Anda di halaman 1dari 24

CASE REPORT

EFUSI PLEURA

Disusunoleh:

Henry (406181006)

Medwin Adrian Rumbay (406182032)

Dessy (406182044)

Giano Florian Rumbay (406182049)

Pembimbing:

dr. Shofiatul M., Sp.Rad

dr. Syarifah S., Sp.Rad

KEPANITERAAN KLINIK ILMU RADIOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA

PERIODE 11 MARET 2019 – 14 APRIL 2019


LEMBAR PENGESAHAN

Nama (NIM) : Henry (406181006)

Medwin Adrian Riyanto (406182032)

Dessy (406182044)

Giano Florian Rumbay (406182049)

Universitas : Fakultas Kedokteran Tarumanagara

Judul : Efusi Pleura

Bagian : IlmuRadiologi RSUD Ciawi

Pembimbing : dr. Shofiatul M., Sp.Rad

dr. Syarifah S., Sp.Rad

Ciawi,28 Mei 2019

2
DAFTAR ISI

Cover.......................................................................................................................................................1
Lembar Pengesahan................................................................................................................................2
Daftar Isi.................................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................................4
BAB II Analisa Kasus...............................................................................................................................
BAB III Tinjauan Pustaka.......................................................................................................................6
3.1 Anatomi dan Fisiologi Pleura......................................................................................................6
3.2 Definisi Efusi Pleura....................................................................................................................7
3.3 Etiologi.........................................................................................................................................9
3.4 Manifestasi Klinis......................................................................................................................10
3.5 Patogenesis.................................................................................................................................11
3.6 Diagnostik...................................................................................................................................11
3.7 Tata Laksana...............................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................16

3
BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Efusi pleura adalah penimbunan cairan di dalam rongga pleura akibat transudasi
atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. Efusi pleura bukan merupakan
suatu penyakit, akan tetapi merupakan tanda suatu penyakit. Pada keadaan normal,
rongga pleura hanya mengandung sedikit cairan sebanyak 10-20 ml yang membentuk
lapisan tipis pada pleura parietalis dan viseralis, dengan fungsi utama sebagai pelicin
gesekan antara permukaan kedua pleura pada waktu pernafasan Penyakit-penyakit yang
dapat menimbulkan efusi pleura adalah tuberkulosis, infeksi paru non-tuberkulosis,
keganasan, sirosis hati, trauma tembus atau tumpul, infark paru, serta gagal jantung
kongestif. Di negana-negara barat, efusi pleura terutama disebabkan oleh gagal jantung
kongestif, sirosis hati, keganasan, dan pneumonia bakteri, sementara di negara-negara
yang sedang berkembang, seperti Indonesia, lazim diakibatkan oleh infeksi tuberkulosis.
Pemeriksaan histologi pada cairan pleura yang mengalami efusi menunjukkan 50-75%
kasus merupakan pleuritis tuberkolusa.

4
BAB II
ANALISA KASUS

Foto Toraks AP :
Cor : Batas jantung kiri tertutup perselubungan homogen, posisi terdorong
ke kanan
Pulmo : lapang paru kiri tertutup perselubungan homogen
Sinus phrenicocostalis kanan tajam, kiri tertutup perselubungan homogen
Hemidiafragma kiri tertutup perselubungan homogen
Terpasang drainage WSD pada ICS 6-7 kiri belakang
Trakea terdorong ke kanan

Kesan:
- Effusi pleura masif
- Terpasang WSD pada ICS 6-7 kiri belakang

5
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Anatomi dan Fisiologi Pleura


