Anda di halaman 1dari 16

Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No.

2337- 6597
Vol.2, No.2 : 863 - 877, Maret 2014

IDENTIFIKASI HORISON ARGILIK DENGAN METODE IRISAN TIPIS PADA ULTISOL


DI ARBORETUM USU KWALA BEKALA

Identification Of Argilic Horizon With Thin Section Method In Ultisol


At USU Arboretum Kwala Bekala

Christian Natanael Tarigan1*, Purba Marpaung2, Kemala Sari Lubis2


1
Alumnus Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, USU, Medan 20155
2
Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, USU, Medan 20155
*Corresponding author : E-mail : cnatanael44@ymail.com

ABSTRACT

Identification argillic for reddish brown of podzolic soil (Ultisol) was conducted at Arboretum USU
Kwala Bekala, Deli Serdang Regency (50 meters above sea level). The research was conducted In
January - April 2013 by using thin section method to identification clay skin at each horizons layer
by using a microscope petrothin. The results showed that no clay skin at horizons of ultisol from
Arboretum USU Kwala Bekala Pancur Batu District , Deli Serdang Regency . it’s not true that bt
horizon of ultisols is argillic. Land of arboretum USU Kwala Bekala more suitable as inceptisols
order with cambic horizon
Keywords: thin section, ultisol, argillic

ABSTRAK

Identifikasi argilik untuk tanah podsolik coklat kemerahaan (Ultisol) yang belum pernah diteliti di
daerah ini, dilakukan di lahan Arboretum USU Kwala Bekala Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten
Deli Serdang (50 m di atas permukaan laut). Pada Januari – April 2013 menggunakan metode irisan
tipis melihat selaput liat pada Ultisol di setiap lapisan Tanah menggunakan mikroskop petrothin.
Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat selaput liat pada setiap horison Ultisol jadi tidak
terdapat argilik, lebih sesuai termasuk horison kambic dan klasifikasi tanah termasuk inseptisol.
Kata kunci : irisan tipis, ultisol, argilik

863
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.2, No.2 : 863 - 877, Maret 2014

PENDAHULUAN yang menunjukkan bahwa tanah berdasarkan

Tanah merupakan tubuh di permukaan mineral liat tergolong dengan tingkat

bumi yang tersusun atas horizon atau lapisan perkembangan awal dan berkembang.

yang berada di atas bahan induk atau batuan Lebih lanjut Kuhon (2009) juga

yang terbentuk sebagai hasil interaksi faktor- mengkaji pola distribusi mineral liat

faktor pembentuk tanah yaitu iklim, berdasarkan tingkat perkembangan tanah

organism, bahan induk, relief dan waktu. diperoleh bahwa tingkat perkembangan tanah

Proses pembentukan tanah dimulai dari lanjut yang menurut klasifikasi Dudal-

pelapukan batuan menjadi bahan induk atau Supraptohardjo (1961) termasuk Podsolik

horison C. Selanjutnya terbentuk horison A, B Coklat Kemerahan (setara Ultisol) dengan

disertai perubahan mineral yang lazim disebut tingkat perkembangan tanah tua (lanjut)

perkembangan tanah. mengandung mineral liat alofan-A dan

Kawasan hutan pendidikan imogolit dengan pola distribusi mineral

(Arboretum) seluas 30 ha Kwala Bekala liatnya masing-masing maksimum dan

terletak di bagian selatan kampus baru USU, berkurang.

berupa taman hutan raya dalam kegiatan Bahkan Saragih dan Sihaloho masing-

akademik Fakultas Pertanian, sebagai masing pada tahun 2012 telah menentukan

kawasan wilayah hijau. Dimana di arboretum struktur formula mineral liat pada daerah

sendiri telah banyak dilakukan penelitian tersebut yang menunjukkan hasil bahwa pada

antara lain adalah penelitian menentukan ultisol mineral yang diperoleh adalah mineral

tingkat perkembangan tanah menurut metode kaolinit tidak murni lagi dengan terjadinya

morfologi tanah, mineral liat dan mineral subtitusi isomorf pada tetrahedral, begitu pula

indeks yang dilakukan oleh Carey (2009) pada entisol. Walaupun 4 orang peneliti

864
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.2, No.2 : 863 - 877, Maret 2014

