HALUSINASI
A. Faktor Predisposisi
B. Faktor Presipitasi
1). Biologis
Gejala Halusinasi
Menurut Hamid (2000), perilaku klien yang terkait dengan halusinasi
adalah sebagai berikut:
1. Bicara sendiri.
2. Senyum sendiri.
3. Ketawa sendiri.
4. Menggerakkan bibir tanpa suara.
5. Pergerakan mata yang cepat
6. Respon verbal yang lambat
7. Menarik diri dari orang lain.
8. Berusaha untuk menghindari orang lain.
9. Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata.
10. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah.
11. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik.
12. Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori.
13. Sulit berhubungan dengan orang lain.
14. Ekspresi muka tegang.
15. Mudah tersinggung, jengkel dan marah.
16. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat.
17. Tampak tremor dan berkeringat.
18. Perilaku panik.
19. Agitasi dan kataton.
20. Curiga dan bermusuhan.
21. Bertindak merusak diri, orang lain dan lingkungan.
22. Ketakutan.
23. Tidak dapat mengurus diri.
24. Biasa terdapat disorientasi waktu, tempat dan orang.
C. Jenis-Jenis Halusinasi
Menurut Stuart (2007) halusinasi terdiri dari tujuh jenis, yaitu sebagai
berikut
a. Pendengaran
Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang.
Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang
jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai pada percakapan lengkap
antara dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar
dimana klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk
melakukan sesuatu kadang dapat membahayakan.
a. Penglihatan
b. Penghidu
c. Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
d. Perabaan
e. Cenestetik
f. Kinistetik
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
D. Fase halusinasi
Tahapan terjadinya halusinasi terdiri dari 4 fase menurut Stuart dan Laraia
(2001) setiap fase memiliki karakteristik yang berbeda, yaitu:
Fase I :
Fase II :
Fase III :
Fase IV :
Pikiran logis
Yaitu ide yang berjalan secara logis dan koheren.
Persepsi akurat
Yaitu proses diterimanya rangsang melalui panca indra yang
didahului oleh perhatian (attention) sehingga individu sadar tentang
sesuatu yang ada di dalam maupun di luar dirinya.
Emosi konsisten
Yaitu manifestasi perasaan yang konsisten atau afek keluar disertai
banyak komponen fisiologik dan biasanya berlangsung tidak lama.
Perilaku sesuai: perilaku individu berupa tindakan nyata dalam
penyelesaian masalah masih dapat diterima oleh norma-norma social
dan budaya umum yang berlaku.
Hubungan sosial harmonis
Yaitu hubungan yang dinamis menyangkut hubungan antar individu
dan individu, individu dan kelompok dalam bentuk kerjasama.
Proses pikir kadang terganggu (ilusi)
Yaitu menifestasi dari persepsi impuls eksternal melalui alat panca
indra yang memproduksi gambaran sensorik pada area tertentu di
otak kemudian diinterpretasi sesuai dengan kejadian yang telah
dialami sebelumnya.
Emosi berlebihan atau kurang
Yaitu menifestasi perasaan atau afek keluar berlebihan atau kurang.
Perilaku tidak sesuai atau biasa
Yaitu perilaku individu berupa tindakan nyata dalam penyelesaian
masalahnya tidak diterima oleh norma - norma social atau budaya
umum yang berlaku.
Perilaku aneh atau tidak biasa: perilaku individu berupa tindakan
nyata dalam menyelesaikan masalahnya tidak diterima oleh norma-
norma sosial atau budaya umum yang berlaku.
Menarik diri
Yaitu percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain.
Isolasi sosial
Yaitu menghindari dan dihindari oleh lingkungan sosial dalam
berinteraksi.
A. Mekanisme koping
1. Regresi: menjadi malas beraktifitas sehari-hari.
2. Proyeksi: menjelaskan prubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk
mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain.
3. Menarik diri: sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus
internal.
Pohon Masalah
Pohon Masalah Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi (Keliat, 2005)
Masalah keperawatan
Data subjektif
Klien takut pada suara/ bunyi/ gambar yang dilihat dan didengar.
Data objektif
Disorientasi.
