2020 - Perencanaan Perkerasan (Flexible Pavement)
2020 - Perencanaan Perkerasan (Flexible Pavement)
3.1 Perencanaan Perkerasan
Lapisan perkerasan berfungsi untuk menerima dan menyebarkan beban lalu lintas tanpa
menimbulkan kerusakan yang berarti pada konstruksi jalan itu sendiri, dengan demikian
memberikan kenyamanan kepada pengemudi selama masa pelayanan tersebut.
1
2
3
b. Lapis Pondasi Atas ( Base course ), Lapisan perkerasan yang terletak diantara lapisan
pondasi bawah dan lapis permukaan dinamakan lapis pondasi atas ( base course ).
Fungsi lapisan pondasi atas ini antara lain sebagai bagian perkerasan yang menahan
gaya lintang dari beban roda dan menyebarkan beban kelapisan dibawahnya, sebagai
lapisan peresapan untuk lapisan pondasi bawah dan sebagai bantalan terhadap
lapisan permukaan.
Untuk lapis pondasi atas tanpa bahan pengikat umumnya menggunakan material
dengan CBR > 50 % dan plastisitas indek ( PI ) < 4%. Bahan – bahan alam seperti batu
pecah, kerikil pecah, stabilitas tanah dengan semen dan kapur dapat digunakan
sebagai lapis pondasi atas.
c. Lapis Pondasi Atas ( Base course ), Lapisan perkerasan yang terletak diantara lapisan
pondasi bawah dan lapis permukaan dinamakan lapis pondasi atas ( base course ).
Fungsi lapisan pondasi atas ini antara lain sebagai bagian perkerasan yang menahan
gaya lintang dari beban roda dan menyebarkan beban kelapisan dibawahnya, sebagai
lapisan peresapan untuk lapisan pondasi bawah dan sebagai bantalan terhadap
lapisan permukaan.
Untuk lapis pondasi atas tanpa bahan pengikat umumnya menggunakan material
dengan CBR > 50 % dan plastisitas indek ( PI ) < 4%. Bahan – bahan alam seperti batu
pecah, kerikil pecah, stabilitas tanah dengan semen dan kapur dapat digunakan
sebagai lapis pondasi atas.
d. Lapis Pondasi Bawah ( Sub base course ), Lapis perkerasan yang terletak antara lapis
pondasi atas dan tanah dasar dinamakan lapis pondasi bawah ( subbase course ).
Lapisan pondasi bawah ini berfungsi sebagai bagian dari konstruksi perkerasan untuk
menyebarkan beban roda ke tanah dasar. Lapisan ini harus cukup kuat, mempunyai
CBR > 20 % dan PI < 10 %.
e. Lapis Tanah Dasar ( Subgrade ), Lapisan tanah setebal 50 – 100 cm di mana akan
diletakkan lapisan pondasi bawah dinamakan lapisan tanah dasar. Lapisan tanah
dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan atau tanah aslinya baik, tanah yang
didatangkan dari tempat lain dan dipadatkan atau tanah yang distabilisasi dengan
kapur atau bahan lainnya. Pemadatan yang baik diperoleh jika dilakukan pada kadar
air optimum dan diusahakan kadar air tersebut konstan selama umur rencana. Hal ini
dapat dicapai dengan perlengkapan drainase yang memenuhi syarat.
4
Ditinjau dari muka tanah asli, lapisan tanah dasar dibedakan atas Lapisan tanah
dasar berupa tanah galian, Lapisan tanah dasar berupa tanah timbunan dan Lapisan
tanah dasar berupa tanah asli. Sebelum diletakkan lapisan – lapisan lainnya, tanah
dasar dipadatkan terlebih dahulu sehingga mencapai kestabilan yang tinggi terhadap
perubahan volume.