tersebut telah meneliti mineral liat dan bahkan mikromorfologi tanah. Dari hasil analisis citra

sampai pada struktur formulanya, namun berdasarkan objek, dikombinasikan dengan

belum ada penelitian mengenai horison pengamatan langsung mikroskopis bagian

argilik yang merupakan horison penciri pada tipis, telah menunjukkan kemampuan yang

tanah ultisol pada profil podsolik coklat unik dari metode tidak hanya untuk penentuan

kemerahan (nama setara ultisol) akibat sulit kuantitatif bagian konstituen tanah, tetapi juga

ditentukan sehingga digunakan irisan tipis. untuk evaluasi hubungan antara fitur tertentu

Irisan yang sangat tipis (<10-pM) yang menarik.

menunjukkan neo-formed isotropik dan Terdapat pengaruh intensitas dan

anisotropik, terang coklat Fe pelapis sekitar kekuatan hujan pada mikromorfologi dari

butiran mineral terjadi di horison (s) B dari kehilangan permukaan yang terkena 5 dan 60

450-yrold tanah. Pada tanah yang lebih tua, mm hujan dengan lambat dan perlakuan

lapisan yang sama hadir, tetapi ketebalan sebelumnya yang baik adalah pembasahan

lapisan (10-30 pM), jumlah dan derajat cepat yaitu agregat yang stabil. Bahkan

kristalinitas meningkat dengan usia tanah. pembasahan lambat tidak bisa mencegah

Pelapis besi secara dominan hadir di bawah disintegrasi agregat lemah. Intensitas hujan 60

horison B, di mana mereka terjadi dalam pola mm pada atas dan bawah piring menunjukkan

distribusi acak yang mengikuti kation stratifi adanya zona padat di permukaan tanah.

sedimen. vertikal mikroskew plane. Tampaknya ada proporsi materi yang lebih

karakteristik untuk humus monomorfik besar kasar, mungkin termasuk

pelapis, yang absen dalam lapisan tersebut mikroaggregat, ini menunjukkan bahwa

(Buurman et al. 2007). kekuatan kerak tanah sebelum perlakuan oleh

Menurut Taina dan Heck (2010) pembasahan lambat lebih lemah dari itu

analisis berbasis objek gambar menjadi dalam kasus pembasahan cepat karena

"kunci" dalam karakterisasi sistematis kehadiran terus-menerus dari agregat yang


865
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.2, No.2 : 863 - 877, Maret 2014

stabil, meskipun mikroaggregat, dan, ini sangat mirip. Oleh karena itu, kita

akibatnya, mengurangi tingkat pemadatan menafsirkan horison argilik di batas dan

(Fan et al. 2007) posisi lanskap rawa sebagai fitur relik yang

Menurut Stolt dan Rabenhorst (1991) terbentuk sebelum rendaman. Bukti untuk

pada tanah upland/tidal di Maryland Bukti Perubahan Doe untuk perendaman Banyak

untuk relik Horison argilik pada Semua tiga fitur illuvial dan berlempung menunjukkan

profil memiliki peningkatan total dari liat terang, warna interferensi orde pertama

halus di horison B, menunjukkan bahwa (terutama biru terang, merah, merah muda,

horison argilik mungkin ada di masing- dan hijau) di bawah penyatuan terpolarisasi

masing tanah dan memberikan deskripsi cahaya. Fitur-fitur ini terutama diamati dalam

mikromorfologi horison Bt dan horison Btg bagian tipis horison Bt lebih rendah dari

dari tiga profil. Illuvial argillans yang lemah dataran tinggi tersebut, dan semua horison Bt

untuk orientasi moderat yang diamati pada batas dan tanah rawa. Perbedaan warna

horison Bt dan Btg dari ketiga pedon. interferensi dapat berhubungan dengan

Pengamatan argillans itu, bersama-sama ketebalan, orientasi, atau komposisi dari fitur.

dengan peningkatan liat total dalam horison Karena semua ketebalan bagian tipis tanah

Bt dan Btg. Translokasi minimal liat akan sama, dan orientasi sumbu a dan b yang

diharapkan terjadi di bawah peraquik paling mungkin acak dan mirip dengan fitur

kelembaban rezim rawa dan batas pedon. dengan lebih warna interferensi normal, kita