Pleura terletak dibagian terluar dari paru-paru dan mengelilingi paru. Pleura
disusun oleh jaringan ikat fibrosa yang didalamnya terdapat banyak kapiler limfa dan
kapiler darah serta serat saraf kecil. Pleura disusun juga oleh sel-sel (terutama
fibroblast dan makrofag). Pleura paru ini juga dilapisi oleh selapis mesotel. Pleura
merupakan membran tipis, halus, dan licin yang membungkus dinding anterior toraks
dan permukaan superior diafragma. Lapisan tipis ini mengandung kolagen dan
jaringan elastis (Sylvia Anderson Price dan Lorraine M, 2005: 739).
Ada 2 macam pleura yaitu pleura parietalis dan pleura viseralis. Pleura
parietalis melapisi toraks dan pleura viseralis melapisi paru-paru. Kedua pleura ini
bersatu pada hilus paru. Dalam beberapa hal terdapat perbedaan antara kedua pleura
ini yaitu pleura viseralis bagian permukaan luarnya terdiri dari selapis sel mesotelial
yang tipis (tebalnya tidak lebih dari 30 µm). Diantara celah-celah sel ini terdapat
beberapa sel limfosit. Di bawah sel-sel mesotelia ini terdapat endopleura yang berisi
fibrosit dan histiosit. Seterusnya dibawah ini (dinamakan lapisan tengah) terdapat
jaringan kolagen dan serat-serat elastik. Pada lapisan terbawah terdapat jaringan
intertitial subpleura yang sangat banyak mengandung pembuluh darah kapiler dari A.
Pulmonalis dan A. Brankialis serta pembuluh getah bening.
Di antara pleura terdapat ruangan yang disebut spasium pleura, yang
mengandung sejumlah kecil cairan yang melicinkan permukaan dan memungkinkan
keduanya bergeser secara bebas pada saat ventilasi. Cairan tersebut dinamakan cairan
pleura. Cairan ini terletak antara paru dan thoraks. Tidak ada ruangan yang
sesungguhnya memisahkan pleura parietalis dengan pleura viseralis sehingga apa
yang disebut sebagai rongga pleura atau kavitas pleura hanyalah suatu ruangan
potensial. Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah daripada tekanan atmosfer
sehingga mencegah kolaps paru. Jumlah normal cairan pleura adalah 10-20 cc (Hood
Alsagaff dan H. Abdul Mukty, 2002: 786).

6
Gambar 1 Gambaran Anatomi Pleura (dikutip dari Poslal medicina, 2007)

3.2 Definisi Efusi Pleura


Efusi pleura adalah pengumpulan cairan di dalam rongga pleura akibat
transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura (Suzanne Smeltzer:
2001). Rongga pleura adalah rongga yang terletak diantara selaput yang melapisi
paru-paru dan rongga dada, diantara permukaan viseral dan parietal. Dalam keadaan
normal, rongga pleura hanya mengandung sedikit cairan sebanyak 10-20 ml yang
membentuk lapisan tipis pada pleura parietalis dan viseralis, dengan fungsi utama
sebagai pelicin gesekan antara permukaan kedua pleura pada waktu pernafasan. Jenis
cairan lainnya yang bisa terkumpul di dalam rongga pleura adalah darah, nanah,
cairan seperti susu dan cairan yang mengandung kolesterol tinggi. Efusi pleura bukan
merupakan suatu penyakit, akan tetapi merupakan tanda suatu penyakit.
Terdapat beberapa jenis efusi berdasarkan penyebabnya, yakni :
a. Bila efusi berasal dari implantasi sel-sel limfoma pada permukaan pleura.
b. Bila efusi terjadi akibat obstruksi aliran getah bening.
c. Bila efusi terjadi akibat obstruksi duktus torasikus (chylothorak).
d. Efusi berbentuk empiema akut atau kronik.
Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura dibagi menjadi :
1. Transudat

7
Transudat dalam keadaan normal cairan pleura yang jumlahnya sedikit itu adalah
transudat. Biasanya hal ini terdapat pada:
a) Meningkatnya tekanan kapiler sistemik
b) Meningkatnya tekanan kapiler pulmonal
c) Menurunnya tekanan koloid osmotik dalam pleura
d) Menurunnya tekanan intra pleura

Penyakit-penyakit yang menyertai transudat adalah:


a) Gagal jantung kiri (terbanyak)
b) Sindrom nefrotik
c) Obstruksi vena cava superior
d) Asites pada sirosis hati (asites menembus suatu defek diafragma atau
masuk melalui saluran getah bening)

2. Eksudat
Eksudat merupakan cairan pleura yang terbentuk melalui membran kapiler yang
permeable abnormal dan berisi protein transudat.

