkan mengenai kebutuhan 3.untuk memastikan nutrisi
berat badan nutrisi pasien terpenuhi
4. Kolaborasi dengan 4. untuk meningkat
dokter tentang kannafsu makan
pemberian obat
sebelum makan (misal.
Penghilang rasa sakit)
D. Implementasi Keperawatan
Hari/ T
No Dx Tindakan Keperawatan Evaluasi proses
Tgl/Jam
Menejemen jalan nafas
Selasa/7 1. Memonitor status 1. Ds : pasien
Januari
pernafasan dan oksigenasi. mengatakan nafasnya
2020
2. Memposisikan pasien mulai ringan dan
1. 15.00
2. 09.00 untuk memaksimalkan teratur
3. 10.00 validasi Do : pasien tampak
4. 16.00 3. Menginstruksikan cara tidak menggunakan
WITA
batuk efektif. alat bantu nafas
4. Mengkolaborasikan RR : 20x/menit Sp O 2
penggunaan nebulezer 98%
2. Ds : pasien
mengatakan lebih
nyaman
Do : pasien tampak
lebih rileks
3. Ds : pasien
mengatakn mengerti
dengan intruksi yang
diberikan
Do : pasien tampak
mengerti
4. Ds : -
Do : pasien tampak
bisa mengeluarkan
sputum dengan
mudah
1. Ds : pasien
Menejemen Defisit Nurisi mengatakan mualnya
1. Memonitor kalori asupan berkurang dan mampu
pasien makan bubur 1 piring
2. Menganjurkan pasien Do : pasien tampak
terkait dengan kebutuhan nafsu makan
makanan berdasarkan 2. Ds : pasien
perkembangan atau usia mengatakan sudah
3. Menginstruksikan pasien memenui kebutuhan
mengenai kebutuhan sesuai usia
nutrisi. Do : pasien tampak
4. Mengkolaborasikan dengan lebih berisi
dokter tentang pemberian BB: 50 kg TB : 165cm
obat sebelum makan 3. Ds : Pasien
mengatakan mengerti
mengenai intruksi
yang diberikan
Do : Pasien tampak
mengerti.
4. Ds : -
Do : Lanjutkan
pemberian obat
Evaluasi Keperawatan
Ttd
No Hari/Tgl jam No Dx Evaluasi

S : pasien mengatakan nafasnya


Senin mulai ringan,teratur dan sesak
13 Januari 2020 berkurang.
10.00 WITA O : pasien tampak bernafas normal
tampa batuan alat nafas dengan
frekuensi nafas 20x/menit Sp O2:
98%
A : Masalah Teratasi
P : Pertahankan kondisi

S : Pasien mengatakan nafsu makan


mulai meningkat dengan
menghabiskan 1 piring bubur
O : pasien tampak nafsu makan
dengan berat badan meningkat
BB : 50 kg TB 165 cm
A : masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi
BAB IV
KESENJANGAN ANTARA TEORI
DAN KENYATAAN

Pada bab ini kelompok akan membandingkan proses asuhan keperawatan


antara teori dengan kasus. Pembahasan ini untuk mengetahui sejauh mana
kesenjangan dan kesamaan, faktor pendukung dan penghambat dalam
memberikan asuhan keperawatan Tn. S dengan Karsinoma Nasofaring.
Pembahasan ini mencakup semua proses asuhan keperawatan, yang meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.