Meskipun beberapa pencampuran ternyata hipotesis bahwa warna ini mungkin karena

terjadi selama pengendapan loess selama perbedaan dalam mineral lempung dari fitur.

sedimen Coastal Plain, tanah liat bebas Dari lokasi penelitian di arboretum

partikel-ukuran distribusi untuk tiga tanah sendiri telah banyak dilakukan penelitian

menunjukkan kecenderungan yang sama, sebelumnya pada profil yang sama dan

menunjukkan bahwa bahan induk untuk tanah menunjukkan hasil dari peningkatan liat pada
866
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.2, No.2 : 863 - 877, Maret 2014

setiap lapisan dapat dilihat dari analisis

tekstur tanah metode pipet pada tabel 1.

Tabel 1. Analisis tekstur tanah menggunakan metode pipet.


Kedalaman Fraksi (%)
Profil Horison Tekstur
(Cm) Pasir Debu Liat
BA 0 – 10/17 14,23 28,42 57,35 Liat
ULTISOL Bt 10/17 – 89/98 25,85 32,08 42,07 Liat
BW 89/98 – 140 7,49 13,59 78,92 Liat
Sumber : Kuhon (2008)
terdapat pada horison Bw daripada horison Bt
Hasil analisis sifat fisika tanah
dan BA hal ini dapat dilihat pada tabel 2.
menunjukkan bahwa bulk density terbesar

Tabel 2. Sifat fisika tanah Ultisol di arboretum USU kwala bekala, kecamatan pancur batu,
kabupaten deli serdang

Horizon Kedalaman (cm) Tekstur Tanah BD (g/cm3)


Profil
BA 0 - 10/17 Berliat 1.05
Bt 10/17 - 89/98 Berliat 1.05
Bw 89/98 - + 98 Berliat 1.08
Sumber : Kuhon (2008)
tertinggi berada pada horison BA
Hasil pengujian sifat kimia tanah
dibandingkan Bt dan BW dan sangat rendah
diketahui bahwa tingkat % C organik, KTK
berada Bw. Hal ini dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Sifat kimia tanah Ultisol di arboretum USU Kwala Bekala, Kecamatan Pancur Batu,
Kabupaten Deli Serdang

Horizon Kedalaman (cm) pH Tanah KTK %C-


H2O KCl NaF (me/100g) Organik
Profil 3
BA 0 - 10/17 6.14++ 4.96++ 8.98 - 13.25*** 2.12***
Bt 10/17 - 89/98 6.23++ 4.04+ 9.6 - - 20.63*** 0.20*
+++ + -- **
Bw 89/98 - + 98 6.49 3.98 9.67 12.75 0.07*
Keterangan : +(masam) ++(agak masam) +++(netral) – (tidak ada bahan andik) -- (ada bahan
andik) * (sangat rendah, ** (rendah). ***(sedang)
Sumber : Kuhon (2008)

867
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.2, No.2 : 863 - 877, Maret 2014

Dari penelitian sebelumnya diperoleh terendah berada pada horison BA hal ini

data bahwa kapasitas tukar kation liat dapat dilihat pada tabel 4.

tertinggi berada pada horison BA dan yang

Tabel 4. Kapasitas tukar kation dan kapasitas tukar kation liat

Horizon Kedalaman (cm) % C-Organik KTK (me/100 g tanah) KTK (me/100 g liat)
Profil
BA 0 - 10/17 2.12*** 13.25*** 9.01
* ***
Bt 10/17 - 89/98 0.20 20.63 20.23
Bw 89/98 - + 98 0.07* 12.75** 12.61
Keterangan : * (sangat rendah, ** (rendah). ***(sedang)
Sumber : Kuhon (2008) (TEKMIRA) Bandung dari bulan Januari

Horison argilik yang belum sampai dengan April 2013.

