Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Kewarganegaraan bukan sekedar hal yang baru dalam


pendidikan nasional di Indonesia. Beragam model dan sebutan bagi
Pendidikan Kewarganegaraan dengan bermacam komponenya telah banyak
dilakukan pemerintah Republik Indonesia. Pendidikan Kewarganegaraan yang
dimaksud untuk membentuk peserta didik menjadi warga negara yang
memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Dalam konteks pendidikan
nasional, Pendidikan Kewarganegaraan dijadiakan sebagai wadah dan
instrumen untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.

Negara memiliki wewenang untuk menentukan warga negara sesuai


dengan asas yang dianut negara tersebut. Asas kewarganegaraan yang dianut
oleh suatu negara merupakan ketentuan yang menjadi pedoman dalam
menentukan kewarganegaraan pada negara tersebut. Perbedaan asas tiap-tiap
negara disebabkan karena perbedaan latar belakang negara, cita-cita masa
depan, letak negara, dan kondisi perkembangan yang ada. Pendidikan
Kewarganegaran juga memberi pengetahuan yang luas bagi setiap peserta
didik dan umum dalam segala hal seperti halnya mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan yang membahas tentang asas-asas kewarganegraan. Di
zaman sekarang banyak ditemukan masalah-masalah kewarganegaraan
diberbagai negara termasuk Indonesia. Oleh karena itu, didalam makalah ini
membahas tentang asas kewarganegaraan agar kita dapat mengetahui secara
lebih jelas mengenai asas kewarganegaraan.

1
B. Rumusan Masalah

Untuk mengkaji dan mengulas tentang asas-asas kewarganegaraam


maka dirumuskan beberapa masalah pokok sebagai berikut :

1. Apa saja bentuk dari asas-asas kewarganegaraan yang ditentukan suatu


negara dalam penentuan kewarganegaraan?
2. Apa masalah yang dapat ditimbulkan oleh asas-asas kewarganegraan?
3. Apa bentuk asas-asas kewarganegaraan yang diatur dalam hukum negara?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui bentuk dari asas-asas kewarganegaraan yang ditentukan suatu


negara dalam penentuan kewarganegaraan.
2. Mengetahui masalah yang dapat ditimbulkan oleh asas-asas
kewarganegraan.
3. Mengetahui bentuk asas-asas kewarganegaraan yang diatur dalam hukum
negara.

2
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Asas Kewarganegaraan

Setiap negara yang berdaulat berhak untuk menentukan sendiri syarat-


syarat untuk menjadi warganegara. Terkait dengan syarat-syarat menjadi
warganegara dalam ilmu tata negara dikenal adanya asas kewarganegaraan.
Asas kewarganegaraan adalah dasar berpikir dalam menentukan masuk atau
tidaknya seseorang dalam golongan warga negara dari suatu wilayah negara
tertentu. Seseorang dapat dinyatakan sebagai warga negara suatu negara
haruslah melalui ketentuan-ketentuan dari suatu negara. Ketentuan inilah yang
menjadi asas atau pedoman dalam menentukan kewarganegaraan seseorang
yang dimana setiap negara memiliki kebebasan dan kewenangan untuk
menentukan asas kewarganegaraannya. Asas kewarganegaraan juga
merupakan dasar hukum bagi kewarganegaraan untuk penduduk (warga)
sebuah negara. Oleh karena itu, orang yang sudah memiliki kewarganegaraan
tidak dapat jatuh pada kekuasaan atau wewenang negara lain dan negara lain
tidak berhak memperlakukan kaidah-kaidah hukum kepada orang yang bukan
warga negaranya.