2. Metode Perencanaan Tebal Perkerasaan
Cukup banyak terdapat metode – metode yang dikembangkan oleh berbagai negara dalam
menhitung tebal perkerasan jalan seperti metode AASHTO dari Amerika Serikat yang telah
mengalami perubahan terus menerus sesuai dengan penelitian yang diperoleh. Metode
Bina Marga Indonesia yang merupakan modifikasi dari metode AASHTO, Metode NAASRA
dari Australia dan lain – lain.
Biasa digunakan di Indonesia sesuai manual Bina Marga adalah sebagai berikut,
a. Metode Analisa Komponen SKBI 2.3.26.1987
Metode Analisa Komponen SKBI 2.3.26.1987 . UDC.625.73(02) merupakan metode yang
bersumber pada metode AASHTO 72 dan dimodifikasi sesuai dengan kondisi alam,
lingkungan, sifat tanah dasar dan jenis lapis perkerasan yang umum digunakan di
Indonesia.
Parameter perencanaan perkerasan lentur dengan metode analisa komponen.
Survey Lalu Lintas
Tebal lapisan perkerasan jalan ditentukan dari beban yang hendak dipikul, berarti
dari arus lalu lintas yang hendak memakai jalan tersebut. Untuk mengetahui hal itu
terlebih dahulu harus diadakan survey terhadap besarnya arus lalu lintas yang
melewati jalan tersebut.
Survey lalu lintas dimaksudkan untuk mendapatkan data – data volume lalu lintas
harian rata – rata ( LHR ) yang melewati jalan bersangkutan. Volume lalu lintas
dapat diperoleh dengan mencatat jumlah kendaraan yang lewat pada pos – pos
pencatat yang dianggap dapat mewakili setiap ruas jalan yang direncanakan. Untuk
perencanaan tebal perkerasan volume lalu lintas dinyatakan dalam kendaraan /
hari / dua arah untuk jalan dua arah tidak terpisahkan, dan kendaraan / hari /
satu arah untuk jalan satu arah atau dua arah terpisah atau dengan median.
Volume dari masing – masing jenis kendaraan dihitung dan dimasukkan dalam tabel
Standart Bina Marga, sehingga dari hasil tersebut diperoleh data kebutuhan
perencanaan perkerasan berupa data LHR dan Komposisi serta jenis kendaraan.
5
Umur Rencana
Umur rencana perkerasan jalan adalah jumlah tahun dari saat jalan tersebut
dibuka untuk lalu lintas kendaraan sampai diperlukan suatu perbaikan yang bersifat
struktural ( Sampai diperlukan Overlay lapisan perkerasan ). Selama umur rencana
tersebut pemeliharaan perkerasan jalan tetap harus dilaksanakan, seperti
pelapisan non struktural yang berfungsi sebagai lapisan aus.
Umur rencana untuk perkerasan lentur jalan baru umumnya diambil 10 tahun dan
untuk peningkatan jalan 5 tahun. Umur rencana yang lebih besar dari 20 tahun
tidak lagi ekonomis karena perkembangan lalu lintas yang terlalu besar dan sukar
mendapatkan ketelitian pyang memadai.
Perkembangan Arus Lalu Lintas
Perkembangan arus lalu lintas selama umur rencana, antara lain berdasarkan atas
analisa ekonomi dan sosial daerah tersebut.
Dinegara sedang berkembang termasuk Indonesia, analisa lalu lintas yang dapat
menunjang data perencanaan yang memadai sukar dilakukan karena kurangnya
data yang diperlukan dan sukar memperkirakan arus lalu lintas yang akan datang.
Angka Equivalen
Angka equivalen untuk setiap jenis kendaraan ditentukan berdasarkan beban
sumbu depan dan belakang dari masing – masing jenis kendaraan. Untuk
perencanaan tebal perkerasan angka equivalen yang dipergunakan adalah angka
equivalen berdasarkan berat kendaraan yang diharapkan selama umur rencana.
Oleh karena itu volume lalu lintas umumnya dikelompokkan atas beberapa
kelompok yang masing – masing kelompok diwakili oleh satu jenis kendaraan.
