Anda di halaman 1dari 18

II.

TEGANGAN BAHAN KAYU

I. Definisi
Istilah kekuatan atau tegangan pada bahan seperti kayu erat
kaitannya dengan kemampuan bahan untuk mendukung gaya luar atau
beban yang berusaha merubah ukuran dan bentuk bahan tersebut.
Gaya luar yang bekerja pada suatu benda akan mengakibatkan
timbulnya gaya-gaya dalam pada benda tersebut yang berusaha
merubah ukuran dan bentuk. Gaya-gaya dalam ini disebut dengan
tegangan yang dinyatakan dalam gaya per satuan luas.
Perubahan ukuran atau bentuk dikenal sebagai deformasi atau
regangan. Jika tegangan yang bekerja kecil maka deformasi yang
terjadi juga kecil, dan ketika tegangan dihilangkan sepenuhnya maka
bentuk benda akan kembali pada bentuk semula sesuai dengan sifat
elastisitas benda tersebut. Puncak garis kesebandingan antara kenaikan
tegangan dengan kenaikan regangan disebut dengan batas sebanding.
Di luar batas sebanding, regangan akan meningkat lebih besar
dibandingkan dengan peningkatan tegangan (lihat Gambar 2.1). Jika
tegangan yang didukung melebihi gaya dukung serat maka serat-serat
akan putus dan terjadilah keruntuhan/kegagalan.
Kayu memiliki beberapa jenis tegangan, pada jenis tegangan
tertentu nilainya besar tetapi pada jenis tegangan yang lain nilainya
kecil. Jenis-jenis tegangan yang berbeda tersebut berperan secara
bersama-sama, sebagai contoh tegangan tekan akan berusaha
menekan/memperpendek kayu, tegangan tarik akan berusaha
20 Konstuksi Kayu

memperpanjang kayu, dan tegangan geser akan berusaha mengeser


serat-serat kayu. Biasanya kayu sering kali menderita kombinasi dari
beberapa tegangan di atas secara bersamaan walaupun salah satu
tegangan diantaranya akan mendominasi.

Tegangan
Keruntuhan

Batas sebanding

Regangan

Gambar 2.1 Kurva tegangan dan regangan bahan kayu dengan


gaya aksial sejajar serat (Edlund, 1995)

Kemampuan benda untuk berubah bentuk dan kembali pada


bentuk semula disebut fleksibilitas, sedangkan kemampuan benda untuk
menahan perubahan bentuk disebut dengan kekakuan. Modulus
elastisitas adalah nilai yang mengukur hubungan antara tegangan
dengan regangan pada batas sebanding dan menggambarkan istilah
fleksibilitas dan kekakuan. Semakin tinggi nilai modulus elastisitas,
maka kayu tersebut lebih kaku dan sebaliknya semakin rendah nilai
modulus elastisitas maka kayu tersebut akan lebih fleksibel. Masing-
BAB 2 Tegangan Bahan Kayu 21

masing tegangan memiliki nilai modulus elastisitas yang berlainan.


Istilah getas dipakai untuk menggambarkan perilaku bahan yang putus
walaupun hanya dengan sedikit perubahan bentuk (deformasi) tanpa
memperhatikan besar kecilnya beban luar yang bekerja.
Keuletan dan kekerasan adalah dua sifat kayu yang seringkali
diartikan tidak jelas (memiliki banyak pengertian). Keuletan adalah
kemampuan kayu untuk menyerap sejumlah tenaga yang relatif besar
atau tahan terhadap kejutan-kejutan atau tegangan-tegangan yang
berulang-ulang yang melampaui batas sebanding serta mengakibatkan
perubahan bentuk yang permanen dan kerusakan sebagian. Sedangkan
kekerasan adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya yang
membuat takik atau lekukan atau kikisan (abrasi).

