Anda di halaman 1dari 6

Nama : Hamzah Alli

Jurusan : Hukum Ekonomi Syari’ah (Mu’amalah) – B

Landasan Historis Pancasila dari Tiga Zaman Berbeda

A. Zaman Kerajaan-kerajaan Nusantara


Kerajaan Kutai, ketika Indonesia memasuki zaman sejarah pada tahun 400
M, ditemukan prasasti yang berupa 7 yupa (tiang batu). Menurut prasasti tersebut
mengadakan kenduri dan memberi sedkah kepada para Brahmana dan Brahman
membangun yupa itu sebagai tanda terimakasih kepada raja yang dermawan.(Ismaun,
1975: 25).
Masyarakat Kutai yang membangun sejarah Indonesia pertama kalinya ini
menampilkan nilai-nilai sosial politik, dan ketuhanan dalam bentuk kerajaan, kenduri,
serta sedekah kepada Brahmana.

Kerajaan Sriwijaya, kerajaan Sriwijaya lahir sekitar abd ke VII di bawah


kekuasaan wangsa Syailendra. Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan maritim yang
mengandalkan kekuatan lautnya, kunci lalu lintas laut di seblah barat dikuasainya
seperti selat Sunda hingga selat Malaka. Kerajaan Sriwijaya juga cukup disegani
dikawasan Asia selatan. Perdagangan dilakukan dengan mempersatukan antar
pedagang pengrajin dan pegawai kerajaan yang disebut dengan Tuha An Vatakvurah
sebagai pengawas dan pengumpul semacam koperasi.
Sebagai kerajaan yang besar sriwijaya sudah mengembangkan tata negara dan
tata pemerintahan yang mampu menciptakan peraturan peraturan yang di taati oleh
rakyat yang berada di wilayah kekuasaannya.

Kerajaan Majapahit, kerajaan Majapahit mencapai masa keemasannya pada


pemerintahan Hayam Wuruk dengan patihnya yaitu Gadjah Mada pada tahun 1293 M.
Pada waktu itu kehidupan beragam sangat tentram seperti agama Budha dan Hindu
berdampingan yang pada saat itu menjadi agama mayoritas dikerajaan Majapahit.
Empu Prapanca menulis Negarakertagama. Dalam kitab tersebut terdapat
istilah Pancasila. Empu Tantular menfarang sebuah kitab bernama Sutasoma dan
didalam kitab tersebut ada istilah yang menjadi seloka persatuan bangsa Indonesia
yaitu Bhinneka Tunggal Ika, yang melambangkan bangsa dan negara Indonesia
tersusun dari berbagai unsur rakyat yang beragam suku, adat istiadat, golongan ,
kebudayaan dan agama, wilayah yang terdiri dari beribu-ribu pulau menyatu menjadi
bangsa yang satu, bangsa Indonesia.
Seloka bhinneka Tunggal Ika dipetik dari kitab Sutasoma atau purudasanta
dalam bahasa Jawa kuno gubahan Empu Tantular. Petikan bagian kitab Sutasoma di
tulis dari bahasa Jawa kuno yang sebagai berikut.
 Hyang Budha tan pahi ciwa raja dewa.
 Rwanekadhatu winuwus wara Budha wicwa.
 Bhinneka rakwa ring apan kena parwwanosen.
 Mangka Yittnawa lawan Ciwatatwatunggal.
 Bhinneka tunggal ika tan hana dharama mangrawa.

Terjemahnya :

 Dewa Budha tidak berbeda dengan dewa Ciwa sebagai dewa.


 Keduanya dosebutkan memiliki sejumlah anasir dunia, Budha yang
tinggal dikedudukannya ini adalah dunia semesta alam.
 Apakah kedua mereka yang dapat diperbedakan ini dipsahkan menjadi
dua.
 Dzat Budha dan Zat Ciwa itu hanya satu.
 Itu dapar diperbedakan tetapi sesungguhnya satu, tak ada hukum
agama yang mendua. (Ismaun, 1975: 122)

B. Zaman Penjajahan
Sejarah mencatat bahwa Belanda berusaha dengan keras untuk
memperkuatdan mengintensifkan kekuasaannya di seluruh Indonesia. Mereka ingin
membulatkan hegemoninya sampai kepelosok pelosok Nusantara. Melihat praktek-
praktek penjajahan Belanda tersebut maka meledaklah perlawanan rakyat di berbagai
wilayah Nusantara. Dorongan cinta tanah air menimbulkan semangat untuk melawan
penindasan dari Belanda, namun sekali lagi karena tidak adanya satua dan persatuan

Sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk membentuk negara sangat erat


kaitannya dengan jati diri bangsa Indonesia. Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan serta keadilan. Dalam kenyataannya secara objektif telah dimiliki bangsa
Indonesia sejak dahulu kala.