diidentifikasi oleh peneliti terdahulu inilah Penelitian ini bertujuan untuk

yang membuat peneliti tertarik untuk mengetahui ada tidaknya horison penciri

mengidentifikasi horison argilik dengan argilik pada tanah podsolik coklat

metode irisan tipis pada Ultisol (pedon ke 3) kemerahaan (Ultisol) di Arboretum USU

di arboretum USU Kwala Bekala. Kwala Bekala, penelitian ini dilaksanakan di

Arboretum USU dan di laboratorium

BAHAN DAN METODE Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dan

Tempat dan waktu Penelitian Teknologi Mineralogi dan Batubara Bandung,

dilaksanakan di Arboretum USU Kwala dengan mengambil sampel tanah tidak

Bekala dengan ketinggian tempat 50 meter di terganggu pada setiap horizon pada profil

atas permukaan laut, dan Universitas Gadjah Ultisol sebanyak 3 ulangan, kemudian

Mada, Yogyakarta serta di Laboratorium dilanjutkan dengan pembuatan irisan tipis dan

Teknologi Mineralogi dan Batubara pengamatan di bawah mikroskop petrothin

868
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.2, No.2 : 863 - 877, Maret 2014

untuk dilihat apakah terdapat selaput liat pada hampa udara dan dbiarkan selama 5 hari

setiap lapisan penanda horison argilik. kemudian sampel dibawa ke laboratorium

Pelaksanaan penelitian dimulai Teknologi Mineralogi dan Batubara Bandung

dengan persiapan pengumpulan data sekunder untuk dijadikan irisan tipis dengan

pendukung penelitian berupa deskripsi profil menggunakan gergaji tanah dan dihaluskan

tanah pada koordinat 3028’44,22” LU - menggunakan tepung silikon karsaid. Setelah

98038’11,0” BT, Dilanjutkan dengan menjadi irisan tipis sampel diamati di bawah

pengambilan sampel contoh tanah tidak mikroskop petrothin.

terganggu dengan menggunakan kubiena boks HASIL DAN PEMBAHASAN

berbentuk persegi panjang dimana biasanya Contoh tanah diambil pada horison

ukurannya 8 cm x 6 cm x 4 cm pada profil BA, Bt dan BW dari profil tanah Ultisol di

dengan koordinat yang sama pada penelitian wilayah Arboretum USU Kwala Bekala

sebelumnya, dilanjutkan pengamanan sampel menggunakan kubiena boks lalu digunakan

yaitu kubiena dimasukkan ke kotak kayu dan metode irisan tipis untuk dilihat translokasi

dimasukkan kapas di sekeliling kubiena boks, liat dibawah mikroskop petrothin, hasil akan

kemudian dibawa ke laboratorium di diuraikan sebagai berikut :

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta untuk Irisan Tipis pada Horison BA

dipilih sampel yang akan diiris tipis dengan Hasil pengamatan irisan tipis pada

menggunakan mikroskop binokuler. Setelah horison BA profil ultisol diperoleh tidak

terpilih sampel dikubiena boks dikeraskan terdapat selaput liat, dapat dilihat pada

menggunakan resin blinken didalam ruangan Gambar 1 (a) dan (b)

869
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.2, No.2 : 863 - 877, Maret 2014

(a) (b)

Gambar 1 : Fotomikrograf sayatan tipis contoh BA II nikol silang (b) nikol sejajar
ukuran 0,01-0,52 mm, bentuk
Adapun parameter yang diamati pada
membundar tanggung, tidak ada belahan
irisan tipis dengan menggunakan mikroskop
dan kembar, relief sedang, hadir sebagai
petrothin adalah sebagai berikut :
monokristalin dan mikrokristalin.
a. Matriks (25%), berwarna abu-abu pucat
c.2. Fragmen batuan (25%) : warna
kemerahan, interferensi abu-abu kuning
transparan-kecoklatan, berbutir halus-
terang, relief rendah, berupa mineral
sedang, ukuran 0,04-1,70 mm,
lempung (liat) autigenik, jenis
subrounded-subangular, terdiri dari
monmorilonit.
fragmen batuan batu pasir
b. Semen (8%), berwarna abu-abu terang
kuarsaan/chert, fragmen limestone dan
agak kusam, berbutir sangat
fragmen batuan yang mengalami
haus,teradapat mengikat butiran dan
pelaukan serta teroksidasi
matriks, hadir berupa sisa lumpur
c.3. Mineral opak (6%) : berwarna hitam,
karbonat dan oksida besi
bentuk tidak beraturan, terdapat sebagai
c. Fragmen butiran/kristal (59%) terdiri dari
mineral bijih oksida dan sebagian berupa
:
mineral karbon yang bercampur dengan
c.1. kuarsa (28%) : tidak berwarna