Pengelompokan jenis kendaraan untuk perencanaan tebal perkerasan adalah Mobil
penumpang, termasuk didalamnya semua kendaraan dengan berat total < 2 ton,
Bus, Truk 2 as, Truk 3 as, Truk 5 as, Semi Trailer
6
Beban satu sumbu ganda dalam Kg
Angka equivalen sumbu ganda = 0,086 ( ------------------------------------------- )4
8160
Koefisien distribusi
Koefisien distribusi untuk kendaraan ringan dan berat yang melewati jalur rencana
ditentukan berdasarkan jumlah jalur dan arah kendaraan, nilai koefisien distribusi
dapat dilihat pada daftar 11 halaman 9 buku Petunjuk Perencanaan Tebal
Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen.
Langkah – langkah perencanaan tebal lapis perkerasan dengan menggunakan metode analisa
komponen adalah sebagai berikut :
1. Tentukan nilai daya dukung tanah dasar ( DDT )
Daya dukung tanah dasar ( DDT ) ditetapkan berdasarkan grafik korelasi ( gambar 1 ) Buku
Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa
Komponen. Yang dimaksud harga CBR disini adalah harga CBR lapangan atau CBR
laboratorium, untuk perencanaan jalan baru digunakan CBR laboratorium.
2. Tentukan umur rencana ( UR )
Untuk jalan baru umur rencana biasanya diambil 20 tahun, dapat dengan konstruksi
bertahap ( stage constructin ) atau tidak. Jika dilakukan konstruksi bertahap tentukan
tahap pelaksanaannya.
3. Tentukan faktor perkembangan lalu lintas (1)
Faktor perkembangan lalu lintas dinyatakan dalam % untuk menentukan faktor
perkembangan lalu lintas secara tepat sulit didapat kecuali ada data yang tersedia, untuk
itu faktor perkembangan lalu lintas dapat diambil berdasarkan perkiraan saja.
4. Tentukan faktor regional ( FR )
Faktor regional berguna memperhatikan kondisi jalan yang berbeda antara lain satu
dengan jalan lain. Bina Marga memberikan angka yang bervariasi antara 0.5 sampai 3.5
seperti pada daftar IV buku Petunjuk Perencanaan Tebal Perekerasan Lentur Jalan Raya
Dengan Metode Analisa Komponen.
5. Tentukan lintas equivalen rencana ( LER )
LET = ½ ( LEP + LEA )
LER= LET x FP
Dimana :
7
LET= Lintas ekivalen tengah
LER= Lintas ekivalen rencana
LEP= Lintas ekivalen permulaan
LEA = Lintas ekivalen akhir
FP = Faktor Penyesuaian
= UR/10
UR = Umur Rencana
6. Tentukan Indeks Permukaan awal ( IPo)
Nilai IPo ditentukan sesuai dengan jenis lapis permukaan yang akan digunakan. Nilai IPo
dapat dilihat pada daftar VI buku Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan
Raya Dengan Metode Analisa Komponen.
7. Tentukan Indek permukaan akhir ( IPt )
Indeks Permukaan Akhir ( IPt ) ditentukan berdasarkan besarnya Lintas Ekivalen Rencana
( LER ) dan klasifikasi jalan. Besarnya IPt dapat dilihat pada buku Petunjuk Perencanaan
Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen.
8. Tentukan indek tebal perkerasan ( ITP )
Untuk menentukan nilai ITP yaitu dengan menggunakan Nomogram I s/d 9 pada buku
Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa
Komponen.
9. Tentukan Koefisien kekuatan relatif bahan ( a )
Kekuatan relatif ditentukan setiap jenis lapisan perkerasan yang dipilih, besarnya
kekuatan relatif untuk masing – masing bahan dapat dilihat pada buku Petunjuk
Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen.
8
Tebal minimum dari jenis masing – masing jenis lapisan perkerasan dapat dilihat pada
daftar VIII buku Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode
Analisa Komponen.