II. Metode pengujian


Dua alternatif untuk menentukan kekuatan kayu yang tersedia
adalah pengujian lapangan dan pengujian laboratorium. Pengujian
lapangan memiliki keuntungan seperti, pengujian dapat dilakukan pada
kondisi yang mirip dengan penggunaannya, tidak seperti pengujian
laboratorium yang hanya dapat menirukan saja. Di lain sisi, pengujian
lapangan membutuhkan waktu yang lama, faktor-faktor luar yang
mempengaruhi penelitian lebih sulit dikendalikan, dan penyebaran
variabel membuat biaya penelitian meningkat. Pada kondisi yang sama,
pengujian di laboratorium menghasilkan data yang cepat.
Pada pengujian di laboratorium, benda uji kayu dapat dibagi
menjadi dua macam yaitu: pengujian pada benda uji ukuran kecil, dan
pengujian pada benda uji ukuran struktural. Hasil pengujian pada benda
uji ukuran kecil digunakan sebagai pembanding dan petunjuk mengenai
22 Konstuksi Kayu

kekuatan kayu pada jenis-jenis yang berbeda-beda. Karena pada benda


uji ini dihindari adanya pengaruh luar seperti mata kayu dan jenis-jenis
cacat lain, maka hasil yang diperoleh tidak menunjukkan kekuatan
sesungguhnya yang dapat didukung oleh batang kayu struktural
sehingga perlu diberi nilai reduksi untuk memperoleh kekuatan ijin.
Pengujian kayu dengan benda uji struktural lebih mirip dengan
pengujian lapangan dan nilai yang dihasilkan berbeda dengan pengujian
laboratorium pada benda uji ukuran kecil karena pada pengujian ini
diperbolehkan adanya pengaruh luar seperti mata kayu dan retak.
Pengujian ini memerlukan biaya yang tinggi sebab volume kayu yang
digunakan menjadi banyak dan waktu pengujian yang lama. Lebih jauh
lagi, faktor-faktor reduksi yang harus diperhitungkan menjadi lebih
banyak akibat variasi benda uji.
Oleh karena kekuatan kayu sangat dipengaruhi oleh kandungan
air, maka pengujian dilakukan secara terpisah pada kandungan air
segar (saat ditebang) dan pada kandungan air yang dikeringkan hingga
kandungan air standar (15%). Alternatif yang lain adalah pengujian
pada kandungan kering udara dan nilai yang diperoleh kemudian
dikoreksi untuk mendapatkan nilai pada kandungan air standar. Untuk
pengujian pada benda uji ukuran besar, sudah menjadi kebiasaan agar
kayu yang diuji berasal dari banyak pohon yang berbeda sehingga
dapat memperhitungkan keanekaragaman kekuatan kayu pada jenis
kayu yang sama.

III. Sistem pemilahan (Grading)


Pemilahan kelas kuat kayu dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
observasi visual dan pengujian dengan grading machine. Pemilahan
BAB 2 Tegangan Bahan Kayu 23

secara visual sudah sejak lama dipergunakan oleh masyarakat kita.


Beberapa parameter visual yang dapat diamati pada kayu dan
berhubungan erat dengan kekuatan adalah: lebar cincin tahunan,
kemiringan serat, mata kayu, keberadaan jamur atau serangga perusak
kayu, dan retak. Apabila si pengamat tidak mempunyai keahlian dan
pengalaman, maka pemilahan kelas kuat kayu akan lama dan hasilnya
pun menjadi tidak reliable (mengandung banyak keraguan).
Pemilahan dengan menggunakan grading machine sudah mulai
dilakukan di beberapa negara termasuk negara kita. Prinsip pengujian
dengan grading machine adalah pengujian lentur statik. Batang kayu
yang telah dibentuk menjadi ukuran struktur ataupun yang masih utuh
(kayu log) dibebani beban terpusat dan kemudian dicatat besarnya
lendutan tepat di bawah beban bekerja. Pengujian lentur statik ini
dilakukan pada setiap jarak tertentu pada batang kayu sebagai contoh
satu meter. Dari data beban dan lendutan maka nilai modulus elastisitas
lentur (MOE) yang merupakan kemiringan kurva beban-lendutan dapat
diperoleh. Tegangan lainnya dapat diperoleh berdasarkan persamaan
empirik dari nilai MOE yang telah diperoleh.
Penggolongan kelas kuat secara masinal (grading machine) pada
kandungan air standar (15%) menurut SNI-5 (2002) dapat dilihat pada
Tabel 2.1. Berdasarkan penggolongan kelas kuat atau mutu kayu
seperti pada Tabel 2.1, maka nama kayu perdagangan tidak lagi dapat
digunakan sepenuhnya sebagai penentu kelas kuat kayu. Tetapi, nilai
berat jenislah yang akan sangat menentukan. Walaupun masyarakat
telah mengenal beberapa jenis kayu seperti bangkirai, meranti, kamper,
jati, dan sengon dan telah mampu mengurutkan kelas kuat dari kayu-
kayu tersebut, sifat non-homogen menyebabkan panjangnya interval
24 Konstuksi Kayu

berat jenis kayu pada satu macam kayu. Sebagai contoh kayu
bangkirai; Berat jenis pada kondisi kering udara berkisar antara 0,6
sampai 1,16. Karena kekuatan kayu berkorelasi linier dengan berat jenis,
maka kayu bangkirai seharusnya tidak terletak pada satu kelas kuat
agar penggunaannya dapat optimal.