(colorless), interferensi kuning terang,

870
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.2, No.2 : 863 - 877, Maret 2014

mineral lempung dan sisa lumpur

karbonat Irisan Tipis pada Horison Bt

d. Porositas (±8%) : hadir sebagai rongga Hasil pengamatan irisan tipis pada

kosong di dalam batuan berupa intra/inter horison Bt profil ultisol tidak terdapat selaput

partikel dan saluran (channel) liat, dapat dilihat pada Gambar 2 (a) dan (b)

(a) (b)

Gambar 2 : Fotomikrograf sayatan tipis

contoh BT II (a) nikol silang (b) nikol sejajar haus,teradapat mengikat butiran dan

Adapun parameter yang diamati pada matriks, hadir berupa sisa lumpur

irisan tipis dengan menggunakan mikroskop karbonat dan oksida besi.

petrothin adalah sebagai berikut :


c. Fragmen butiran/kristal (34%) terdiri dari

a. Matriks (48%), berwarna abu-abu pucat :

kemerahan, interferensi abu-abu kuning


c.1. kuarsa (23%) : tidak berwarna
terang, relief rendah, berupa mineral
(colorless), interferensi kuning terang,
lempung (liat) autigenik, jenis
ukuran 0,01-0,52 mm, bentuk
monmorilonit.
membundar tanggung, tidak ada belahan

b. Semen (12%), berwarna abu-abu terang dan kembar, relief sedang, hadir sebagai

agak kusam, berbutir sangat monokristalin dan mikrokristalin.


871
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.2, No.2 : 863 - 877, Maret 2014

c.2. Fragmen batuan (3%) : warna c.4. Mineral opak (5%) : berwarna hitam,

transparan-kecoklatan, berbutir halus- bentuk tidak beraturan, terdapat sebagai

sedang, ukuran 0,03-1,48 mm, mineral bijih oksida dan sebagian hadir

subrounded-subangular, terdiri atas berupa mineral karbon yang

fragmen batuan batu pasir mengambang dalam matriks

kuarsaan/chert, fragmen limestone dan d. Porositas (±6%) : hadir sebagai rongga

fragmen batuan yang mengalami kosong di dalam batuan berupa intra/inter

pelaukan serta telah mengalami partikel dan saluran (channel)

teroksidasi Irisan Tipis pada Horison BW

Hasil pengamatan irisan tipis pada


c.3. Fragmen organik/tumbuhan (3%) :
horison Bw profil Ultisol tidak terdapat
warna kuning kehijauan, bentuk pipih
selaput liat, dapat dilihat pada Gambar 3 (a)
memanjang-tidak teraturan, pemadaman
dan (b)
searah, ukuran 0,2-2,29 mm berserabut

halus, tersebar tidak merta

(a) (b)

Gambar 3 : Fotomikrograf sayatan tipis contoh BW II (a) nikol silang (b) nikol sejajar

872
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.2, No.2 : 863 - 877, Maret 2014

Adapun parameter yang diamati pada fragmen batuan yang mengalami

irisan tipis dengan menggunakan mikroskop pelaukan serta mengalami teroksidasi

petrothin adalah sebagai berikut : c.3. Mineral opak (8%) : berwarna hitam,

a. Matriks (41%), berwarna abu-abu pucat bentuk tidak beraturan, terdapat sebagai

kemerahan, interferensi abu-abu kuning mineral bijih oksida dan sebagian berupa

terang, relief rendah, berupa mineral mineral karbon yang mengambang dalam

lempung (liat) autigenik, jenis matriks.

monmorilonit. d. Porositas (±9%) : hadir sebagai rongga

b. Semen (10%), berwarna abu-abu terang kosong di dalam batuan berupa intra/inter

agak kusam, berbutir sangat partikel dan saluran (channel)

haus,teradapat mengikat butiran dan Dari hasil penelitian dapat dilihat

matriks, hadir berupa oksida besi bahwa profil tanah Ultisol di arboretum USU

c. Fragmen butiran/kristal (40%) terdiri dari Kwala Bekala tidak mempunyai horison

