Anda di halaman 1dari 5

Nama : Maulidya Arvira Putri

NIM : 17023000011
Kelas : A
Jurusan : S1 Akuntansi

Ringkasan materi dari video “Ungkap Masalah Hutan dan Lingkungan” yang relevan
dengan Isu Lingkungan

Lingkungan hidup di Indonesia masih menjadi persoalan yang harus diselesaikan,


persoalannya antara lain bencana alam, pemcemaran limbah, tumpang tindih pengelolaan lahan,
deforestasi hutan, pengelolaan lahan gambut yang serampangan, kebakaran hutan, polusi udara,
dan lain – lain . Salah satu persoalan lingkungan hidup yang paling menonjol yaitu deforestasi
hutan Indonesia. Deforestasi hutan pada tahun 2012 – 2013 sebesar 727.981,2 ha/tahun. BNPB
(Badan Nasional Penanggulangan Bencana) mencatat sekitar 2.372 bencana alam terjadi
sepanjang tahun 2017, jumlah ini terus meningkat dibandingkan tahun - tahun sebelumnya.
Permasalahan ini disebabkan oleh kurangnya optimalisasi pemanfaatan kekayaan dann sumber
daya alam di salam negeri. Oleh karena itu, pemerintah merencanakan kebijakan dan rencana
startegis 2015-2019 pada Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Strategi diterapkan
untuk memastikan kondisi lingkungan hidup berada dalam batas toleransi penanganan, dengan
tujuan agar kehidupan manusia dan sumber daya alam berada dalam rentang populasi yang
aman. Pemerintah juga secara paralel berusaha terus meningkatkan kemampuan sumber daya
alam serta menjaga kualitas lingkungan hidup untuk menopang perekonomian nasional dan
kesjahteraan rakyat. Namun penanganan berbagai masalah lingkungan hidup tidak seharusnya
dilakukan oleh pemerintah sendirian, tetapi pembangunan lingkungan hidup juga harus didukung
oleh sinergi positif dari pemerintah, lembaga berkepentingan serta seluruh masyrakat, agar
sumber daya alam yang melimpah dapat menopang kehidupan secara berkelanjutan. Pemerintah
juga berusaha untuk mengurangi emisi karbon yang terbesar salah satunya di Indonesia.

Langkah yang saat ini diambil oleh pemerintah dalam upaya manggulangi permasalahan
lingkungan hidup, menteri lingkungan hidup dan kehutanan mengungkapkan bahwa
“Kementrian Lingkungan Hidup sudah mengikuti permasalahan ini sejak longsor yang dipuncak,
dan memang tugas kami, dan melihat apa sesungguhnya yang terjadi, dan disana terjadi translasi
atau land sliding atau berpindahnya massa ke bawah, dan dipuncak terjadi karena adanya curah
hujan tinggi yakni sebesar 150 mm, jika kering dibawah 150 mm”. Oleh karena itu Kementrian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan sedan mencari cara bagaimana memitigasinya.

Contoh Mengenai permasalahan banjir, salah satunya di Jakarta, Menteri Lingkungan


Hidup dan Kehutanan mengungkapkan bahwa Jakarta juga dikelilingi oleh potensi run off air
yang masuk. Dan hujan yang terus – terusan diukur dengan mm (millimeter) itu harus waspada.
Tetapi yang menjadi penyebab permasaahan yang perlu untuk dievaluasi adalah bagaimana
pengelolaannya secara tata kelola lingkungan agar dapat mengurangi timbulmhya bencana alam.

Menurut Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya, “yang pertama perlu
melihat fokus pemerintah terlebih dahulu, apakah perlu bersama – sama antara pemerintah pusat,
provinsi dan pemda. Kedua dari segi aspek lingkungan ada tiga hal yang menjadi penyebabnya,
kemungkinan ada masalah tata kelola ruangnya, masalah dalam mengimplementasikannya, dan
bagaimana mengendalikannya karena ketiga hal tersebut harus terpenuhi tidak hanya salah satu.
Contohnya permasalahan Sungai Citarum dapat diatasi dengan adanya penghijauan di hulu
sungai sehingga dapat mencegah pencemaran tidak terjadi lagi. Untuk persoalan penataan
wilayah dan tata ruang itu di Pemerintah Daerah sehingga Pemerintah Pusat hanya perlu
mengontrolnya saja”. Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sifatnya konsutatif, kecuali
hal – hal yang strategis dan dapat menimbulkan dampak yang luas maka perlu melakukan law
and forcement.