PARAMETER TRANSUDAT EKSUDAT


Warna Jernih Jernih, keruh, berdarah
BJ < 1,016 > 1,016
Jumlah set Sedikit Banyak (> 500 sel/mm2)
Jenis set PMN < 50% PMN > 50%
Rivalta Negatif Negatif
Glukosa 60 mg/dl (= GD plasma) 60 mg/dl (bervariasi)
Protein < 2,5 g/dl >2,5 g/dl
Rasio protein TE/plasma < 0,5 > 0,5
LDH < 200 IU/dl > 200 IU/dl
Rasio LDH T-E/plasma < 0,6 > 0,6

3.3 Etiologi
1. Berdasarkan Jenis Cairan

8
Efusi pleura tipe transudatif dibedakan dengan eksudatif melalui pengukuran
kadar Laktat Dehidrogenase (LDH) dan protein di dalam cairan, pleura. Efusi pleura
berupa:
a. Eksudat, disebabkan oleh :
1) Pleuritis karena virus dan mikoplasma : virus coxsackie, Rickettsia, Chlamydia.
Cairan efusi biasanya eksudat dan berisi leukosit antara 100-6000/cc.
2) Pleuritis karena bakteri piogenik: permukaan pleura dapat ditempeli oleh bakteri
yang berasal dari jaringan parenkim paru dan menjalar secara hematogen. Bakteri
penyebab dapat merupakan bakteri aerob maupun anaerob (Streptococcus
paeumonie, Staphylococcus aureus, Pseudomonas, Hemophillus, E. Coli,
Pseudomonas, Bakteriodes, Fusobakterium, dan lain-lain).
3) Pleuritis karena fungi penyebabnya: Aktinomikosis, Aspergillus, Kriptococcus,
dll. Karena reaksi hipersensitivitas lambat terhadap fungi.
4) Pleuritis tuberkulosa merupakan komplikasi yang paling banyak terjadi melalui
focus subpleural yang robek atau melalui aliran getah bening, dapat juga secara
hemaogen dan menimbulkan efusi pleura bilateral. Timbulnya cairan efusi
disebabkan oleh rupturnya focus subpleural dari jaringan nekrosis perkijuan,
sehingga tuberkuloprotein yang ada didalamnya masuk ke rongga pleura,
menimbukan reaksi hipersensitivitas tipe lambat. Efusi yang disebabkan oleh
TBC biasanya unilateral pada hemithoraks kiri dan jarang yang masif. Pada
pasien pleuritis tuberculosis ditemukan gejala febris, penurunan berat badan,
dyspneu, dan nyeri dada pleuritik.
5) Efusi pleura karena neoplasma misalnya pada tumor primer pada paru-paru,
mammae, kelenjar linife, gaster, ovarium. Efusi pleura terjadi bilateral dengan
ukuran jantung yang tidak membesar.

b. Transudat, disebabkan oleh :


1) Gangguan kardiovaskular
Penyebab terbanyak adalah decompensatio cordis. Sedangkan penyebab lainnya
adalah perikarditis konstriktiva, dan sindroma vena kava superior. Patogenesisnya

9
adalah akibat terjadinya peningkatan tekanan vena sistemik dan tekanan kapiler
dinding dada sehingga terjadi peningkatan filtrasi pada pleura parietalis.
2) Hipoalbuminemia
Efusi terjadi karena rendahnya tekanan osmotik protein cairan pleura
dibandingkan dengan tekanan osmotik darah.
3) Hidrothoraks hepatik
Mekanisme yang utama adalah gerakan langsung cairan pleura melalui lubang
kecil yang ada pada diafragma ke dalam rongga pleura.
4) Meig’s Syndrom
Sindrom ini ditandai oleh ascites dan efusi pleura pada penderita-penderita
dengan tumor ovarium jinak dan solid. Tumor lain yang dapat menimbulkan sindrom
serupa : tumor ovarium kistik, fibromyomatoma dari uterus, tumor ovarium ganas
yang berderajat rendah tanpa adanya metastasis.
5) Dialisis Peritoneal
Efusi dapat terjadi selama dan sesudah dialisis peritoneal.

c. Darah
Adanya darah dalam cairan rongga pleura disebut hemothoraks. Kadar Hb pada
hemothoraks selalu lebih besar 25% kadar Hb dalam darah. Darah hemothorak yang baru
diaspirasi tidak membeku beberapa menit. Hal ini mungkin karena faktor koagulasi sudah
terpakai sedangkan fibrinnya diambil oleh permukaan pleura. Bila darah aspirasi segera
membeku, maka biasanya darah tersebut berasal dari trauma dinding dada.