: argilik karena tidak ada selaput liat,

c.1. kuarsa (20%) : tidak berwarna sebelumnya hasil penelitian Carey (2009)

(colorless), interferensi kuning terang, yang memperlihatkan bahwa pada horison

ukuran 0,01-0,50 mm, bentuk BA, liat sebesar 57,35 % dan horison Bt kadar

membundar tanggung, tidak ada belahan liat sebesar 42,07 %, penentuan horison

dan kembar, relief sedang, hadir sebagai argilik tidak dapat dilakukan karena tidak

monokristalin dan mikrokristalin. adanya horison A.

c.2. Fragmen batuan (12%) : warna Peneliti sebelumnya menetapkan

transparan-kecoklatan, berbutir halus- bahwa ordo tanah adalah Ultisol karena

sedang, ukuran 0,04-1,72 mm, klasifikasinya berdasarkan Dudal-

subrounded-subangular, terdiri dari Supraptohardjo (1961) adalah Podsolik

fragmen batuan batupasir kuarsaan/chert,


872
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.2, No.2 : 863 - 877, Maret 2014

Coklat Kemerahan. Ultisol adalah nama Dari hasil penelitian analisis irisan

setara podsolik Coklat Kemerahan. tipis Ultisol Kwala Bekala, fragmen

Dari hasil penelitian Carey (2009) butiran/kristal didominasi oleh mineral pimer

dapat diketahui bahwa persentase liat yang yang resisten terhadap pelapukan yaitu

berada di lapisan Bw sebesar 78,92 % dan mineral kwarsa dan opak. Namun terdapat

kadar liat ada di horison Bt sebesar 42,07%. mineral liat montmorilonit sebagai pertanda

Liat yang ada di horison B memang termasuk tanahnya lebih muda dari seperti menurut

banyak, diduga persentase liat ini telah ada, hasil penelitian Carey (2009) yang

jadi bukan illuviasi dan dipastikan dengan menyatakan bahwa pedon 3 memiliki tingkat

irisan tipis pada horison Bw tidak terdapat perkembangan tanah berkembang.

selaput liat. Sehingga berlaku in situ yaitu liat Pendapat bahwa lahan arboretum usu

yang telah ada di horison tersebut. Dengan termasuk ordo ultisol Dapat dipatahkan

demikian horison tersebut memang benar karena tidak terdapat selaput liat, hal ini

horison Bw, kontradik dengan Birkeland sesuai menurut Darmawijaya (1990) yang

(1974) yang menyatakan bahwa beberapa menyatakan Ultisol adalah tanah yang telah

proses yang diduga dapat menyebabkan mengalami translokasi lempung (clay) dan

terbentuknya penimbunan liat adalah : (1) juga pelindian (leaching), yang dicirikan oleh

terjadinya hancuran iklim dengan intensitas horison argilik.

tinggi pada bagian atas solum tanah, sehingga Peneliti sebelumnya juga Pada profil

terjadi disintegrasi mineral primer menjadi tersebut menyatakan bahwa profil memiliki

mineral sekunder (liat), yang selanjutnya horizon BA, Bt, dan Bw, dengan tekstur tanah

terangkut ke bawah oleh air perkolasi,dan berliat dan BD < 1.08 g/cm3. Ini

diendapkan di horison B, dan (2) terjadinya menunjukkan bahwa profil 3 telah mengalami

pembentukan liat in situ pada horison B. perkembangan yang lebih lanjut. Ini juga

ditunjukkan dengan pH tanah yang agak


873
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.2, No.2 : 863 - 877, Maret 2014

masam rendahnya, miskinnya bahan organik mineral kaolinit yang tidak murni karena

dan KTK yang rendah. Terdapat mineral terjadi subtitusi isomorf sehingga terjadi

imogolit yang memiliki struktur nesosilikat kekurangan muatan.