A. Pengkajian
Pengkajian adalah proses awal dimana seorang perawat berusaha
mendapatkan data dengan pendekatan biopsikososial dan spiritual sehingga
didapat data dasar untuk merumuskan diagnosa keperawatan, data diperoleh dari
catatan rekam medik, wawancara, catatan keperawatan, observasi langsung dan
pemeriksaan fisik. Pada kasus Tn. S kelompok melakukan pengkajian dengan
melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik secara langsung, serta menggunakan
rekam medik dan catatan perkembangan Tn.S diruang perawatan.
Pada teori Karsinoma Nasofaring disebabkan oleh :
1. Kontak dengan zat karsinogenik
Kontak denga zat karsinogenik yag terlalu sering dapat mengakibatkan
munculnya kanker, antara lain:gas kimia, asap industry,
2. KeturunanKejadian KNF mayoritas ditemukan pada kerturunan ras
mongoloid dibandimgkan dengan ras lainnya.
3. Radang kronis di daerah nasofaring
Terjadinya perdangan di daerah nasofering dapat membuat mukosa
nasofaring menjadi lebih rentan terhadap mikroorganisme.
4. Faktor lingkungan
Adanya kebiasaan diberikannya pengawet pada ikan asin, maka dapat
memberikan efek mutagenic bagi masyarakat
5. Keadaan social ekonomi yang rendah dan PHBS yang buruk
Kedaan lingkungan yang tidak kondusif bagi kesehatan yang dapat tercermin
dari ventilasi yang kurang baik, sehingga sirkulasi udara menjadi terhambat.
6. Genetik
7. Umur
Lansia menjadi lebih rentan dikarenakan penurunan fungsi organ.
8. Daya tahan tubuh pasien yang menurun
9. Kebiasaan mengkonsumsi ikan bakar dan ikan asin

Pada tahap pengkajian kelompok menemukan hambatan yang berarti dalam


pengambilan data yaitu data diambil hanya dari klien saja belum ada data
tambahan yang mendukung dari keluarga.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada teori terdapat dua diagnosa. Diagnosa utama
yaitu Bersihan jalan napas tidak efektif b.d proses infeksi yang d.d pasien
mengeluh sesak, batuk, pilek pasien tampak menggunakan otot bantu nafas,
terpasang oksigen, RR 24 x/menit. Diagnose yang kedua yaitu Defisit nutrisi
berhubungan dengan faktor fisiologis (misl. Keengganan untuk makan) yang
ditandai dengan pasien mengatakan tidak nafsu makan, pasien tampah,kurus,
membrane mukosa pucat,dan ditemukan berat badan menurun 10% dibawah
rentang ideal dengan BB : 48 kg TB : 165 cm. Pada kasus Tn.S ditemukan 2
diagnosa keperawatan yaitu Bersihan jalan nafas, dan deficit nutrisi. Pada tahap
diagnosa terdapat kesinambungan dengan teori dalam menegakkan diagnosa
keperawatan, kelompok tidak menemukan hambatan, dan yang menjadi faktor
pendukung yang memudahkan kelompok dalam menetapkan diagnosa
keperawatan pada Tn. S ini yaitu mendapatkan bimbingan dari dosen pembimbing
akademik, dan pembimbing di ruangan serta adanya kerja sama yang baik antar
anggota kelompok dalam pembagian tugas dan pengumpulan referensi-referensi
terkait.
C. Intervensi
Pada tahap intervensi keperawatan dibuat sesuai dengan teori. Terdapat dua
diagnosa keperawatan yang diintervensi pada kasusTn. S yaitu diagnosa bersihan
jalan nafas tidak efektif, dan Defisit. Dalam menyusun perencanaan asuhan
keperawatan yang akan diberikan pada Tn. S kelompok tidak menemukan
hambatan, faktor pendukung bagi kelompok dalam membuat perencanaan
tindakan keperawatan yang akan diberikan pada Tn. S yaitu kelompok
mendapatkan bimbingan dari dosen pembimbing akademik, dan pembimbing di
ruangan praktek serta adanya kerja sama yang baik antar anggota kelompok dalam
pembagian tugas dan pengumpulan referensi-referensi terkait.