Tabel 2.1 Nilai kuat acuan (MPa) berdasarkan atas pemilahan secara
masinal pada kadar air 15%

Kode mutu Ew Fb Ft // Fc // Fv Fc 

E26 25000 66 60 46 6,6 24


E25 24000 62 58 45 6,5 23
E24 23000 59 56 45 6,4 22
E23 22000 56 53 43 6,2 21
E22 21000 54 50 41 6,1 20
E21 20000 50 47 40 5,9 19
E20 19000 47 44 39 5,8 18
E19 18000 44 42 37 5,6 17
E18 17000 42 39 35 5,4 16
E17 16000 38 36 34 5,4 15
E16 15000 35 33 33 5,2 14
E15 14000 32 31 31 5,1 13
E14 13000 30 28 30 4,9 12
E13 12000 27 25 28 4,8 11
E12 11000 23 22 27 4,6 11
E11 10000 20 19 25 4,5 10
E10 9000 18 17 24 4,3 9
BAB 2 Tegangan Bahan Kayu 25

Dimana :
Ew : modulus elastisitas lentur
Fb : kuat lentur
Ft// : kuat tarik sejajar serat
Fc// : kuat tekan sejajar serat
Fv : kuat geser
Fc : kuat tekan tegak lurus serat

Nilai modulus elastisitas lentur (Ew) dalam satuan MPa dapat


diperkirakan dengan Persamaan (2.1) dimana G adalah berat jenis kayu
pada kadar air standar (15%).

Ew = 16.500G0,7 (2.1)

Apabila nilai G yang diketahui bukan pada kadar air standar tetapi
pada kadar air m% (m sebaiknya lebih kecil dari pada 30%), maka
prosedur berikut ini dapat dilakukan untuk menentukan berat jenis kayu
pada kadar air 15% (SNI-5, 2002; ASTM D2395-02).

1. Menghitung kadar air (m%)

m=
Wg  Wd  x100%
Wd

Wd dan Wg berturut-turut adalah berat kayu kering-oven dan berat


kayu basah.
26 Konstuksi Kayu

2. Menghitung kerapatan kayu () dalam satuan kg/m3

Wg
=
Vg

Vg adalah volume kayu basah.

3. Menentukan berat jenis pada kadar air m% (Gm)


Gm =
1.0001  m / 100
4. Menentukan berat jenis dasar (Gb)

Gm 30  m
Gb = , dengan a =
1 0,265aGm  30

5. Menentukan berat jenis pada kadar air 15% (G)

Gb
G=

1 0,133Gb 

Contoh penentuan berat jenis kayu berdasarkan prosedur di atas


adalah sebagai berikut. Apabila hasil pengukuran berat basah dan berat
kering dari sampel kayu dengan ukuran seperti pada gambar di bawah
berturut-turut adalah 1,6 gr dan 1,3 gr, maka berat jenis kayu pada
kadar air 15% adalah:
BAB 2 Tegangan Bahan Kayu 27

10 mm
20 mm

10 mm

Sampel kayu untuk pengujian berat jenis

 Kadar air sampel kayu (m%)

m=
1,6  1,3 x100% = 23%
1,3

 Nilai kerapatan ()

1,6 10 3 kg
= = 800 kg/m3
2 10  6 m 3

 Berat jenis pada kadar air m% (Gm)


800
Gm = = 0,65
1.0001  23 / 100
 Berat jenis dasar (Gb)

30  23 0,65
a= = 0,233 Gb = = 0,625
30 1  0,265 x0,233x0,65
 Berat jenis pada kadar air 15% (G)

Gb 0,625
G= = = 0,68

1 0,133Gb 
1  0,133x0,625
28 Konstuksi Kayu

Analisis kode mutu dari beberapa jenis kayu yang sering


digunakan untuk keperluan konstruksi dapat dilihat Pada Tabel 2.2.
Walaupun demikian pengujian secara masinal atau pengujian berat jenis
kayu masih tetap dianjurkan untuk kontrol terhadap nilai-nilai yang ada
pada Tabel 2.2. Nilai modulus elastisitas lentur (Ew) pada kandungan air
12% diperoleh dari American Forest Product Laboratory. Sedangkan
nilai modulus elastisitas lentur pada kandungan air 15% dihitung
dengan Persamaan 2.1 berdasarkan nilai berat jenis dari American
Forest Product Laboratory atau PROSEA. Kode mutu kayu ditentukan
berdasarkan nilai modulus elastisitas lentur pada kandungan air 15%.
Pada Tabel 2.2 terlihat bahwa kayu kempas memiliki kode mutu yang
tertinggi yaitu E18, sedangkan kayu dengan kode mutu terendah (E12)
adalah kayu meranti merah.