Konsentrasi rendah
Diagnosa keperawatan
Gangguan sensori persepsi : Halusinasi (dengar)
Sumber
SETIAP HARI
Proses keperawatan
Kondisi klien
Klien mengatakan mendengar sesuatu . Klien merasa takut pada suara itu
dan bersikap seperti mendengar sesuatu. Kemudian klien berlari kesana kemari.
Seteleh itu klien mengalami disorientasi, konsentrasi rendah dan pikiran cepat
berubah-ubah.
Diagnosa keperawatan
Tujuan umum :
Tujuan khusus:
TUK 1 :
TUK 2 :
TUK 3 :
TUK 4 :
TUK 5:
Klien dapat memanfaatkan obat dalam mengontrol halusinanya.
Orientasi
1. Salam terapeutik
"Selamat pagi, perkenalkan nama saya Tedi Ruswandi, Saya biasa dipanggi
Tedi. Saya dari STIKES BANTEN. Saya disini dari hari Senin sampai dengan
hari Sabtu dari jam 08.00 s/d 13.00 WIB. Kalau boleh tahu nama bapak siapa
dan senang dipanggil siapa?. Tujuan Saya disini menyelesaikan sesuatu yang
bapak rasakan, kita selesaikan bersama - sama ya Pak?"
2. Evaluasi
"Bagaimana perasaan Bapak saat ini?. Bagaimana tidurnya semalam, Pak?.
Ada keluhan tidak? Apakah Bapak masih mendengar sesuatu yang orang lain
tidak mendengar?"
3 Kontrak
"Apakah bapak tidak keberatan untuk mengobrol dengan saya? Menurut
bapak sebaiknya kita ngobrol tentang suara dan sesuatu yang selama ini bapak
dengar tetapi tidak tampak wujudnya? Berapa lama kira-kira kita ngobrol?
Bapak mau berapa lama?bagaimana kalau 15 manit? Bisa? Tempatnya mau
dimana pak?. Bagaimana kalo kita berbincang - bincangnya ditaman?".
Kerja
Coba ceritakan suara-suara apa yang sering didengar?
Suara yang seperti apa yang didengar?
Kapan saja suara itu terdengar?
Berapa kali suara itu terdengar?
Pada saat sedang melakukan apa suara itu muncul?
Bagaimana perasaan ketika suara-suara itu muncul?
Bagaimana kalau kita belajar cara-cara mencegah suara-suara yang muncul?
Bagaimana kalau Bapak mengisi jadwal kagiatan harian cara menghardik?
TERMINASI
"Setelah kita ngobrol tadi, cobak bapak simpulkan pambicaraan kita tadi?"
"Coba sebutkan cara untuk mencegah suara itu agar tidak muncul lagi."
2. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil)
" Kalau suara-suara itu muncul lagi, silakan bapak coba cara tersebut!
Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya. Mau jam berapa saja
latihannya?"
(Masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan
harian klien)
LAPORAN PENDAHULUAN
PERILAKU KEKERASAN
Pengertian
Respons Respons
Adaptif Maladaptif
Faktor Predisposisi
Psikologis
Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang
kemudian dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak
menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiaya atau sanksi
penganiayaan.
Perilaku
Reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan,
sering mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah, semua aspek
ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.
Sosial budaya
Budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan
kontrol sosial yang tidak pasti terhadap pelaku kekerasan akan
menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan yang diterima (permissive).
Bioneurologis
Banyak bahwa kerusakan sistem limbik, lobus frontal, lobus
temporal dan ketidakseimbangan neurotransmitter turut berperan dalam
terjadinya perilaku kekerasan.
Faktor Prespitasi
Observasi: Muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi,
berdebat. Sering pula tampak klien memaksakan kehendak: merampas
makanan, memukul jika tidak senang.
Wawancara: Diarahkan pada penyebab marah, perasaan marah, tanda-tanda
marah yang dirasakan klien.
Masalah Keperawatan
1. Perilaku kekerasan
2. Harga diri rendah
Pohon Masalah
Perilaku Kekerasan
DIAGNOSA
Core
Resiko Perilaku Kekerasan
problem
Effect
Harga Diri rendah
Proses Keperawatan
Kondisi : Klien datang ke rumah sakit diantar keluarga karena di rumah
marah-marah dan memecahkan piring dan gelas.