B. Sejarah Asas Kewarganegaraan

Asas kewarganegaraan di Indonesia jika ditinjau dari segi hukum,


sebelum Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan
diberlakukan, terdapat undang-undang yang mengatur mengenai
kewarganegaraan. Undang-undang tersebut adalah Undang-Undang No. 3
Tahun 1946 tentang Warga Negara dan Penduduk Negara yang telah
mengalami perubahan melalui Undang-Undang No. 6 Tahun 1947, Undang-
Undang No. 8 Tahun 1947 dan Undang-Undang No. 11 Tahun 1948. Undang-
Undang ini menganut asas ius soli (asas kelahiran).

3
Kemudian, pada tahun 1958 diundangkanlah Undang-Undang No. 62
Tahun 1958. Berbeda dengan Undang-Undang No. 3 Tahun 1946 yang
menganut asas ius soli, Undang-Undang No. 62 Tahun 1958 menganut asas
ius sanguinis (asas keturunan), walaupun dalam hal-hal tertentu masih
menganut asas ius soli. Asas ius soli dipakai oleh Undang-Undang No. 62
Tahun 1958 untuk mencegah keadaan aparteid (tanpa kewarganegaraan).
Hingga pada tahun 2006 ditetapkan Undang-Undang No. 12 Tahun 2006
tentang Kewarganegaraan. Undang-undang ini seperti halnya Undang-Undang
No. 62 Tahun 1958, menganut asas ius sanguinis dan asas ius soli.

4
BAB III

PEMBAHASAN

A. Asas Kewarganegaraan dalam Penentuan Kewarganegaraan

Dalam penentuan kewarganegaraan ada dua asas atau pedoman, yaitu :

1. Asas Kewarganegaraan Berdasarkan Kelahiran

a. Ius soli (asas kelahiran) berasal dari bahasa latin; ius  yang berarti


hukum atau pedoman, sedangkan soli berasal dari kata solum yang
berarti negeri, tanah atau daerah. Jadi, ius soli adalah penentuan status
kewarganegaraan berdasarkan tempat atau daerah kelahiran seseorang.
Asas ini menetapkan seseorang dapat menjadi warga negara dimana
dia dilahirkan. Contoh negara yang menggunakan asas ini adalah
negara Amerika Serikat, Brazil, Argentina, Bolivia, Kamboja, Kanada,
Chili, Kolombia, Kosta Rika, Dominika, Ekuador, El Savador,
Grenada, Guatemala, Guyana, Honduras, Jamaika, Lesotho, Meksiko,
Pakistan, Panama, Paraguay, Peru, Uruguay, Venuzuela, dan lain-lain.
b. Ius sanguinis (asas keturunan) juga berasal dari bahasa
latin; ius yang berarti hukum atau pedoman, sedangkan sanguinis dari
kata sanguis yang berarti darah atau keturunan. Jadi,  ius
sanguinis adalah asas kewarganegaraan yang berdasarkan darah atau
keturunan. Asas ini menetapkan seseorang mendapat warga negara jika
orang tuanya adalah warga negara suatu negara. Misalkan seseorang
yang lahir di Indonesia, namun orang tuanya memiliki
kewarganegaraan dari negara lain, maka ia mendapat kewarganegaraan
dari orang tuanya. Contoh negara yang menggunakan asas ini adalah
negara China, Bulgaria, Belgia, Replublik Ceko, Kroasia, Estonia,
Finlandia, Jepang, Jerman, Yunani, Hongaria, Islandia, India, Irlandia,
Israel, Italia, Libanon, Filipina, Polandia, Portugal, Rumania, Rusia,
Rwanda, Serbia, Slovakia, Korea Selatan, Spanyol, Swedia, Turki, dan
Ukraina.