(Si : Al = 0.5) sehingga menimbulkan Perbedaan antara Kaolinit dan

kemasaman potensial. Terbentuknya horison Monmorilonit adalah dalam hal tipe kisi,

Bt yang merupakan petunjuk adanya horison KTK dan luas permukaan yaitu Kaolinit tipe

argilik. Menurut Hardjowigeno 1 : 1, Montmorilonit tipe 2 : 1. KTK

(1993) tanah dengan perkembangan yang tua monmorilonit 70 me/100 g dengan luas

memiliki ciri-ciri perkembangan lanjut yaitu permukaan 700-800 m2/g, kaolinit 1-10

dengan meningkatnya unsur hara, maka me/100g dan luas permukaan 7-30 m2/g,

proses pembentukan profil tanah berjalan sesuai dengan Sarifuddin, dkk (2011).

lebih lanjut sehingga terjadi perubahan yang Dari hasil perhitungan bulk density

lebih nyata pada horizon A dan B, tanah dapat diketahui bahwa tingkat perkembangan

menjadi sangat masam, sangat mudah lapuk, tanah meningkat di pedon tersebut yang

dan kandungan bahan organik lebih rendah mengindikasikan bahwa tanah yang terdapat

dari tanah dewasa. Akumulasi liat atau adalah tanah muda dan mulai berkembang,

sesquioksida di horizon B lebih nyata hal ini ditunjukkan BD nilai 1,05 - 1,08 yang

sehingga membentuk horizon argilik (Bt). kecil, sesuai dengan Hardjowigeno (1993)

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa yang menyatakan bahwa kegunaan

pada ketiga horison (BA, Bt dan Bw) pada menentukan BD adalah untuk menunjukkan

Ultisol Kwala Bekala memiliki komposisi tingkat pelapukan batuan, Bulk density

mineral dengan kandungan mineral liat berkurang dari 2,65 menjadi < 2,

Monmorilonit, didukung juga oleh penelitian menunjukkan meningkatnya pelapukan

sebelumnya oleh Saragih (2012) bahwa karena terbentuknya pori-pori tanah.

kandungan liat Ultisol, Kwala Bekala adalah


874
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.2, No.2 : 863 - 877, Maret 2014

Data kapasitas tukar kation Berdasarkan hasil di atas dapat dilihat

menunjukkan tanah dengan tingkat pH H2O pada profil berkisar antara 6,14 -

pelapukan tanah yang lanjut, hal ini dilhat 6.49 dimana menurut kriteria BPP Medan

dari nilai KTK 13,25 sampai 12,75 me/100g (1992) tergolong agak masam dengan pola

yang menunjukkan bahwa KTK tergolong penyebaran yang bervariasi menurut

rendah, sesuai dengan hardjowigeno (1993) kedalaman tanah. Kemasaman tanah ini

yang menyatakan bahwa nilai KTK dapat disebabkan karena lokasi penelitian yang

menunjukkan tingkat perkembangan tanah, memiliki curah hujan yang tinggi sehingga

KTK mula-mula akan meningkat dengan proses pencucian lebih intensif sehingga

meningkatnya pelapukan, tetapi KTK akan kation Al3+ yang merupakan sumber

menjadi rendah pada tanah dengan tingkat kemasaman potensial terjerap dalam

pelapukan lanjut. kompleks lempung yang kemudian

Data pH pada profil tersebut melepaskan H+ sebagai sumber kemasaman

menunjukkan bahwa nilai pH NaF-nya > 9.4 aktif. Tipe kemasaman inilah yang

yaitu pada horizon Bt, pH NaF adalah 9.6 dan mempengaruhi pertumbuhan tanaman (Tan,

pada horizon Bw pH NaF-nya adalah 9.67, 1991).

yang menunjukkan adanya bahan andik. Berdasarkan data di atas menunjukkan

Walaupun demikian kandungan bahan andik bahwa pH KCl pada profil tersebut lebih

belum dominan karena hanya beda 0.2 dari rendah daripada pH H2O (Muklhis, 2007).

batas standar karena pH NaF > 9.4 merupakan Berdasarkan kriteria BPP Medan (1992)

indikator adanya bahan andik (Mukhlis, tergolong masam sampai netral. pH KCl yang

2007). Hal ini menunjukkan adanya peralihan < 5.5 menunjukkan jumlah Al nyata dalam

mineral dari alofan-B menjadi alofan-A. pH larutan tanah Sarifuddin, dkk

NaF digunakan untuk menguji ada tidaknya (2011).

bahan andik Sarifuddin, dkk (2011).