Diagnosa : Resiko merusak lingkungan berhubungan dengan perilaku
kekerasan.
TUK :
Membina hubungan saling percaya
Mengidentifikasi penyebab marah
Evaluasi/ validasi
Ada apa di rumah sampai dibawa kemari?
Kontrak
Topik : Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang hal-hal yang
menyebabkan Ali marah
Tempat : Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di
kamar perawat?
Waktu : Mau berapa lama? Bagaimana kalau 10 menit
Kerja
Apa yang membuat Ali membanting piring dan gelas?
Apakah ada yang membuat Ali kesal?
Apakah sebelumnya Ali pernah marah?
Apa penyebabnya? Sama dengan yang sekarang?
Baiklah, jadi ada ……. (misalnya 3) penyebab Ali marah-marah.
Terminasi
Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaan Ali setelah kita bercakap-cakap?
Evaluasi Obyektif
Coba sebutkan 3 penyebab Ali marah. Bagus sekali.
Rencana Tindak Lanjut
Baiklah, waktu kita sudah habis. Nanti coba Ali ingat lagi,
penyebab Ali marah yang belum kita bicarakan.
Kontrak
Topik: Nanti akan kita bicarakan perasaan Ali pada saat marah dan
cara marah yang biasa Ali lakukan.
Tempat: Mau dimana kita bicara? Bagaimana kalau kita disini?
Waktu: Kira-kira 30 menit lagi ya. Sampai nanti.
LAPORAN PENDAHULUAN
WAHAM
Masalah Utama
Perubahan isi pikir : waham
Proses Terjadinya Masalah
Pengertian
Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian
realitas yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat
intelektual dan latar belakang budaya klien.
Gangguan isi pikir dapat diidentifikasi dengan adanya waham.
Waham atau delusi adalah ide yang salah dan bertentangan atau
berlawanan dengan semua kenyataan dan tidak ada kaitannya degan latar
belakang budaya (Keliat, 2009)
Tanda dan gejala :
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang
agama, kebesaran, curiga, keadaan dirinya) berulang kali
secara berlebihan tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
Klien tampak tidak mempercayai orang lain, curiga,
bermusuhan
Takut, kadang panik
Tidak tepat menilai lingkungan / realitas
Ekspresi tegang, mudah tersinggung
Penyebab
Penyebab secara umum dari waham adalah gannguan konsep diri :
harga diri rendah. Harga diri rendah. Waham dipengaruhi oleh factor
pertumbuhan dan perkembangan seperti adanya penolakan, kekerasan,
tidak ada kasih sayang, pertengkaran orang tua dan aniaya. Waham
dapat dicetuskan oleh tekanan, isolasi, pengangguran yang disertai
perasaan tidak berguna, putus asa, tidak berdaya.
Merendahkan martabat
Mencederai diri
Akibat
Data subjektif
Mata merah, wajah agak merah, nada suara tinggi dank eras, bicara
menguasai, ekspresi marah, pandangan tajam, merusak dan melempar
barang-barang.
Data subjektif
Data objektif
Data subjektif :
Data objektif :
Data subjektif
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-
apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan
malu terhadap diri sendiri
Data objektif
Diagnosa Keperawatan
Tindakan :
Tindakan :
Tindakan :
Tindakan :
Tindakan :
Tujuan khusus :
Kondisi Klien :
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Tindakan Keperawatan
Bina hubungan saling percaya
Sebelum memulai mengkaji pasien dengan waham, saudara harus
membina hubungan saling percaya terlebih dahulu agar pasien
merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan saudara.
Tindakan yang harus saudara lakukan dalam rangka membina
hubungan saling percaya adalah:
Mengucapkan salam terapeutik
Berjabat tangan
Menjelaskan tujuan interaksi
Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu
pasien.