5
Keberadaan asas kewarganegaraan kerap kali menimbulkan
masalah. Hal ini karena ada negara yang menganut ius soli dan ada pula
negara yang menganut ius sanguinis. Sehingga kerap muncul masalah
bipatride, multipatride bahkan apatride.

a. Bipatride adalah seseorang yang memiliki dua kewarganegaraan


(kewarganegaraan ganda) yang bisa terjadi karena anak lahir di negara
A yang menganut asas kewarganegaraan ius soli (asas kelahiran)
namun orang tuanya warga negara B yang menganut ius sanguinis
(asas keturunan). Anak tersebut akan mendapat dua kewarganegaraan
dari negara A berdasarkan tempat lahir dan dari negara B karena faktor
keturunan.
b. Multipatride adalah seseorang yang memiliki dua atau lebih
kewarganegaraan. Hal ini bisa terjadi jika bipatride menerima juga
pemberian status kewarganegaraan lain ketika dia telah dewasa, namun
tidak melepaskan status kewarganegaraan yang lama.
c. Apatride adalah seseorang yang tidak memiliki kewarganegaraan.
Bisa terjadi jika anak lahir di negara B yang menganut ius sanguinis
(asas keturunan) sedangkan orang tua berasal dari negara A yang
menganut ius soli (asas kelahiran). Si anak tidak mendapat
kewarganegaraan negara B karena lahir dari orang tua yang bukan
warga negara B. Anak juga tidak mendapat kewarganegaraan orang
tuanya (negara A) karena tidak lahir di negara A.

2. Asas Kewarganegaraan Berdasarkan Perkawinan

a. Asas kesatuan atau kesamaan hukum itu berdasarkan pada


paradigma bahwa suami-istri ataupun ikatan keluarga merupakan inti
masyarakat yang meniscayakan suasana sejahtera, sehat, dan tidak
terpecah. Jadi, suami-istri atau keluarga yang baik dalam
menyelenggarakan kehidupan bermasyakatnya harus mencerminkan
adanya suatu kesatuan yang bulat. Dan untuk merealisasikan

6
terciptanya kesatuan dalam keluarga atau suami-istri, maka semuanya
harus tunduk pada hukum yang sama. Dengan kebersamaan tersebut
sehingga masing-masing tidak terdapat perbedaan yang dapat
mengganggu keutuhan dan kesejahteraan keluarga.
b. Asas persamaan derajat menyebutkan bahwa suatu perkawinan tidak
menyebabkan perubahan status kewarganegaraan masing-masing
pihak. Jadi, baik suami maupun istri tetap dangan kewarganegaraan
aslinya, sama seperti sebelum mereka dikaitkan oleh pernikahan dan
keduanya memiliki hak untuk memilih kewarganegaraan yang
dianutnya.

B. Asas Kewarganegaraan dalam Hukum Negara

Dalam hukum negara juga mengatur tentang asas warga negara, yaitu
pada UU No. 12 Tahun 2006. Hukum negara tersebut membagi asas
kewarganegaraan juga menjadi dua, yaitu :

1. Asas Kewarganegaraan Umum

Asas kewarganegaraan umum terdiri atas empat asas, yaitu ius soli
(asas kelahiran) dan ius sanguinis (asas keturunan) yang mempunyai
pengertian yang sama dengan yang telah diterangkan di atas tadi. Selain
itu, asas kewarganegaraan tunggal adalah asas yang menentukan satu
kewarganegaraan bagi setiap orang. Jadi, setiap warga negara hanya
memiliki satu kewarganegaraan, tidak bisa memiliki kewarganegaraan
ganda atau lebih dari satu. Asas kewarganegaraan ganda terbatas
adalah asas yang menentukan kewarganegaraan ganda (lebih dari satu
kewarganegaraan) bagi anak-anak sesui dengan ketentuan yang diatur
dalam UU. Jadi, kewarganegaraan ini hanya bisa dimiliki ketika masih
anak-anak dan setelah anak tersebut berumur 18 tahun, maka ia harus
memilih atau menentukan salah satu kewarganegaraannya.