D.Implementasi
Tahap pelaksanaan tindakan keperawatan mengacu pada tahap perencanaan
tindakan keperawatan yang telah dibuat, dilakukan dengan tetap memperhatikan
prioritas masalah, pencapaian tujuan tindakan keperawatan, dan
pendokumentasian tindakan keperawatan serta hasil yang dicapai. Pelaksanaan
intervensi yang telah dibuat pada Tn. S dilakukan dari tanggal 12 januari 2020
sampai dengan tanggal 13 Januari 2020.
Pada diagnosa utama yaitu Bersihan jalan nafas tidak efektif, dan deficit
nutrisi dilakukan implementasi pada tanggal 12 Januari 2020 – 13 Januari 2020
sesuai Strategi Pelaksanaan yang sudah dibuat pada tahap intervensi yaitu Strategi
Pelaksanaan 1 yang berisi
monitor status pernafasan dan oksigenasi, pastikan pasien untuk memaksimalkan
validasi, intruksikan bagaimana agar bisa batuk efektif, kolaborasikan penggunaan
nebulizer.
Strategi Pelaksanaan 2 yang berisi tentang, monitor kalori asupan makanan,
anjurkan pasien terkait dengan kebutuhan makanan berdasarkan perkembangan
atau usia, intruksikan pasien mengenai kebutuhan nutrisi, kolaborasi dengan
dokter tentang pemberian obat sebelum makan (misal. Penghilang rasa sakit)
Faktor pendukung pada tahap implementasi adalah perawat ruangan
memberikan respon positif sehingga memudahkan kelompok dalam melakukan
implementasi baik yang sifatnya tindakan keperawatan mandiri maupun tindakan
keperawatan kolaboratif. Solusinya bagi kelompok dalam tahap implementasi
yaitu dengan menggunakan waktu dinas yang seefektif mungkin dan
berkolaborasi serta menjalin komunikasi yang efektif dengan perawat ruangan dan
melaksanakan tindakan keperawatan yang belum dilaksanakan, serta tidak segan
bertanya dan meminta bantuan pada perawat ruang.

E. Evaluasi
Pada tahap evaluasi penulis menilai keberhasilan dan pencapaian tujuan
tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada Tn. S dengan cara wawancara,
observasi langsung, pemeriksaan fisik, dan memeriksa laporan. Evaluasi akhir
seluruh proses asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada Tn. S pada tanggal
13 Januari 2020.
Pada Tn. S ditemukan 2 diagnosa keperawatan yaitu yaitu: Bersihan jalan
nafas tidak efektif, dan deficit nutrisi. Saat evaluasi dilakukan diagnosa Bersihan
jalan nafas tidak efektif, dan deficit nutrisi sudah teratasi dan pasien pulang.
Untuk hal ini diharapkan pasien dapat membertahankan kodisinya.
Kelompok tidak menemukan kesulitan yang berarti dalam melakukan
evalusai akhir, namun salah satu faktor yang menjadi penghambat penulis dalam
melakukan evaluasi adalah ketidak lengkapan data akibat kurang baiknya
pendokumentasian proses keperawatan. Ketidak lengkapan data terutama pada
intervensi/implementasi Namun sikap asertif dan respon positif perawat ruangan
terhadap penulis memudahkan penulis mengkonfirmasi data yang tidak lengkap.
Untuk mengatasi masalah ini kelompok perlu menjalin komunikasi yang baik
dengan perawat ruang dan juga dengan pasien serta keluarganya.
BAB V
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas disimpulkan bahwa Kanker nasofaring
adalah kanker yang berasal dari sel epitel nasofaring di ringga belakang
hidung dan belakang langit-langit rongga mulut yang tumbuh dari jaringan
epitel yang meliputi jaringa limfoit denga predileksi di fosa rossenmuller
pada nasofaring yang merupakan daerah transisional dimana epitel kuboid
berubah menjadi skuamusa dan atap nasofaring.
1.2 Saran
Demikianlah pokok bahasan tentang Asuhan Keperawatan yang dapat
kami sampaikan, besar harapan kami tulisan ini dapat bermanfaat untuk
khalayak banyak. Karena keterbatasan pengetahuan dan referensi
penyusun menyadari bahwa tulisan kami masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan agar
tulisan ini dapat disusun menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.


Edisi 1. Jakarta:Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia

Gloria M. Bulechek, dkk.2016.Nursing Intervention Classification.Edisi ke


6.Indonesia: Elsevier imc

Sue motorhead, dkk.2016.Nursing Outcomes Clasification. Edisi ke 5.Indonesia:


Elsevier imc

Brunner & Suddarth.2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3 Revisi. Jakarta: EGC

Hudak, Carolyn.1997.Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik.Jakarta: EGC

Mansjoer, Arief.2000.Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta: Media Aeusculapius

Anda mungkin juga menyukai