Bantu orientasi realita
Tidak mendukung atau membantah waham pasien
Yakinkan pasien berada dalam keadaan aman
Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari
Jika pasien terus menerus membicarakan wahamnya dengarkan
tanpa memberikan dukungan atau menyangkal sampai pasien
berhenti membicarakannya
Berikan pujian bila penampilan dan orientasi pasien sesuai
dengan realitas.
Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi
sehingga menimbulkan kecemasan, rasa takut dan marah.
Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan
emosional pasien
Berdikusi tentang kemampuan positif yang dimiliki
Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki
Berdiskusi tentang obat yang diminum
Melatih minum obat yang benar
Strategi Tindakan
Orientasi:
"Selamat pagi pak, perkenalkan nama saya Agung Nugroho, biasa dipanggil
Agung, saya mahasiswa keperawatan dari Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga yang akan praktek di ruangan ini selama 2 minggu ke depan. Saya hari
ini dinas pagi dari pukul 07.00-14.00, saya yang akan merawat Bapak pagi ini."
"Nama Bapak siapa?Senangnya dipanggil apa?"
"Pak K, bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang Pak K rasakan sekarang?"
Kerja:
"Saya mengerti Pak K merasa bahwa Pak K adalah seorang…., tapi yang Bapak
rasakan tidak dirasakan oleh orang lain"
"Tampaknya Bapak gelisah sekali, bisa Bapak ceritakan apa yang Bapak
rasakan?"
"O... jadi bang B merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak punya
hak untuk mengatur diri abang sendiri?"
"Jadi ibu yang terlalu mengatur-ngatur Bapak, juga kakak dan adik Bapak yang
lain?"
"O... bagus Bapak sudah punya rencana dan jadwal untuk diri sendiri"
"Wah..bagus sekali, jadi setiap harinya Bapak ingin ada kegiatan diluar rumah
karena bosan kalau di rumah terus ya"
Terminasi :
"Oya Pak, karena sudak 15 menit, apakah Bapak mau kita berbincang-bincang
lagi atau sampai disini saja?"
"Jadi Bapak, hari ini kita sudah berbincang tentang perasaan yang Bapak rasakan,
Bapak ingin seperti apa dan jadwal yang sudah kita buat"
Orientasi :
"Apakah Bapak sudah mengingat-ingat apa saja hobi atau kegemaran Bapak?"
Kerja :
"Apa saja hobi bapak? Saya catat ya Pak, terus apa lagi?"
"Wah.., rupanya Bapak pandai main volley ya, tidak semua orang bisa bermain
volley seperti itu lho Pak"
"Bisa Bapak ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar main volley, siapa
yang dulu mengajarkannya kepada Bapak, dimana?"
"Bisa Bapak peragakan kepada saya bagaimana bermain volley yang baik itu?"
"Coba kita buat jadwal untuk kemampuan bapak ini ya, berapa kali
sehari/seminggu Bapak mau bermain volley?"
"Ada tidak hobi atau kemampuan Bapak yang lain selain bermain volley?"
Terminasi :
"Oya Pak, karena sudah 20 menit, apakah mau kita akhiri percakapan ini atau mau
dilanjutkan?"
"Setelah ini coba Bapak lakukan latihan volley sesuai dengan jadwal yang telah
kita buat ya?"
"Bagaimana kalau nanti sebelum makan siang? Di kamar makan saja, ya setuju?"
"Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus Bapak minum, setuju?"
Orientasi :
"Sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu bagaimana kalau sekarang kita
membicarakan tentang obat yang Bapak minum?"
Kerja :
"Bapak berapa macam obat yang diminum per Jam berapa saja obat diminum?"
"Bapak perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang"
"Obatnya ada tiga macam Pak, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya
agar tenang, yang putih ini namanya THP gunanya agar rileks, dan yang merah
jambu ini namanya HLP gunanya agar pikiran jadi teratur. Semuanya ini
diminum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam".
"Bila nanti setelah minum obat mulut Bapak terasa kering, untuk membantu
mengatasinya abang bisa banyak minum dan mengisap-isap es batu".
"Sebelum minum obat ini Bapak dan ibu mengecek dulu label di kotak obat
apakah benar nama B tertulis disitu, berapa dosis atau butir yang harus diminum,
jam berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar"
"Obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus
diminum dalam waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi sebaiknya Bapak tidak
menghentikan sendiri obat yang harus diminum sebelum berkonsultasi dengan
dokter".