7
2. Asas Kewarganegaraan Khusus

a. Asas Kepentingan Nasional adalah asas yang menentukan bahwa


peraturan kewarganegaraan mengutamakan kepentingan nasional
Indonesia, yang bertekad mempertahankan kedaulatannya sebagai
negara kesatuan yang memiliki cita-cita dan tujuan sendiri.
b. Asas Perlidungan Maksimum adalah asas yang menentukan bahwa
pemerintah wajib memberikan perlindungan penuh kepada setiap
warga negara Indonesia dalam keadaan apapun, baik di dalam maupun
di luar negeri.
c. Asas Persamaan di dalam Hukum dan Pemerintahan adalah asas
yang menentukan bahwa setiap warga negara Indonesia mendapatkan
perlakuan yang sama di dalam hukum dan pemerintahan.
d. Asas Kebenaran Substantif adalah asas dimana prosedur
kewarganegaraan seseorang tidak hanya bersifat administratif, tetapi
juga disertai substansi dan syarat-syarat permohonan yang dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
e. Asas Non-Diskriminatif adalah asas yang tidak membedakan
perlakuan dalam segala hal ihwal yang berhubungan dengan warga
negara atas dasar suku, ras, agama, golongan, jenis kelamin, serta
harus menjamin, melindungi, dan memuliakan HAM pada umumnya
dan hak warga negara pada khususnya.
f. Asas Pengakuan dan Penghormatan terhadap HAM adalah asas
yang dalam segala hal ihwal yang berhubungan dengan warga negara
harus menjamin, melindungi, dan memuliakan HAM pada umumnya,
dan hak warga negara pada khususnya.
g. Asas Keterbukaan adalah asas yang menetukan bahwa segala hal
ihwal yang berhubungan dengan warga negara harus dilakukan secara
terbuka.
h. Asas Publisitas adalah asas yang menentukan bahwa seseorang yang
memperoleh dan atau kehilangan kewarganegaraan RI akan
diumumkan dalam berita negara RI agar masyarakat mengetahuinya.

8
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Setiap negara mempunyai kebebasan untuk menentukan asas


kewarganegaraannya. Dalam penentuan kewarganegaraan ada dua asas
kewarganegaraan, yaitu a) asas kewarganegaraan berdasarkan kelahiran,
yaitu ius soli dan ius sanguinis; dan b) asas kewarganegaraan berdasarkan
perkawinan, yaitu asas kesatuan atau kesamaan hukum dan asas
persamaan derajat.
2. Asas kewarganegaraan dapat menimbulkan masalah karena ada negara
yang menganut asas ius soli dan ada pula negara yang menganut ius
sanguinis, sehingga masalah yang kerap muncul yaitu a) bipatride adalah
seseorang yang memiliki dua kewarganegaraan; b) multipatride adalah
seseorang yang memiliki dua atau lebih kewarganegaraan; dan c) apatride
adalah seseorang yang tidak memiliki kewarganegaraan.
3. Dalam hukum negara mengatur asas kewarganegaraan yang dibagi
menjadi dua, yaitu a) asas kewarganegaraan umum, sebagai seorang
warga negara tidak boleh memiliki lebih dari satu kewarganegaraan dan
jika seseorang berhak mendapatkan status kewarganegaraan karena
kelahiran dan keturunan sekaligus, maka ia harus memilih salah satu
diantaranya ketika ia sudah berumur 18 tahun; dan b) asas
kewarganegaraan khusus, lebih membahas atau mengatur berdasarkan
hubungan timbal balik antara negara dan warga negaranya dalam hal hak
dan kewajiban diantara keduanya.

B. Saran

Sebelum mempelajari pendidikan kewarganegaraan lebih jauh, terlebih


dahulu kita juga harus memahami mengenai asas-asas kewarganegaraan agar
terhindar dari masalah-masalah asas kewarganegaraan yang ada. Selain itu,

9
hendaknya melalui makalah ini pengetahuan pembaca dapat bertambah luas
serta bagi penulis makalah dengan judul yang sama dapat menyusun makalah
dengan lebih rinci dan baik.

10

Anda mungkin juga menyukai