Tabel 2.2 Kode mutu kayu beberapa kayu perdagangan

Nama kayu Kadar air (%) Ew (MPa) Kode mutu


1. Kapur 12 13000
E13
(Dryobalanops spp.) 15 12854
2. Kempas 12 18500
E18
(Koompassia malaccensis) 15 17526
3. Keruing 12 14300
E14
(Dipterocarpus spp.) 15 13616
4. Merbau
15 15400 E16
(Intsia spp.)
5. Mersawa 12 15700
E14
(Anisoptera spp.) 15 13490
6. Ramin 12 15000
E14
(Gonystylus bancanus) 15 12983
7. Balau 12 18000
E17
(Shorea spp.) 15 16500
8. Meranti Merah 12 12200
E12
(Shorea spp.) 15 11940
BAB 2 Tegangan Bahan Kayu 29

IV. Faktor-faktor yang mempengaruhi tegangan kayu


Mungkin satu faktor yang mempengaruhi kekuatan kayu adalah
kepadatan, tetapi masih banyak faktor lainnya seperti faktor anatomi:
mata kayu, kemiringan serat, kandungan air, dan temperatur. Semua
faktor ini memerankan fungsi yang cukup jelas terhadap penentuan nilai
kekuatan dan kekakuan kayu.
1. Kepadatan
Pengaruh kepadatan terhadap beberapa jenis kekuatan kayu
memiliki korelasi yang baik seperti tegangan tekan sejajar serat,
tegangan lentur, dan kekerasan. Bagian dari sebuah pohon juga
memberikan pengaruh yang penting pada variasi kepadatan pohon.
Kepadatan dan kekuatan akan kecil pada inti kayu (bagian tengah pada
pohon) bagian dasar dan akan meningkat secara tajam ke arah luar dan
meningkat secara pelan ke arah ketinggian (Desch dkk, 1981). Kuat
tarik sejajar serat, belah, geser, dan ketahanan kejut meskipun juga
dipengaruhi oleh kepadatan, juga dipengaruhi oleh penempatan serat-
serat kayu atau cacat kayu secara lebih dominan.
2. Kemiringan serat
Pada kemiringan serat 15 derajat, tegangan tarik sejajar serat,
tegangan lentur statik, dan tegangan tekan sejajar serat berkurang
sampai 45%, 70%, dan 80% dari tegangan dengan serat lurus (Desch
dkk, 1981). Untuk keperluan umum, nilai angka aman pada
perencanaan dan penggunaan kayu harus dapat mempertimbangkan
pengaruh adanya kemiringan serat.
3. Kandungan air
Kandungan air merupakan faktor yang mempengaruhi seluruh
kekuatan kayu. Hampir semua kekuatan kayu meningkat apabila
30 Konstuksi Kayu

kandungan air diturunkan. Peningkatan kekuatan kayu akibat


menurunnya kandungan air dari titik jenuh serat terjadi tidak secara
linier seperti dapat dilihat pada Gambar 2.2. Sebagai contoh, kuat tekan
sejajar serat pada kayu kering oven adalah tiga kali lebih tinggi dari
pada kayu dengan kandungan titik jenuh serat.