Terminasi :
"Oya Pak, karena sudah 30 menit, apakah percakapan ini mau kita akhiri atau
lanjut?"
"Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang obat yang bang
B minum? Apa saja nama obatnya? Jam berapa minum obat?"
"Mari kita masukkan ke jadwal kegiatan Bapak? Jangan lupa minum obatnya dan
nanti saat makan minta sendiri obatnya pada suster"
"Pak, besok kita ketemu lagi untuk melihat jadwal kegiatan yang telah
dilaksanakan. Bagaimana kalau seperti biasa, jam 10 dan di tempat sama?"
DAFTAR PUSTAKA
Keliat Budi A. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 1. EGC : Jakarta
Keliat Budi A. 2009. Model Praktik Keperawatan Professional Jiwa. EGC :
Jakarta
LAPORAN PENDAHULUAN
ISOLASI SOSIAL
Masalah Utama
Isolasi sosial : menarik diri
3. Pohon masalah:
Resiko perubahan
persepsi sensori:
halusinasi
Isolasi sosial: Menarik diri
Core Problem
Gangguan konsep
diri: Harga diri
rendah
Tujuan umum : klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Tujuan khusus :
Tindakan :
1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik
dengan cara :
Tindakan :
c. Katakan perawat percaya klien mendengar suara itu , namun perawat sendiri
tidak mendengarnya.
2.5 Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi (marah,
takut, sedih, senang) beri kesempatan klien mengungkapkan perasaannya
Tindakan :
3.1 Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi
( tidur, marah, menyibukkan diri dll)
3.2 Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat ber pujian
3.4 Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasinya secara bertahap
Tindakan :
4.2 Diskusikan dengan keluarga (pada saat berkunjung/pada saat kunjungan rumah):
b. Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasi
d. Beri informasi waktu follow up atau kenapa perlu mendapat bantuan : halusinasi
tidak terkontrol, dan resiko mencederai diri atau orang lain
Tindakan :
5.1 Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan manfaat
minum obat
5.2 Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya
5.3 Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping minum
obat yang dirasakan
5.4 Diskusikan akibat berhenti obat-obat tanpa konsultasi
Referensi:
Budi Anna Keliat. 2009. Model praktik keperawatan professional jiwa. Jakarta.
ECG
MASALAH UTAMA
Pengertian
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien
untuk mengakhiri kehidupannya. Menurut Maris, Berman, Silverman, dan
Bongar (2000), bunuh diri memiliki 4 pengertian, antara lain:
Bunuh diri bisa terjadi secara tidak langsung (aktif) atau tidak
langsung (pasif), misalnya dengan tidak meminum obat yang
menentukan kelangsungan hidup atau secara sengaja berada di
rel kereta api.
Sedih
Marah
Putus asa
Tidak berdaya
Penyebab
1. Faktor Genetik
1,5 - 3 kali lebih banyak perilaku bunuh diri terjadi pada individu yang
menjadi kerabat tingkat pertama dari orang yang mengalami
gangguan mood/depresi/ yang pernah melakukan upaya bunuh diri.
Lebih sering terjadi pada kembar monozigot dari pada kembar dizigot.
Stroke
Kanker
HIV / AIDS
Faktor Psikososial & Lingkungan:
Akibat
Keputusasaan
Perasaan tertekan
POHON MASALAH
Resiko bunuh diri
Masalah keperawatan
DO : ada isyarat bunuh diri, ada ide bunuh diri, pernah mencoba
bunuhdiri.
Koping maladaptive
DS : menyatakan putus asa dan tak berdaya, tidak bahagia, tak ada
harapan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Tujuan khusus :
Tindakan:
Tindakan:
Tindakan:
Bantu untuk mengenali hal hal yang ia cintai dan yang ia sayang,
dan pentingnya terhadap kehidupan orang lain,
mengesampingkan tentang kegagalan dalam kesehatan.