3.4 Manifestasi Klinis


Pada anamnesis lazim ditemukan, antara lain :
- nyeri dada dan sesak
- pernafasan dangkal
- tidur miring ke sisi yang sakit.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan, antara lain :


- terlihat sesak nafas dengan pernafasan yang dangkal

10
- hemitoraks yang sakit lebih cembung
- ruang sela iga melebar, mendatar dan tertinggal pada pernafasan
- Fremitus suara melemah sampai menghilang
- Pada perkusi terdengar suara redup sampai pekak di daerah efusi
- tanda pendorongan jantung dan mediastinum ke arah sisi yang sehat
- Pada auskultasi, suara pernafasan melemah sampai menghilang pada daerah efusi
pleura.

3.5 Patogenesis Efusi Pleura


Secara garis besar akumulasi cairan pleura disebabkan karena dua hal yaitu:
1. Pembentukan cairan pleura berlebih
Hal ini dapat terjadi karena peningkatan: permeabilitas kapiler (keradangan,
neoplasma), tekanan hidrostatis di pembuluh darah ke jantung / v. pulmonalis
( kegagalan jantung kiri ), tekanan negatif intrapleura (atelektasis ).
2. Penurunan kemampuan absorbsi sistem limfatik
Hal ini disebabkan karena beberapa hal antara lain: obstruksi stomata, gangguan
kontraksi saluran limfe, infiltrasi pada kelenjar getah bening, peningkatan tekanan
vena sentral tempat masuknya saluran limfe dan tekanan osmotic koloid yang
menurun dalam darah, misalnya pada hipoalbuminemi. Sistem limfatik punya
kemampuan absorbsi sampai dengan 20 kali jumlah cairan yang terbentuk.
Jumlah cairan yang abnormal dapat terkumpul jika tekanan vena
meningkat karena dekompensasi cordis atau tekanan vena cava oleh tumor
intrathorax. Selain itu, hypoprotonemia dapat menyebabkan efusi pleura karena
rendahnya tekanan osmotic di kapailer darah.

3.6 Diagnostik
Diagnosis kadang-kadang dapat ditegakkan secara anamnesis dan pemeriksaan fisik
saja. Untuk diagnosis yang pasti perlu dilakukan tindakan torakosentesis dan pada
beberapa kasus dilakukan juga biopsy pleura.
a. Rontgen thorak

11
Jumlah cairan minimal yang terdapat pada thoraks tegak adalah 250-300ml. bila
cairan kurang dari 250ml (100-200ml), dapat ditemukan pengisian cairan di sudut
costofrenikus posterior pada foto thorak lateral tegak. Cairan yang kurang dari 100ml
(50-100ml), dapat diperlihatkan dengan posisi lateral dekubitus dan arah sinar
horizontal dimana caran akan berkumpul disisi samping bawah.

- Posisi tegak posteroanterior (PA)


Pada pemeriksaan foto thorak rutin tegak, cairan pleura tampak berupa perselubungan
homogeny menutupi struktur paru bawah yang biasanya relative radioopak dengan
permukaan atas cekung berjalan dari lateral atas ke medial bawah. Karena cairan
mengisi ruang hemithorak sehingga jaringan paru akan terdorong kea rah sentral /
hilus, dan kadang-kadang mendorong mediastinum kearah kontralateral.