Masuknya agama-agama besar seperti Hindu, Budha, Islam di Indonesia


menandai dimulainya kehidupan beragama pada masyarakat. Bagaimana agama
merubah kehidupan dan pandangan masyaraat dapat dilihat pada sistem sosial-
ekonominya. Penyelenggaraan perdagangan di kota-kota pelabuhan menimbulkan
komunikasi terbuka, sehingga terjadi mobilitas sosial baik horisontal maupun vertikal
serta perubahan gaya hidup dan nilai-nilai. Masa kejayaan kerajaan Majapahit pada
waktu rajanya Hayam Wuruk dan patihnya Gajah Mada, hidup dan berkembang dua
agama yaitu Hindu dan Budha. Majapahit melahirkan beberapa empu seperti empu
Prapanca yang menulis buku Negara Kertagama (1365) yang didalamnya terdapat
istilah “Pancasila”, sedangkan empu Tantular mengarang buku Sutasoma yang
didalamnya tercantum seloka persatuan nasional “Bhinneka Tunggal Ika” yang
artinya walaupun berbeda namun satu juga. Pada tahun 1331 Mahapatih Gajah Mada
mengucapkan sumpah Palapa yang berisi cita-cita mempersatukan seluruh nusantara
raya. Dengan berjalannya waktu, kekuasaan pusat dengan agama Hindu-Budha
mengalami kemerosotan bersamaan dengan disintregasi politik dan degenerasi
kultural. Akibatnya terciptalah kondisi yang baik bagi suatu perubahan.

Setelah Majapahit kerajaan Hindu Budha runtuh pada abad XVI maka
berkambanglah agama Islam dengan pesatnya di Indonesia. Bersama dengan itu maka
berkambang pula kerajaan-karajaan Islam seperti kerajaan Demak. Selain itu,
berdatangan orang-orang Eropa di nusantara. Mereka itu antara lain orang Portugis
yang kemudian diikuti oleh orang-orang Spanyol yang ingin mencari pusat tanaman
rempah-rempah. Pada awalnya bangsa Portugis berdagang, namun lama-kelaman
mulai menunjukan peranannya dalam bidang perdagangan yang meningkat menjadi
praktek penjajahan misalnya Malaka pada tahun 1511. Pada akhir abad ke XVI
bangsa Belanda datang pula ke Indonesia dengan menempuh jalan yang penuh
kesulitan. Untuk menghindarkan persaingan diantara mereka sendiri, kemudian
mereka mendirikan suatu perkumpulan dagang yang bernama VOC (Verenigde Oost
Indische Compaignie) yang dikalangan rakyat dikenal dengan istilah ‘kompeni’.

Praktek-praktek VOC mulai kelihatan dengan paksaan-paksaan sehingga


rakyat mulai mengadakan perlawanan. Mataram dibawah pemerintahan Sultan Agung
(1613-1645) berupaya mengadakan perlawanan dan menyerang ke Batavia pada tahun
1628 dan tahun 1929, walaupun tidak berhasil meruntuhkan namun Gubernur Jendral
J.P Coen tewas dalam serangan Sultan Agung yang kedua itu.

Di Makasar yang memiliki kedudukan yang sangat vital berhasil juga dikuasai
kompeni tahun 1667 dan timbullah perlawanan dari rakyat Makasar di bawah
Hasanudin. Menyusul pula wilayah Banten (Sultan Ageng Tirtoyoso) dapat
ditundukkan pula oleh kompeni pada tahun 1684. Perlawanan Trunojoyo, Untung
Suropati di Jawa Timur pada akhir abad ke XVII nampaknya tidak mampu
meruntuhkan kekuasa. Demikian kompeni pada saat itu. Demikian pula ajakan Ibnu
Iskandar pimpinan Armada dari Minangkabau untuk mengadakan perlawanan
bersama terhadap kompeni juga tidak mendapat sambutan yang hangat. perlawanan
bangsa Indonesia terhadap penjajahan yang terpencar-pencar dan tidak memiliki
koordinasi tersebut banyak mengalami kegagalan sehingga banyak menimbulkan
korban bagi anak-anak bangsa.