Tujuan khusus :
Tindakan:
Tindakan:
Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan untuk diri sendiri
dan keluarga
Tindakan:
Tindakan :
Tindakan :
Tindakan :
Tujuan umum :
Tujuan khusus :
Tindakan :
Tujuan keperawatan
Tindakan keperawatan
Kondisi Klien
Sedih, marah, putus asa, tidak berdaya, memberikan isyarat verbal maupun
non verbal
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Tindakan Keperawatan
Strategi Pelaksanaan
Orientasi:
"Selamat pagi Pak, kenalkan saya Agung Nugroho, biasa di pangil Agung,
saya mahasiswa Keperawatan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
yang bertugas di ruang ini, saya dinas pagi dari jam 7 pagi - 2 siang ."
" Bagaimana kalau kita bercakap - cakap tentang apa yang A rasakan
selama ini. Dimana dan berapa lama kita bicara?"
Kerja
Terminasi :
Masalah Utama
Perilaku Kekerasan
Pengertian
Pandangan tajam
Mengatupkan rahang dengan kuat
Mengepalkan tangan
Jalan mondar-mandir
Bicara kasar
Penyebab
Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan
yang suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.
Akibat
Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-
tindakan berbahaya bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya,
seperti menyerang orang lain, memecahkan perabot, membakar rumah
dll. Sehingga klien dengan perilaku kekerasan beresiko untuk
mencederai diri orang lain dan lingkungan.
Pohon Masalah
Masalah keperawatan:
Data Subyektif :
Data Objektif :
Data Subyektif :
Data Obyektif ;
Data subyektif:
Data obyektif:
Diagnosa Keperawatan
Tindakan:
Tindakan:
Tindakan :
Tindakan:
Tindakan :
Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas dalam jika
sedang kesal, berolah raga, memukul bantal / kasur.
Tindakan:
Tindakan :
Tindakan:
Tujuan Umum :
Tujuan Khusus :
Tindakan:
Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama
perawat dan jelaskan tujuan interaksi.
Tindakan:
Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan untuk diri sendiri
dan keluarga
Tindakan:
Tindakan :
Tindakan :
Beri klien kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
Tindakan :
Tujuan umum :
Tujuan khusus :
Tindakan :
LAPORAN PENDAHULUAN
Pohon masala
Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji
Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
Data subyektif
Klien mengatakan saya tidak mampu mandi, tidak bisa melakukan apa-
apa,
Data obyektif
Klien terlihat lebih kurang memperhatikan kebersihan, halitosis, badan
bau, kulit kotor
Isolasi Sosial
Data subyektif
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri.
Data obyektif
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup,
Apatis, Ekspresi sedih, Komunikasi verbal kurang, Aktivitas
menurun, Posisi janin pada saat tidur, Menolak berhubungan,
Kurang memperhatikan kebersihan
Diagnosa Keperawatan
Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
Isolasi Sosial
Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri, berdandan, makan, BAB/BAK
Intervensi
Intervensi
Intervensi
Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan
dengan orang lain
Intervensi
Intervensi
Intervensi
Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri
a) Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri.
b) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
c) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
d) Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
Melatih pasien berdandan/berhias
Untuk pasien laki-laki latihan meliputi :
a) Berpakaian
b) Menyisir rambut
c) Bercukur
Untuk pasien wanita, latihannya meliputi :
a) Berpakaian
b) Menyisir rambut
c) Berhias
Melatih pasien makan secara mandiri
a) Menjelaskan cara mempersiapkan makan
b) Menjelaskan cara makan yang tertib
c) Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan
d) Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik
4) Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri
a) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK
Referensi
Rasmun S. Kep. M 2004. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon
Masalah Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto
Stuart, Sudden, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC
Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.
Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.
Townsend, Marry C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada
Perawatan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta. EGC
LAPORAN PENDAHULUAN
Masalah Utama
Pengertian
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri
sendiri dan kemampuan diri. Adanya perasaan hilang percaya diri , merasa
gagal karena karena tidak mampu mencapai keinginansesuai ideal diri
(keliat. 1998). Menurut Schult & videbeck (1998) gangguan harga diri
rendah adalah penilaian negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan,
yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung.