Gambar 1. Efusi pleura sinistra. Sudut Costophrenicus yang tumpul karena


efusi pleura

12
Gambar 2. Efusi pleura dextra

Gambar 3. Efusi pleura sinistra massif. Tampak mediastinum terdorong


kontralateral

13
Gambar 4. Efusi pleura bilateral

Gambar 5. Loculated pleural effusion. Tampak berbatascukup tegas dan


biconvex. Sering disebabkan oleh empiema dengan perlekatan pleura

- Posisi lateral

14
Bila cairan kurang dari 250ml (100-200ml), dapat ditemukan pengisian cairan di
sudut costofrenikus posterior pada foto thorak lateral tegak. Pada penelitian mengenai
model roentgen patologi Collins menunjukkan bahwa sedikitnya 25ml dari cairan
pleura ( cairan saline yang disuntikkan ) pada radiogram dada lateral tegak lurus
dapat dideteksi sebagai akumulasi cairan subpulmonic di posterior sulcus
costophrenic, tetapi hanya dengan adanya pneumoperitoneum yang terjadi
sebelumnya.

Gambar 6. Gambaran efusi pleura pada foto posisi lateral

- Posisi Lateral Decubitus


Radiografi dada lateral decubitus digunakan selama bertahun-tahun untuk
mendiagnosis efusi pleura yang sedikit. Cairan yang kurang dari 100ml (50-100ml),
dapat diperlihatkan dengan posisi lateral dekubitus dan arah sinar horizontal dimana
caran akan berkumpul disisi samping bawah.

15
Gambar 7. Efusi pleura pada posisi right lateral decubitus (penumpukan cairan
yang ditunjukkan dengan panah biru).

Gambar 8. Efusi pleura pada posisi left lateral decubitus

b. Computed Tomography Scan

16
CT scan dada akan terlihat adanya perbedaan densitas cairan dengan jaringan
sekitarnya. Pada CT scan, efusi pleura bebas diperlihatkan sebagai daerah
berbentuk bulan sabit di bagian yang tergantung dari hemithorax yang terkena.
Permukaan efusi pleura memiliki gambaran cekung ke atas karena tendensi recoil
dari paru-paru. Karena kebanyakan CT pemeriksaan dilakukan dalam posisi
terlentang, cairan mulai menumpuk di posterior sulkus kostofrenikus. Pada efusi
pleuran yang banyak, cairan meluas ke aspek apikal dan anterior dada dan
kadang-kadang ke fisura tersebut. Dalam posisi tengkurap atau lateral, cairan
bergeser ke aspek yang tergantung dari rongga pleura. Pergeseran ini
menegaskan sifat bebas dari efusi tersebut.

Gambar 9. CT Scan pada efusi pleura (kiri atas : foto rontgen thoraks PA)

17
Gambar 10. CT Scan thorak pada seorang pria 50-tahun dengan limfoma non-
Hodgkin dan efusi pleura yang ditunjukan tanda panah

Gambar 11.CT Scan thorax pada pria 50-tahun dengan limfoma non-Hodgkin
menunjukkan daerah tergantung dengan redaman yang sama dengan air dan
margin atas lengkung (E). Temuan khas dari efusi pleura. Perhatikan pergeseran
lokasi cairan pada gambar ini dibandingkan dengan radiografi dada
posteroanterior dan lateral. Limfadenopati mediastinum dapat dilihat di
mediastinum tengah dan posterior (panah)

c. Ultrasonografi

18
Penampilan khas dari efusi pleura merupakan lapisan anechoic antara pleura
visceral dan pleura parietal. Bentuk efusi dapat bervariasi dengan respirasi dan
posisi. Para peneliti memperkenalkan metode pemeriksaan USG dengan apa yang
disebut sebagai “elbow position”. Pemeriksaan ini dimulai dengan pasien
diletakkan pada posisi lateral decubitus selama 5 menit ( serupa dengan
radiografi dada posisi lateral decubitus) kemudian pemeriksaan USG dilakukan
dengan pasien bertumpu pada siku (gambar 12). Maneuver ini memungkinkan
kita untuk mendeteksi efusi subpulmonal yang sedikit, karena cairan cenderung
akan terakumulasi dalam pleura diaphragmatic pada posisi tegak lurus.

Gambar 12. Menunjukkan posisi siku dengan meletakaan transduser


selama pemeriksaan untuk melihat keadaan rongga pleura kanan.