Kontak dengan bangsa Eropa telah membawa perubahan-perubahan dalam


pandangan masyarakat yaitu dengan masuknya paham-paham baru, seperti
liberalisme, demokrasi, nasionalisme. Hingga sampai akhirnya Indonesia dapat
menumbuhkan jiwa Nasionalisme dan bersatu untuk merdeka.

Dorongan akan cinta tanah air ini yang menimbulkan semangat untuk
melawan penindasan belanda, namun sekali lagi karena tidak adanya kesatuan dan
persatuan di antara mereka dalam melawan penjajah, maka perlawanan terebut
senantiasa kandas dan menimbulkan banyak korban.Penghisapan mulai memuncak
ketika Belanda menerapkan sistem monopoli melalui tanam paksa (1830-1870)
dengan memaksakan beban kewajiban terhadap rakyat.

Pada awal Kebangkitan Nasional abad XX dipanggung politik internasional


terjadilah pergolakan kebangkitan dunia timur, di Indonesia kebangkitan
nasional(1908). Banyak muncul pergerakan nasional seperti:
1. Budi Utomo yang didirikan pada tanggal 20 Oktober 1908 merupakan pelopor
pergerakan nasional, yang dipelopori oleh dr.Wahidin Sudirohusodo dengan
Budi Utomo. Gerakan ini merupahan awal gerakan kemerdekaan dan kekuatan
sendiri.
2. setelah itu munculah Sarekat Dagang Islam(1909), kemudian diganti dengan
Sarekat Islam(1911)di bawah H.O.S. Cokroaminoto, Indische
Partij(1913),yang dipimpin oleh tiga serangkai yaitu: Douwes Deker,
Ciptimangunkusumo, KI Hajar Dewantoro
3. pada tahun 1927 munculah Partai Nasional Indonesia (PNI) yang dipelopori
oleh Soekarno, Ciptomangunkusumo, Sartono, dan tokoh lainnya. Mulailah
perjuangan bangsa Indonesia menitik beratkan pada kesatuan nasional dengan
tujuan yang jelas yaitu Indonesia merdeka. Kemudian pada tanggal 28
Oktober 1928 lahirlah Sumpah Pemuda sebagai penggerak kebangkitan
nasional yang menyatakan satu bahasa, satu bangsa serta satu tanah air yaitu
Indonesia Raya.

Dan masih banyak pergerakan nasional lainnya yang bermunculan saat itu.

Meskipun banyak muncul pergerakan nasional akan tetapi masih ada


penjajahan Jepang. Janji penjajah Belanda tentang Indonesia merdeka hanyalah suatu
kebohongan belaka dan tidak pernah menjadi kenyataan sampai akhir penjajahan
Belanda tanggal 10 Maret 1940. Kemudian Jepang masuk ke Indonesia dengan
propaganda “Jepang memimpin Asia. Jepang saudara tua bangsa Indonesia”.

Pada tanggal 29 April 1945 bersamaan dengan ulang tahun Kaisar Jepang,
memberikan hadiah ulang tahun kepada bangsa indonesia yaitu kemerdekaan tanpa
syarat setelah panghancuran Nagasaki dan Hirosima oleh sekutu. Janji ini diberikan
karena Jepang terdesak oleh tentara Sekutu. Bangsa Indonesia diperbolehkan
memperjuangkan kemerdekaannya, dan untuk mendapatkan simpati dan dukungan
bangsa Indonesia maka Jepang menganjurkan untuk membentuk suatu badan yang
bertugas menyelidiki usaha-usaha persiapan kemerdekaan yaitu BPUPKI (Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau Dokuritsu Zyumbi
Tiosakai. Pada hari itu juga diumumkan sebagai Ketua (Kaicoo) Dr. KRT. Radjiman
Widyodiningrat dan beranggotakan 60 orang yang berasal dari pulau Jawa,Sumatra,
Maluku, Sulawesi dan beberapa orang peranakan Eropa, Cina dan Arab yang
kemudian mengusulkan bahwa agenda pada sidang BPUPKI adalah membahas dasar
negara.

C. Pancasila dalam Konteks BPUPKI dan PPKI

Sidang BPUPKI pertama (29 Mei – 1 Juni 1945) dengan pembicaranya adalah Mr.
Muh. Yamin, Mr. Soepomo, Drs. Moh. Hatta, dan Ir. Soekarno. Mereka semua berpidato
guna membahas tentang rancangan usulan hukum dasar negara. Menurut Soekarno dalam
pidatonya, dasar bagi Indonesia merdeka adalah dasarnya suatu negara yang akan
didirikan yang disebutnya philosophische gronsag, yaitu fundamen, filsafat, jiwa dan
pikiran yang sedalam-dalamnya yang di atasnya akan didirikan gedung Indonesia yang
merdeka.