Tanda dan Gejala
Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan
terhadap penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi
botak setelah mendapat terapi sinar pada kanker
Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi jika
saya segera ke rumah sakit, menyalahkan/ mengejek dan mengkritik
diri sendiri.
Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.
Penyebab
Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dan dapat
terjadi secara :
Situasional
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena :
Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran
pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan perneal).
Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai
karena dirawat/ sakit/ penyakit.
Kronik
Data objektif : tampak ketergantungan pada orang lain, tampak sedih dan
tidak melakukan aktivitas yang seharusnya dapat dilakukan, wajah
tampak murung.
Akibat
Harga diri rendah dapat membuat klien menjdai tidak mau maupun tidak
mampu bergaul dengan orang lain dan terjadinya isolasi sosial : menarik diri.
Isolasi sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel
pada tingkah laku yang maladaptive, mengganggu fungsi seseorang dalam
hubungan sosial (DEPKES RI, 1998 : 336).
Data Subyektif :
Data Obyektif :
Apatis
Bicara dengan suara pelan dan tidak ada kontak mata saat berbicara
Pohon Masalah
Core Problem
Data Obyektif
Data Subyektif
Ekspresi wajah kosong, tidak ada kontak mata, suara pelan dan tidak
jelas.
Data Subyektif
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri
Data Obyektif
Data subyektif
Data obyektif
Ekspresi wajah sedih, tidak ada kontak mata ketika diajak bicara, suara
pelan dan tidak jelas, tampak menangis.
Diagnosa Keperawatan
Tujuan umum: Kien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
Tujuan khusus:
Tujuan umum: klien tidak terjadi gangguan konsep diri : harga diri
rendah/klien akan meningkat harga dirinya.
Tujuan khusus :
Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan
bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri
Tindakan:
Tindakan:
Tindakan:
Tindakan:
Tindakan:
STRATEGI PELAKSANAAN
Penurunan produktifitas
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Tindakan Keperawatan
Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki
pasien
ORIENTASI :
"Selamat pagi, Perkenalkan nama saya Agung Nugroho, biasa dipanggil Agung,
saya mahasiswa keperawattan UKSW yang sedang praktik diruangan ini.,
Bagaimana keadaan ibu hari ini ?
KERJA :
" Ibu, apa saja kemampuan yang ibu miliki? Bagus, apa lagi? Saya buat daftarnya
ya! Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa ibu lakukan? Bagaimana dengan
merapihkan kamar? Menyapu ? " Wah, bagus sekali ada lima kemampuan dan
kegiatan yang ibu miliki ".
" ibu dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat dikerjakan
di rumah sakit ? Coba kita lihat, yang pertama bisakah, yang kedua.......sampai 5
(misalnya ada 3 yang masih bisa dilakukan). Bagus sekali ada 3 kegiatan yang
masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini.
"Sekarang, coba ibu pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah
sakit ini"." O yang nomor satu, merapihkan tempat tidur?Kalau begitu, bagaimana
kalau sekarang kita latihan merapikan tempat tidur ibu". Mari kita lihat tempat
tidur ibu Coba lihat, sudah rapikah tempat tidurnya?"
"Nah kalau kita mau merapikan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal dan
selimutnya. Bagus ! Sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita balik.
"Nah, sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus !.
Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan.
Sekarang ambil bantal, rapihkan, dan letakkan di sebelah atas/kepala. Mari kita
lipat selimut, nah letakkan sebelah bawah/kaki. Bagus !"
" ibu sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan
bedakah dengan sebelum dirapikan? Bagus "
" Coba ibu lakukan dan jangan lupa memberi tanda MMM (mandiri) kalau ibu
lakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan bisa melakukan, dan ibu
ibu (tidak) melakukan.
TERMINASI :
"Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. Ibu mau berapa kali sehari
merapikan tempat tidur? Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa ? Lalu
sehabis istirahat, jam 16.00"
"Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. Ibu masih ingat kegiatan
apa lagi yang mampu dilakukan di rumah selain merapihkan tempat tidur? Ya
bagus, cuci piring.. kalu begitu kita akan latihan mencuci piring besok jam 8 pagi
di dapur ruangan ini sehabis makan pagi Sampai jumpa ya"
REFERENSI