875
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.2, No.2 : 863 - 877, Maret 2014

Horison Bt yang memiliki sifat-sifat dengan sistem Klasifikasi Taksonomi Tanah,

penciri warna, kandungan bahan organik, USDA 2012

struktur tanah, tidak memenuhi syarat

epipedon mollik atau umbrik dan memiliki

petunjuk – petunjuk lemah sebagai horison DAFTAR PUSTAKA

argilik atau spodik tetapi belum memenuhi Birkeland. P.W. 1974. Pedology. Weathering
And Geomorphological Research.
syarat untuk keduanya, lebih sesuai dengan Oxfoard University. New York.
London. Toronto
horison kambik, sesuai dengan literatur
Buurman, P., Antoine, G.J dan Klaas, G. J.
hardjowigeno (2003) yang menyatakan bahwa 2007. Comparison of michigan and
dutch podzolized soils : organic matter
horison kamibik memiliki ciri warna, characterization by micromorphology
and pyrolysis- GC/MS. Soil Sci. Soc.
kandungan bahan organik, struktur tanah, Am. J. 72 : 1344 – 1356

tidak memenuhi syarat epipedon mollik atau Carey, J. S. 2009. Perbandingan Tingkat
Perkembangan Tanah Menurut
umbrik bertekstur pasir sangat halus atau Metode Morfologi Tanah, Mineral
Liat dan Mineral Indeks Van
lebih halus, ada petunjuk – petunjuk lemah Wambeke padaTiga Pedon Pewakil di
Arboretum Kampus USU Kwala
sebagai horison argilik atau spodik tetapi Bekala. Skripsi. Universitas Sumatera
Utara.Medan. Hal 18.
belum memenuhi syarat untuk kedua horison
Darmawijaya, I. 1990. Klasifikasi Tanah.
tersebut. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta. Halaman 196, 198, 210.
SIMPULAN
Fan, Y., T. Lei., I. Shainberg dan Q. Cai.
Tanah Ultisol Arboretum USU Kwala 2007. Wetting Rate and Rain Depth
Effect on Crust Strength and
Bekala, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Micromorphology. Soil Sci. Soc. Am.
J. 72 : 1604 - 1610
Deli Serdang tidak mempunyai horison
Hardjowigeno ,S. 1993. Klasifikasi tanah dan
Argilik, sehingga tanah pada lahan Arboretum pedogenesis. Penerbit Akademika
Pressindo. Jakarta.
USU Kwala Bekala, Kecamatan Pancur Batu,
Kuhon, R.V.G. 2009. Kajian Pola Distribusi
Kabupaten Deli Serdang perlu diklasifikasi Mineral Liat pada Tiga Jenis Tanah
Berdasarkan Tingkat Perkembangan
Tanah di Lahan Kampus Baru
876
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.2, No.2 : 863 - 877, Maret 2014

Penelitian USU Kwala Bekala. Pada Lahan Arboretum Kampus Baru


Skripsi. Universitas Sumatera USU Kwala Bekala, Skripsi.
Utara.Medan. Hal 15-21. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Mukhlis. 2007. Analisis Tanah Tanaman. Stolt, M. H dan rabenhorst, M. C. 1991.


USU Press, Medan. Micromorphology of Argilic Horizons
in an Upland/Tidal Marsh Catena. Soil
Saragih, R. 2010. Penentuan Struktur Formula Sci. Soc. Am. J. 55 : 443 – 450
Mineral Liat Pada Ultisol Lahan
Kampus Baru USU Kwala Bekala, Tan, K, H. 1991. Dasar-Dasar Kimia Tanah.
Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Universitas Gadjah Mada,
Medan. Yogyakarta.

Sarifuddin, Mukhlis dan Hanum, H. 2011. Taina I, A dan heck, R. J. 2010. Utilization of
Kimia Tanah Teori dan Aplikasi. USU Object-Oriented Software in the
Press, Medan Image Analysis of Soil Thin Sections.
Soil Sci. Soc. Am. J. 74 : 1670 - 1681
Sihalohi, N. 2010. Penentuan Struktur
Formula Mineral Liat tanah Entisol

877

Anda mungkin juga menyukai