Gambar 2.2 Pengaruh kandungan air pada beberapa jenis kekuatan


kayu (Somayaji, 1995)

4. Mata kayu
Mata kayu mempengaruhi jenis-jenis kekuatan kayu dengan
tingkat yang berbeda-beda tergantung pada ukuran, letak, dan jenisnya.
Jenis-jenis kekuatan kayu dipengaruhi secara nyata oleh mata kayu. Hal
BAB 2 Tegangan Bahan Kayu 31

ini disebabkan serat-serat pada mata kayu miring dan tidak teratur.
Mata kayu tidak mempengaruhi semua jenis-jenis kekuatan kayu
dengan tingkat yang sama. Tegangan geser, tegangan tekan tegak
lurus serat, dan modulus elastis sedikit dipengaruhi dengan adanya
mata kayu, sedangkan tegangan tekan sejajar serat, tegangan lentur
mengalami penurunan yang cukup besar dengan adanya mata kayu.
Pengaruh mata kayu yang dinyatakan dalam luas mata kayu adalah
sebanding terhadap luas tampang batang kayu itu sendiri. Lokasi mata
kayu juga memiliki pengaruh dalam penurunan kekuatan kayu. Sebagai
contoh pada sebuah balok kayu, mata kayu yang terletak pada daerah
tekan akan sedikit pengaruhnya dari pada mata kayu dengan ukuran
yang sama dan terletak pada daerah tarik. Sedangkan apabila letak
mata kayu pada garis netral, maka pengaruhnya akan kecil sekali.

V. Tegangan karakteristik
Telah banyak disebutkan bahwa keragaman struktur serat kayu
dapat mempengaruhi kekuatan kayu. Oleh karena itu, diperlukan suatu
pengukuran terhadap keragaman dari masing-masing jenis kekuatan
dengan cara pengelompokan jenis-jenis kekuatan tersebut pada
macam-macam kelas kuat. Sangatlah mungkin untuk memperhitungkan
keragaman pengujian kayu melalui standar deviasi (S). Jika jumlah
sampel sangat banyak, maka ada hubungan matematika antara standar
deviasi dengan interval nilai hasil pengujian. Jika pengujian dilakukan
untuk satu jenis kekuatan tertentu dengan jumlah sampel yang banyak,
maka hasil pengujian tersebut dapat digambarkan menjadi kurva
distribusi Gaussian.
32 Konstuksi Kayu

Nilai karakteristik kekuatan kayu dapat diambil sebagai nilai yang


terkecil. Nilai ini merupakan nilai yang paling aman karena hampir
semua nilai kegagalan di atas nilai tersebut sehingga tidak ada resiko
kegagalan. Tetapi nilai yang rendah tersebut mengakibatkan kekuatan
kayu yang lebih tinggi (hampir semua sampel) tidak termanfaatkan
secara optimal. Oleh karena itu perlu diambil jalan tengah antara resiko
kegagalan yang terlalu tinggi dengan menentukan nilai kekuatan
potensial dari seluruh sampel. Jalan tengah yang diambil didasarkan
pada pengetahuan antara hubungan standar deviasi dengan frekuensi
kurva distribusi normal Gaussian.
Pada kurva distribusi normal Gaussian, 68% hasil pengujian
terletak pada daerah antara nilai rata-rata  S dan 99,8% nilai
pengujian terletak pada daerah antara nilai rata-rata  3S. Oleh karena
itu, dapat diambil nilai dengan jumlah prosentase tertentu tidak gagal.
Untuk hampir semua jenis tegangan dikatakan bahwa nilai dengan
prosentase kegagalan 1% dianggap sebagai nilai yang tidak beresiko
tinggi, sehingga nilai karakteristik tersebut adalah nilai rata-rata - 2,33S.
Kekuatan kayu dipengaruhi oleh ukuran benda uji, kecepatan
pembebanan, dan lama pembebanan, oleh karena itu faktor aman perlu
diperhitungkan dalam menentukan nilai kekuatan karakteristik.
Umumnya angka aman 2,25 sering digunakan untuk semua jenis
tegangan kayu kecuali tegangan tekan sejajar serat yaitu 1,4 (Desch
dkk, 1981).
BAB 2 Tegangan Bahan Kayu 33