Ultrasonografi pada pleura dapat menentukan adanya cairan ronggapleura. Pada


dekade terakhir ultrasonografi (USG) dari rongga pleura menjadi metode utama
untuk mendemonstrasikan adanya efusi pleura yang sedikit. Kriteria USG untuk
menentukan efusi pleura adalah : setidaknya zona anechogenic memiliki
ketebalan 3mm diantara pleura parietal dan visceral dan atau perubahan
ketebalan lapisan cairan antara ekspirasi dan inspirasi, dan juga perbedaan letak
posisi pasien. Karena USG adalah metode utama maka sangatlah penting untuk
melakukan pengukuran sonografi dengan pemeriksaan tegak lurus terhadap
dinding dada.

19
Gambar 13.. Sonogram pada pasien dengan kanker paru lobus kanan atas. Gambar
menunjukkan adanya akumulasi cairan selama inspirasi (setebal 6 mm; berbentuk
kurva,-gambar kiri) dimana gambar tersebut lebih jelas dibanding selamaekspirasi
( setebal 11 mm ; berbentuk kurva-gambar kanan).

Gambar 14. Ultrasonogram dari kiri dada bagian bawah pada pasien laki-
laki dengan penyebaran lymphangitic dari adenokarsinoma. Ini studi sagital
dan pemeriksaan dilakukan dengan pasien duduk. Cairan Echogenic (E)
dapat dilihat pada hemithorax kiri. Perhatikan diafragma lengkung
Echogenic (panah). The pleura cairan positif untuk sel-sel ganas (efusi pleura
ganas)

20
Gambar 15. Ultrasonogram dari kiri dada bagian bawah pada wanita 47
tahun dengan efusi pleura metastasis. Ini studi sagital dan pemeriksaan
dilakukan dengan pasien duduk. Cairan anechoic (E) dapat dilihat pada
hemithorax kiri. Perhatikan diafragma lengkung Echogenic (panah)

Gambaran anechoic terutama diamati pada transudat. Dalam sebuah penelitian


terhadap 320 pasien dengan efusi, transudat memberikan gambaran anechoic,
sedangkan efusi anechoic dapat transudat atau eksudat. Adanya penebalan pleura dan
lesi parenkim di paru-paru menunjukkan adanya eksudat. Cairan pleura yang
memberikan gambaran echoic dapat dilihat pada efusi hemoragik atau empiema.
Doppler berwarna ultrasonografi dapat membantu dalam membedakan efusi kecil
dari penebalan pleura dengan menunjukkan tanda-warna cairan (yaitu, adanya sinyal
warna dalam pengumpulan cairan).

d. Torakosintesis
Torakosintesis yang dilanjutkan dengan analisis cairan pleura dapat dengan cepat
mempersempit diagnosis banding efusi pleura. Sebagian besar cairan pleura berwarna
kekuningan. Temuan ini tidak spesifik karena cairan berwarna kekuningan terdapat
pada berbagai kasus efusi pleura. Namun tampilan warna lain efusi pleura dapat
membantu untuk mendiagnosis penyebab efusi pleura. Cairan yang mengandung
darah dapat ditemukan pada kasus pneumonia, keganasan, dan hemotoraks. Jika