Menurut Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Pemerintha Daerah suddah


mengetahui daerah- daerah yang rawan longsor dengan ciri – ciri kelerengannya sangat tinggi
dan jenis tanahnya. Dan tipe – tipe longsor, ada yang tanah lansung ke bawah atau tanahnya yang
perlahan tergerus dan menyebabkan longsor.Oleh karena itu , Pemerintah Daerah perlu menjaga
longsor itu tidak berbahaya bagi masyarakat, maka perlu memantau lokasi rawan longsor dan
melaksanakan relokasi agar tidak berbahaya nantinya. Contohnya di Jawa yang padat penduduk
dan biasanya daerah rawan longsor sering ditinggali dan berpotensi longsor, jadi masyarakat
perlu mencari lahan hutan yang dekat dengan kota.

Untuk pengelolaan sampah, untuk law and forcement belum diaktualisasi tapi sudah
diatur didalam UU tahun 2018 mengenai pengelolaan limbah dan sampah. Tidak hanya dari
Pemerintah Daerah, tetapi terdapat komunitas pecinta lingkungan hidup tidak hanya swasta dan
masyrakat saja yang secara dinamis dan kuat menganani pengelolaan sampah. Oleh karena itu,
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengajak pemerintah daerah untuk mengadakan
bulan bersih sampah selama 3 bulan dengan reward berupa Adipura dan penilaian dari
masyarakat juga.

Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan salah satu indikator kinerjanya yakni
kualitas lingkungan udara, air, dan tanah. Secara umum kualitas udara di Indonesia relative baik
dari pengaturan kendaraan dan polusi semakin membaik. Untuk air, pemantauan sungai – sungai
hamper 80% kondisinya kurang bagus dan dapat menyebabkan krisis air. Oleh karena itu, yang
terpenting saat ini perlu mengendalikan air limbah dari rumah tangga atau industri dan sampah
yang masuk. Sebetulnya yang ideal terdapat instalasi pengelolaan air limbah yang baik,
contohnya di Kampung Melayu dan Tebet, dan lain – lain tetapi seharusnya di seluruh Indonesia
sudah menerapkan tetapi perlu menunggu keputusan dari Pemerintah Pusat terlebih dahulu.
Untuk kualitas tanah atau lahan Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan berkerja keras
untuk memikirkan cara lain selain deforestasi hutan dan cara menguranginya, sehingga semakin
berkurang semakin baik. Untuk pengaduan perhutanan dan kebakaran semakin berkurang tetapi
pengaduan limbah dan samapah semakin banyak. Untuk pengaduan ke Kementrian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan yang masuk sekitar 1.700 dalam tiga tahun ini. Untuk operasi pencemaran
sudah semakin banyak dan sanksinya juga banyak yang terkena. Paling parah dan paling berat
penangannya yaitu masalah air karena alatnya mahal, sebarannya, dan instrument pengukurannya
juga banyak sehingga membutuhkan keahlian yang khusus.

Seharusnya di beberapa kota atau kabupaten tidak boleh ada lagi ekspoitasi yang merusak
air, misalnya tidak boleh ada pendirian pabrik. Maka aspek regulasi dan pengawasan harus kuat,
dan perijinan oleh pemerintah pusat dan daerah harus ketat dan harus menjadikan izin sebagai
instrument pengawasan. Oleh karena itu, didalam UU Lingkungan Hidup, bahwa pengawasan
tidak dilakukan oleh pemerintah daerah bawahan, maka boleh diambil oleh pemerintahan daerah
atasannya dan teguran – tegurannya dapat dilakukan.