Sidang BPUPKI pertama terdapat usulan-usulan sebagai berikut:


a) Mr. Muh. Yamin (29 Mei 1945)

Dalam pidatonya tanggal 29 Mei 1945 Muh. Yamin mengusulkan calon rumusan
dasar negara sebagai berikut:

Secara Lisan

1. Peri kebangsaan
2. Peri kemanusian
3. Peri Ketuhanan
4. Peri kerakyatan (permusyawaratan, peerwakilan, kebijaksanaan)
5. Kesejahteraan rakyat (keadilan sosial).

Secara Tertulis

1. Ketuhanan yang Maha Esa


2. Kebangsaan Persatuan Indonesia
3. Rasa kemanusiaan yang adil dan beradap
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
5. Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia

b) Prof. Dr. Supomo (31 Mei 1945)

Dalam pidatonya Prof. Dr. Supomo mengemukakan teori-teori negara sebagai berikut:

1. Paham kebangsaaan
2. Warga Negara berhak tunduk kepada Tuhan dan supaya setiap saat ingat kepada
Tuhan
3. Sistem badan permusyawaratan
4. Ekonomi Negara bersifat Asia Timur Raya
5. Hubungan antar bangsa yang bersifat Asia Timur Raya

Selanjutnya dalam kaitannya dengan dasar filsafat negara Indonesia Soepomo


mengusulkan hal-hal mengenai: kesatuan, kekeluargaan, keseimbangan lahir dan
batin, musyawarah, keadilan rakyat.

c) Ir. Soekarno (1 Juni 1945)

Dalam hal ini Ir. Soekarno menyampaikan dasar negara yang terdiri atas lima
prinsip yang rumusanya yaitu:

1. Nasionalisme(kebangsaan Indonesia)
2. Internasionalisme dan peri kemanusiaan
3. Musyawarah mufakat perwakilan atau demokrasi,
4. kesejahteraan social
5. Ketuhanan yang berkebudayaan

Beliau juga mengusulkan bahwa pancasila adalah sebagai dasar filsafat negara
dan pandangan hidup bangsa Indonesia.
Kedua (10-16 Juli 1945) dalam siding ini membahas Dasar Negara. Dalam sidang
ini dibentuk panitia kecil yang terdiri dari 9 orang dan populer disebut dengan “panitia
sembilan” yang anggotanya adalah sebagai berikut:

1. Ir. Soekarno
2. Wachid Hasyim
3. Mr. Muh. Yamin
4. Mr. Maramis
5. Drs. Moh. Hatta
6. Mr. Soebarjo
7. Kyai Abdul Kahar Muzaki
8. Abikoesmo Tjokrosoejoso
9. Haji Agus Salim

Panitia sembilan ini mengadakan pertemuan secara sempurna dan mencapai suatu
hasil baik yaitu suatu persetujuan antara golongan islam dengan golongan kebangsaan.

Panitia sembilan bersidang tanggal 22 Juni 1945 dan menghasilkan kesepakatan yang
dituangkan dalam Mukadimah Hukum Dasar, alinea keempat dalam rumusan dasar negara
sebagai berikut:

1. Ketuhanan dengan berkewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-


pemeluknya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Moh. Yamin mempopulerkan kesepakatan tersebut dengan nama Piagam Jakarta


atau Jakarta Charter.

Dalam sidang BPUPKI kedua ini pemakaian istilah hukum dasar diganti dengan
istilah undang-undang dasar. Keputusan penting dalam rapat ini adalah tentang bentuk negara
republik dan luas wilayah negara baru. tujuan anggota badan penyelidik adalah menghendaki
Indonesia raya yang sesungguhnya yang mempersatukan semua kepulauan Indonesia.
Susunan Undang Undang Dasar yang diusulkan terdiri atas tiga bagian yaitu :

1. Pernyataan Indonesia merdeka, yang berupa dakwaan dimuka dunia atas Penjajahan
Belanda
2. Pembukaan yang didalamnya terkandung dasar negara Pancasila

Pancasila sebagai dasar falsafah negara tidak boleh menjadi ideologi yang beku sehingga
seluruh komponen bangsa terutama para intelektual muda dapat memberikan ide-ide baru dan
kreatif untuk merevitalisasi Pancasila dalam realitas kehidupan berbangsa dan bernegara..

Anda mungkin juga menyukai