21
warna cairan sangat keruh atau seperti susu maka sentrifugasi dapat dilakukan untuk
membedakan empiema dari kilotoraks atau pseudokilotoraks. Pada empiema, cairan
yang berada di bagian atasakan bersih sedangkan debris – debris sel akan mengendap
di bagian bawah, sedangkan pada kilotoraks ataupun pseudokilotoraks warna cairan
akan tetap sama karena kandungan lipid yang tinggi dalam cairan pleura. Cairan yang
berwarna kecoklatan atau kehitaman dicurigai disebabkan oleh abses hati oleh infeksi
amuba dan infeksi aspergillus. Setelah dilakukan torakosintesis, cairan harus
langsung dikirim untuk analisis biokimia, mikrobiologi dan pemeriksaan sitologi.
Analisis biokimia cairan pleura meliputi menilai kadar protein, pH, laktat
dehydrogenase (LDH), glukosa, dan albumin cairan pleura. Karena rongga pleura
terisi oleh cairan, maka protein menjadi penanda yang penting untuk membedakan
apakah cairan pleura termasuk transudat atau eksudat. (McGrath E, Anderson PB,
2011). Efusi pleura dikatakan ganas jika pada pemeriksaan sitologi cairan pleura
ditemukan sel – sel keganasan. Diagnosis hemotoraks ditegakkan jika ada bukti
trauma dada pada pasien yang menjalani operasi dalam waktu 24 jam terakhir,
memiliki kecenderungan untuk terjadinya pendarahan, serta perbandingan nilai
hematokrit cairan pleura dengan serum lebih besar dari 50%. (Liu YH et al, 2010)
e. Biopsi
Pada kasus efusi pleura yang belum tegak diagnosisnya di mana dicurigai disebabkan
oleh keganasan dan nodul pada pleura tampak pada CT scan dengan kontras, maka
biopsi jarum dengan tuntunan CT scan merupakan metode yang tepat. Biopsi jarum
Abram hanya bermakna jika dilakukan di daerah dengan tingkat kejadian tuberkulosis
yang tinggi, walaupun torakoskopi dan biopsi jarum dengan tuntunan CT scan dapat
dilakukan untuk hasil diagnostik yang lebih akurat. (Havelock T et al, 2010)

f. Torakoskopi
Torakoskopi merupakan pemeriksaan yang dipilih untuk kasus efusi pleura eksudat di
mana diagnostik dengan aspirasi cairan pleura tidak meyakinkan dan dicurigai adanya
keganasan. (Havelock T et al, 2010)

22
3.7 Tatalaksana
1. Thorakosentesis
- Pungsi pleura - Aspirasi dilakukan pada bagian bawah paru sela iga garis aksila
posterior dengan memakai jarum abocath nomor 14 atau 16.
- Pungsi percobaan/diagnostik
Yaitu dengan menusuk dari luar dengan suatu spuit kecil steril 10 atau 20 ml serta
mengambil sedikit cairan pleura (jika ada) untuk dilihat secara fisik (warna cairan) dan
untuk pemeriksaan biokimia (uji Rivalta, kadar kolesterol, LDH, pH, glukosa, dan
amilase), pemeriksaan mikrobiologi umum dan terhadap M. tuberculosis serta
pemeriksaan sitologi.

2. Water Sealed Drainage


Penatalaksanaan dengan menggunakan WSD sering pada empyema dan efusi maligna.
Indikasi WSD pada empyema :
a. Nanah sangat kental dan sukar diaspirasi
b. Nanah terus terbentuk setelah 2 minggu
c. Terjadinva piopneumothoraxs

3. Pleurodesis
Tindakan melengketkan pleura visceralis dengan pleura parietalis dengan
menggunakan zat kimia (tetrasiklin, bleomisin, thiotepa, corynebacterium, parfum, talk)
atau tindakan pembedahan. Tindakan dilakukan bila cairan sangat banyak dan selalu
terakumulasi kembali.

23
DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff, Hood dan H. Abdul Mukty. 2002. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya:
Airlangga University Press
Astowo, pudjo. 2009. Efusi Pleura, Efusi Pleura Ganas Dan Empiema. Jakarta:
Departement Pulmonolgy And Respiration Medicine, Division Critical Care And
Pulmonary Medical Faculty UI
Bahar, Asril. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Ed. 3. Jakarta: Balai Penerbit
FK UI
Halim, Hadi. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Ed. 3. Jakarta: Balai Penerbit
FK UI
Jeremy, et al. 2008. Penyakit Pleura. At a Glance Sistem respirasi. Edisi kedua. Jakarta:
EMS Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Vol 2. Ed. 6. Jakarta EGC.
Richard W. Light. 2005. Harrison's Principles of Internal Medicine 16th Edition. Editor:
Dennis L. Kasper, Eugene Braunwald, Anthony Fauci, Stephen Hauser, Dan
Longo, J. Larry Jameson. McGraw-Hill Professional.
Omar Lababede, dkk. 2011. Pleural Effsion Imaging, www.emedicine.medscape.com
Rasad, Sjahriar.2009. Radiologi Diagnostik Edisi Kedua. Jakarta : FKUI

24

Anda mungkin juga menyukai