VI. Perilaku kayu terhadap temperatur dan waktu


1. Pengaruh temperatur
Sebagian besar kayu tersusun atas selulosa, lignin, dan
hemiselulosa, yang kesemuanya itu merupakan senyawa yang
terbentuk dari unsur Carbon, Hidrogen, dan Oksigen. Unsur-unsur
ini (Carbon, Hidrogen, dan Oksigen) mudah terbakar apabila ada
peningkatan temperatur ruangan yang berlebihan. Oleh karena itu,
kayu digolongkan sebagai material yang mudah terbakar
(combustible material). Perilaku struktur kayu dalam merespon
temperatur tinggi berbeda dengan bahan struktur yang lain seperti
beton atau baja. Ketika temperatur tinggi sudah dapat membakar
kayu bagian luar, maka kayu bagian luar akan terbakar dan
berubah menjadi arang. Mengingat angka penyebaran panas atau
thermal conductivity kayu yang relatif kecil dan kandungan air
yang ada pada kayu, maka dibutuhkan waktu yang lama agar api
dapat membakar bagian dalam kayu (Malhotra 1982).
Waktu yang diperlukan oleh temperatur tinggi untuk
membakar kayu bagian luar sangat bergantung dari kadar air kayu
awal, dimensi batang kayu, ketersediaan oksigen dan nilai
temperatur itu sendiri. Menurut Hudo dalam buku Principle of
Wood Science and Technology (Kollmann, dkk 1984), hemiselulosa
pada kayu Oak mulai mengalamai pyrolisis (penguraian/perubahan
material akibat temperatur) pada temperatur 150oC sampai 180oC.
Pyrolisis pada selulosa terjadi pada temperatur 280oC sampai
350oC, sedangkan lignin akan mulai mengalami pyrolisis pada
temperatur 350oC sampai 400oC dan pyrolisis yang lengkap pada
lignin terjadi pada temperatur 450oC sampai 500oC. Kolmann dkk
34 Konstuksi Kayu

(1984) juga menyatakan bahwa pyrolisis kayu dapat terjadi pada


temperatur 150oC atau bahkan lebih rendah lagi jika waktu
pembakaran diperpanjang.
Arang yang terbentuk akibat terbakarnya bagian luar kayu
akan berfungsi sebagai lapisan penghambat masuknya temperatur
tinggi ke bagian dalam kayu. Sehingga dibutuhkan waktu yang
lebih lama agar kayu bagian dalam ini dapat terbakar. Sebagai
contoh, pada batang kayu berdiameter besar (kayu log)
dibutuhkan waktu lebih dari setengah jam agar panas api dapat
membakar satu inchi kayu bagian dalam (Kubler 1980).

Gambar 2.3 Penurunan kekuatan beberapa macam material struktur


akibat peningkatan temperatur (Kubler, 1980)
BAB 2 Tegangan Bahan Kayu 35

Akibat yang lebih jauh dari proses terbakarnya kayu pada


bidang konstruksi adalah terjadinya perubahan sifat-sifat mekanis
dari kayu itu sendiri. Struktur kayu yang mengalami peningkatan
temperatur akan mengalami penurunan kekuatan (strength
degradation). Penurunan kekuatan kayu akibat terjadinya
peningkatan temperatur tidak terjadi secara linier melainkan
cenderung berbentuk lengkung seperti dapat dilihat pada Gambar
2.3. Perilaku ini disebabkan oleh kehadiran arang (sisa material
kayu yang terbakar) yang berfungsi sebagai pelindung kayu bagian
dalam sehingga struktur terhindar dari keruntuhan seketika/brittle
collapse.

2. Pengaruh waktu
Kekuatan atau tegangan kayu erat kaitannya dengan
lamanya atau durasi pembebanan. Dengan kata lain kekuatan kayu
merupakan fungsi waktu (time-dependent). Sebagai contoh,
lendutan pada struktur rak buku. Berdasarkan analisis gaya dan
tegangan, beban-beban awal dari buku-buku tidak cukup untuk
menyebabkan rak buku tersebut patah. Tetapi bila beban buku-
buku tadi ditahan dalam waktu yang lama, maka lendutan akan
meningkat sebagai akibat “menurunnya tegangan” dan pada
akhirnya struktur rak buku akan mengalami keruntuhan. Perilaku
meningkatnya lendutan pada contoh rak buku di atas dikenal
dengan istilah rangkak (creep).
Pengujian kekuatan atau tegangan kayu yang dilakukan di
laboratorium umumnya berlangsung dalam waktu yang sangat
singkat (kurang lebih lima menit). Kekuatan atau tegangan kayu
36 Konstuksi Kayu

yang dihasilkan pada waktu yang singkat lebih tinggi dari pada
hasil pengujian dengan durasi pembebanan yang lebih lama
(seperti: satu minggu, satu bulan, atau bahkan 10 tahun). Beban
yang dapat didukung oleh kayu hingga sepuluh tahun adalah
beban yang menyebabkan tegangan sebesar 60% dari tegangan
yang diperoleh dari pengujian selama 5 sampai 10 menit (Hoyle,
1978). Perilaku tegangan atau kekuatan kayu yang time-
dependent ini harus diperhitungkan di dalam perencanaan atau
analisis kekuatan konstruksi kayu.

Anda mungkin juga menyukai