Untuk peduli lingkungan Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sudah


mengembangkan green leadership, yakni untuk melihat administrasi dan pelaksanaannya apakah
sudah benar- benar bagus atau tidak. Dan Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
berkomitemen mendukung penuh implementasi paris agreement. Paris agreement jangan
dijadikan bebab tetapi perlu mlihat bahwa masyarakat mendaptakan manfaat teknologi dan
metodenya. Indonesia termasuk tidak ketinggalan karena sudah menerapkan pedoman –
pedoman yang diarahkan hanya tinggal prakteknya saja. Disamping itu, sebetulnya praktek dan
kebijakan sudah banyak dilakukan contohnya desa – desa dan kampung dengan gaya green.
Kemudian instrument kita seperti sistem registry nasional yakni sistem pendaftaran para ahli dan
metode yang digunakan apa, sudah ada, pedoman inventarisasi gas rumah kaca ada, cara untuk
mengukur, melaporkan dan verifikasi sudah punya. dan pedoman aksi untuk adaptasi dan
mitigasi sudah ada. Partisipasinya sangat kuat antara masyrakat, media, masyarakat adat,
komunitas denga uji cobanya banyak yang terlibat seharusnya berjalan lancar dalam penerapan
paris agreement dan merupakan target global yang harus dicapai sehingga mengurangi kenaikan
suhu global diambang batas tertentu.

Yang paling dibutuhkan untuk mencapai target, diantara 29%, jadi 17% dari kehutanan
dengan menghindari deforestasi dan menghindari berkembangnya atau mengatasi lahan kritis.
Dari energi sudah 11% dari penggunaan bahan bakar dan renewable energy atau energi yang
diperbarui. Kemudian dari indutri 1% penggunaan alat – alat transportasi. Untuk deforestasi
semakin baik, karena emisi deforestasi yakni kebakaran hutan, illegal logging dan sebagainya
semakin berkurang. Jadi area konsesi yang bisa dikoreksi untuk tidak menghasilkan emisi
sebanyak 800.000 ha. Artinya emisinya sangat besar, karena emisi karbon dari hutan biasa
dengan hutan gambut sebesar 5 smpai belasan kali lipat. Oleh karena itu perlu berintaksi dengan
perusahaan perkebunan sawit atau konsesi HTI sesuai peraturan pemerintah mengenai hal
tersebut. Penegakan hukum oleh Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan terhadap
pelanggaran gambut sudah kuat karena sebagian besar atau hamper 50% kebakaran hutan berasal
dari lahan gambut. Jadi perlu diatur rencananya, dari satu area konsesi perlu diatur rotasi
tanahnya. Hampir 68% deforestasi dan kebakaran hutan berada di hutan produksi dan terdapat
akses untuk orang masuk. Sekitar 2,6 juta hektar lahan hidrologis gambut terbakar tahun 2015.

Untuk evaluasi atau rekomendasi agar hal perkonomian tidak perlu bergantung pada
perkebunan yang memerlukan pembakaran hutan atau pembukaan lahan, maka Kementrian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan merealisaiksan kebijkan hutan sosial dan reformasi agraria
ssehingga masyarakat juga ikut menjaga hutan agar tidak terjadi masalah yang berkaitan dengan
hutan lagi. Kemudian hutan konservasi dan hutan lindung diprioritaskan menjadi tempat wisata
sedang dikerjkaan oleh KLHK, permsalahan sampah dan limbah juga perlu ditangani, menjaga
satwa karena kenakeragaman hayati menjadi perhatian. Tantangan paling besar saat ini dan
kedepannya bagi Indonesia pemanfaatan sumber daya alam hutan , dan lain –lain untuk
keperluan mensejahterkan rakyat, kemudian masalah sampah dan limbah dapat mengubah
perilaku masyarakat industri dengan bernilai ekonomis dan perlu adanya edukasi terus menerus.
Karena tahun 2018 perlu adanya evaluasi guna pencapaian target dalam menangani permsalahan
lingkungan hidup di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai